CRS DR., Sp. PD
CRS DR., Sp. PD
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Sinta Ahni Salwati, S.Ked
G1A1217066
Universitas Jambi
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat Clinical Report Session(CRS) yang berjudul
“HEMETESIS MELENA E.C SUSP. GASTRITIS EROSIF + ANEMIA E.C
PERDARAHAN” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Daerah Raden
Mattaher Provinsi Jambi.
iii
DAFTAR ISI
iv
4.2.2 Epidemiologi ........................................................................... 22
4.2.3 Etiologi .................................................................................... 23
4.2.4 Faktor Resiko ........................................................................... 24
4.2.5 Patogenesis .............................................................................. 25
4.2.6 Manifestasi Klinis .................................................................... 27
4.2.7 Diagnosis ................................................................................. 28
4.2.8 Tatalaksana .............................................................................. 28
4.2.9 Komplikasi............................................................................... 30
4.2.10 Prognosis ................................................................................ 31
4.3 Anemia ............................................................................................. 31
4.3.1 Defenisi .................................................................................... 31
4.3.2 Kriteria ..................................................................................... 31
4.3.3 Etiologi dan Klasifikasi ........................................................... 32
4.3.4 Manifestasi Klinis .................................................................... 33
4.3.5 Penegakkan Diagnosis ............................................................. 34
4.3.6 Tatalaksana .............................................................................. 34
v
DAFTAR SINGKATAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama :
3
juga mengeluh nyeri kepala (+), batuk darah (-), demam (-) dan keluhan
BAK (-) dalam batas normal.
Pasien mengaku sejak ± 5 tahun SMRS rutin mengkonsumsi jamu
penghilang rasa nyeri (montalin) yang diperoleh dari warung setempat
4
2.3 Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign
TD : 130/80 HR : 66x/menit RR : 23x/menit Suhu : 36,7 C
Status Gizi
BB : 50 Kg TB :150 cm IMT :22,2 (Normoweight)
Kulit
Warna : sawo matang
Efloresensi : (-)
Jaringan Parut : (-)
Pertumbuhan Rambut : normal
Pertumbuhan Darah : (-)
Suhu : 36,7 C
Turgor : normal, <2detik
Lainnya : (-)
Kepala
Bentuk Kepala : Normocephal
Rambut : Beruban
Ekspresi : Tampak sakit sedang
Simetris Muka : Simetris
Mata
Konjungtiva : Konjungtiva anemis (+/+)
Sklera : Sklera Ikterik (-/-)
Pupil : isokor
5
Lensa : normal
Gerakan : normal
Lapangan Pandang : normal
Hidung
Bentuk : Simetris
Sekret :(-)
Septum : deviasi (-)
Selaput Lendir :(-)
Sumbatan :(-)
Pendarahan :(-)
Mulut
Bibir : Kering (+), Sianosis (-),
Lidah : atrofi papila lidah (-)
Gusi : anemis (+)
Telinga
Bentuk : simetris
Sekret : (-)
Pendengaran : normal
Leher
JVP : 5+0 cmH2O
Kelenjar Tiroid : tidak teraba
Kelenjar Limfonodi : tidak teraba
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
6
Auskultasi : BJ I/II Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, spider nervi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Fremitus taktil kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan dan kiri
Auskultasi : Vesikuler kanan dan kiri, Rhonki (-), Wheezing (-)
Abdomen
Inspeksi :Datar, Simetris, venatasi (-).
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (+) epigastrik
Perkusi :Timpani diempat kuadran.
Auskultasi :Bising Usus (+), normal
Ekstremitas
Superior : akral dingin, CRT <2 Detik, Edem (-)
Inferior : akral dingin, CRT <2 Detik, Edem (-)
7
Pemeriksaan Laboratorium :Darah Rutin ( 7 September 2018 )
8
Pemeriksaan Urin Rutin :Urinalisa Tanggal 7 September 2018
9
Pemeriksaan gambaran sediaan apusan darah tepi (8 September 2018)
10
HGB 10,4 g/dL 11-16 g/dl
MCV 75 80-100 fl
2.8 Tatalaksana
Non farmakologis :
1. Tirah baring pasien
2. Diet Cair
3. Stop minum jamu sedu
4. Stop merokok
Farmakologis :
1. Ringer Laktat drip cepat 250cc dilanjutkan dengan RL/8 jam
2. R/ Tranfusi PRC sampai Hb 10
3. Ceftriaxone 1 x 2gr iv
4. Omeprazole 1 x 40 mg iv
11
5. Sukralfat syr 3 x 1 C via ngt
6. Kalnex 500 mg IV 2x1
7. Vitamin K 2x1 IV
Edukasi
1. Jika timbul gejala nyeri pada perut segera periksa kedokter agar
dapat di tangani lebih lanjut.
