PNEUMONIA
Disusun Sebagai salah satu persyaratan mengikuti kepaniteraan klinik senior SMF
Ilmu Penyakit Dalam di RSU Haji Medan
Disusun Oleh :
Yuliyana
NIM 20360160
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
referat ini guna memenuhi persyaratan kapaniteraan klinik senior di bagian ilmu
Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Haji Medan dengan judul “Pneumonia”.
beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita ke zaman yang
penuh ilmu pengetahuan, beliau adalah figur yang senantiasa menjadi contoh suri
tauladan yang baik bagi penulis untuk menuju ridho Allah SWT.
dosen pembimbing KKS yaitu dr. Siti Taqwa Fitria Lubis, Sp.PD dibagian Ilmu
Penyakit Dalam. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Paper masih terdapat
banyak kekurangan baik dalam cara penulisan maupun penyajian materi. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I ....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ................................................................................................................1
BAB II ..................................................................................................................................2
2.6 Klasifikasi..............................................................................................................5
KESIMPULAN ..................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut pada parenkim atau jaringan
paru yang diakibatkan oleh bakteri, virus, jamur atau parasit. Pneumonia dapat
menyerang siapa saja, baik anak-anak, dewasa muda atau orang tua (PDPI, 2018).
Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus respiratorius
dan alveoli, menimbulkan konsolidasi jaringan paru sehingga dapat mengganggu
pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru (Rachmawati, leksana, 2014).
Pneumonia adalah peradangan paru oleh bakteri dengan gejala berupa panas tinggi
disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), sesak, serta
gejala lainnya sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang (Irawan R, Reviono,
Harsini, 2019). .Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli
serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Pada pemeriksaan histologis terdapat pneumonitis atau reaksi inflamasi berupa
alveolitis dan pengumpulan eksudat yang dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab
dan berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi (Dahlan, 2014).
2.2 Epidemiologi
2
pneumonia tertinggi untuk semua umur adalah Nusa Tenggara Timur, Papua,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan (Irawan R, Reviono,
Harsini, 2019).
2.3 Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu :
1. Typical organisme
Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :
- Streptococcus pneumonia : merupakan bakteri anaerob facultatif. Bakteri patogen
ini di temukan pneumonia komunitas rawat inap di luar ICU sebanyak 20-60%,
sedangkan pada pneumonia komunitas rawat inap di ICU sebanyak 33%.
- Staphylococcus aureus : bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien yang diberikan
obat secara intravena (intravena drug abusers) memungkan infeksi kuman ini
menyebar secara hematogen dari kontaminasi injeksi awal menuju ke paru-paru.
Kuman ini memiliki daya taman paling kuat, apabila suatu organ telah terinfeksi
kuman ini akan timbul tanda khas, yaitu peradangan, nekrosis dan pembentukan
abses. Methicillin-resistant S. Aureus (MRSA) memiliki dampak yang besar dalam
pemilihan antibiotik dimana kuman ini resisten terhadap beberapa antibiotik.
- Enterococcus (E. faecalis, E faecium) : organisme streptococcus grup D yang
merupakan flora normal usus.
Penyebab pneumonia berasal dari gram negatif sering menyerang pada
pasien defisiensi imun (immunocompromised) atau pasien yang di rawat di rumah
sakit, di rawat di rumah sakit dalam waktu yang lama dan dilakukan pemasangan
endotracheal tube. Contoh akteri gram negatif dibawah adalah :
- Pseudomonas aeruginosa : bakteri anaerob, bentuk batang dan memiliki bau yang
sangat khas.
- Klebsiella pneumonia : bakteri anaerob fakultatif, bentuk batang tidak berkapsul.
Pada pasien alkoholisme kronik, diabetes atau PPOK (Penyakit Paru Obstruktif
Kronik) dapat meningkatkan resiko terserang kuman ini.
3
- Haemophilus influenza : bakteri bentuk batang anaerob dengan berkapsul atau
tidak berkapsul. Jenis kuman ini yang memiliki virulensi tinggu yaitu encapsulated
type B (HiB).
2. Atipikal organisme
Bakteri yang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp. , chlamedia sp. ,
Legionella sp.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet , biasanya
menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi. Diduga virus penyebabnya adalah
cytomegalivirus , herpes simplex virus, varicella zooster virus.
c. Jamur
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur
oportunistik, dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat menghirup udara.
Organisme yang menyerang adalah Candida sp. , Aspergillus sp. , Cryptococcus
neoformans.
2.4 Gambaran klinis
Gejala khas dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk
(baik non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen,
atau bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya
adalah pasien lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena
nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada
bagian bawah saat bernafas, takipneu, kenaikan atau penurunan taktil fremitus,
perkusi redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan
pleura, ronki, suara pernafasan bronkial, pleural friction rub.
