Anda di halaman 1dari 37

Pancasila

Sumber:
PPT karya Bapak Jusa Sujana dan Tim Dosen Lain
PPT Valuer 27 by Tim Dosen Pancasila

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 4
Pancasila
PERTEMUAN 8
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. KONSEP PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


 Arti Informal
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alan yang
biasanya diterima secara tidak kritis.
 Arti Formal
Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
sangat kita junjung tinggi.Arti Komprehensif
 Arti Komprehensif
Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan
 Arti Aktual Fundamental
Filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat perhatian manusia
dan dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
 Arti Analisis Linguistik
Filsafat adalah analisa logis dari Bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep.

B. FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI GENETIVUS OBJECTIVUS DAN GENTIVUS


SUBJECTIVUS
➢ Filsafat pancasila sebagai genetivus objectivus berarti nilai-nilai Pancasila dijadikan
objek yang dianalisis berdasarkan cabangcabang filsafat di Barat.

C. LANDASAN ONTOLOGIS FILSAFAT PANCASILA


❖ Ontologi menurut “Aristoteles” adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu tentang
ada atau keberadaan .
❖ Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan keberadaan)
manusia, benda, alam semesta.
❖ Secara ontologis , penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila .
❖ Dasar Ontologis Sila-Sila Pancasila
• Dasar ontologis pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat
mutlak monopluralis.
• Subjek pendukung dari pokok sila-sila pancasila adalah manusia. Demikian juga
jikalau kita pahami dari segi filsafat negara bahwa pancasila adalah dasar filsafat
negara, adapun pendukung pokok negara adalah rakyat dan unsur rakyat adalah
manusia itu sendiri sehingga tepatlah jikalau dalam filsafat pancasila bahwa
hakikat dasar ontologis sila-sila pancasila adalah manusia.
• Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki
hal-hal yang mutlak.

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 5
D. LANDASAN EPISTEMOLOGIS FILSAFAT PANCASILA
Pengertian
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode,
dan validitas ilmu pengetahuan. Secara epistemologi kajian Pancasila sebagai filsafat
dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem
pengetahuan.
Dasar Epistemologis Pancasila
• Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan
dasar ontologisnya. Maka, dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat
dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.
• Pancasila sebagai suatu obyek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah
sumber pengetahuan dan susunan pengetahuan Pancasila.
• Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah dipahami bersama
adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri.
• Tentang susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan, maka Pancasila
memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila
Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu.

E. LANDASAN AKSILOGIS PANCASILA


Memiliki arti nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila:
Sila 1 : spritual, sakral
Sila 2 : martabat, harga diri, tanggung jawab
Sila 3 : solidaritas dan kesetiakawanan
Sila 4 : demokrasi, musyawarah, mufakat
Sila 5 : kepedulian dan gotong royong

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 6
PERTEMUAN 9
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. Sumber historis Pancasila sebagai sistem filsafat


➢ Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sejak zaman purbakala hingga zaman kemerdekaan, penduduk Indonesia sudah
mengenal adanya Tuhan dalam berbagai keyakinan dan cara menyembah Tuhan.
➢ Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
Kemerdekan Indonesia menghadirkan suatu bangsa yang memiliki wawasan global
dengan kearifan lokal, memiliki komitmen pada penertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan perdamaian, dan keadilan sosial serta pada pemuliaan hak-hak asasi
manusia dalam suasana kekeluargaan kebangsan Indonesia
➢ Sila Persatuan Indonesia
Indonesia adalah sebuah bangsa besar yang mewadahi warisan peradaban
Nusantara dan kerajaan-kerajaan bahari terbesar di muka bumi. Jika di tanah dan air
yang kurang lebih sama, nenek moyang bangsa Indonesia pernah menorehkan tinta
keemasannya, maka tidak ada alasan bagi manusia baru Indonesia untuk tidak dapat
mengukir kegemilangan
➢ Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Pada zaman sebelum openjajahan, Indonesia diduduki oleh kerajaan-kerajaan yang
dipimpin oleh raja-raja yang autokrasi, namun meskipun begitu Drs. Moh. Hatta
mengatakan ada dua anasir tradisi demokrasi di Nusantara, yaitu; hak untuk
mengadakan protes terhadap peraturan raja yang tidak adil dan hak untuk menyingkir
dari kekuasaan raja yang tidak disenangi
➢ Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sejarah mencatat bahwa bangsa Indonesia dahulunya adalah bangsa yang hidup
dalam keadilan dan kemakmuran, keadaan ini kemudian dirampas oleh kolonialisme.

B. Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat


▪ Kelompok pertama memahami sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat
dalam pandangan hidup atau kearifan lokal yang memperlihatkan unsur-unsur filosofis
Pancasila itu masih berbentuk pedoman hidup yang bersifat praktis dalam berbagai
aspek kehidupan.
▪ Kelompok kedua, masyarakat ilmiah-akademis yang memahami Pancasila sebagai
sistem filsafat dengan teoriteori yang bersifat akademis.

C. Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat


❖ Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok.
o Kelompok pertama, meliputi wacana politis tentang Pancasila sebagai sistem
filsafat pada sidang BPUPKI, sidang PPKI, dan kuliah umum Soekarno antara
tahun 1958 dan 1959, tentang pembahasan sila-sila Pancasila secara filosofis.
o Kelompok kedua, mencakup berbagai argumen politis tentang Pancasila sebagai
sistem filsafat yang disuarakan kembali di era reformasi dalam pidato politik
Habibie 1 Juni 2011.

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 7
❖ Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat berlaku juga atas kesepakatan
penggunaan simbol dalam kehidupan bernegara. Garuda Pancasila merupakan salah
satu simbol dalam kehidupan bernegara. Simbol adalah tanda yang memiliki
hubungan dengan objeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan, atau aturan.
✓ Makna suatu simbol ditentukan oleh suatu persetujuan atau kesepakatan
bersama, atau sudah diterima oleh umum sebagai suatu kebenaran:
a) Makna Burung Garuda
 Garuda Pancasila sendiri adalah Burung Garuda yang sudah dikenal
melalui mitologi kuno dalam sejarah bangsa Indonesia, yaitu kendaraan
Wishnu yang menyerupai burung elang rajawali. Garuda menggambarkan
bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan negara yang kuat.
 Warna keemasan pada Burung Garuda melambangkan keagungan dan
kejayaan
 Garuda memiliki paruh, sayap, cakar, dan ekor yang melambangkan
kekuatan dan tenaga pembangunan.
 Jumlah bulu Garuda Pancasila melambangkan hari jadi Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, di antaranya:
1. 17 helai bulu pada masing-masing sayap
2. 8 helai bulu pada ekor
3. 19 helai bulu di bawah perisai atau pada pangkal ekor
4. 45 helai bulu di leher
 Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam kebudayaan dan
peradaban Indonesia sebagai bagian senjata yang melambangkan
perjuangan, pertahanan, dan perlindungan diri untuk mencapai tujuan.
 Di tengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan
garis khatulistiwa yang menggambarkan lokasi NKRI, yaitu negara tropis
yang dilintasi garis khatulistiwa membentang dari timur ke barat.
 Warna dasar pada ruang perisai adalah warna bendera kebangsaaan
negara Indonesia "Merah-Putih", sedangkan pada bagian tengah berwarna
dasar hitam.

b) Makna Perisai
 Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara
Pancasila.
 Pengaturan pada lambang perisai adalah sebagai berikut:
1. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa; dilambangkan dengan
cahaya di bagian tengah perisai berbentuk bintang yang bersudut lima
berlatar hitam.
2. Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab; dilambangkan dengan
tali rantai bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai
berlatar merah.
3. Sila ketiga: Persatuaan Indonesia; dilambangkan dengan pohon
beringin di bagian kiri atas perisai berlatar putih.
4. Sila keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan; dilambangkan dengan kepala
banteng di bagian kanan atas perisai berlatar merah.

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 8
5. Sila kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia;
Dilambangkan dengan kapas dan padi di bagian kanan bawah perisai
berlatar putih.

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 9
PERTEMUAN 10
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

A. Pengertian Etika Politik


Merupakan cabang etika dan termasuk ke dalam lingkungan filsafat serta
mempertanyakan praksis manusia.
➢ Etika berkaitan denga norma moral
Norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur
dari sudut pandang, baik atau buruk, sopan atau tidak sopan, dan susila atau tidak
susila sebagai seorang manusia.
B. Fungsi dan Tugas Etika Politik
a) Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis
untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik (dukungan masyarakat
terhadap sistem politik dan pemerintah) secara bertanggung jawab dan didasarkan
pada aspek rasional, objektif dan argumentatif.
b) Tugas etika politik adalah membantu agar pembahasan masalah-masalah ideologis
dapat dijalankan secara objektif dan sebagai pegangan normative bagi mereka yang
ingin menilai kualitas tatanan kehidupan politik dengan tolak ukur martabat manusia
dan legitimasi moral.

C. Pokok Pembahasan Etika Politik


Pokok pembahasan etika politik adalah hukum dan kekuasaan negara. Hukum sebagai
lembaga penata masyarakat yang normatif dan kekuasaan sebagai lembaga penata
masyarakat yang berkuasa. Hukum tanpa kekuasaan negara tidak dapat berbuat apa-
apa, sifatnya normatif belaka artinya hukum tidak mempunyai kemampuan untuk
bertindak. Sedangkan, kekuasaan negara tanpa hukum adalah buta, kekuasaan
negara yang memakai kekuasaannya tanpa hukum merupakan negara penindas.
D. Prinsip-Prinsip Etika Politik
1) Adanya cita-cita the rule of law
2) Pertisipasi demokratis masyarakat
3) Jaminan hak-hak asasi manusia
4) Struktur sosial budaya masyarakat
5) Keadilan sosial.
E. Pokok Permasalahan Etika Politik
Adanya Legitimasi Kekuasaan yang dirumuskan dengan pertanyaan dengan moral
apa seseorang atau sekelompok orang memegang dan menggunakan kekuasaan yang
mereka miliki? Berapapun besarnya kekuasaan seseorang, dia harus berhadapan
dengan tuntutan untuk mempertanggungjawabkannya. Secara politik, seorang
penguasa yang sesungguhnya adalah keluhuran budinya.
✓ Legitimasi Kekuasaan meliputi :
1) Legitimasi Etis, yaitu pembenaran wewenang negara (kekuasaan negara
berdasarkan prinsip-prinsip moral). Legitimasi etis kekuasaan mempersoalkan
keabsahan kekuasaan politik dari segi norma-norma moral dengan tujuan agar
kekuasaan itu mengarahkan kekuasaan ke pemakaian kebijakan dan cara-cara
yang sesuai dengan tuntutan kemanusiaan yang adil dan beradab.

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 10
2) Legitimasi Legalitas, yaitu keabsahan kekuasaan yang berkaitan dengan fungsi-
fungsi kekuasaan negara dan menuntut fungsi-fungsi kekuasaan negara itu
dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku.

F. Definisi Etika
o Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral.
o Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti ajaran tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang
bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral.

G. Pembagian Etika
o Etika Umum yaitu yang mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap
tindakan manusia.
o Etika Khusus yaitu yang membahas prinsip-prinsip itu didalam hubungannya
dengan pelbagai aspek kehidupan manusia. Etika khusus meliputi beberapa hal,
yaitu :
1) Etika Individual, yaitu yang membahas kewajiban manusia terhadap dirinya
sendiri.
2) Etika Sosial, yaitu yang membahas kewajiban manusia terhadap manusia lain
dalam hidup masyarakat, yang merupakan suatu bagian terbesar dari etika
khusus.

H. Nilai, Norma, dan Moral


1) Nilai (Value) adalah kemampuan yang dipercaya yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia (nilai yang hakekatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat
pada objek, bukan objek itu sendiri). Menilai berarti menimbang suatu kegiatan
manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain tidak untuk
kemudian mengambil keputusan. Keputusan tersebut merupakan nilai yang dapat
menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik,
dan indah atau tidak indah.
✓ Menurut Max Sceler nilai-nilai yang ada tidak sama tingginya :
a. Nilai Kenikmatan, dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai yang mengenakan
dan tidak mengenakan yang menyebabkan orang lain senang dan tidak
senang.
b. Nilai Kehidupan, dalam tingkatan ini terdapat nilai-nilai yang penting bagi
kehidupan manusia (Misalnya kesehatan, kesegaran, jasmani, dan
kesejahteraan umum).
c. Nilai Kejiwaan, dalam tingkatan ini terdapat nilai-nilai kejiwaan yang sama
sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan (Misalnya,
keindahan, kebenaran dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat).

