Anda di halaman 1dari 20

MODUL PRAKTIKUM DARING

FISIKA DASAR
Daftar Topik:

1. Ayunan Matematis
2. Hukum Hooke

3. Pengukuran Listrik dan Hukum Ohm


4. Hukum Kirchoff

1
1. AYUNAN MATEMATIS

1.1. Tujuan Percobaan

1. Menentukan percepatan gravitasi di Lokasi lokal mahasiswa.


2. Memahami hubungan antara getaran harmonik dengan percepatan gravitasi.
3. Menentukan kecepatan maksimum ayunan.
4. Mahasiswa dapat menerapkan dan mengintepretasikan ke dalam grafik.

1.2. Alat yang Digunakan

1. Mistar berskala
2. Tali
3. Bola
4. Statif
5. Digital counter atau stop watch

1.3. Teori Dasar

Gerak osilasi yang sering kita jumpai adalah gerak ayunan. Gerak osilasi ini
berlangsung di bawah pengaruh gaya gravitasi bumi. Jika simpangan ayunan tidak terlalu
besar, maka bentuk osilasinya adalah gerak harmonik sederhana. Gerak harmonik sederhana
ini terjadi karena ada gaya (gaya berat) yang terjadi pada benda yang arahnya selalu berarah
ke pusat titik kesetimbangan. Besar gaya pembalik diungkapkan dalam Hukum Hooke
sebagai F= - kx dengan k adalah tetapan.
Jika sebuah titik bermassa m digantungkan (oleh seutas tali tak bermassa) di titik O,
dan massa m disimpangkan sehingga membentuk sudut  terhadap sumbu vertikal di titik O
tersebut. Setelah m dilepas akan bergerak menuju titik setimbangnya oleh gaya balik F yang
merupakan komponen dari gaya berat pada m. Jika panjang tali tersebut adalah l, dan
percepatan gravitasi bumi g maka F dapat ditulis sebagai:

F = - mg sin  (1.1)

2
Jika lintasan tersebut kecil sehingga busur lintasan bola (S) juga kecil, maka sin  

s
θ maka  = l dan gaya balik dapat ditulis sebagai:

mg
F=− S
l (1.2)

Untuk ayunan tersebut bersifat sebagai getaran selaras sederhana maka tidak terdapat (kalau
pun ada dapat diabaikan) gaya gesekan udara maupun gaya puntiran pada tali sehingga
persamaan gaya resultannya adalah:

d2 F g
= S
dt 2 l (1.3)

Persamaan (1.3) merupakan persamaan getaran selaras sederhana dan S merupakan fungsi
periodik dengan perioda T yang memenuhi persamaan:

l
T =2π
√ g (1.4)

4 π 2l
g= 2
T (1.5)

1
0 mg sin mg cos

mg

3
Gambar 1. Diagram gaya pada percobaan bandul matematis
Untuk menentukan kecepatan linear ayunan, dapat diturunkan dari Hukum Kekekalan
Energi sebagai berikut:

Energi mekanik di titik O = Energi mekanik di titik 1

1 1
mgh 0 + mv 2 =mgh1 + mv 2
2 0 2 1 (1.6)

1 1
mgh 0 −mgh 1 = mv 2 − mv 2
2 1 2 0 (1.7)

1
gΔh= v 2
2 1 (1.8)

v 1 =√ 2 gΔh (1.9)

dengan , v1 = kecepatan linear di titik 1 (tertinggi)


h = selisih ketinggian titik O dan 1

1.4. Prosedur Percobaan

1. Download Simulasi Ayunan matematis pada link berikut ini :


https://phet.colorado.edu/en/simulation/pendulum-lab

Gambar 2. Tampilan virtual Pendulum-lab


2. Tetapkan panjang tali sampai ke pangkal beban

4
3. Simpangkan tali ayunan sehingga membentuk sudut kira-kira antara 5 sampai 10,
kemudian lepaskan.
4. Ukurlah waktu untuk 15 kali ayunan bagi tiap-tiap panjang tali.
5. Lakukan 3 kali ulangan untuk masing-masing panjang tali.
1.5. Pertanyaan
1. Apakah yang Anda ketahui tentang percepatan gravitasi?
2. Apakah syarat suatu ayunan dapat dinyatakan sebagai ayunan matematis?
3. Hitung percepatan gravitasi bumi beserta ketakpastiannya dan ketelitiannya (

g=( ḡ±Δg ) ), dengan persamaan (1.5).