2.5 Patogenesis
Patogenesis pneumoni terkait dengan 3 faktor yaitu keadaan imunitas,
mikroorganisme yang menyerang pasien dan lingkungan yang berinteraksi satu
sama lain. Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru.
Adanya bakteri di paru merupakan akibat ketidakseimbangan antara daya tahan
4
tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, sehingga mikroorganisme dapat
berkembang biak dan berakibat timbulnya sakit. Ada beberapa cara mikroorganisme
mencapai permukaan: 1) Inokulasi langsung; 2) Penyebaran melalui darah; 3)
Inhalasi bahan aerosol, dan 4) Kolonosiasi di permukaan mukosa. Dari keempat cara
tersebut, cara yang terbanyak adalah dengan kolonisasi.
2.6 Klasifikasi
Pneumonia dibagi menjadi 3 yaitu community acquired pneumonia (CAP)
atau pneumonia komunitas, hospital acquired pneumonia (HAP) dan ventilator
associated pneumonia (VAP). Pneumonia yang sering terjadi dan bersifat serius
adalah pneumonia komunitas (PDPI, 2018)
1) Community-Acquired Pneumonia
5
2) Hospital-Acquired Pneumonia
3) Ventilator-Acquired pneumonia
2.7 Diagnosis
Anamnesis
Ditujukan untuk mengetahui kemungkinan kuman penyebab yang berhubungan
dengan faktor infeksi: (Dahlan, 2014).
a. Evaluasi faktor pasien/ predisposisi
b. Bedakan lokasi infeksi
c. Usia pasien
d. Awitan
6
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernafas , pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang
melemah, disertai ronkhi halus (Fauci, Braunwald, Kasper et al., 2012).
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsoludasi dengan
gambaran air bronkhogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran
kavitas.
2. Pemeriksaan laboraturium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit
(leukositosis)
3. Pemeriksaan bakteriologis
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah untuk
mengetahui adanya S. Pneumonia. Pemeriksaan Kultur merupakan pemeriksaan
utama pra terapi dan bermanfaat untuk evaluasi terapi selanjutnya.
4. Pemeriksaan khusus
Analisa gas darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan
oksigen (Dahlan, 2014).
2.8 Tatalaksana
Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah memberikan
antibiotik tertentu terhadap infeksi pneumonia. Pemberian antibitotik bertujuan
untuk memberikan terapi kausal terhadap kuman penyebab infeksi, akan tetapi
sebelum antibiotika definitif diberikan antibiotik empiris dan terapi suportif perlu
diberikan untuk menjaga kondisi pasien
A. Terapi antibiotik
7
Pemberian Antibiotik Secara Empiris Pada CAP
Pasien berobat jalan
Pasien yang sebelumnya sehat dan tidak menggunakan antibiotika pada 3 bulan
terakhir
Macrolide [klaritromisin (500mg PO bid) atau azitromisisn (500mg PO sekali,
kemudian 250 mg od) atau
Doksisiklin (100mg PO bid)
Pasien dirawat, non ICU
Fluorokuinolon respirasi [moksifloksasin (400 mg PO atau IV od), gemifloksasin
(320mg PO od), levofloksasin (750 mg PO atau IV od)
Pasien dirawat , ICU
β – laktam (sefotaksim 1-2 g IV q8h), seftriakson (2 g IV od) plus
Azitromisisn atau fluoroquinolon
8
B. Terapi suportif
1. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96% berdasarkan
3. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam. Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan
ekspirasi dan pengeluarn CO2. Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernapasan.
4. Pengaturan cairan. Keutuhan kapiler paru sering terganggu pada pneumonia, dan
paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila terdapat pneumonia
bilateral. Pemberian cairan pada pasien harus diatur dengan baik, termasuk pada
5. Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan. Terapi ini tidak
adalah:
9
hal ini perlu dipergunakan PEEP untuk memperbaiki oksigenisasi dan
c. Respiratory arrest.
9. Bila terdapat gagal napas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup yang
2.9 Komplikasi
Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa menimbulkan
komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya kelompok pasien risiko tinggi,
mungkin mengalami beberapa komplikasi seperti bakteremia (sepsis), abses paru,
efusi pleura, dan kesulitan bernapas (National Health Services, 2014). Dapat terjadi
komplikasi pneumonia ekstrapulmoner, misalnya pada pneumonia pneumokokkus
dengan bakteriemi dijumpai pada 10% kasus berupa meningitis, arthritis,
endokarditis, perikarditis, peritonitis dan empiema. Terkadang dijumpai komplikasi
ekstrapulmoner non infeksius bisa dijumpai yang memperlambat resolusi gambaran
radiologi paru , antara lain gagal ginjal, gagal jantung, emboli paru atau infark paru,
dan infark miokard akut. Dapat terjadi komplikasi lain berupa acute respiratory
distress syndrome (ARDS), gagal organ jamak dan komplikasi lanjut berupa
pneumonia nosokomial (Dahlan, 2014).