✓ Natonagoro membagi nilai menjadi 4, meliputi :


a. Nilai Kebenaran yang bersumber dari akal yaitu ratio, budi, dan cipta manusia.
b. Nilai Keindahan atau Estetis yaitu yang bersumber pada unsur perasaan
atau esthetis dan rasa manusia.
c. Nilai Kebaikan atau Moral yang bersumber pada unsur kehendak atau Will
dan Karsa manusia.

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 11
d. Nilai Religius yaitu yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak,
yang bersumber pada kepercayaan dan keyakinan manusia.

2) Moral
Berasal dari kata mos (mores), yaitu kesusilaan, tabiat, kelakuan yang berarti juga
ajaran tentang hal yang baik dan buruk dan menyangkut perbuatan dan tingkah laku
manusia. Dalam perwujudannya berupa peraturan, prinsip-prinsip yang benar, baik
dan terpuji dan dapat juga berupa kesetiaan, patuh terhadap nilai dan norma yang
mengangkut kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
3) Norma
Suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi
sebagai penuntun sikap dan tingkah laku manusia. Seperti norma agama, norma
kesusilaan, norma kesopanan, norma hukum.
I. Hubungan Nilai, Norma, dan Moral
Dalam kehidupan manusia nilai dijadikan landasan, alasan dan motivasi dalam bersikap
dan bertingkahlaku, nilaipun bersifat abstrak karena hanya dapat dipahami, dimengerti
dan dihayati oleh manusia, agar nilai tersebut menjadi berguna dalam menuntun sikap
dan tingkah laku manusia, maka perlu dikongkritkan menjadi lebih objektif dan wujud
yang kongkrit tersebut adalah norma. Selanjutnya, nilai dan norma tersebut berkaitan
dengan moral dan etika, dimana moral seseorang menentukan derajat kepribadian
seseorang yang tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya yaitu norma.
➢ Moral dan etika berkaitan erat
Setiap orang memiliki moralitasnya sendiri-sendiri, tidak demikian dengan etika,
semua orang tidak perlu melakukan pemikiran yang kritis terhadap etika, ada
kemungkinan seseorang mengikuti begitu saja pola-pola moralitas yang ada dalam
suatu masyarakat tanpa perlu merefleksikannya secara kritis.
Etika tidak berwenang menentukan yang boleh dan tidak boleh dilakukan seseorang,
wewenang ini berada di wilayah moral. Dalam hal ini terlihat kelemahan etika
dibandingkan moral akan tetapi dalam etika seseorang dapat mengerti mengapa dan
atas dasar apa manusia harus hidup menurut norma-norma tertentu. Pada
hakikatnya, etika membahas tentang prinsip-prinsip moralitas
J. Dimensi Politik Manusia
➢ Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Berbagai paham Antropologi
filsafat memandang hakikat sifat kodrat manusia dari kacamata yang berbeda.
Paham individualisme yang merupakan cikal bakal paham liberalism memandang
manusia sebagai makhluk individu yang bebas. Konsekuensinya dalam setiap
kehidupan masyarakat, bangsa maupun negara. Dasar ontologis ini merupakan
dasar moral politik negara. Sedangkan, paham kolektivisme yang merupakan cikal
bakal sosialisme dan komunisme memandang manusia sebagai makhluk sosial saja.
➢ Dalam kehidupan manusia jaminan atas kebebasan manusia baik sebagai makhluk
individu maupun sosial sulit untuk dilaksanakan, karena terjadinya benturan
kepentingan diantara mereka sehingga terdapat suatu kemungkinan terjadinya
anarkisme dan masyarakat. Dalam hubungan inilah manusia memerlukan suatu
masyarakat hukum yang mampu menjamin hak-haknya, dan masyarakat itulah yang
disebut sebagai Negara.

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 12
➢ Pengertian dimesi politis manusia ini memiliki dua segi fundamental yaitu Pengertian
dan kehendak untuk bertindak (inilah yang senantiasa berhadapan dengan tindakan
moral manusia)
➢ Manusia mengerti dan memahami akan suatu kejadian atau akibat dari kejadian
tertentu, akan tetapi hal itu dapat dihindarkan karena kesadaran moral akan
tanggung jawabnya terhadap orang lain. Namun sebaliknya, jika manusia tidak
bermoral maka ia tidak akan peduli dengan orang lain.

K. Nilai-Nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik


➢ Sebagai dasarfilsafat negara Pancasila tidak hanya merupakan sumber peraturan
perundang-undangan melainkan juga sumber moralitas utama dalam hubungannya
dengan legitiminasi kekuasaan, hukum serta berbagai kebijakan dalam pelaksanaan
dan penyelenggaraan.
➢ Keutuhan Yang Maha Esa serta sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab,
adalah merupakan sumber nilai-nilai moral bagi kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan.
➢ Negara Indonesia yang berdasarkan sila petama Ketuhanan Yang Maha Esa
bukanlah negara Teokrasi yang mendasarkan kekuasaan dan penyelnggaraan
negara pada ligitiminasi religious melainkan mendasarkan pada legitinasi hukum dan
demokrasi. Oleh karena itu asas sila pertama lebih berkaitan dengan legitiminasi
moral. Inilah yang membedakan negara Indonesia tidak mendasarkan pada
legitiminasi religious, namun secara moralitas kehidupan negara harus sesuai
dengan nilai-nilai yang berasal dari Tuhan, terutama hukum serta moral dalam
kehidupan bernegara.

L. Etika Politik dalam Khidupan Berbangsa dan Bernegara


Pembangunan etika politik sangatlah urgent, perlu adanya pemikiran dalam rangka
menata kembali kultur politik bangsa Indonesia. Sebagai warga negara, kita telah
memiliki hak-hak politik dan hak-hak politik tersebut bersosialisasi dan berkomunikasi
dengan sesame warga negara dalam wadah infrastruktur dan suprastruktur.
o Wadah infrastruktur adalah mimbar bebas, unjuk rasa, bicara lisan dan tulisan,
aktivitas organisasi politik, kampanye pemilihan umum, penghitungan suara
dalam meilih anggota legislative dan eksekutif.
o Wadah suprastruktur mencakup semua lembaga legislative disemua tingkat,
eksekutif dari presiden sampai rt/rw, dan jajaran kekuasaan kehakiman (pusat
sampai daerah).
Etika politik tidak diatur dalam hukum tertulis secara lengkap akan tetapi melalui
moralitas yang bersumber pada hati nurani, rasa malu kepada masyarakat dan rasa
takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kehidupan politik bangsa Indonesia banyak
suara masyarakat yang menuntut dibentuknya dewan kehormatan pada institusi
kenegaraan dan kemasyarakatan dengan harapan etika politik dapat terwujud dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Terwujudnya etika politik dengan baik dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara sangat ditentukan oleh kejujuran dan keihklasan
hati nurani dari masing-masing warga negara yang telah memiliki hal politiknya untuk
melaksanakan ajaran moral dan norma-norma aturan berpolitik dalam negara.

M. PENTINGNYA PANCASILA SEBAGAI SISTEMA ETIKA


Pentingnya Pancasila sebagi etika bagi bangsa Indonesia ialah menjadi rambu normatif
untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara di

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 13
Indonesia.Dengan demikian,pelanggaran dalam kehidupan bernegara seperti korupsi
(penyalahgunaan kekuasaan) dapat diminimalkan.
• ESENSI
Esensi adalah inti atau hakikat bisa sebagai hal yang pokok dari sesuatu
• URGENSI
Urgensi adalah keharusan yang mendesak atau hal yang sangat penting
• ETIKA
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak atau kewajiban
moral
N. ESENSI PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
o Hakikat Pancasila sebagai Sistem Etika:
1. Hakikat Sila Ketuhanan : keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan sebagai
penjamin prinsip moral
2. Hakikat Sila Kemanusiaan : tindakan manusia biasa
3. Hakikat Sila Persatuan : kesediaan untuk hidup bersama sebagai warga bangsa
yang mementingkan negara diatas kepentingan individu
4. Hakikat Sila Kerakyatan : prinspi musyawarah untuk mufakat
5. Hakikat Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia : perwujudan dari
keutamaan yang terkandung dalam sila ini.

O. HAL PENTING DALAM URGENSI PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA


1. Meletakkan Sila Pancasila sebagai sistem etika
2. Pancasila sebagai sistem etika memberi pimpinan bagi setiap warga negara
3. Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar analisis dari berbagai dasar
kebijakan
4. Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter untuk menyaring pluralitas yang
berkembang dari masyarakat.

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 14
PERTEMUAN 11
PANCASILA MENJADI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU

A. IDEOLOGI PANCASILA BERPERAN SEBAGAI LEADING PRINCIPLE DALAM


KEHIDUPAN ILMIAH BANGSA INDONESIA.
❖ KUNTOWIJOYO
Menegaskan bahwa kebenaran itu bersifat noncumulative (tidak
bertambah) karena kebenaran itu tidak makin berkembang dari waktu ke waktu.
Kemajuan itu bersifat cumulative (bertambah), artinya kemajuan itu selalu
berkembang dari waktu ke waktu. Agama, filsafat, dan kesenian termasuk dalam
kategori non-cumulative, sedangkan fisika, teknologi, kedokteran termasuk dalam
kategori cumulative
❖ RELASI ANTARA IPTEK DAN NILAI BUDAYA, SERTA AGAMA
Pertama, iptek yang gayut dengan nilai budaya dan agama sehingga pengembangan
iptek harus senantiasa didasarkan atas sikap humanreligius.
Kedua, iptek yang lepas sama sekali dari norma budaya dan agama sehingga terjadi
sekularisasi yang berakibat pada kemajuan iptek tanpa dikawal dan diwarnai nilai
human-religius.
Ketiga, iptek yang menempatkan nilai agama dan budaya sebagai mitra dialog di saat
diperlukan.

B. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA MERUPAKAN KRISTALISASI NILAI-


NILAI BUDAYA DAN AGAMA DARI BANGSA INDONESIA.
a) das Sollen ideologi Pancasila berperan sebagai leading principle dalam kehidupan
ilmiah bangsa Indonesia.
b) Para Ilmuwan tetap berpeluang untuk mengembangkan profesionalitasnya tanpa
mengabaikan nilai ideologis yang bersumber dari masyarakat Indonesia sendiri.

C. KONSEP PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU


1) Pertama, bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang dikembangkan di
Indonesia haruslah tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.
2) Kedua, bahwa setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus menyertakan nilai-
nilai Pancasila sebagai faktor internal pengembangan iptek itu sendiri.
3) Ketiga, bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi
pengembangan iptek di Indonesia, artinya mampu mengendalikan iptek agar tidak
keluar dari cara berpikir dan cara bertindak bangsa Indonesia.
4) Keempat, bahwa setiap pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan ideologi
bangsa Indonesia sendiri atau yang lebi h dikenal dengan istilah indegenisasi ilmu
(mempribumian ilmu).

D. URGENSI PANCASILA SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN ILMU


1) Pertama, pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia
dewasa ini seiring dengan kemajuan iptek menimbulkan perubahan dalam cara
pandang manusia tentang kehidupan.

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 15
2) Kedua, dampak negatif yang ditimbulkan kemajuan iptek terhadap lingkungan hidup
berada dalam titik nadir yang membahayakan eksistensi hidup manusia di masa yang
akan datang.
3) Ketiga, perkembangan iptek yang didominasi negara-negara Barat dengan politik
global ikut mengancam nilai-nilai khas dalam kehidupan bangsa Indonesia, seperti
spiritualitas, gotong royong, solidaritas, musyawarah, dan cita rasa keadilan

E. SUMBER HISTORIS PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU


DI INDONESIA
Sumber historis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia dapat
ditelusuri pada awalnya dalam dokumen negara, yaitu Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945. Alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Kata “mencerdaskan kehidupan
bangsa” mengacu pada pengembangan iptek melalui pendidikan. Amanat dalam
Pembukaan UUD 1945 yang terkait dengan mencerdaskan kehidupan bangsa itu haruslah
berdasar pada nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, dan seterusnya, yakni Pancasila.