4. Carilah besar percepatan gravitasi bumi dengan metode grafik T2 versus l.
5. Hitung kecepatan maksimum bola dengan persamaan (1.9)

1.6. Tabel Pengamatan

Tanggal Percobaan : Kelompok :


Nama : NIM :

No l (m) t(s) T(s)


.
1. 1
2. 0.9
3. 0.8
4. 0.7
5. 0.6
6. 0.5
7. 0.4
8. 0.3
9. 0.2
10. 0.1

T= t (waktu) per jumlah ayunan.

5
2. HUKUM HOOKE

2.1 Tujuan
Menentukan besar konstanta pegas
2.2 Alat
1. Papan statis
2. Massa
3. Hanger
4. Pegas

2.3 Teori Dasar

Pegas merupakan salah satu contoh benda elastis. Elastis atau elastisitas adalah
kemampuan sebuah benda untuk kembali ke bentuk awalnya ketika gaya luar yang diberikan
pada benda tersebut dihilangkan. Jika sebuah gaya diberikan pada sebuah benda yang elastis,
maka bentuk benda tersebut berubah. Untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan dengan
perubahan bentuk adalah pertambahan panjang. Perlu diketahui bahwa gaya yang diberikan
juga memiliki batas-batas tertentu. Sebuah karet bisa putus jika gaya tarik yang diberikan
sangat besar, melawati batas elastisitasnya. Demikian juga sebuah pegas tidak akan kembali
ke bentuk semula jika diregangkan dengan gaya yang sangat besar. Jadi benda-benda elastis
tersebut memiliki batas elastisitas.
Tegangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara gaya tarik dengan luas penampang
benda. Regangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara pertambahan panjang benda ketika
diberi gaya dengan panjang awal benda. Gaya elastisitas/pegas adalah gaya yang
mengembalikan pegas agar kembali ke bentuk semula setelah meregang/menekan. Gaya
pegas berlawanan arah dengan gaya berat dan pertambahan panjang, dapat dirumuskan,
tetapan pegas dapat ditentukan melalui penjelasan dan persamaan berikut:
Hukum Hooke untuk pegas yang bergerak secara vertikal. Hukum Hooke adalah hukum atau
ketentuan mengenai gaya dalam bidang ilmu fisika yang terjadi karena sifat elastisitas dari
sebuah per atau pegas. Besarnya gaya Hooke berbanding lurus dengan jarak pergerakan
pegas dari posisi normalnya,
Hukum Hooke menyatakan hubungan antara gaya F yang meregangkan pegas dan
pertambahan panjang (∆x), secara matematis :

6
F = k. Δx
Dengan : F = Gaya yang diberikan (N)
k : konstanta pegas (N/m)
Δx : pertambahan panjang pegas (m)

2.4. Prosedur Percobaan

1. Download Simulasi Hooke’s Law berikut ini:


https://phet.colorado.edu/en/simulation/masses-and-springs-basics

Gambar 2.1. Tampilan Virtual Simulasi Hooke’s Law

2. Gantungkan sebuah beban (50 gram) pada ujung bawah pegas, lalu amati panjang
pegas yang terlihat pada skala mistar. Lakukan pengamatan sebaik mungkin agar
diperoleh data yang mendekati akurat dan catat data yang telah diperoleh pada tabel
hasil pengamatan.
3. Ulangi langkah nomor 2 dengan beban (100 g, 150 g, 200 g dan terakhir beban 250
g) dan catat untuk melengkapi tabel data hasil pengamatan.
4. Hitung pertambahan panjang untuk setiap beban yang digantungkan pada ujung
pegas, dengan menggunakan rumus Δx = x - x0 lalu tuliskan data hasil perhitungan
pada tabel hasil pengamatan.
5. Hitung besar gaya yang bekerja pada pegas (gaya berat beban) dengan menggunakan
rumus F= m.g , dengan m adalah massa beban yang menggantung pada ujung pegas
dan g = 10 m/s2. Tulis hasil perhitungan pada tabel pengolahan data.
6. Setelah mendapat nilai gaya, hitunglah konstanta pegas tersebut dan tulis hasil
perhitungan pada tabel pengolahan data.
7. Lakukan cara yang sama untuk Pegas ke 2