2. Perbanyak makan buah dan sayuran,namun hindari sayur dan buah
yang bersifat asam.
3. Hindari makanan dan minuman yang dapat menyebabkan dispepsia
atau yang dapat menyebabkan penyakit tukak seperti makanan
pedas,kafein,dan alkohol
4. Hindari penggunaan obat-obat golongan NSAID
5. Makan makanan secara teratur
6. Hindari makanan yang bersoda
7. Jagalah berat badan ideal untuk mencegah heartburn,kembung,dan
konstipasi
8. Jangan berbaring setalah makan,dan istrhat yang cukup
2.9 Prognosis
12
2.10 Follow Up
Tanggal Perkembangan
10/09/2018 S: BAB bewarna coklat, konsistensi lembek, darah (-), Nyeri
perut berkurang, , mual (+), muntah (-), badan terasa lemas (+)
O: TD: 130/80 N : 76x/menit RR: 20x/menit T : 36,9
Pemeriksaan generalisata:
Konjungtiva anemis (+),.
Pemeriksaan abdomen:
Inspeksi : Datar, Simetris.
Palpasi abdomen : Supel, nyeri tekan (+) regio epigastrik.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+), normal
A: Hematemesis Melena e.c susp gastritis erosif +
anemia ec perdarahan
P: IVFD RL 20 ttpm
Ceftriaxone 1 x 2gr iv
Omeprazole 1 x 40 mg iv
Sukralfat syr 3 x 1 C via ngt
Kalnex 500 mg IV 2x1
Vitamin K 2x1 IV
Sudah tranfusi PRC 1 kantung kemaren
11/09/2017 S: BAB Coklat masih, darah (-), badan terasa lemas berkurang
(+), mual (+) masih, muntah (-), nyeri perut berkurang
O: TD:120/80 N: 83x/menit RR: 21x/menit T : 36,8
Pemeriksaan generalisata:
Konjungtiva anemis (-).
Pemeriksaan abdomen:
13
Inspeksi : Datar, Simetris.
Palpasi abdomen : Supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+), normal
A : Hematemesis Melena e.c susp gastritis erosif +
anemia ec perdarahan
P: IVFD RL 20 ttpm
Omeprazole 1 x 40 mg iv
Sukralfat syr 3 x 1 C via ngt
14
A : Hematemesis Melena e.c susp gastritis erosif + anemia ec
perdarahan
P:
IVFD RL 20 ttpm
Sucralfat syr 4x1C
Inj Omeprazole 2x1 (40 mg)
15
BAB III
ANALISA KASUS
3.1 Resume
• Tn. Senen usia 71 datang ke Raden mattaher pada tanggal 7 September
2018, dengan keluhan BAB berwarna hitam sebanyak sejak ± 7 hari
SMRS, konsistensi BAB cair dengan gumpalan berwarna hitam seperti
aspal,berbau busuk frekuensi BAB 3-4 kali/hari dengan volume ± ½ gelas
belimbing setiap kali BAB.
• Keluhan juga diserta dengan mata berkunang – kunang dan badan terasa
lemas setiap kali beraktivitas. Sebelum pasien mengalami BAB berwarna
hitam pasien mengeluhkan nyeri pada ulu hati,nyeri tidak menjalar,seperti
ditusuk – tusuk yang dirasakan terus – menerus dan semakin bertambah
hebat. Pasien telah berobat ke dukun setempat, dan medapatkan
mendapatkan obat herbal rebusan buah gambir, namun keluhan tidak
berkurang.
• ± 5 hari SMRS Selain itu pasien juga mengeluhkan mual (+), perut terasa
penuh (+), nafsu makan menurun (+), muntah (+),muntah berwarna hitam.
Muntah sebanyak dua kali dengan frekuensi sejumlah ± 50-100 ml dan
juga mengeluhkan nyeri kepala
• Pasien mengaku sejak ± 5 tahun SMRS rutin mengkonsumsi jamu
penghilang rasa nyeri (montalin) yang diperoleh dari warung setempat.