F. SUMBER SOSIOLOGIS PANCASILA


Sumber sosiologis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek dapat ditemukan
pada sikap masyarakat yang sangat memperhatikan dimensi ketuhanan dan
kemanusiaan sehingga manakala iptek tidak sejalan dengan nilai ketuhanan dan
kemanusiaan, biasanya terjadi penolakan.

G. SUMBER POLITIS PANCASILA


Sumber politis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia dapat
dirunut ke dalam berbagai kebijakan yang dilakukan oleh para penyelenggara negara.
H. PIDATO SOEKARNO KETIKA MENERIMA GELAR DOCTOR HONORIS CAUSA DI
UGM PADA 19 SEPTEMBER 1951
“Bagi saya, ilmu pengetahuan hanyalah berharga penuh jika ia dipergunakan untuk
mengabdi kepada praktik hidup manusia, atau praktiknya bangsa, atau praktiknya hidup
dunia kemanusiaan. Memang sejak muda, saya ingin mengabdi kepada praktik hidup
manusia, bangsa, dan dunia kemanusiaan itu. Itulah sebabnya saya selalu mencoba
menghubungkan ilmu dengan amal, menghubungkan pengetahuan dengan perbuatan
sehingga pengetahuan ialah untuk perbuatan, dan perbuatan dipimpin oleh pengetahuan.
Ilmu dan amal harus wahyu-mewahyui satu sama lain. Buatlah ilmu berdwitunggal dengan
amal. Malahan, angkatlah derajat kemahasiswaanmu itu kepada derajat mahasiswa
patriot yang sekarang mencari ilmu, untuk kemudian beramal terus menerus di wajah ibu
pertiwi” (Ketut, 2011).

I. PIDATO SOEKARNO PADA AKADEMI PEMBANGUNAN NASIONAL DI


YOGYAKARTA, 18 MARET 1962
“Ilmu pengetahuan itu adalah malahan suatu syarat mutlak pula, tetapi kataku tadi, lebih
daripada itu, dus lebih mutlak daripada itu adalah suatu hal lain, satu dasar. Dan yang
dimaksud dengan perkataan dasar, yaitu karakter. Karakter adalah lebih penting daripada
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tetap adalah suatu syarat mutlak. Tanpa karakter
yang gilang gemilang, orang tidak dapat membantu kepada pembangunan nasional, oleh
karena itu pembangunan nasional itu sebenranya adalah suatu hal yang berlangit sangat
tinggi, dan berakar amat dalam sekali. Berakar amat dalam sekali, oleh karena akarnya
itu harus sampai kepada inti-inti daripada segenap cita-cita dan perasaan-perasaan dan
gandrungan-gandrungan rakyat” (Soekarno, 1962).

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 16
Tidak ada kata Pancasila yang disebut Soekarno.

J. PRESIDEN SOEHARTO MENYINGGUNG MASALAH PANCASILA SEBAGAI DASAR


NILAI PENGEMBANGAN ILMU KETIKA MEMBERIKAN SAMBUTAN PADA
KONGRES PENGETAHUAN NASIONAL IV, 18 SEPTEMBER 1986 DI JAKARTA

“Ilmu pengetahuan dan teknologi harus diabdikan kepada manusia dan kemanusiaan,
harus dapat memberi jalan bagi peningkatan martabat manusia dan kemanusiaan.
Dalam ruang lingkup nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi yang ingin kita kuasai
dan perlu kita kembangkan haruslah ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa memberi
dukungan kepada kemajuan pembangunan nasional kita. Betapapun besarnya
kemampuan ilmiah dan teknologi kita dan betapapun suatu karya ilmiah kita mendapat
tempat terhormat pada tingkat dunia, tetapi apabila kemampuan ilmu pengetahuan dan
teknologi itu tidak dapat membantu memecahkan masalah-masalah pembangunan kita,
maka jelas hal itu merupakan kepincangan, bahkan suatu kekurangan dalam
penyelenggaraan ilmu pengetahuan dan teknologi” (Soeharto, 1986: 4).

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 17
PERTEMUAN 12

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi moralitas


dalam diri setiap individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap spiritualitas
dalam kehidupan bermasycarakat, berbangsa, dan bernegara.

1. FUNGSI DAN KEDUDUKAN PANCASILA


a. Dasar Negara
b. Pandangan Hidup Bangsa
c. Ideologi Negara
d. Jiwa dan Kepribadian Bangsa

2. NILAI-NILAI PANCASILA
a. Ketuhanan
b. Kemanusiaan
c. Persatuan
d. Kerakyatan
e. Keadilan

Secara normatif → acuan tindakan baik


Pancasila
Secara filosofis → dijadikan perspektif kajian
nilai dan norma yg berkembang di
masyarakat
• Pancasila sebagai suatu nilai → terpisah satu sama lain, nilai-nilai tersebut bersifat
universal (ditemukan dimanapun dan kapanpun).

• Sebagai suatu kesatuan nilai Pancasila yang utuh → nilai-nilai tersebut memberikan
ciri khusus pada Bangsa Indonesia, karena merupakan komponen utuh yang
terkristalisasi dalam Pancasila.

• Pancasila , awalnya merupakan konsensus politik sebagai dasar negara Indonesia


pada waktu merdeka → selanjutnya berkembang menjadi konsensus moral.

• Pancasila → sebagai sistem etika, untuk mengkaji moralitas bangsa dalam konteks
hubungan dan interaksi dalam masyarakat yang berbangsa dan bernegara.

3. ETIKET
▪ Etika ➔ kajian ilmiah terkait etiket atau moralitas.
▪ Etika ➔ sebagai aturan kesusilaan / sopan santun.
▪ Istilah yg tepat ➔ etiket pergaulan → etiket jurnalistik, etiket kedokteran, dll.
▪ Secara etimologis (asal kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos : watak
kesusilaan atau adat. Identik dengan moral yg berasal dari bhs Latin mos (jamak
mores) = adat atau cara hidup.
▪ ETIKA, menurut pendapat penulis, merupakan pengetahuan yang berkaitan dengan
asas-asas ahlak atau moral. Etika berbicara tentang norma-norma dari sikap yang
paling mendasar dari fungsi manusia dan kemanusiaan.

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 18
▪ Menurut Louis O.Kattsoff, dalam bukunya "Pengantar Filsafat", Etika dikatakan
sebagai cabang aksiologi yang membicarakan masalah predikat-predikat nilai "betul"
("right") dan "salah" ("wrong") dalam pengertian "susila" ("moral") dan "tidak susila"
("imoral"). Dikatakan pula bahwa etika merupakan pokok bahasan khusus yang
membicarakan sifat-sifat yang menyebabkan orang dapat disebut susila atau bajik.

4. ETIKA MEMILIKI RUANG LINGKUP YANG LEBIH LUAS DARI PADA ETIKET
ETIKA MENCAKUP:
• Sikap bertindak atau berkehendak yang bermoral
• Sikap berpola pikir yang bermoral
• Sikap bertutur yang santun dan bermoral
• Sikap pemahaman terhadap nilai-nilai moral
• Sikap “kedirian” atas landasan nilai-nilai moral

Etiket TATAKRAMA PERGAULAN merupakan konteks sopan-santun atau adat kesantunan


di dalam pergaulan antara sesama manusia ➔ Atau tatanan pergaulan yang memiliki NORMA

TATAKRAMA PERGAULAN DIPENGARUHI OLEH:


• Lingkungan Keluarga
• Lingkungan Budaya Setempat
• Latar Belakang Kehidupan
• Tingkat Pendidikan
• Kemauan dan Rasa keingintahuan
• Sifat Psikologis tertentu

5. ALASAN DIPERLUKANNYA PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA


PERTAMA,
a. Dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama generasi muda
sehingga membahayakan kelangsungan hidup bernegara.
b. Generasi muda yang tidak mendapat pendidikan karakter yang memadai dihadapkan
pada pluralitas nilai yang melanda Indonesia sebagai akibat globalisasi sehingga
mereka kehilangan arah.
c. Dekadensi moral itu terjadi ketika pengaruh globalisasi tidak sejalan dengan nilai-nilai
Pancasila, tetapi justru nilai-nilai dari luar berlaku dominan. Contoh-contoh dekadensi
moral, antara lain: penyalahgunaan narkoba, kebebasan tanpa batas, rendahnya rasa
hormat kepada orang tua, menipisnya rasa kejujuran, tawuran di kalangan para
pelajar. Kesemuanya itu menunjukkan lemahnya tatanan nilai moral dalam kehidupan
bangsa Indonesia.
d. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sistem etika diperlukan kehadirannya sejak dini,
terutama dalam bentuk pendidikan karakter di sekolah-sekolah.

KEDUA
a. Korupsi akan bersimaharajalela karena para penyelenggara negara tidak memiliki
rambu-rambu normatif dalam menjalankan tugasnya.
b. Para penyelenggara negara tidak dapat membedakan batasan yang boleh dan tidak,
pantas dan tidak, baik dan buruk (good and bad). Pancasila sebagai sistem etika
terkait dengan pemahaman atas kriteria baik (good) dan buruk (bad).

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 19
c. Archie Bahm dalam Axiology of Science, menjelaskan bahwa baik dan buruk
merupakan dua hal yang terpisah. Namun, baik dan buruk itu eksis dalam kehidupan
manusia, maksudnya godaan untuk melakukan perbuatan buruk selalu muncul.
d. Ketika seseorang menjadi pejabat dan mempunyai peluang untuk melakukan tindakan
buruk (korupsi), maka hal tersebut dapat terjadi pada siapa saja. Oleh karena itu,
simpulan Archie Bahm, ”Maksimalkan kebaikan, minimalkan keburukan”

KETIGA:
a. Kurangnya rasa untukperlu berkontribusi dalam pembangunan melalui pembayaran
pajak.
b. Hal tersebut terlihat dari kepatuhan pajak yang masih rendah, padahal peranan pajak
dari tahun ke tahun semakin meningkat dalam membiayai APBN.
c. Pancasila sebagai sistem etika akan dapat mengarahkan wajib pajak untuk secara
sadar memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik. Dengan kesadaran pajak
yang tinggi maka program pembangunan yang tertuang dalam APBN akan dapat
dijalankan dengan sumber penerimaan dari sektor perpajakan.

KEEMPAT:
a. Pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan bernegara di Indonesia
ditandai dengan melemahnya penghargaan seseorang terhadap hak pihak lain.
b. Kasus-kasus pelanggaran HAM yang dilaporkan di berbagai media, seperti
penganiayaan terhadap pembantu rumah tangga (PRT), penelantaran anak-anak
yatim oleh pihak-pihak yang seharusnya melindungi, kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT), dan lain-lain. Kesemuanya itu menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat
terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika belum berjalan maksimal.
c. Oleh karena itu, di samping diperlukan sosialisasi sistem etika Pancasila, diperlukan
pula penjabaran sistem etika ke dalam peraturan perundang-undangan tentang HAM
(Lihat Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).

KELIMA:
a. Kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan manusia,
seperti kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi yang akan datang, global
warming, perubahan cuaca, dan lain sebagainya.
b. Kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa kesadaran terhadap nilai-nilai Pancasila
sebagai sistem etika belum mendapat tempat yang tepat di hati masyarakat.
c. Masyarakat Indonesia dewasa ini cenderung memutuskan tindakan berdasarkan sikap
emosional, mau menang sendiri, keuntungan sesaat, tanpa memikirkan dampak yang
ditimbulkan dari perbuatannya. Contoh yang paling jelas adalah pembakaran hutan di
Riau sehingga menimbulkan kabut asap.
d. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sistem etika perlu diterapkan ke dalam peraturan
perundang-undangan yang menindak tegas para pelaku pembakaran hutan, baik
pribadi maupun perusahaan yang terlibat.
e. Selain itu, penggiat lingkungan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara juga perlu mendapat penghargaan yang layak.
f. Lingkungan hidup yang nyaman melahirkan generasi muda yang sehat dan bersih
sehingga kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menjadi lebih
bermakna sebagaimana tercermin dalam gambar berikut.