7
TABEL DATA

Pegas 1

No Massa Panjang Panjang Pertambahan Gaya


Beban Pegas Awal Pegas Akhir Panjang Δx F=mg
(kg) xo (m) x (m) (m) (N)
1
2
3

Pegas 2

No Massa Panjang Panjang Pertambahan Gaya


Beban Pegas Awal Pegas Akhir Panjang Δx F=mg
(kg) xo (m) x (m) (m) (N)
1
2
3

2.5 TUGAS
1. Menggunakan formula F = mg, dimana m massa dan g konstanta percepatan gravitasi,
hitung berat dalam satuan newton (N) pada setiap percobaan. Catat berat dalam tabel
data (untuk memperoleh gaya dalam satuan N, konversi massa ke satuan kg).
2. Menggunakan kertas millimeter blok, buatlah grafik Berat (N) pada sumbu y vs
Perubahan pegas (m) pada sumbu x.
3. Gambarkan garis terbaik yang melewati titik-titik data pada grafik. Hitung kemiringan
garis (slope). Slope adalah konstanta pegas k untuk pegas dalam skala pegas.
4. Tentukan skala pegas k dari grafik dan catat hasilnya. Ingat satuannya adalah N/m.

2.6 Pertanyaan
1. Hukum Hooke menyatakan bahwa hubungan antara gaya dan perubahan pegas adalah
linear. Jika Hukum Hooke tidak valid, apakah pegas masih dapat digunakan untuk
mengukur gaya? Jelaskan!
2. Dengan cara bagaimana Hukum Hooke berguna ketika mengkalibrasi pegas untuk
mengukur gaya?
3. Pada grafik anda, Berat vs Perubahan pegas, apakah garis terbaik melewati titik nol
(origin)? Jika tidak apa artinya?

8
Mengetahui,
Dosen PJ Matakuliah Asisten Lab.

(……………………..) (……………………)

9
3. PENGUKURAN LISTRIK DAN HUKUM OHM

3.1 Tujuan percobaan


1. Mahasiswa mampu menggunakan alat ukur listrik untuk mengukur besaran listrik :
resistansi, beda potensial dan kuat arus.
2. Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami Hukum Ohm.
3. Mahasiswa dapat membandingkan hasil perhitungan dengan hasil pengukuran besaran
listrik.

3.2 Alat yang digunakan


1. Catu Daya AC dan DC
2. Resistor
3. Kabel penghubung
4. Multimeter Analog dan Multimeter Digital

3.3 Dasar Teori


Dalam teori listrik terdapat beberapa besaran yang dapat diukur antara lain beda
potensial/tegangan (V), kuat arus listrik (I) dan tahanan listrik (R). pengukuran tegangan
listrik menggunakan Voltmeter, pengukur kuat arus listrik adalah Amperemeter dan pengukur
hambatan listrik adalah Ohmmeter. Sekarang ini alat untuk mengukur tiga besaran tersebut
telah digabung dalam satu alat yang disebut Multimeter (AVO METER).
Multimeter dapat digunakan untuk pengukuran arus dan tegangan AC dan DC. Pembacaan
hasil ukur yang ditampilkan multimeter analog adalah :
angka yang ditunjuk jarum X batas ukur multimeter
Hasil Ukur=
angka skala terbesar
Arus yang mengalir dalam sebuah kawat penghantar memenuhi hukum Ohm menurut
persamaan :
V =I . R ………………(6.1)
Dengan V adalah beda potensial/tegangan yang diberikan, I adalah kuat arus dan R adalah
nilai hambatan/resistansi penghantar. Persamaan (1) di atas akan berlaku jika V dan I bersifat
linier.
Terdapat perbedaan dalam cara mengukur resistansi, tegangan dan kuat arus. Resistansi
dapat diukur secara langsung pada resistor tanpa adanya sumber tegangan listrik dan tanpa
harus memperhatikan polaritasnya. Tegangan diukur dengan merangkai Voltmeter secara
parallel dengan komponen yang akan diukur sedangkan kuat arus dapat diukur dengan cara

10
merangkai Amperemeter secara seri pada komponen tersebut seperti terlihat pada gambar di
bawah ini.

