Anda di halaman 1dari 18

Universitas Kristen Krida Wacana

Laporan Family Folder

di Pusat Kesehatan Masyarakat Wanakerta, Kecamatan Teluk

Jambe Barat, Kabupaten Karawang 29 April 2019 sampai

dengan 25 Mei 2019

Oleh:

Anthonius Charlos Ora Adja

11.2017.062

Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta, Mei 2019


Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
kewajiban dalam rangka Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana.

Makalah ini dibuat dengan pendekatan kedokteran keluarga. Semoga laporan yang saya
buat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata, saya mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan
dalam penyelesaian makalah ini kepada dr. Ernawaty Tamba, MKM dan semua pihak yang
turut membantu terselesainya makalah ini.

Saya juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah yang saya buat ini,
oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga di masa
mendatang dapat ditingkatkan menjadi lebih baik.

Jakarta, Mei 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang mengalami peningkatan terus
menerus dari tahun ke tahun. Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.
Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya
hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju. Pada kebanyakan kasus,
hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering
disebut sebagai “silent killer”.
Hipertensi merupakan salah satu pencetus terjadinya penyakit jantung, ginjal dan stroke.
Berdasarkan riset kesehatan dasar (riskedas) 2018 prevalensi Hipertensi di Indonesia sangat tinggi,
yakni mencapai 34,1 persen dari total jumlah penduduk dewasa. Hamid menjelaskan prevalensi
Hipertensi di Indonesia lebih tinggi jika dibandingkan dengan Singapura yang mencapai 27,3
persen, Thailand dengan 22,7 persen dan Malaysia mencapai 20% persen. Namun demikian,
lanjutnya, banyak orang yang tidak mengetahui dan menyadari bahwa dirinya menderita
hipertensi.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh
pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung
berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal".
Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi
biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali
dalam jangka beberapa minggu.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah;
tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat
sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

Puskesmas : Wanakerta
Tgl kunjungan rumah : 18 Mei 2019, Pukul 09.30 WIB
Data riwayat keluarga :
I. Identitas Pasien
a. Nama : Uun
b. Umur : 70 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Tidak ada
e. Pendidikan : SD
f. Alamat : desa Margakaya, Wanakerta, teluk jambe barat, karawang

II. Riwayat Biologis Keluarga


a. Keadaan kesehatan sekarang : Baik
b. Kebersihan perorangan : Baik
c. Penyakit yang sering diderita : Hipertesi
d. Penyakit keturunan : Tidak ada
e. Penyakit kronis/menular : Tidak ada
f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
g. Pola makan : Baik, sering mengkonsumsi makanan yang asin.
h. Pola istirahat : Baik
i. Jumlah anggota keluarga : 4 orang

III. Psikologis Keluarga


a. Kebiasaan buruk : Tidak ada
b. Pengambilan keputusan : Keluarga
c. Ketergantungan obat : Tidak ada
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas
e. Pola pengobatan : Obat-obat dari puskesmas

2
f. Pola hubungan sosial : Baik
g. Pola aktifitas kemasyarakatan : Baik
h. Pola kunjungan ke puskesmas : kontrol bila obat sudah habis
i. Pola rekreasi : Jarang

IV. Keadaan Rumah/ Lingkungan


a. Jenis bangunan : Permanen
b. Lantai rumah : Keramik
c. Jenis tembok : Semen, batu bata
d. Luas rumah : 7x15x2,5 m2
e. Jumlah orang yang tinggal : 4 orang
f. Penerangan : Kurang
g. Kebersihan : Baik
h. Ventilasi : Kurang
i. Dapur : Ada
j. Keadaan dapur dan kebersihan : kotor dan tidak tertata rapi
k. Tempat penyimpanan makanan : lemari makan
l. Tempat penyimpanan alat makan : Di rak piring
m. Keadaan kamar mandi dan wc : Sedikit kotor dan tidak tertata rapi
n. Jamban keluarga : Ada
o. Sumber air minum : Ledeng dan air tanah
p. Sumber pencemaran air : Tidak ada
q. Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada
r. Sistem pembuangan air limbah : Ada
s. Tempat pembuangan sampah : Ada
t. Sanitasi lingkungan : Buruk

V. Spiritual Keluarga
a. Ketaatan beribadah : Baik
b. Keyakinan tentang kesehatan : Baik
VI. Keadaan Sosial Keluarga

3
a. Tingkat pendidikan : Sedang
b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan orang lain : Baik
d. Kegiatan organisasi sosial : Sedang
e. Keadaan ekonomi : Sedang
VII. Kultural Keluarga
a. Adat yang berpengaruh : Tidak ada
b. Lain-lain : Tidak ada
VIII. Daftar Anggota Keluarga