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 20
6. SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, POLITIS TENTANG PANCASILA SEBAGAI
SISTEM ETIKA

SUMBER HISTORIS
 Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai sistem etika masih berbentuk sebagai
Philosofische Grondslag atau Weltanschauung. Artinya, nilai-nilai Pancasila belum
ditegaskan ke dalam sistem etika, tetapi nilai-nilai moral telah terdapat pandangan
hidup masyarakat. Masyarakat dalam masa orde lama telah mengenal nilai-nilai
kemandirian bangsa yang oleh Presiden Soekarno disebut dengan istilah berdikari
(berdiri di atas kaki sendiri).
 Pada zaman Orde Baru, Pancasila sebagai sistem etika disosialisasikan melalui
penataran P-4 dan diinstitusionalkan dalam wadah BP-7. Ada banyak butir Pancasila
yang dijabarkan dari kelima sila Pancasila sebagai hasil temuan dari para peneliti BP-
7.
 Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem etika tenggelam dalam hiruk- pikuk
perebutan kekuasaan yang menjurus kepada pelanggaraan etika politik. Salah satu
bentuk pelanggaran etika politik adalah abuse of power, baik oleh penyelenggara
negara di legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Penyalahgunaan kekuasaan atau
kewenangan inilah yang menciptakan korupsi di berbagai kalangan penyelenggara
negara.

SUMBER SOSIOLOGIS
 Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika dapat ditemukan dalam kehidupan
masyarakat berbagai etnik di Indonesia. Misalnya, orang Minangkabau dalam hal
bermusyawarah memakai prinsip “bulat air oleh pembuluh, bulat kata oleh mufakat”.
Masih banyak lagi mutiara kearifan lokal yang bertebaran di bumi Indonesia ini
sehingga memerlukan penelitian yang mendalam.

SUMBER POLITIS
 Sumber politis Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma-norma dasar
(Grundnorm) sebagai sumber penyusunan berbagai Peraturan Per-UU di Indonesia.
Hans Kelsen mengatakan bahwa teori hukum itu suatu norma yang berbentuk
piramida. Norma yang lebih rendah memperoleh kekuatannya dari suatu norma yang
lebih tinggi. Semakin tinggi suatu norma, akan semakin abstrak sifatnya, dan
sebaliknya, semakin rendah kedudukannya, akan semakin konkrit norma tersebut
(Kaelan, 2011: 487).
 Pancasila sebagai sistem etika merupakan norma tertinggi (Grundnorm) yang sifatnya
abstrak, sedangkan perundang-undangan merupakan norma yang ada di bawahnya
bersifat konkrit.
 Etika politik mengatur masalah perilaku politikus, berhubungan juga dengan praktik
institusi sosial, hukum, komunitas, struktur-struktur sosial, politik, ekonomi.
 Etika politik memiliki 3 dimensi, yaitu: tujuan, sarana, dan aksi politik itu sendiri.
a. Dimensi tujuan terumuskan dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat
dan hidup damai yang didasarkan pada kebebasan dan keadilan.
b. Dimensi sarana memungkinkan pencapaian tujuan yang meliputi sistem dan
prinsip-prinsip dasar pengorganisasian praktik penyelenggaraan negara dan yang
mendasari institusi-institusi sosial.

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 21
c. Dimensi aksi politik berkaitan dengan pelaku pemegang peran sebagai pihak yang
menentukan rasionalitas politik. Rasionalitas politik terdiri atas rasionalitas
tindakan dan keutamaan. Tindakan politik dinamakan rasional bila pelaku
mempunyai orientasi situasi dan paham permasalahan (Haryatmoko, 2003: 25 –
28).

7. MEMBANGUN ARGUMEN TENTANG DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA


SEBAGAI SISTEM ETIKA HUKUM DAN KEBIJAKAN

A. ARGUMEN TENTANG DINAMIKA PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA


 PERTAMA ➔ Di zaman Orla, pemilu diselenggarakan dengan semangat
demokrasi yang diikuti banyak partai politik, tetapi dimenangkan empat partai
politik, yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Muslimin Indonesia
(PARMUSI), Partai Nahdhatul Ulama (PNU), dan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Tidak dapat dikatakan bahwa pemerintahan di zaman Orde Lama mengikuti sistem
etika Pancasila, bahkan ada tudingan dari pihak Orde Baru bahwa pemilihan
umum pada zaman Orde Lama dianggap terlalu liberal karena pemerintahan
Soekarno menganut sistem demokrasi terpimpin, yang cenderung otoriter.
 KEDUA ➔ pada zaman Orde Baru sistem etika Pancasila diletakkan dalam bentuk
penataran P-4. Pada zaman Orde Baru itu pula muncul konsep manusia Indonesia
seutuhnya sebagai cerminan manusia yang berperilaku dan berakhlak mulia
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Manusia Indonesia seutuhnya dalam
pandangan Orde Baru, artinya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa, yang secara kodrati bersifat monodualistik, yaitu makhluk rohani
sekaligus makhluk jasmani, dan makhluk individu sekaligus makhluk sosial.
Manusia sebagai makhluk pribadi memiliki emosi yang memiliki pengertian, kasih
sayang, harga diri, pengakuan, dan tanggapan emosional dari manusia lain dalam
kebersamaan hidup. Manusia sebagai makhluk sosial, memiliki tuntutan
kebutuhan yang makin maju dan sejahtera. Tuntutan tersebut hanya dapat
terpenuhi melalui kerjasama dengan orang lain, baik langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itulah, sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
sosial harus dikembangkan secara selaras, serasi, dan seimbang (Martodihardjo,
1993: 171).
 KETIGA, sistem etika Pancasila pada era reformasi tenggelam dalam eforia
demokrasi. Namun seiring dengan perjalanan waktu, disadari bahwa demokrasi
tanpa dilandasi sistem etika politik akan menjurus pada penyalahgunaan
kekuasaan, serta machiavelisme (menghalalkan segala cara untuk mencapi
tujuan)

B. ARGUMEN TENTANG TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA.


BEBERAPA BENTUK TANTANGAN:
 Pertama, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Lama
berupa sikap otoriter dalam pemerintahan sebagaimana yang tercermin dalam
penyelenggaraan negara yang menerapkan sistem demokrasi terpimpin. Hal
tersebut tidak sesuai dengan sistem etika Pancasila yang lebih menonjolkan
semangat musyawarah untuk mufakat.
 Kedua, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Baru terkait
dengan masalah NKK (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang merugikan

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 22
penyelenggaraan negara. Hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan sosial karena
nepotisme, kolusi, dan korupsi hanya menguntungkan segelintir orang atau
kelompok tertentu.
 Ketiga, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada era Reformasi berupa
eforia kebebasan berpolitik sehingga mengabaikan norma-norma moral. Misalnya,
munculnya anarkisme yang memaksakan kehendak dengan mengatasnamakan
kebebasan berdemokrasi.

8. ESENSI DAN URGENSI PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

A. ESENSI PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA


Hakikat Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal sebagai
berikut:
o PERTAMA, hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia
bahwa Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral. Artinya, setiap perilaku
warga negara harus didasarkan atas nilai-nilai moral yang bersumber pada norma
agama. Setiap prinsip moral yang berlandaskan pada norma agama, maka prinsip
tersebut memiliki kekuatan (force) untuk dilaksanakan oleh pengikut-pengikutnya.
o KEDUA, hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu tindakan
manusia yang mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang dibedakan
dengan actus homini, yaitu tindakan manusia yang biasa. Tindakan kemanusiaan
yang mengandung implikasi moral diungkapkan dengan cara dan sikap yang adil
dan beradab sehingga menjamin tata pergaulan antarmanusia dan antarmakhluk
yang bersendikan nilai-nilai kemanusiaan yang tertinggi, yaitu kebajikan dan
kearifan.
o KETIGA hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama
sebagai warga bangsa yang mementingkan masalah bangsa di atas kepentingan
individu atau kelompok. Sistem etika yang berlandaskan pada semangat
kebersamaan, solidaritas sosial akan melahirkan kekuatan untuk menghadapi
penetrasi nilai yang bersifat memecah belah bangsa.
o KEEMPAT, hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk
mufakat. Artinya, menghargai diri sendiri sama halnya dengan menghargai orang
lain.
o KELIMA, hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan
perwujudan dari sistem etika yang tidak menekankan pada kewajiban semata
(deontologis) atau menekankan pada tujuan belaka (teleologis), tetapi lebih
menonjolkan keutamaan (virtue ethics) yang terkandung dalam nilai keadilan itu
sendiri.

B. URGENSI PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA


Hakikat Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal sebagai berikut:
o PERTAMA, meletakkan sila-sila Pancasila sebagai sistem etika berarti
menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan inspirasi bagi penentu sikap,
tindakan, dan keputusan yang diambil setiap warga negara.
o KEDUA, Pancasila sebagai sistem etika memberi guidance bagi setiap warga
negara sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan baik lokal,
nasional, regional, maupun internasional.

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 23
o KETIGA, Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar analisis bagi
berbagai kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara sehingga tidak keluar
dari semangat negara kebangsaan yang berjiwa Pancasilais.
o KEEMPAT, Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter untuk menyaring
pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak
globalisasi yang memengaruhi pemikiran warga negara.

Sumber : PPT V27 by Tim Dosen Pancasila

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 24
PERTEMUAN 13

PANCASILA MENJADI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU

• Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dewasa ini mencapai kemajuan
pesat sehingga peradaban manusia mengalami perubahan yang luar biasa.
• Pengembangan iptek tidak dapat terlepas dari situasi yang melingkupinya ➔ iptek selalu
berkembang dalam suatu ruang budaya.
• Perkembangan iptek pada gilirannya bersentuhan dengan nilai-nilai budaya dan agama
sehingga di satu pihak dibutuhkan semangat objektivitas, di pihak lain sentuhan tersebut
dalam pengembangannya diharapkan tidak merugikan umat manusia.
• Kuntowijoyo dalam konteks pengembangan ilmu menengarai bahwa kebanyakan orang
sering mencampuradukkan antara kebenaran dan kemajuan sehingga pandangan
seseorang tentang kebenaran terpengaruh oleh kemajuan yang dilihatnya.

1. RELASI ANTARA IPTEK DAN NILAI BUDAYA


Ditandai dengan :
• PERTAMA, iptek yang terkait dengan nilai budaya dan agama ➔ maka
pengembangan iptek harus senantiasa didasarkan atas sikap human-religius.
• KEDUA, iptek yang lepas sama sekali dari norma budaya dan agama ➔ berakibat
terjadinya sekularisasi yang pada akhirnya kemajuan iptek tanpa dikawal dan diwarnai
nilai human-religius. Hal ini bisa terjadi sebagai akibat adanya pandangan bagi
sekelompok ilmuwan yang meyakini bahwa iptek memiliki hukum- hukum sendiri yang
lepas dan tidak perlu diintervensi nilai-nilai dari luar.
• KETIGA, iptek yang menempatkan nilai agama dan budaya sebagai mitra dialog di
saat diperlukan. Disamping itu mempertimbangkan adanya sebagian ilmuwan yang
beranggapan bahwa iptek memang memiliki hukum tersendiri (faktor internal), tetapi
di pihak lain mereka pun berpendapat bahwa iptek juga memerlukan faktor eksternal
(budaya, ideologi, dan agama) untuk bertukar pikiran, meskipun tidak dalam arti saling
bergantung secara ketat.

A. PERTAMA
o Dianggap ideal meskipun belum berlangsung secara optimal mengingat adanya
keragaman agama dan budaya di Indonesia
o Keragaman disatu sisi merupakan kekayaan bangsa, tetapi pada sisi yang lain
memicu terjadinya konflik
o Dibutuhkan suatu sikap inklusif dan toleransi di kalangan masyarakat untuk
mencegah timbulnya konflik
o Perlunya komunikasi terbuka dan egaliter dalam kehidupan masyarakat
berbangsa, bernegara

B. KEDUA
o Bercirak positivis
o Kelompok ilmuwan dalam relasi kedua ini menganggap bahwa faktor eksternal
justru dapat mengganggu obyektivitas ilmiah.
C. KETIGA
o Merupakan sintesis yang lebih memadai dan realistis untuk diterapkan dalam
pengembangan iptek di Indonesia

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 25
o Iptek yang berkembang di ruang hampa nilai ➔ akan menjadi bumerang yang
sangat membahayakan bagi aspek emanusiaan dalam kehidupan berbangsa,
bernegara

2. KONSEP PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU


• PERTAMA:
Setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang dikembangkan di Indonesia
haruslah tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
• KEDUA:
Setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus menyertakan nilai-nilai Pancasila
sebagai faktor internal pengembangan iptek itu sendiri.
• KETIGA:
Nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi pengembangan iptek di
Indonesia, artinya mampu mengendalikan iptek agar tidak keluar dari cara berpikir dan
cara bertindak bangsa Indonesia.
• KEEMPAT:
Setiap pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan ideologi bangsa Indonesia
sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah indegenisasi ilmu (mempribumian ilmu).