3.4 Prosedur percobaan


Klik Link Simulasi Virtual dibawah ini:
https://phet.colorado.edu/sims/html/circuit-construction-kit-dc/latest/circuit-
construction-kit-dc_en.html

Gambar 3.1. Tampilan Layar Virtual

A. Mengukur Resistansi
1. Putar switch multimeter pada posisi Ohmmeter
2. Kalibrasi alat dengan cara menghubungkan kedua ujung kabel multimeter. Apabila
jarum penunjuk belum tepat menunjuk pada nol, putarlah saklar kalibrasi sampai
jarum menunjukan angka nol.
3. Hubungkan kedua kabel pada resistor yang akan diukur masing-masing pada kedua
ujung/kakinya.
4. Agar hasilnya mempunyai ralat yang kecil, sesuaikan batas ukur dengan resistor yang
akan diukur.
5. Baca angka yang ditunjukan oleh jarum multimeter kemudian tuliskan pada tabel 1.

11
6. Lakukan langkah 1-5 untuk variasi resistor lain dan untuk dua atau tiga resistor yang
dirangkai secara seri dan secara parallel.

B. Mengukur Tegangan
1. Putar skala multimeter pada posisi Voltmeter DC.
2. Rangkai alat seperti gambar di bawah ini.

Volt Meter
Gambar 3.2. Mengukur Tegangan pada resistor
3. Hubungkan kutub positif baterai B1 dengan ujung positif multimeter, demikian juga
kutub negatifnya.
4. Catat tegangan VR1, VR2, dan VR3
5. Baca angka yang ditunjukan oleh jarum multimeter dan tuliskan hasilnya pada tabel 2.
6. Lakukan prosedur 1-4 untuk baterai B2.
7. Lakukan prosedur 1-4 untuk baterai B1 yang dirangkai seri dengan B2.
8. Lakukan prosedur 1-4 untuk baterai B1 yang dirangkai parallel dengan B2.

C. Mengukur Kuat Arus


1. Putar skala multimeter pada posisi Amperemeter DC.
2. Rangkai alat seperti gambar di bawah, dengan baterai B1 dan resistor.

12
Gambar 3.3. Mengukur arus pada rangkaian resistor

3. Baca angka yang ditunjukan oleh jarum Amperemeter dan tuliskan hasilnya pada
tabel 3.
4. Lakukan prosedur 1-3, untuk baterai B1 dan resistor R2, baterai B2 dengan resistor
R1 dan baterai B2 dengan resistor R2.

D. Hukum Ohm
1. Rangkai alat seperti pada gambar di bawah.

2. Baca hasil pengukuran pada Voltmeter dan Amperemeter.


3. Dengan menambah (merubah) sumber tegangan sebanyak 3x, baca hasil pengukuran
Voltmeter dan Amperemeter.
4. Lakukan prosedur 1-3 dengan mengganti nilai resistor sebanyak 3x.

Tugas !!
1. Bandingkan hasil pengukuran tahanan dari percobaan dan dari perhitungan dengan
menggunakan kode warna. Jika terdapat perbedaan, jelaskan mengapa?
2. Bandingkan hasil pengukuran tegangan dengan angka tegangan yang tertulis pada
baterai. Jika berbeda, jelaskan alasannya.!

13
3. Bandingkan hasil pengukuran kuat arus dari percobaan dan dari perhitungan dengan
rumus, jika berbeda, jelaskan alasannya.!
4. Bandingkan hasil pengukuran dengan hasil perhitungan dengan menggunakan hukum
Ohm. Jika terdapat perbedaan, jelaskan mengapa?
5. Buatlah grafik antara I dan V dari data pengukuran untuk satu harga tahanan.
6. Hitunglah harga tahanan dari grafik tersebut !

Tabel 3.1 Referensi kode warna Resistor

14
3.5 Tabel Pengamatan

Nama :
NIM :
Tanggal :

1. Tabel data hasil pengukuran tahanan


N Resistor Nilai Resistansi (ohm) Warna Resistor
O
1 R1
2 R2
3 R1 seri dengan R2
4 R1 paralel dengan R2

2. Tabel data hasil pengukuran tegangan


No Baterai Nilai Tegangan
1 B1
2 B2
3 B1 seri dengan B2
4 B1 paralel dengan B2

3. Tabel data hasil pengukuran kuat arus


No Baterai (volt) Nilai Resistansi (ohm) Kuat Arus (ampere)
1 B1 = R1 =
2 B1 = R2 =
3 B2 = R1 =
4 B2 = R2 =

4. Tabel data pengukuran arus dan tegangan untuk Hukum Ohm.


No Resistansi (ohm) Kuat Arus (A) Tegangan (V) Tegangan
Resistansi
1
2
3

15
4
5

16
4. HUKUM KIRCHOFF

4.1 Tujuan percobaan


1. Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami Hukum Kirchoff tentang arus dan
tegangan.
2. Mahasiswa mampu menentukan kuat arus dan tegangan pada rangkaian listrik
sederhana.
3. Mahasiswa dapat membandingkan hasil perhitungan dengan hasil pengukuran besaran
listrik dengan hukum Kirchoff.