• Pasien juga memiliki kebiasaan Merokok (+) sejak kecil dan dalam satu
hari menghabiskan 3 bungkus rokok,dan juga kebiasaan mengkonsumsi
kopi (+),
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien dalam keadaan compos mentis
tampak sakit sedang, Konjungtiva tampak pucat di kedua mata tetapi tidak
ikterik, bibir kering (+), gusi anemis (+). Jantung dan paru terlihat
normal.Terdapat nyeri tekan pada epigastrium,bunyi usus dalam batas
normal, hepar dan limpa tidak teraba.
• Dari pemeriksaan darah lengkap didapatkan pasien dalam keadaan anemia.
Pada pemeriksaan fungsi ginjal didapat bahwa kadar ureum dan kreatinin
16
normal, pemeriksaan faal hati dalam keadaan normal, pemeriksaan HbsAG
(-). Pada pemeriksaan gambaran sediaan apus darah tepi menunjukkan
suatu kesan anemia hipokrom mikrositer dengan trombositosis. Dilakukan
juga pemeriksaan GDS, dan di dapatkan kadar glukosa darah 111 g/dl
dalam batas normal
• Dari hasil pemeriksaan endoskopi didapatkan : Esofagitis, Gastritis
Errosiva, duodenitis.
• Jadi dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang didapatkan bahwa
pasien sedang mengalami hematemesis dan melena yang di sebabkan
karena Esofagitis gastritis erosive, duodenitis yang diduga karena
mengkonsumsi jamu-jamu yang mengandung OAINS.
a. Anamnesis
- Muntah dan BAB berwarna hitam sejak ± 7 hari SMRS
Muntah dan BAB yang berwarna hitam disebabkan karena adanya darah yang
telah teroksidasi dengan asam lambung. Dan perdarahan tersebut pastinya
berasal dari saluran cerna bagian atas yaitu berasal dari esophagus dan lambung.
- Nyeri pada ulu hati, nyeri kepala dan mual
Gejala di atas merupakan gejala yang khas pada ganstritis.Nyeri pada ulu hati
disebabkan karena di lokasi tersebut tempat adanya lambung. Jika terdapat
peradangan pada lambung, maka akan nyeri pada daerah ulu hati. Mual dan
nyeri kepala merupakan kumpulan gejala dari sindroma dyspepsia.
- Pasien suka meminum jamu anti nyeri sendi
Jamu anti nyeri sendi biasanya dicampur dengan obat anti inflamasi non steroid
yang sangat toksik terhadap mukosa lambung. Hal ini merupakan pemicu
timbulnya ulkus pada mukosa lambung yang kemungkinan besar dapat
menyebabkan gastritis erosif hemoragika.
17
- Jamu tersebut sudah diminumnya sejak 5 tahun.
Artinya sudah ada peradangan kronis pada lambung pasien yang ditandai dengan
lamanya konsumsi jamu-jamu yang mengandung OAINS.
b. Pemeriksaan Fisik
• Konjungtiva Pucat, Gusi Anemis
Menandakan pasien dalam keadaan anemia
• Nyeri Tekan Epigastrium
Merupakan gejala yang khas pada gastritis.
Menunjukkan gangguan pada lambung. Gangguan dapat berupa lesi/tukak.
c. Pemeriksaan Laboratorium
• Anemia
Anemia bisa berasal dari perdarahan lambungnya ataupun karena penyakit
lain yang menyertai seperti gagal ginjal
• GDS 111 mg/dl
Dalam batas normal
• Pada pemeriksaan feses didapatkan adanya feses berwarna hitam yang
dapat menjadi penanda adanya pendarahan pada saluran cerna bagian atas.
d. Penatalaksanaan
• Ringer Laktat drip cepat 250cc dilanjutkan dengan RL/8 jam
Diberikan RL drip cepat untuk mencegah terjadinya syok hipovolemik dan
memperbaiki keadaan dehidrasi pada pasien ini.
• IVFD Ringer Laktat : Aminofluid /12 jam
Diberikan cairan rumatan untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh.
• Transfusi PRC
Dilakukan dengan tujuan untuk mengkoreksi keadaan anemia pada
pasien.
• Vitamin K 2x1 mg IV
Vitamin K dapat membantu mempercepat pembekuan darah, sehingga
dapat meminimalisai perdarahan pada saluran pencernaan pasien.