3. URGENSI PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU


o PERTAMA ➔ Pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia
dewasa ini seiring dengan kemajuan iptek menimbulkan perubahan dalam cara
pandang manusia tentang kehidupan. Hal ini membutuhkan renungan dan refleksi
yang mendalam agar bangsa Indonesia tidak terjerumus ke dalam penentuan
keputusan nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.

o KEDUA ➔ Dampak negatif yang ditimbulkan kemajuan iptek terhadap lingkungan


hidup berada dalam titik nadir yang membahayakan eksistensi hidup manusia di masa
yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan tuntunan moral bagi para ilmuwan
dalam pengembangan iptek di Indonesia.

o KETIGA➔ Perkembangan iptek yang didominasi negara-negara Barat dengan politik


global ikut mengancam nilai- nilai khas dalam kehidupan bangsa Indonesia, seperti
spiritualitas, gotong royong, solidaritas, musyawarah, dan cita rasa keadilan. Oleh
karena itu, diperlukan orientasi yang jelas untuk menyaring dan menangkal pengaruh
nilai-nilai global yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia.

4. ALASAN DIPERLUKANNYA PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN


ILMU
o PERTAMA: Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh iptek, baik dengan dalih
percepatan pembangunan daerah tertinggal maupun upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat perlu mendapat perhatian yang serius. Penggalian
tambang batubara, minyak, biji besi, emas, dan lainnya di Kalimantan, Sumatera,
Papua, dan lain-lain dengan menggunakan teknologi canggih mempercepat
kerusakan lingkungan. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut, maka generasi yang akan
datang, menerima resiko kehidupan yang rawan bencana lantaran kerusakan
lingkungan dapat memicu terjadinya bencana, seperti longsor, banjir, pencemaran
akibat limbah, dan seterusnya.

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 26
o KEDUA: Penjabaran sila-sila Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek
dapat menjadi sarana untuk mengontrol dan mengendalikan kemajuan iptek yang
berpengaruh pada cara berpikir dan bertindak masyarakat yang cenderung pragmatis.
Artinya, penggunaan benda-benda teknologi dalam kehidupan masyarakat Indonesia
dewasa ini telah menggantikan peran nilai- nilai luhur yang diyakini dapat menciptakan
kepribadian manusia Indonesia yang memiliki sifat sosial, humanis, dan religius.
Disamping itu, sifat tersebut kini sudah mulai tergerus dan digantikan sifat
individualistis, dehumanis, pragmatis, bahkan cenderung sekuler.

o KETIGA: Nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi simbol kehidupan di berbagai daerah
mulai digantikan dengan gaya hidup global, seperti: budaya gotong royong digantikan
dengan individualis yang tidak patuh membayar pajak dan hanya menjadi free rider di
negara ini. Sikap bersahaja digantikan dengan gaya hidup bermewah-mewah,
konsumerisme. Solidaritas sosial digantikan dengan semangat individualistis;
musyawarah untuk mufakat digantikan dengan voting, dan seterusnya.

5. SUMBER HISTORIS PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU


DI INDONESIA
o Pada awalnya tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea Keempat:
”Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, ... dan seterusnya”.
o Kata “mencerdaskan kehidupan bangsa” dalam kaitannya dengan pengembangan
iptek melalui pendidikan. Korelasinya dengan Amanat dalam Pembukaan UUD 1945
dan jika diselaraskan dengan Pancasila ➔ kata mencerdaskan kehidupan bangsa itu
haruslah berdasar pada nilai sila-sila dalam pancasila. Maka proses mencerdaskan
kehidupan bangsa yang terlepas dari nilai-nilai sipiritualitas, kemanusiaan, solidaritas
kebangsaan, musyawarah, dan keadilan merupakan pencideraan terhadap amanat
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan dokumen penting sejarah
bangsa Indonesia.
o Pancasila sebagai dasar untuk pengembangan ilmu belum banyak dibicarakan pada
awal kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat para pendiri
negara yang juga termasuk cerdik cendekia atau intelektual bangsa Indonesia pada
masa itu masih mencurahkan tenaga dan pemikirannya untuk membangun bangsa
dan negara bangsa melalui penataan negara yang baru saja terbebas dari penjajahan.
o Penjajahan tidak hanya menguras sumber daya alam negara Indonesia, tetapi juga
menjadikan bagian terbesar dari rakyat Indonesia berada dalam kemiskinan dan
kebodohan.
o Melalui segelintir rakyat Indonesia terutama dari kaum priyayi, yang menyenyam
pendidikan dimasa penjajahan itulah yang kemudian enjadi pelopor bagi kebangkitan
bangsa sehingga ketika kemerdekaan kita diproklamirkan, mereka merasa perlu untuk
mencantumkan aspek kesejahteraan dan pendidikan ke dalam Pembukaan UUD 1945

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 27
dengan ungkapan: ”..memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan melindungi segenap tanah tumpah darah Indonesia”.

Prof. Dr. M. Sastrapratedja dalam artikelnya; “Pancasila Sebagai Orientasi Pembangunan


Bangsa dan Pengembangan Etika Ilmu Pengetahuan”, menegaskan ada dua peran
Pancasila dalam pengembangan iptek, yaitu PERTAMA: Pancasila merupakan Landasan
dari Kebijakan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, KEDUA: Pancasila sebagai Landasan
dari Etika Ilmu. Terkait dengan kedudukan Pancasila sebagai landasan kebijakan
pengembangan ilmu pengetahuan mencakup lima hal sebagai berikut :
o Pertama ➔ pengembangan ilmu pengetahuan harus menghormati keyakinan religius
masyarakat karena dapat saja penemuan ilmu yang tidak sejalan dengan keyakinan
religious, tetapi tidak harus dipertentangkan karena keduanya mempunyai logika
sendiri.
o Kedua, ilmu pengetahuan ditujukan bagi pengembangan kemanusiaan dan dituntun
oleh nilai-nilai etis yang berdasarkan kemanusiaan.
o Ketiga, iptek merupakan unsur yang “menghomogenisasikan” budaya sehingga
merupakan unsur yang mempersatukan dan memungkinkan komunikasi
antarmasyarakat. Membangun penguasaan iptek melalui sistem pendidikan
merupakan sarana memperkokoh kesatuan dan membangun identitas nasional.
o Keempat, prinsip demokrasi akan menuntut bahwa penguasaan iptek harus merata ke
semua masyarakat karena pendidikan merupakan tuntutan seluruh masyarakat.
o Kelima, kesenjangan dalam penguasaan iptek harus dipersempit terus menerus
sehingga semakin merata, sebagai konsekuensi prinsip keadilan sosial
(Sastrapratedja, 2006: 52--53).

Hal kedua yang meletakkan Pancasila sebagai landasan etika pengembangan iptek
dapat dirinci sebagai berikut:
1) Pengembangan iptek terlebih yang menyangkut manusia haruslah selalu
menghormati martabat manusia, misalnya dalam rekayasa genetik;
2) iptek haruslah meningkatkan kualitas hidup manusia, baik sekarang maupun di masa
depan;
3) pengembangan iptek hendaknya membantu pemekaran komunitas manusia, baik
lokal, nasional maupun global
4) iptek harus terbuka untuk masyarakat; lebih-lebih yang memiliki dampak langsung
kepada kondisi hidup masyarakat;
5) iptek hendaknya membantu penciptaan masyarakat yang semakin lebih adil
(Sastrapratedja, 2006: 53).

6. SUMBER SOSIOLOGIS PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN


ILMU DI INDONESIA
 Sumber sosiologis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek dapat
ditemukan pada sikap masyarakat yang sangat memperhatikan dimensi ketuhanan
dan kemanusiaan sehingga manakala iptek tidak sejalan dengan nilai ketuhanan dan
kemanusiaan, biasanya terjadi penolakan. Contohnya: penolakan masyarakat atas
rencana pembangunan pusat pembangkit listrik tenaga nuklir di semenanjung Muria
beberapa tahun yang lalu. Penolakan masyarakat terhadap PLTN di semenanjung

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 28
Muria didasarkan pada kekhawatiran atas kemungkinan kebocoran Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir di Chernobyl Rusia beberapa tahun yang lalu.
 Pidato Soekarno ketika menerima gelar Doctor Honoris Causa di UGM pada 19
September 1951, mengungkapkan hal sebagai berikut:
o “Bagi saya, ilmu pengetahuan hanyalah berharga penuh jika ia dipergunakan
untuk mengabdi kepada praktik hidup manusia, atau praktiknya bangsa, atau
praktiknya hidup dunia kemanusiaan. Memang sejak muda, saya ingin
mengabdi kepada praktik hidup manusia, bangsa, dan dunia kemanusiaan itu.
Itulah sebabnya saya selalu mencoba menghubungkan ilmu dengan amal,
menghubungkan pengetahuan dengan perbuatan sehingga pengetahuan ialah
untuk perbuatan, dan perbuatan dipimpin oleh pengetahuan. Ilmu dan amal
harus wahyu-mewahyui satu sama lain. Buatlah ilmu berdwitunggal dengan
amal. Malahan, angkatlah derajat kemahasiswaanmu itu kepada derajat
mahasiswa patriot yang sekarang mencari ilmu, untuk kemudian beramal terus
menerus di wajah ibu pertiwi” (Ketut, 2011).
 Pidato Soekarno pada Akademi Pembangunan Nasional di Yogyakarta, 18 Maret
1962, mengatakan hal sebagai berikut:
o “Ilmu pengetahuan itu adalah malahan suatu syarat mutlak pula, tetapi kataku
tadi, lebih daripada itu, dus lebih mutlak daripada itu adalah suatu hal lain, satu
dasar. Dan yang dimaksud dengan perkataan dasar, yaitu karakter. Karakter
adalah lebih penting daripada ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tetap
adalah suatu syarat mutlak. Tanpa karakter yang gilang gemilang, orang tidak
dapat membantu kepada pembangunan nasional, oleh karena itu
pembangunan nasional itu sebenranya adalah suatu hal yang berlangit sangat
tinggi, dan berakar amat dalam sekali. Berakar amat dalam sekali, oleh karena
akarnya itu harus sampai kepada inti-inti daripada segenap cita-cita dan
perasaan-perasaan dan gandrungan-gandrungan rakyat” (Soekarno, 1962).
 Soeharto menyinggung masalah Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu
ketika memberikan sambutan pada Kongres Pengetahuan Nasional IV, 18 September
1986 di Jakarta sebagai berikut:
o “Ilmu pengetahuan dan teknologi harus diabdikan kepada manusia dan
kemanusiaan, harus dapat memberi jalan bagi peningkatan martabat manusia
dan kemanusiaan. Dalam ruang lingkup nasional, ilmu pengetahuan dan
teknologi yang ingin kita kuasai dan perlu kita kembangkan haruslah ilmu
pengetahuan dan teknologi yang bisa memberi dukungan kepada kemajuan
pembangunan nasional kita. Betapapun besarnya kemampuan ilmiah dan
teknologi kita dan betapapun suatu karya ilmiah kita mendapat tempat
terhormat pada tingkat dunia, tetapi apabila kemampuan ilmu pengetahuan
dan teknologi itu tidak dapat membantu memecahkan masalah- masalah
pembangunan kita, maka jelas hal itu merupakan kepincangan, bahkan suatu
kekurangan dalam penyelenggaraan ilmu pengetahuan dan teknologi”
(Soeharto, 1986: 4).
 Pada era Reformasi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutan pada
acara silaturrahim dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan
masyarakat ilmiah, 20 Januari 2010 di Serpong. SBY menegaskan sebagai berikut:
o “Setiap negara mempunyai sistem inovasi nasional dengan corak yang
berbeda dan khas, yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya masing-
masing. Saya

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 29
o berpendapat, di Indonesia, kita juga harus mengembangkan sistem inovasi
nasional, yang didasarkan pada suatu kemitraan antara pemerintah, komunitas
ilmuwan dan swasta, dan dengan berkolaborasi dengan dunia internasional.
Oleh karena itu, berkaitan dengan pandangan ini dalam waktu dekat saya akan
membentuk komite inovasi nasional, yang langsung bertanggungjawab kepada
presiden, untuk ikut memastikan bahwa sistem inovasi nasional dapat
berkembang dan berjalan dengan baik. Semua ini penting kalau kita sungguh
ingin Indonesia menjadi knowledge society. Strategi yang kita tempuh untuk
menjadi negara maju, developed country, adalah dengan memadukan
pendekatan sumber daya alam, iptek, dan budaya atau knowledge based,
Resource based and culture based development” (Yudhoyono, 2010).

