Anda di halaman 1dari 4

Nama : Melisa Nur Wasim

NIM :18/430686/PT/07841
Fakultas : Peternakan

Korupsi Dalam Pandangan Pancasila

korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus atau politisi maupun pegawai negeri, yang

secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya,

dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Semua bentuk

pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan

dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai

dengan korupsi berat yang diresmikan dan sebagainya. Pancasila merupakan sumber nilai

anti korupsi. Korupsi itu terjadi ketika ada niat dan kesempatan. Korupsi adalah perbuatan pelanggaran

hukum dan sebuah tindakan pidana. Hubungannya dengan Pancasila adalah melanggar sila ke lima, yaitu

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, karena korupsi akan menggerogoti kekayaan negara yang

akan berakibat kemiskinan bagi bangsa maupun negara.

Pentingnya pengetahuan Pancasila dan filsafat pancasila bagi seluruh rakyatIndonesia sebagai

cara untuk mewujudkan cita-cita bangsa yang berkeadilan sosial bagiseluruh rakyat Indonesia. Oleh

karena itu, internalisasi nilai-nilai Pancasila dapat terwujud didahului dengan pengetahuan mendasar

mengenai Pancasila. Banyak dari rakyat Indonesia yang hanya menghapal Pancasila, tetapi tidak

mengerti maksud dasardari Pancasila itu sendiri. Oleh karena itu, Pendidikan Pancasila mutlak diperoleh

olehsetiap rakyat Indonesia. Sistem nilai-nilai budayaPancasila akan dipertahankan melalui proses-

proses pendidikan, pemasyarakatan, pembudayaan, penataran, dan sebagainya. Masalah korupsi di

Indonesia sudah ada bertahun-tahun yang lalu bahkan sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pejabat

tinggi. Tidak tanggung-tanggung, para pejabat yang melakukan tindakan korupsi mereka memakai uang
rakyat hingga milyaran rupiah hanya untuk kesenangan dirinya sendiri. Para pejabat ini seakan akan tidak

takut untuk melakukan tindakan yang jelas-jelas merugikan orang lain bahkan dirinya sendiri itu,

walaupun sudah tertangkap namun hukuman yang diberikan pada koruptor itu termasuk hukuman yang

ringan dibandingkan hukuman untuk para koruptor di luar negeri yang kebanyakan adalah hukuman mati.

Mengenali Indonesia adalah mengenal bagaimana desa sebagai komunitas paling kecil dalam

lapisan sosial masyarakat bergeliat. Saya yang berasal dari sebuah desa di Kabupaten Bantul tentu

merasakan baik secara langsung bahwa masyarakat modern khususnya warga kota semakin kesini

semakin mencari jati diri mereka melalui berbagai macam pernik khas desa entah kuliner maupun sekedar

melepas penat dari perkotaan. Untuk itu pembangunan terhadap sarana dan prasarana desa terus di genjot

oleh pemerintah.

Pemerintah sejak 2015 telah mengucurkan dana untuk pembangunan desa yang mana jumlahnya

mencapai Rp.20,76 triliun. Dana desa ini dinantinya akan digunakan untuk membangun sarana dan

prasarana desa baik pembangunan jalan, talud, maupun jembatan serta masih banyak perbaikan yang bisa

digunakan menggunakan anggaran sebesar itu. Hal ini merupakan terobosan terbaru dalam sejarah

Republik Indonesia bahkan tahun ini tercatat dana desa yang dianggarkan sebesar Rp.60 triliun.

Namun demikian, niat baik pemerintah dalam memberikan perhatian lebih kepada desa tidak

berjalan dengan mulus begitu saja, karena masih terdapat praktik korupsi terkait dengan pengelolaan dana

desa baik yang dilakukan oleh oknum perangkat desa maupun pejabat daerah. Menurut data yang

didapatkan, dalam kurun waktu 3 tahun, setidaknya ada 154 kasus korupsi di tingkat desa dengan

kerugian negara mencapai Rp.47,56 milyar. Sementara itu latar belakang oknum yang paling banyak

terlibat praktik korupsi ini adalah kepala desa. Data ini menunjukkan masih buruknya tata kelola dana

desa untuk keperluan masyarakat yang justru malah menjadi bagian dari praktik yang menyimpang.

Sebagai seorang mahasiswa yang berasal dari desa, saya merasa sedih dan prihatin dengan

keadaan ini terlebih ketika saya ingat bahwa dana itu dapat digunakan dengan baik dan transparan pasti
akan sangat membantu tumbuhnya geliat desa sebagai proses ekonomi serta mensejahterakan masyarata

desa. Jika sudah begini menurut saya langkah yang harus dilakukan adalah melakukan sosialisasi

terhadap pencegahan indikasi praktik korupsi.

Kini korupsi yang telah terjadi secara meluas, sistemik, dan kolutif telah merugikan keuangan

Negara, perekonomian nasional, dan menghambat pembangunan nasional, sehingga dalam upaya

pemberantasan korupsi yang efektif dan efisien diperlukan kerja sama erat antara seluruh elemen

masyarakat. KPK sebagai lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undang- Undang Nomor 30 Tahun

2002 dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan

tindak pidana korupsi. Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK sangat membutuhkan kerja sama dan bantuan

institusi lain maupun bantuan dari berbagai pihak. Sesuai UU No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi: "Bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi dapat menyusun

jaringan kerja (networking) yang kuat dan memperlakukan institusi yang telah ada sebagai

"counterpartner" yang kondusif sehingga pemberantasan korupsi dapat dilaksanakan secara efisien dan

efektif, khususnya pada penyelenggara lembaga nasional."

kerjasama KPK - Perguruan Tinggi dalam bidang pencegahan korupsi antara lain melalui

Pendidikan Anti-korupsi/kurikulum anti-korupsi, penelitian, sosialisasi dan partner kampanye antikorupsi.

Sedangkan dalam bidang Penindakan, kerjasama dengan perguruan tinggi dalam hal pemberian

keterangan ahli di persidangan dan narasumber dalam hal pelatihan Penyelidik/Penyidik/Penuntut Umum.

Perguruan Tinggi sebagai mitra strategis dalam pemberantasan korupsi juga melaksanakan kegiatan

mengkonsolidasikan berbagai pihak yang memiliki kepedulian yang sama untuk bersama memerangi

Korupsi. di Universitas Gajah Mada yang didedikasikan sebagai sarana inisiasi peran kampus dalam

agenda pemberantasan korupsi. Salah satu rekomendasi penting sebagai hasil dari forum ini adalah

mendorong kampus untuk mendirikan pusat kajian yang berfokus pada isu anti Korupsi dan

mengembangkan model-model pendidikan anti korupsi di Perguruan Tinggi.


Korupsi pasti akan menimbulkan dampak yang buruk bagi suatu kelompok maupun

Negara.Dampak dari korupsi cukup besar. Dampak dari korupsi adalah:

1. Merugikan Negara maupun kelompok

2. Menghabiskan atau memakan uang atau harta Negara atau kelompok untuk kepentingan

pribadi

3. Menjadikan Negara miskin

4. Menjadikan Negara memiliki hutang yang banyak di luar negeri

Upaya pemberantasan korupsi di masyarakat atau mahasiswa yaitu dengan tidak bersikap acuh

tak acuh dengan lingkungan sekitar yang kiranya mencurigakan, membuka wawasan seluas-luasnya

tentang penyelenggaraan negara dan aspek-aspek hukumnya, dan mampu memposisikan diri dan berperan

aktif dalam suatu musyawarah pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

Anda mungkin juga menyukai