18
• Kalnex 500 mg IV 2x1
Berisi asam tranexamat yang berfungsi dalam pembekuan darah
• NGT terbuka, spooling es/6 jam
Untuk melihat isi dari lambung, dan ternyata lambung terisi dengan cairan
berwarna hitam yang menandakan masih terjadi perdarahan di dalamnya,
sehingga dilakukan spooling / pencucian lambung dengan menggunakan
air es, sehingga diharapkan dapat membantu menghentikan perdarahan.
• Ceftriaxone 1 x 2gr iv
ceftriaxone yang dapat membunuh bakteri gram negatif dan positif.
• Omeprazole 1 x 40 mg iv
Omeperazol berfungsi untuk mencegah perluasan ulkus karena dapat
menghambat asam lambung dengan menghambat kerja enzim
(K+H+ATPase) yang akan memecah K+H+ATP menghasilkan energi
yang di gunakan untuk mengeluarka asam HCL dari kanalikuli sel parietal
ke dalam lumen lambung sehingga menyebabkan pengurangan rasa sakit
pada pasien.
• Sukralfat syr 3 x 1 C via ngt
Sukralfat berfungsi untuk meningkatkan daya tahan dan perbaikan
mukosa,mekanisme kerja nya adalah membentuk lapisan pada dasar tukak
sehingga melindungi tukak dari pengaruh agresif asam lambung dan
pepsin.
e. Pemeriksaan Anjuran:
• Endoskopi
Dilakukan untuk mendiagnosis secara pasti dari gastritis erosive.selain itu
dengan endoskopi bisa pula di lakukan upaya terapeutik.bila perdarahan
masih tetap berlanjut atau asal perdarahan sulit diidentifikasikan perlu di
pertimbangkan pemeriksaan dengan radionuklid atau angiografi yang
sekaligus bisa di gunakan untuk menghentikan perdarahan.
Tujuan pemeriksaan endoskopi selain menemukan penyebab serta asal
perdarahan, juga untuk menentukan aktivitas perdarahan.
19
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
4.1.2 Epidemiologi2
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) merupakan keadaan gawat
darurat yang sering dijumpai di tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk di
Indonesia. Perdarahan dapat terjadi antara lain karena pecahnya varises
esofagus, gastritis erosif, atau ulkus peptikum. Delapan puluh persen dari angka
kematian akibat perdarahan SCBA di bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM
berasal dari pecahnya varises esofagus akibat penyakit sirosis hati dan hepatoma.
Berdasarkan laporan di SMF Penyakit Dalam RSU dr. Sutomo Surabaya, dari
1673 kasus perdarahan SCBA, penyebab terbanyak adalah 76,9% pecahnya
varises esofagus, 19,2% gastritis erosif, 1,0% tukak peptikum, 0,6% kanker
lambung dan 2,6% karena sebab-sebab lain. Laporan dari RS Pemerintah di
Jakarta, Bandung dan Yogyakarta urutan 3 penyebab terbanyak perdarahan
SCBA sama dengan di RSU dr. Sutomo. Sedangkan laporan dari RS Pemerintah
di Ujung Pandang menyebutkan tukak peptikum menempati urutan pertama
penyebab SCBA. Laporan kasus di RS Swasta yakni RS Darmo Surabaya
perdarahan karena tukak peptikum 51,2%, gastritis erosif 11,7%, varises
esofagus 10,9%, keganasan 9,8%, esofagitis 5,3%, sindrom Mallori-Weiss 1,4%,
tidak diketahui 7%, dan penyebab-penyebab lain 2,7%.1
20
4.1.3 Klasifikas Penyebab Hematemesis Dan Melena1,3
Kelainan Esofagus
a. Varises esofagus
Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan pecahnya varises
esofagus, tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrum.Pada
umumnya sifat perdarahan timbul spontan dan masif.Darah yang dimuntahkan
berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku karena sudah bercampur dengan
asam lambung.
b. Karsinoma esofagus
Karsinoma esofagus sering memberikan keluhan melena daripada
hematemesis.Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis, hanya
sesekali penderita muntah darah dan itupun tidak masif.Pada pemeriksaan
endoskopi jelas terlihat gmabaran karsinoma yang hampir menutup esofagus dan
mudah berdaharah yang terletak di sepertiga bawah esofagus.