Sumber : PPT V27 by Tim Dosen Pancasila

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 30
Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika
Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan problem yang dihadapi bangsa
Indonesia sebagai berikut.
o Pertama, banyaknya kasus korupsi yang melanda negara Indonesia sehingga dapat
melemahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
o Kedua, masih terjadinya aksi terorisme yang mengatasnamakan agama sehingga
dapat merusak semangat toleransi dalam kehidupan antar umat beragama, dan
meluluhlantakkan semangat persatuan atau mengancam disintegrasi bangsa.
o Ketiga, masih terjadinya pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan
bernegara, seperti: kasus penyerbuan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan
Yogyakarta, pada tahun 2013 yang lalu.
o Keempat, kesenjangan antara kelompok masyarakat kaya dan miskin masih
menandai kehidupan masyarakat Indonesia.
o Kelima, ketidakadilan hukum yang masih mewarnai proses peradilan di Indonesia,
seperti putusan bebas bersyarat atas pengedar narkoba asal Australia Schapell
Corby. Keenam, banyaknya orang kaya yang tidak bersediamembayar pajak dengan
benar, seperti kasus penggelapan pajak oleh perusahaan, kasus panama papers yang
menghindari atau mengurangi pembayaran pajak. Kesemuanya itu memperlihatkan
pentingnya dan mendesaknya peran dan kedudukan Pancasila sebagai sistem etika
karena dapat menjadi tuntunan atau sebagai Leading Principle bagi warga negara
untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Etika Pancasila diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
sebab berisikan tuntunan nilai-nilai moral yang hidup. Namun, diperlukan kajian kritis-rasional
terhadap nilai-nilai moral yang hidup tersebut agar tidak terjebak ke dalam pandangan yang
bersifat mitos. Misalnya, korupsi terjadi lantaran seorang pejabat diberi hadiah oleh seseorang
yang memerlukan bantuan atau jasa si pejabat agar urusannya lancar. Si pejabat menerima
hadiah tanpa memikirkan alasan orang tersebut memberikan hadiah. Demikian pula halnya
dengan masyarakat yang menerima sesuatu dalam konteks politik sehingga dapat
dikategorikan sebagai bentuk suap
Anda perlu mengetahui bahwa Pancasila sebagai sistem etika tidaklah muncul begitu saja.
Pancasila sebagai sistem etika diperlukan dalam kehidupan politik untuk mengatur sistem
penyelenggaraan negara. Anda dapat bayangkan apabila dalam penyelenggaraan kehidupan
bernegara tidak ada sistem etika yang menjadi guidance atau tuntunan bagi para
penyelenggara negara, niscaya negara akan hancur. Beberapa alasan mengapa Pancasila
sebagai sistem etika itu diperlukan dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara di
Indonesia, meliputi hal-hal sebagai berikut:
o Pertama, dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama generasi
muda sehingga membahayakan kelangsungan hidup bernegara. Generasi muda yang
tidak mendapat pendidikan karakter yang memadai dihadapkan pada pluralitas nilai
yang melanda Indonesia sebagai akibat globalisasi sehingga mereka kehilangan arah.
Dekadensi moral itu terjadi ketika pengaruh globalisasi tidak sejalan dengan nilai-nilai
Pancasila, tetapi justru nilai-nilai dari luar berlaku dominan. Contoh-contoh dekadensi
moral, antara lain: penyalahgunaan narkoba, kebebasan tanpa batas, rendahnya rasa
hormat kepada orang tua, menipisnya rasa kejujuran, tawuran di kalangan para
pelajar. Kesemuanya itu menunjukkan lemahnya tatanan nilai moral dalam kehidupan
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sistem etika diperlukan

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 31
kehadirannya sejak dini, terutama dalam bentuk pendidikan karakter di sekolah-
sekolah.
o Kedua, korupsi akan bersimaharajalela karena para penyelenggara negara tidak
memiliki rambu-rambu normatif dalam menjalankan tugasnya. Para penyelenggara
negara tidak dapat membedakan batasan yang boleh dan tidak, pantas dan tidak, baik
dan buruk (good and bad). Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan pemahaman
atas kriteria baik (good) dan buruk (bad). Archie Bahm dalam Axiology of Science,
menjelaskan bahwa baik dan buruk merupakan dua hal yang terpisah. Namun, baik
dan buruk itu eksis dalam kehidupan manusia, maksudnya godaan untuk melakukan
perbuatan buruk selalu muncul. Ketika seseorang menjadi pejabat dan mempunyai
peluang untuk melakukan tindakan buruk (korupsi), maka hal tersebut dapat terjadi
pada siapa saja.
o Ketiga, kurangnya rasa perlu berkontribusi dalam pembangunan melalui pembayaran
pajak. Hal tersebut terlihat dari kepatuhan pajak yang masih rendah, padahal peranan
pajak dari tahun ke tahun semakin meningkat dalam membiayai APBN. Pancasila
sebagai sistem etika akan dapat mengarahkan wajib pajak untuk secara sadar
memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik. Dengan kesadaran pajak yang
tinggi maka program pembangunan yang tertuang dalam APBN akan dapat dijalankan
dengan sumber penerimaan dari sektor perpajakan. Berikut ini diperlihatkan gambar
tentang iklan layanan masyarakat tentang pendidikan yang dibiayai dengan pajak
kebaikan

Upaya Mengembalikan Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara
Salah satu pencapaian peradaban yang menjadi doktrin revolusi Indonesia sekaligus
pemersatu bangsa Indonesia yakni Pancasila. Sebuah nama yang memiliki lima inti pokok
dari pidato sang proklamator Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 yang merupakan suatu
hasil penggalian serta pengungkapan pandangan hidup bangsa indonesia sekaligus menjadi
dasar falsafah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila sejatinya tidak hadir begitu saja sebagai wujud kesepakatan politik belaka.
Melainkan suatu nilai yang tumbuh serta berkembang sejalan dengan entitas bangsa
Indonesia yang kemudian menjadi negara Indonesia.
Bung Karno sebagai penggali, penemu, serta perumus menyebut Pancasila sebagai
“Philosophisce Grondslag”, yakni fundamen, filsafat, pikran yang sedalam-dalamnya, jiwa
serta hasrat yang sedalam-dalamnya untuk mendirikan bangunan indonesia.
Bahkan Prof. Mr. Soediman Kartohadiprodjo berpendapat bahwa perbuatan Bung
Karno dengan menemukan “lima inti, “lima soko guru”, “lima mutiara”, itu merupakan suatu
perbuatan yang genial. Beliau katakan genial, karena menurut beliau Ki Hajar Dewantara,
seorang tokoh besar yang hidupnya berkecimpung dalam bidang kebudayaan bangsa
Indonesia, tidak mampu menemukan lima inti-jiwa bangsa Indonesia.
Demikian pun tokoh pemikir internasional, almarhum Prof. Mr. C. Van Vollenhoven
yang tidak kurang dari tiga puluh tahun lamanya, juga menopang jiwa bangsa Indonesia dalam
penerapannya dalam hukum, Van Vollenhoven yang sudah dapat mengetahui adanya
perbedaan yang fundamental antara jiwa bangsa Indonesia dan bangsa Barat, tidak mampu
menemukan apa yang menjadi inti pemikiran bangsa Indonesia.

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 32
Jika ditelisik lebih dalam lagi, khususnya dalam pidato lengkap Bung Karno 1 Juni
1945, bahwa banyak negeri-negeri yang merdeka, dan banyak di antara negeri-negeri yang
merdeka tersebut berdiri di atas ‘Weltanschauung’, seperti halnya filsafat nasional-sosialisme
yang telah menjadi dasar negara Jermania yang didirkan oleh Adolf Hitler, begitupun Lenin
yang mendirikan negara Uni Sovyet di atas satu ‘Weltanschauung’ yakni Marxistische.
Nippon mendirikan negara Dai Nippon di atas ‘Weltanschauung’, yang bernama
‘Tenoo Koodoo Seishin’. Begitu pun Ibn Saud mendirikan negara Arabia di atas satu
‘Weltanschauung’, bahkan di atas satu dasar agama, yaitu Islam.
Sementara Weltanschauung yang dimaksud Bung Karno bagi Indonesia adalah
Pancasila, karena Pancasila lahir berdasarkan pengalaman hidup, sejarah, nasib, dan
penderitaan serta cita-cita bangsa Indonesia yang terkandung di dalam kalbunya.
Rumusan Pancasila pun secara konstitusional dituangkan dalam Pembukaan UUD
1945 sebagai dasar terbentuknya negara Indonesia. Hingga saat ini, Pancasila tetap diterima
dan ditempatkan sebagai dasar dan ideologi negara.
Yudi Latif pun menyatakan bahwa sebagai basis moralitas serta haluan kebangsaan-
kenegaraan, Pancasila memiliki landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis. Setiap sila
memiliki justifikasi historisitas, rasionalitas dan aktualitasnya, yang jika dipahami, dihayati,
dipercaya serta diaamalkan secara konsisten dapat menopang pencapaian agung peradaban
bangsa, dan dapat mendekati terwujudnya ‘negara paripurna’.
Tidak hanya sebagai ideologi dan dasar negara, pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa indonesia yang merupakan pegangan hidup bangsa indonesia yang memberikan
dasar, isi, arah, serta tujuan hidupnya.
Sebagai dasar hidup, pancasila memberikan tempat berpijak bagi bangsa indonesia
sehingga tidak mudah terombang-ambing oleh arus pengaruh serta tekanan, dengan
pancasila sebagai dasar pegangan hidup, bangsa indonesia menyadari sebagai ciptaan tuhan
harus mampu menjalankan perintahnya yang antara lain melakukan sikap berfikir, berbuat
serta bertindak dengan menggunakan akal dan perasaanya yang baik untuk mempersatukan
diri dengan wujud dan isi hidup dan kehidupan sebagai satu kesatuan suasana yang serasi
dan seimbang, namun dalam kaitannya dengan keserasian, keselarasan, serta
keseimbangan, bangsa indonesia tidak dibenarkan untuk berbuat semena-mena.
Sehingga pancasila sebagai pandangan hidup bangsa indonesia menjadi tolak ukur
setiap perbuatan bangsa di dalam segala aspeknya, baik aspek hidup dan kehidupan yang
bersifat pribadi maupun sosial dan kehidupan bernegara.
Sementara itu, Pancasila juga sebagai falsafah negara merupakan salah satu aspek
identitasnya yang khusus untuk peri-kehidupan negara Indonesia dengan segala fungsi, ciri,
serta tugas dan kewajiban baik terhadap warga negaranya, terhadap negara lain, dan
merupakan suatu dasar bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan bernegara.
Falsafah sendiri merupaakan berasal dari istilah Yunani yang memiliki makna cinta
akan kebijaksanaan. Sekiranya batasan tersebut dapat dipergunakan, maka pancasila
sebagai dasar flsafah negara diartikan sebagai landasan kebijakan segenap alat
perlengkapan negara sebagai penyelenggara pemerintahan untuk mencapai tujuan negara
dan landasan bagi rakyat guna mewujudkan hak kedaulatanya.
Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum indonesia merupakan wujud dalam
tertib hukumnya. Sebagai sumber yang berarti sebagai asal, tempat setiap pembentuk hukum
di Indonesia mengambil serta menimba unsur-unsur dasar yang diperlukan, dan merupakan

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 33
tempat untuk menemukan ketentuan-ketentuan yang menjadi sisi dari peraturan yang akan
dibuat.
Sehingga Pancasila menjadi nilai yang mewarnai hukum nasional Indonesia sekaligus
berfungsi sebagai kaidah penuntun yang menentukan arah dan karakteristik hukum nasional.