2.10 Pencegahan
Terdapat 3 jenis vaksin untuk pencegahan pneumonia yaitu pnemoococcal
polysaccharide vaccine, inactivated influenza vaccine dan live attenuated influenza
vaccine.
10
1. Vaksin pnemoococcal polysaccharide direkomendasikan untuk orang usia 65
tahun, usia 2-64 tahun dengan risiko tinggi pneumonia dan perokok.
Kelompok risiko tinggi dimaksud adalah penyakit kardiovaskular kronik,
penyakit paru kronik, diabetes mellitus, alkoholisme, aspkenia, kondisi atau
status imunokompromais dan penghuni panti (fasilitas pelayanan jangka
panjang)
2. Vaksin inactivated influenza direkomendasikan pada usia 50 tahun, orang
dengan penyakit kardiovaskular kronik, penyakit paru kronik (termasuk
asma), penyakit metabolik termasuk DM, gangguan fungsi ginjal,
hemoglobulinopati, keadaan atau status imunokompromais, gangguan fungsi
paru termasuk peningkatan risiko aspirasi, kehamilan, penghuni panti.
3. Vaksin live attenuated influenza direkomendasikan untuk orang usia 4-59
tahun dan tidak diberikan pada kelompok risiko tinggi
4. Pasien pneumonia yang masih merokok harus berhenti merokok
5. Perokok sebaiknya dilakukan vaksinasi baik pneumokokal maupun influenza
6. Memperlihatkan pencegahan dan pengendalian infeksi kebersihan
pernapasan yaitu: cuci tangan dengan air megalir setelah kontak dengan
pasien influenza, pasien menggunakan masker (PDPI, 2018).
2.11 Prognosis
Kejadian PK di Amerika Serikat adalah 3,4-4 juta kasus per tahun, dan 20%
diantaranya perlu dirawat di RS. Secara umum, angka kematian pneumonia oleh
pneumokokkus adalah sebesar 5%, namun dapat meningkat pada lanjut usia dengan
kondisi yang buruk. Pneumonia dengan influenza di Amerika Serikat merupakan
penyebab kematian terbesar ke-6 dengan kejadian sebesar 59%. Sebagian besar pada
lanjut usia, yaitu sebesar 89%. Mortalitas pasien PK yang dirawat di ICU adalah
sebesar 20%. Mortalitas yang tinggi ini berkaitan dengan faktor modifikasi yang ada
pada pasien (Dahlan, 2014).
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut pada parenkim atau jaringan
paru yang diakibatkan oleh bakteri, virus, jamur atau parasit. Pneumonia dapat
menyerang siapa saja, baik anak-anak, dewasa muda atau orang tua. Pneumonia
dibagi menjadi 3 yaitu community acquired pneumonia (CAP) atau pneumonia
komunitas, hospital acquired pneumonia (HAP) dan ventilator associated pneumonia
(VAP). Pneumonia yang sering terjadi dan bersifat serius adalah pneumonia
komunitas. penatalaksaan utama pneumonia adalah memberikan antibiotik tertentu
terhadap infeksi pneumonia. Pemberian antibitotik bertujuan untuk memberikan
terapi kausal terhadap kuman penyebab infeksi, akan tetapi sebelum antibiotika
12
definitif diberikan antibiotik empiris dan terapi suportif perlu diberikan untuk
menjaga kondisi pasien. Terdapat 3 jenis vaksin untuk pencegahan pneumonia yaitu
pnemoococcal polysaccharide vaccine, inactivated influenza vaccine dan live
attenuated influenza vaccine. Secara umum, angka kematian pneumonia oleh
pneumokokkus adalah sebesar 5%, namun dapat meningkat pada lanjut usia dengan
kondisi yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan Z. 2014. Pneumonia, dalam Sudoyo AW, dkk (editor). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Universitas Indonesia.
Irawan, R., Reviono, R. and Harsini, H., 2019. Correlation Between Copeptin and
PSI with Intravenous to Oral Antibiotic Switch Theraphy and Length of Stay
in Community-Acquired Pneumonia. Jurnal Respirologi Indonesia, 39(1),
pp.44-53.
13
National Health Services. Pneumonia : Pneumonia Complication. 2014. Akses
online pada tanggal 3 Maret 2017 di
www.nhs.uk/Conditions/Pneumonia/Pages/Complication.aspx
14