c. Sindroma Mallory-Weiss
Sebelum timbul hematemesis didahului muntah–muntah hebat yang pada akhirnya
baru timbul perdarahan, misalnya pada peminum alkohol atau pada hamil
muda.Biasanya disebabkan oleh karena terlalu sering muntah-muntah hebat dan
terus menerus.Bila penderita mengalami disfagia kemungkinan disebabkan oleh
karsinoma esofagus.
d. Esofagitis korosiva
Pada sebuah penelitian ditemukan seorang penderita wanita dan seorang pria
muntah darah setelah minum air keras untuk patri. Dari hasil analisis air keras
tersebut ternyata mengandung asam sitrat dan asam HCI, yang bersifat korosif
untuk mukosa mulut, esofagus dan lambung. Disamping muntah darah penderita
juga mengeluh rasa nyeri dan panas seperti terbakar di mulut.Dada dan
epigastrum.
e. Esofagitis dan tukak esofagus
Esofagitis bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering bersifat intermittem
atau kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul melena daripada
hematemesis.Tukak di esofagus jarang sekali mengakibatkan perdarahan jika
dibandingkan dengan tukak lambung dan duodenum.
21
2. Kelainan di lambung
a. Gastritis erisova hemoragika
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-obatan
yang menyebabkan iritasi lambung.Sebelum muntah penderita mengeluh nyeri ulu
hati.Perlu ditanyakan juga apakah penderita sedang atau sering menggunakan obat
rematik (NSAID + steroid) ataukah sering minum alkohol atau jamu-jamuan.
b. Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah, nyeri ulu hati dan sebelum
hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrum yang berhubungan
dengan makanan.Sesaat sebelum timbul hematemesis karena rasa nyeri dan pedih
dirasakan semakin hebat.Setelah muntah darah rasa nyeri dan pedih berkurang.
Sifat hematemesis tidak begitu masif dan melena lebih dominan dari
hematemesis.
c. Karsinoma lambung
Insidensi karsinoma lambung di negara kita tergolong sangat jarang dan pada
umumnya datang berobat sudah dalam fase lanjut, dan sering mengeluh rasa
pedih, nyeri di daerah ulu hati sering mengeluh merasa lekas kenyang dan badan
menjadi lemah.Lebih sering mengeluh karena melena.
4.2.1 Defenisi
4.2.2 Epidemiologi
22
perawatan tambahan 1,25 setiap 100 pasien dalam setahun. Kemudian terdapat
4000 laporan kematian setiap tahun dari ulkus peptikum di Inggris.4
4.2.3 Etiologi
Pada fungsi analgesik, obat OAINS hanya efektif terhadap nyeri ringan
dan sedang (contoh : sakit gigi). Walaupun cara kerja OAINS tidak sebaik
golongan opioid, namun efek samping yang tidak diinginkan OAINS tidak
seburuk pemberian opioid seperti adanya depresi pernafasan. OAINS hanya
mengubah persepsi sensoris dari nyeri. Obat ini dapat efektif apabila proses
inflamasi menyebabkan sensitasi persepsi nyeri perifer dan sentral.5
23
4.2.3.2 Cara kerja
COX-1 merupakan jenis enzim yang dominan pada sel lambung dan
diduga sebagai sumber utama dari pembentukan sitoprotektif prostaglandin.
Adanya penghambatan COX-1 dapat menyebabkan adanya efek samping pada
lambung akibat komplikasi dari penggunaan OAINS. Oleh karena itu sekarang
telah dikembangkan adanya penghambat COX-2 selektif. Hal tersebut didasari
oleh COX-2 menjadi sumber utama produksi prostaglandin akibat inflamasi,
sehingga COX-1 tetap dapat menjalankan fungsi proteksi dari saluran cerna.5
24
4.2.5 Patogenesis
COX memiliki 2 jenis isoform, yaitu COX-1 dan COX-2 yang memiliki
fungsi berbeda. COX-1 berfungsi untuk fisiologi proteksi dari mukosa gaster
secara normal. COX-1 berfungsi untuk mensintesis prostaglandin, yang akan
melindungi lambung dari asam yang di ekskresikan, mengatur aliran darah
mukosa lambung, dan produksi bikarbonat. Sedangkan COX-2 hanya aktif saat
adanya kerusakan sel, beberapa sitokin proinflamasi, dan tumor-derived factor.
Gastropathy OAINS diakibatkan oleh adanya inhibisi dari COX-1 akibat efek obat
OAINS.