Realitas Pancasila Yang Mulai Memudar dan Terpinggirkan


Memprihatinkan, idealitas sebuah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai
falsafah bangsa serta ideologi negara, yang notabene sebagai landasan sekaligus menjadi
orientasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, wujud nyatanya tidak sepenuhnya
dapat diilihat dalam realitas kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan Pancasila semakin
memudar dari waktu ke waktu.
Begitu banyak konflik dan kekerasan yang datang silih berganti, yang jelas-jelas telah
merusak citra bangsa yang dikenal penuh toleransi serta persaudaraan yang kuat. Baik konflik
horizontal antar warga, konflik antara masyarakat dengan pemodal, maupun konflik yang
bersumber dari perbedaan agama serta keyakinan.
Ditambah lagi muncul gelaja-gejala yang merisaukan dan mengkhawatirkan, dimana
hukum lebih sering menampakan sosok keras, hukum lebih banyak menampilkan bentuk
pemberian sanksi yang menakutkan, bukan sosok yang memberikan perlindungan, keadilan
dan kesejahteraan. Masyarakat disuguhi kasus-kasus perampasan hak, penggusuran, dan
lain-lain. Membuat hukum seakan tampil dengan wajah yang berbeda.
Tak pelak timbul pertanyaan, di mana kita menempatkan nilai kemanusiaan yang adil
dan beradab tersebut? bukankah setiap bentuk konflik yang berujung keekrasan merupakan
ciri masyarakat yang tidak ‘beradab’ dan nyata-nyata menciderai prinsip kemanusiaan serta
keadilan?
Bagaimana fenomena sosial yang lain yang membuat semua terpana, suguhan media
tentang maraknya kasus korupsi yang tiada henti dan begitu sulit untuk memberantasnya,
lebih miris lagi kerusakan moral segenap pelajar dan remaja bangsa ini yang semakin hari
semakin menejadi. Hal tersebut membuat kita kembali bertanya, kemana nilai-nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa dari Pancasila yang selama ini menjadi sumber etika serta spiritualitas dasar
etik kehidupan berbangsa dan bernegara.
Realitas-realitas yang terjadi membuat kita semua mungkin mengelus dada, betapa
hal tersebut benar terjadi dan menunjukan sebuah kenyataan atas semakin memudar dan
terpinggirkanya nilai-nilai pancasila. Ini bukan sekedar ilusi namun benar-benar terjadi. Kita
tentu tidak akan membiarkan hal tersebut terus berlarut-larut. Sebab, Pancasila telah menjadi
dasar negara ini dan menjadi jiwa bagi bangsa ini, tentu tidak akan bisa berdiri dengan kokoh,
kejayaan dan keagunganpun tidak akan pernah dapat terwujud, jika suatu bangsa telah
kehilangan dasar serta orientasinya. Yakni pancasila sebagai bintang pemandu.
Upaya Mengembalikan Nilai-Nilai Pancasila
Upaya mengembalikan nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan sebuah proses berfikir serta
bertindak.
o Pertama, Terlebih pada Subyek sebagai pemilik, penghayat, dan pengamalnya, yakni
bangsa Indonesia yang menyadari ke-Indonesiaanya. Seseorang yang hanya
berkebangsaan Indonesia tanpa menyadarai sifat ke-Indonesiaanya secara utuh,
hanyalah warga secara lahiriyah belaka, tanpa memahami isi jiwa bangsanya sendiri.

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 34
o Kedua, dalam upaya mengembalikan nilai-nilai pancasila merupakan tanggung jawab
segenap komponen bangsa, yang tidak hanya dialamatkan kepada warga negara
namun juga kepada penyelenggara negara baik tingkat pusat dan daerah.
o Ketiga, setiap penyelenggara negara berperan dalam mengembalikan nilai-nilai
pancasila dengan mengoperasionalisasikan nilai-nilai tersebut dalam tindakan serta
putusan yang menjadi keweananganya.Hal tersebut dengan sendirinya akan
berdampak pada kesesuaian antara realitas sosial, tindakan negara, serta peraturan
perundang-undangan dengan nilai-nilai pancasila. Serta meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman kesadaran masyarakat atas nilai-nilai pancasilaa.
o Keempat, dalam pelaksanaan dan penegakan hukum, pancasila harus kembali
digunakan sebagai ‘kacamata’ nilai untuk membaca teks hukum dan fakta hukum.
Teks dan fakta hukum tidak hanya dibaca dengan kacamata normatif aturan yang kaku
melainkan harus dibaca lebih menyeluruh dalam bingkai nilai-nilai yang termuat dalam
pancasila, yakni ketuhanan, kemanusiaan, dan keadilan. Karena Pancasila
berkedudukan sebagai staats fundamental norm.Bertepatan dengan peringatan 1 Juni
sebagai lahirnya Pancasila perlu dijadikan sebuah momentum untuk meresapi kembali
nilai-nilai pancasila dan memaknainya dalam tatanan kehidupan sehari-hari serta
menumbuhkan kembali kesadaran bersama dan mengembalikan arti penting
pancasila sebagai falsafah bangsa serta ideologi negara. Mungkin penutup dari tulisan
ini kita renungkan kembali petuah Bung Karno sebagai berikut ;
“Marilah kita kembali kepada jiwa-jiwa kita sendiri! Jangan kita menjadi bangsa tiruan!
Jiwa Indonesia adalah jiwa gotong royong, jiwa persaudaraan, jiwa kekeluargaan. Kita
telah merumuskan jiwa yang demikian itu dengan apa yang dinamakan Pancasila.
Hanya Pancasila yangs sesuai dengan jiwa Indonesia”

Upaya Melahirkan Para Pahlawan pada Generasi Muda


Ditulis Oleh : Fathan Faris Saputro - 22 Juni 2020
Sejarah mencatat bahwa kemerdekaan Indonesia dirintis, diperjuangkan, dan didirikan
oleh para pendahulu atas dasar tekad dan semangat untuk bersatu. Maka dari itu, jika tekad
dan semangat untuk bersatu itu luntur dari hati sanubari bangsa Indonesia, berarti
keberlangsungan Negara ini dalam bahaya besar. Agar semangat para pejuang dan pendiri
Negara tetap berkobar. Nilai-nilai kepahlawanan perlu diwariskan kepada generasi muda.
Nilai-nilai kepahlawanan pada orde baru diberikan melalui jalur pendidikan, yakni
melalui pendidikan sejarah perjuangan Bangsa. Namun pelajaran tersebut kenyataanya telah
“dipelintir” sebagai alat propaganda rezim tersebut. Akibatnya, saat ini mata pelajaran ini telah
dieliminasi dari kurikulum sehingga pembelajaran sejarah perjuangan bangsa hanya dapat
diperoleh dari pelajaran sejarah, yang sifatnya masih umum dan luas (nasional dan
internasional).
Terlepas dari persoalan di atas, yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa
pembelajaran sejarah berfungsi untuk menumbuhkan kearifan dalam diri anak didik. Belajar
sejarah bukan sekedar membaca dan mengetahui suatu peristiwa, melainkan juga mengambil
hikmah dari setiap peristiwa, sehingga akan timbul kesadaran kolektif untuk menuju masa
depan bangsa yang lebih gemilang.
Kesalahan masa lalu, yang merupakan catatan kelam dalam sejarah, perlu diinsyafi
sebagai cambuk untuk membenahi dan menata kembali system soaial, politik, ekonomi,
budaya, dan hankam yang lebih demokratis, manusiawi, dan modern. Pelajaran sejarah suatu
bangsa senantiasa mengalami pasang surut. Kesalahan yang dilakukan para

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 35
pendahulu seyogyanya tidak dijadikan bahwa cacian dan alas an untuk tidak berkarya secara
kreatif dan inovatif, akan tetapi semua itu dijadikan bahan pembelajaran dan acuan untuk
melangkah di masa depan.
o Menegaskan nilai-nilai kepahlawanan: Perjalanan sejarah bangsa Indonesia selalu
diliputi nilai-nilai perjuangan dan kepahlawanan. Perjuangan untuk mendapatkan
kebebasan dari segala bentuk belenggu penjajahan. Perjuangan untuk menegakkan
keadilan . perjuangan untuk meraih kemakmuran bangsa. Maka, tidak salah jika
dikatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa pejuang. Nilai-nilai
kepahlawanan harus selalu menjiwai setiap perjuangan anak bangsa. Untuk itu, nilai
kepahlawanan perlu terus menerus ditanamkan dalam dada setiap anak bangsa.
Perjuangan tanpa roh kepahlawanan hanya akan melahirkan para pecundang (bukan
pejuang). Dalam tulisan singkat ini, penulis mencoba memaparkan nilai-nilai
kepahlawanan yang dapat dipetik dari sikap dan perilaku para pahlawan yang dapat
dipetik dari sikap dan perilaku para pahlawan yang telah berjuang untuk merebut dan
mempertahankan kemerdakaan Indonesia. Dengan harapan, setiap anak bangsa dan
generasi muda khususnya , dapat mewarisi nilai-nilai kepahlawanan tersebut dan mau
mengejawantarkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbagsa, dan bernegara.
Nilai-nilai kepahlawanan yang di wariskan para pejuang atau pahlawan adalah:
o Beriman dan bertakwa pada tuhan yang maha Esa: Keimanan kepada tuhan yang
maha esa mendorong seorang pejuang memiliki keberanian dan tidak takut
menghadapi bahaya. Mereka memilki keyakinan dan pendapat pertolongan Tuhan.
Selama yang diperjuangkan adalah kebenaran. Dan hal ini, seorang pejuang menjadi
tabah dalam perjuangan. Ini penting ditanamkan mengingat bangsa kita akhir-akhir ini
didera berbagai macam musibah dan bencana, mulai bencana tsunami, gempa bumi,
tanah longsor , angina putting beliung , flu burubbg dan lain-lain. Dengan adanya
keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha Esa, diharapkan seluruh
bangsa Indonesiaa bisa bersabar, tabah, dan tetap optimis akan mendapat
pertolongan, Allah.
o Menegakkan kebenaran dan keadilan: Saat ini, tampaknya sangat sulit mencari
orang yang masih berjuanng menegakkan nilai keadilan dan kebenaran. Menegakkan
benang basah. Kondisi sosial budaya masyarakat yang carut marut sekarang ini tidak
akan selesai, jika keadilan dan kebenaran tidak ditegakkan.
o Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia: Esensi dari perjuangan adalah
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, yaki pribadi dan bangsa yang jauh
dari segala bentuk eksploitasi dan penindasan antara manusia satu terhadap manusia
lainnya, dan satu bangsa terhadap bangsa lainnya.
o Membela kaum yang lemah: sikap yang dimiliki seorang pahlawan adalah
keberpihakannya pada kaum yang lemah. Keberpihakannya ini didasari pada
kesadaran kesamaan harkat dan derajat sebagai manusia. Orang yang lemah baik
secara sosial ekonomi maupun fisik bukan untuk dikalahkan, melainkan perlu ditolong
agar bisa bangkit dari segala himpitan problema yang dihadapi. Kondisi sosial politik
masa kini yang serba materialis selalu meminta korban dari kaum yang lemah. Mereka
menjadi kambing hitam dari segala keburukan, kesalahan dan kegagalan, sehingga
mereka selalu dipinggirkan dan disingkirkan dalam setiap derap langkah
pembangunan. Masih banyak lagi nilai-nilai kepahlawanan yang perlu digali untuk
diwarisi oleh generasi penerus perjuangan bangsa, baik di masa kini maupun di
masa mendatang. Kearifan dan kesadaran generasi penerus untuk mewarisi nilai-nilai
lurur yang telah diperjuangkan para pendiri bangsa ini adalah sebuah keniscayaan.
o Meletakkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi/ golongan: Sikap
tersebut saat ini hamper bisa dikatakan tinggal slogan. Padahal, nilai-nilai