Keadaan
Status Domisili
Jenis Tanggal Pendidika kesehatan
Nama Pekerjaan Hub. Keluarga Perkawi serumah/
Kelamin Lahir n penyakit
nan tidak
bila ada
Ahmad L 14-6-1963 Swasta SMA Kepala Keluarga Suami Serumah -
26-12-
Uun P IRT SMP Kepala Keluarga Istri Serumah HT
1964
09-01- Belum
Sriyati P Kuliah S1 Anak Serumah -
1998 Kawin
Ani 06-08- Belum
P - SMA Anak Serumah -
Yunita 2002 Kawin

IX. Keluhan Utama


Lemas, Mudah lelah, pusing
X. Keluhan Tambahan
Pegal- pegal seluruh badan
XI. Riwayat Penyakit Sekarang
Hipertensi
XII. Riwayat Penyakit Dahulu
Os memiliki riwayat hipertensi. Riwayat penyakit lainnya disangkal.
XIII. Pemeriksaan Fisik

4
• Status Generalis :
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Keadaan gizi : Cukup
- Tekanan Darah : 150/100 mmHg
- Nadi : 76 kali / menit
- Pernapasan : 20 kali / menit
- Suhu : 36,2 o C
- Berat badan : 45 kg
- Tinggi badan : 148 cm

• Status Gizi
𝐵𝐵 (𝑘𝑔)
𝐼𝑀𝑇 = 𝑇𝐵2 (𝑚2 ) = 20,55

IMT normal : 18,5–22,9 kg/m2 Status gizi = normal

XIV. Diagnosis Penyakit


Hipertensi

XV. Diagnosis Keluarga


Tidak ada

XVI. Anjuran Penatalaksanaan penyakit :


a. Promotif :
- Harus rutin memeriksakan diri ke bidan, guna mengontrol kadar tekanan darah
untuk mencegah terjadinya komplikasi.
b. Preventif :
- Atur pola makan/dietnya, hindari makanan yang berlemak tinggi, dan kadar garam
tinggi
- Banyak berolahraga dan beraktivitas fisik
c. Kuratif :
- Captopril ( anti hipertensi)

5
d. Rehabilitatif :
- Edukasi (tentang penyakit, gejala penyakit, cara menangani dan cara pencegahan)
- Olahraga
- Nutrisi dengan gizi yang lengkap dan pengaturan makanan mencegah peningkatan
kadar tekanan darah
- Penggunaan obat – obat long term kontrol hipertensi

XVI. Prognosis
- Penyakit : Prognosis penyakit hipertensi pasien ini dapat dikatakan ad bonam, karena
adanya rasa kesadaran untuk sembuh dan mau menjaga pola makannya, dan
juga terus mengkonsumsi obat yang diberikan bidan.

- Keluarga : kondisi kesehatan anggota keluarga yang lain dalam keadaan baik.

- Masyarakat : Ad bonam, bukan penyakit menular.

XVII. Resume
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 18 Mei 2019, didapatkan
bahwa pasien hipertensi. Pasien berusia 55 tahun. Pasien memberi perhatian yang cukup
baik akan keadaan kesehatan dirinya dan keluarganya. Pasien sebagai kepala keluarga.
Pasien memiliki 2 orang anak, kedua anaknya tinggal serumah dengan ibunya.
Rumah pasien tergolong rumah yang kurang sehat dilihat ventilasi tidak memadai.
Penerangan dan kebersihan rumah kurang baik, dengan kondisi rumah yang agak
berantakan, penuh dengan barang-barang. Terdapat dapur di belakang rumah dan jamban
dalam rumah pasien yang tergolong kurang tertata rapih dan kurang bersih . Pasien dan
keluarganya menggunakan air ledeng sebagai sumber air minum dan mandi menggunakan
air tanah.
Ditinjau dari spiritual keluarga keluarga pasien merupakan keluarga yang cukup taat
beribadah pasien beragama Islam. Keluarga pasien juga merupakan keluarga yang sehat.
Saat ini kondisi pasien cukup baik. Pasien rajin mengontrol tekanan darahnya. Namun
untuk mencapai tingkat kesehatan yang lebih optimal hendaknya didukung pula oleh

6
kondisi rumah yang lebih sehat dan rapi, cukup dan seimbangnya asupan gizi, berolahraga
serta mengontrol pola makan dan minum, serta keteraturan berobat bagi pasien.