B. Permeabilisasi Membran
25
Gambar 4.1 Patogenesis cidera pada saluran cerna
26
Gambar 4.2 Produksi mediator tambahan
27
4. Mual, Muntah dan tidak nafsu makan
5. Dapat bersifat hilang timbul dimana pada satu fase nyeri
hilang timbul selama seminggu kemudian dapat tidak
mengalami nyeri kembali hingga berhari-hari, minggu-
minggu ataupun tahun.
4.2.7 Diagnosis
Selain itu adanya pemeriksaan tes darah rutin untuk mengecek Hb dan
Hct. Hal ini dilakukan untuk melihat tingkat pendarahan.Pemeriksaan lab
sederhana seperti darah samar dapat dilakukan untuk membuktikan adanya
pendarahan pada saluran cerna.7
4.2.8 Tatalaksana
28
B. Misoprostol
Pada studi komparatif antara misoprostol dan PPI menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan pada pencegahan timbulnya efek samping GI OAINS.
Namun, pada penelitian lain didapatkan PPI lebih efektif dalam mencegah
timbulnya ulkus duodenal.4
29
esomeprazole pada dosis yang disarankan. Dosis omeprazole yang disarankan
adalah 20mg /hari.4,7
D. Reseptor H2 Antagonis
D. Sitoprotektor
Walaupun kurang efektif salah satu terapi yang dapat dilakukan adalah
pemberian sitoprotektor berupa pemberian sukralfat. Sukralfat merupakan
polisakarida sulfat (dan ditambahkan alumunium hidroksida) yang dapat
menghambat hidrolisis protein mukosa oleh enzim pepsin, sehingga dapat
mencegah terjadinya erosi akibat hidrolisis yang disebabkan oleh enzim pepsin.3,4
Dalam kondisi asam, sukralfat berubah menjadi polimer yang bersifat kental dan
lengket yang melapisi sel epitel lambung dan lesi yang ada selama 6 jam. Selain
itu, sukralfat juga mempunya efek untuk menstimulasi produksi prostaglandin
lokal dan faktor pertumbuhan epidermal. Dosis yang disarankan adalah 1g
sebanyak 3-4x sehari, dikarenakan sukralfat aktif di kondisi asam jadi
penggunaanya diberikan sebelum makan.5
4.2.9 Komplikasi
30
3. Obstruksi, dapat terjadi apabila erosi ulkus melalui serosa lambung ke dalam
struktur sekitarnya seperti pankreas, saluran bilier atau omentum hepatik.
4.2.10 Prognosis
4.3 Anemia
4.3.1 Defenisi
4.3.2 Kriteria
31
4.3.3 Etiologi dan Klasifikasi
Secara lengkap pembagian dari anemia tercantum pada tabel 4.3 berikut :10
32
1.Anemia pasca pendarahan akut 2. Bentuk non-megaloblastik
2.Anemia pasca pendarahan kronik -Anemia pada penyakit hati kronik
C. Anemia akibat hemolitik -Anemia pada hipotiroidisme
1.Anemia hemolitik intrakorpuskular
-Membranopati
-Enzimopati
-Hemoglobinopati
-Thalassemia
2.Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
-Anemia hemolitik autoimun
-Anemia hemolitik mikroangiopati
D. Anemia akibat penyebab yang tidak
diketahui.
Gejala umum anemia adalah adanya rasa lemah, lesu, cepat lelah, tinitus,
mata berkunang kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas, dan dispepsia. Pada
pemeriksaan fisik, pasien tampak pucat, ditemukan adanya anemis pada
konjungtiva dan mukosa mulut.10
33
4.3.5 Penegakkan Diagnosis
4.3.6 Tatalaksana
34
penyakit pasien, serta dilakukan evaluasi terus menerus tentang
kemungkinan perubahan diagnosis.
5. Transfusi diberikan pada anemia pasca perdarahan akut dengan tanda
tanda gangguan hemodinamik. Pada anemia kronik transfusi hanya
diberikan jika anemia bersifat simtomatik atau adanya ancaman payah
jantung. Transfusi yang diberikan hanyalah packed redcell dan bukan
whole blood. Pada anemia kronik sering dijumpai peningkatan volume
darah, oleh karena itu transfusi diberikan dengan tetesan pelan. Dapat juga
diberikan diuretika kerja cepat seperti furosemide sebelum transfusi
35
DAFTAR PUSTAKA
36