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 36
ini diagungkan oleh para pahlawan dalam upaya mendirikan negeri ini. Apalagi dalam
iklim otonomi daerah dan liberalisasi politik dan ekonomi saat ini, telah muncul
manusia-manusia primordalis individualistic. Kepentingan pribadi, kelompok,
golongan, daerah telah mengalahkan kepentingan bangsa dan Negara.
o Mencintai rakyat dan bangsa: bukti cinta para pahlawan kepada rakyat dan bangsa
adalah kerelaan mereka mengorbankan harta benda bahkan nyawa. Pengorbanan
mereka semata-mata hanya untuk sebuah kemerdekaan dan kemakmuran rakyat dan
bangsanya. Rela berkorban untuk kepentingan Negara dan bangsa itu adalah sikap
yang dimiliki para pahlawan sendiri bangsa ini. Namun, sikap seperti itu saat ini seperti
itu saat ini sepertinya sudah makin langka. Bahkan kalangan elit politik justru “rela
mengorbankan” rakyat dan bangsanya demi ambisi pribadi dan kelompoknya.
o Menghindari ketergantungan pada bangsa lain: Perjuangan para pahlawan
dilandasi semangat dan sikap ingin mendirikan Negara dan bangsa yang merdeka dan
mandiri. Namun, saat ini para elit politik justru membuat kebijakan yang
menggantungkan diri pada pihak asing. Mereka menumpuk hutang luar negeri dan
menggadaikan Negara dan tanah airnya kepada pihak asing. Masih banyak lagi nilai-
nilai kepahlawanan yang perlu digali untuk diwarisi oleh generasi penerus perjuangan
bangsa, baik di masa kini pun di masa mendatang. Kearifan dan kesadaran generasi
penerus untuk mewarisi nilai-nilai luhur yang telah diperjuanngkan para pendiri bangsa
ini adalah sebuah keniscayaan.
Keteladanan kunci keberhasilan penanaman nilai-nilai kepahlawanan: Para pejuang,
perintis, dan pendiri Negara ini, telah mewariskan nilai-nilai kepahlawanan kepada bangsa
Indonesia. Nilai-nilai yang amat mulia tersebut harus tetap terpatri dalam sanubari bangsa
Indonesia. Jika bangsa ini menghendaki tetap tegaknya Negara Indonesia, jika bangsa ini
menghendaki tetap tegaknya Negara Indonesia. Nilai-nilai tersebut harus diwariskan dari
generasi ke generasi dan diejawantahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk
itu, dituntut adanya keteladanan dari para elit politik, tokoh masyarakat, para guru, dan orang
tua. Keteladanan yang dimaksud adalah bahwa para generasi tua harus “menjadi” bukan
sekedar “memberi” teladan. Seiring dengan perkembangan kehidupan berbangsa dan
bernegara saat ini, makin sulit mencari pemimpin yang bisa dijadikan teladan bagi pewaris
nilai-nilai kepahlawanan.
Kondisi seperti ini jika dibiarkan terus-menerus niscaya berakibat sangat fatal. Nilai-
nilai kepahlawanan yang mestinya melandasi dan mendasari dan mendasari sikap dan
perilaku setiap komponen bangsa dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara kini justru
digantikan oleh nilai-nilai materialistic, individualistic, konsumerisme, hedonistic, dan nilai-nilai
lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa. Kewarisan dan pelestarian nilai-nilai
kepahlawanan dan keteladan dari para pemimpin mutlah diwujudkan, bukan sekedar
dibicaraakan!!!

Sumber : Materi dari Pak Jusa Sujana

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 37
PERTEMUAN 14

ARGUMEN TENTANG DINAMIKA PANCASILA SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN


ILMU

❑ Pancasila sebagai pengembangan ilmu belum dibicarakan secara eksplisit oleh para
penyelenggara negara sejak Orde Lama sampai era Reformasi.
❑ Para penyelenggara negara pada umumnya hanya menyinggung masalah pentingnya
keterkaitan antara pengembangan ilmu dan dimensi kemanusiaan (humanism).
1. DAMPAK YANG TERJADI
o PERTAMA ➔ Dunia perkembangan ilmu pengetahuan kita menjadi lambat, dan hal
ini implikasinya pada dunia pendidikan kita yang kurang menempati ranking terhormat
di dalam tingkat pendidikan bahkan di Asia Tenggara sendiri
o KEDUA ➔ Implikasi lanjut pada minimnya penelitian-penelitian yang dilakukan oleh
lembaga Pendidikan Tinggi terutama yang berbasis pada upaya peningkatan tingkat
kesejahteraan hidup masyarakat, dunia penelitihan seolah mempunyai jarak yang
cukup jauh dengan apa yang sesungguhnya dibutuhkan oleh masyarakat di dalam
meningkatkan taraf hidupnya.
o Kaum cerdik-cendekia semakin jauh masuk di dalam lingkup kehidupan politik
kekuasaan dan pemerintahan mengabaikan darimana sesungguhnya mereka berasal.
dikawal dan diwarnai nilai human-religius. Hal ini bisa terjadi sebagai ak.
o KETIGA, iptek yang menempatkan nilai agama dan budaya sebagai mitra dialog di
saat diperlukan. Disamping itu mempertimbangkan adanya sebagian ilmuwan yang
beranggapan bahwa iptek memang memiliki hukum tersendiri (faktor internal), tetapi
di pihak lain mereka pun berpendapat bahwa iptek juga memerlukan faktor eksternal
(budaya, ideologi, dan agama) untuk bertukar pikiran, meskipun tidak dalam arti saling
bergantung secara ketat.

2. ARGUMEN TENTANG TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI DASAR


PENGEMBANGAN ILMU
Ada beberapa bentuk tantangan terhadap Pancasila sebagai dasar
pengembangan iptek di Indonesia:
• Kapitalisme yang sebagai menguasai perekonomian dunia, termasuk Indonesia.
Akibatnya, ruang bagi penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar pengembangan
ilmu menjadi terbatas. Upaya bagi pengembangan sistem ekonomi Pancasila yang
pernah dirintis Prof. Mubyarto pada 1980- an belum menemukan wujud nyata yang
dapat diandalkan untuk menangkal dan menyaingi sistem ekonomi yang berorientasi
pada pemilik modal besar.
• Globalisasi yang menyebabkan lemahnya daya saing bangsa Indonesia dalam
pengembangan iptek sehingga Indonesia lebih berkedudukan sebagai konsumen
daripada produsen dibandingkan dengan negara- negara lain.
• Konsumerisme menyebabkan negara Indonesia menjadi pasar bagi produk teknologi
negara lain yang lebih maju ipteknya. Pancasila sebagai pengembangan ilmu baru
pada taraf wacana yang belum berada pada tingkat aplikasi kebijakan negara.
• Pragmatisme yang berorientasi pada tiga ciri, yaitu: workability (keberhasilan),
satisfaction (kepuasan), dan result (hasil) (Titus, dkk., 1984) mewarnai perilaku
kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia.

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 38
3. MENDESKRIPSIKAN ESENSI DAN URGENSI PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI
PENGEMBANGAN ILMU UNTUK MASA DEPAN
A. ESENSI PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU
Hakikat Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek dikemukakan
Prof. Wahyudi Sediawan dalam Simposium dan sarasehan Pancasila sebagai
Paradigma Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan Bangsa, sebagai berikut:
o SILA PERTAMA ➔ Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan kesadaran bahwa
manusia hidup di dunia ibarat sedang menempuh ujian dan hasil ujian akan
menentukan kehidupannya yang abadi di akhirat nanti. Salah satu ujiannya adalah
manusia diperintahkan melakukan perbuatan untuk kebaikan, bukan untuk
membuat kerusakan di bumi. Tuntunan sikap pada kode etik ilmiah dan
keinsinyuran, seperti: menjunjung tinggi keselamatan, kesehatan, dan
kesejahteraan masyarakat; berperilaku terhormat, bertanggung jawab, etis dan
taat aturan untuk meningkatkan kehormatan, reputasi dan kemanfaatan
professional, dan lain-lain, adalah suatu manifestasi perbuatan untuk kebaikan
tersebut. Ilmuwan yang mengamalkan kompetensi teknik yang dimiliki dengan baik
sesuai dengan tuntunan sikap tersebut berarti menyukuri anugrah Tuhan
(Wahyudi, 2006: 61--62).
o SILA KEDUA ➔ Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memberikan arahan, baik
bersifat universal maupun khas terhadap ilmuwan dan ahli teknik di Indonesia.
Asas kemanusiaan atau humanisme menghendaki agar perlakuan terhadap
manusia harus sesuai dengan kodratnya sebagai manusia, yaitu memiliki
keinginan, seperti kecukupan materi, bersosialisasi, eksistensinya dihargai,
mengeluarkan pendapat, berperan nyata dalam lingkungannya, bekerja sesuai
kemampuannya yang tertinggi (Wahyudi, 2006: 65). Hakikat kodrat manusia yang
bersifat mono-pluralis, sebagaimana dikemukakan Notonagoro, yaitu terdiri atas
jiwa dan raga (susunan kodrat), makhluk individu dan sosial (sifat kodrat), dan
makhluk Tuhan dan otonom (kedudukan kodrat) memerlukan keseimbangan agar
dapat menyempurnakan kualitas kemanusiaannya.
o SILA KETIGA ➔ Persatuan Indonesia memberikan landasan esensial bagi
kelangsungan Negara Kesatauan Republik Indonesia (NKRI). Untuk itu, ilmuwan
dan ahli teknik Indonesia perlu menjunjung tinggi asas Persatuan Indonesia ini
dalam tugas-tugas profesionalnya. Kerja sama yang sinergis antarindividu dengan
kelebihan dan kekurangannya masing-masing akan menghasilkan produktivitas
yang lebih tinggi daripada penjumlahan produktivitas individunya (Wahyudi, 2006:
66). Suatu pekerjaan atau tugas yang dikerjakan bersama dengan semangat
nasionalisme yang tinggi dapat menghasilkan produktivitas yang lebih optimal.
o SILA KEEMPAT ➔ Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan memberikan arahan asa kerakyatan, yang
mengandung arti bahwa pembentukan negara republik Indonesia ini adalah oleh
dan untuk semua rakyat Indonesia. Setiap warga negara mempunyai hak dan
kewajiban yang sama terhadap negara. Demikian pula halnya dengan ilmuwan
dan ahli teknik wajib memberikan kontribusi sebasar-besarnya sesuai kemampuan
untuk kemajuan negara. Sila keempat ini juga memberi arahan dalam manajemen
keputusan, baik pada tingkat nasional, regional maupun lingkup yang lebih sempit
(Wahtudi, 2006: 68). Manajemen keputusan yang dilandasi semangat
musyawarah akan mendatangkan hasil yang lebih baik karena dapat melibatkan
semua pihak dengan penuh kerelaan.
o SiILA KELIMA ➔ Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia memberikan
arahan agar selalu diusahakan tidak terjadinya jurang (gap) kesejahteraan di

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 39
antara bangsa Indonesia. Ilmuwan dan ahli teknik yang mengelola industri perlu
selalu mengembangkan sistem yang memajukan perusahaan, sekaligus menjamin
kesejahteraan karyawan (Wahyudi, 2006: 69). Selama ini, pengelolaan industri
lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, dalam arti keuntungan perusahaan
sehingga cenderung mengabaikan kesejahteraan karyawan dan kelestarian
lingkungan. Situasi timpang ini disebabkan oleh pola kerja yang hanya
mementingkan kemajuan perusahaan. Pada akhirnya, pola tersebut dapat menjadi
pemicu aksi protes yang justru merugikan pihak perusahaan itu sendiri.

B. URGENSI PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU


Pentingnya Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a. Perkembangan ilmu dan teknologi di Indonesia dewasa ini tidak berakar pada nilai-
nilai budaya bangsa Indonesia sendiri sehingga ilmu pengetahuan yang
dikembangkan di Indonesia sepenuhnya berorientasi pada Barat (western
oriented).
b. Perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia lebih berorientasi pada kebutuhan
pasar sehingga prodi-prodi yang “laku keras” di perguruan tinggi Indonesia adalah
prodi-prodi yang terserap oleh pasar (dunia industri).
c. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia belum melibatkan
masyarakat luas sehingga hanya menyejahterakan kelompok elite yang
mengembangkan ilmu (scientist oriented).

Sumber : PPT V27 by Tim Dosen Pancasila

KMP PKN STAN TIM SIMULTAX 2020 - Bidang Pendidikan dan Prestasi 40

Anda mungkin juga menyukai