4.2 Alat yang digunakan


1. Catu Daya AC dan DC
2. Resistor
3. Kabel penghubung
5. Multimeter Analog dan Multimeter Digital

4.3 Dasar Teori


Tujuan analisis suatu rangkaian listrik pada umumnya untuk menentukan kuat arus
dan beda potensial (tegangan) pada suatu rangkaian listrik. Untuk analisis rangkaian listrik
ini, di samping hukum Ohm, hukum yang banyak dipakai adalah hukum Kirchhoff. Ada dua
hukum Kirchoff yakni hukum I Kirchoff atau KCL(Kirchhoff’s Current Law) dan hukum II
Kirchoff atau KVL (Kirchhoff’s voltage Law).
Hukum Kirchhoff tentang arus menyatakan bahwa : “Jumlah aljabar kuat arus yang
menuju suatu titik cabang rangkaian listrik = jumlah aljabar arus yang meninggalkan titik
cabang tersebut”. Atau :
∑ I menuju titik cabang =¿ ∑ I meninggalkantitik cabang ¿
Pada gambar 4.1 arus I1, I2, dan I3, menuju titik cabang A, sedangkan arus I 4 dan I5,
meninggalkan titik cabang A. maka pada titik cabang A tersebut berlaku persamaan :
I 1+ I 2 + I 3 =I 4 + I 5

17
Gambar 4.1. Arus masuk dan keluar pada percabangan
Hukum Kirchoff tentang tegangan menyatakan bahwa : “di dalam suatu rangkaian
tertutup jumlah aljabar gaya gerak listrik dengan penurunan tegangan sama dengan nol”.
Secara matematis dapat dituliskan:
Σ ε + Σ IR = 0
4.4 Prosedur Percobaan
https://phet.colorado.edu/sims/html/circuit-construction-kit-dc-virtual-lab/latest/circuit-
construction-kit-dc-virtual-lab_en.html

Gambar4.2 TampilanVirtual

18
1. Rangkai alat seperti gambar di bawah ini untuk menerapkan KCL.

Gambar 4.3 Rangkaian KCL


2. Ukur nilai resistor total pada titik A-B tanpa catu daya (tanpa baterai).
3. Tetapkan nilai sumber tegangan catu daya. Ukurlah tegangan pada masing-masing
kutub-kutub resistor kemudian diisi pada tabel.
4. Tetapkan kutub positif relative pada ujung yang lainnya.
5. Ukurlah arus yang mengalir pada setiap percabangan dan arus totalnya.
6. Lakukan percobaan untuk beberapa nilai tegangan yang berbeda.
7. Rangkai alat seperti gambar di bawah ini untuk menerapkan KVL.

Gambar 4.4 Rangkaian KVL

19
8. Ulangi prosedur yang sama dengan KCL dan analisa rangkaian tersebut dengan
hukum KVL.

Tugas !!
1. Analisa masing-masing rangkaian dengan metode KCL dan KVL.
2. Tentukan besarnya jatuh tegangan setidaknya pada tiga (3) dari enam resistor atau
pada keseluruhan rangkaian pada kedua rangkaian tersebut. Ingat, jika potensial
meningkat, anggap jatuh tegangan adalah positif dan sebaliknya

4.5 Tabel Pengamatan

Nama :
NIM :
Tanggal :

No Baterai (Volt) Nilai Resistansi (ohm) Kuat Arus (Ampere)


1 V1 = R1 = I1 =
2 V2 = R2 = I2 =
3 V3 = R3 = I3 =
4 V4 = R4 = I4 =
5 V5 = R5 = I5 =
6 V Tot = R Tot = I Tot =

Mengetahui,
Dosen PJ Matakuliah Asisten Lab.

(…………………………) (…………………)

20

Anda mungkin juga menyukai