7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

1. Klasifikasi Hipertensi
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 8) klasifikasi tekanan darah pada orang
dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat I, dan derajat II.2

Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)


Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120 – 129 < 80
Hipertensi derajat 1 130 – 139 80 – 89
Hipertensi derajat 2 >140 >90

2. Etiologi5
Pada 90-95% orang mengalami peningkatan tekanan darah (hipertensi esensial) yang sebabnya
tidak diketahui yang ditingkatkan oleh gaya hidup yang kurang aktif, merokok, berat badan
berlebih, diet tinggi lemak, konsumsi alcohol dan stress.1 Pada 5-10% orang (hipertensi sekunder)
mempunyai penyakit lain yang mendasari menyebabkan tingginya tekanan darah dan memerlukan
pengobatan segera.1

Terdapat faktor-faktor risiko yang berperan dalam hipertensi. Faktor resiko yang dapat diubah
dan tidak dapat diubah.

Faktor – Faktor yang dapat diubah termasuk gaya hidup, antara lain :

• Merokok
• Kurang aktivitas fisik
• Kelebihan berat badan
• Diet tinggi lemak
• Asupan garam berlebih
• Konsumsi alcohol berlebih

8
Faktor – Faktor yang tidak dapat diubah, antara lain :

• Riwayat keluarga dengan hipertensi


• Usia > 45 tahun pada pria dan >55 tahun pada wanita
• Etnik / suku bangsa

3. Patofisiologi
a) Pengaturan Tekanan Darah

Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu

- Curah jantung
Hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup, sedangkan isi sekuncup
ditentukan oleh aliran balik vena dan kekuatan kontraksi miokard.
- Resistensi vascular
Resistensi perifer ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah, elastisitas dinding
pembuluh darah dan viskositas darah.

Semua parameter di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sistem saraf simpatis dan
parasimpatis., sistem rennin-angiotensin-aldosteron (SRAA) dan faktor lokal berupa bahan-bahan
vasoaktif yang diproduksi oleh sel endotel pembuluh darah.3

Sistem saraf simpatis bersifat presif yaitu cenderung meningkatkan tekanan darah dengan :

- Meningkatkan frekuensi denyut jantung,


- Memperkuat kontraktilitas miokard
- Meningkatkan resistensi pembuluh darah

Sistem saraf parasimpatis bersifat depresif, yaitu menurunkan tekanan darah dengan :

- Menurunkan frekuensi denyut jantung.

SRAA juga bersifat presif berdasarkan efek vasokonstriksi angiotensin II dan perangsangan
aldosteron yang menyebabkan retensi air dan natrium di ginjal sehingga meningkatkan volume
darah. Selain itu terdapat sinergisme antara sistem simpatis dan SRAA yang saling memperkuat
efek masing-masing.3

9
Sel endotel pembuluh darah memproduksi berbagai bahan vasoaktif yang sebagiannya bersifat
vasokonstriktor seperti
- Endotelin, tromboksan, A2 dan angiotensin II lokal, dan sebagian lagi bersifat vasodilator
seperti endothelium-derived relaxing factor yang dikenal dengan nitric oxide (NO) dan
prostasiklin (PG12).
Selain itu jantung, terutama atrium kanan memproduksi hormone yang disebut atriopeptin
(atrial natriuretic peptide, ANP) yang bersifat diuretic, natriuretik, dan vasodilator yang cenderung
menurunkan tekanan darah.3
Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan sebagai
akibat interaksi dinamis antara faktor genetik, lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan darah
dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan atau tekanan perifer yang akan
meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan
saraf simpatis, meningkatnya aktifitas renin angiotensin alosteron, perubahan membran sel,
hiperinsulinemia, disfungsi endotel merupakan beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme
hipertensi.4,5

Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistem renin angiotensin
aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti hipertensi bekerja dengan mempengaruhi
sistem tersebut. Renin angiotensin aldosteron adalah sistem endogen komplek yang berkaitan
dengan pengaturan tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi sistem renin angiotensin
aldosterouran Tekanan Darah diatur terutama oleh ginjal. Sistem renin angiotensi aldosteron
mengatur keseimbangan cairan, natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh pada
aliran pembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik regulasi tekanan darah
(Dipiro, 2005).4

4. Gejala Klinis
✓ Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium
✓ Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
✓ Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
✓ Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
✓ Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler 2,4

10
5. Pemeriksaan Fisik5
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua lengan.
mencari kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah jantung kongestif,
diseksi aorta). Palpasi denyut nadi, auskultasi untuk mendengar ada atau tidak bruit
pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru.5,6

Pengukuran tekanan darah dilakukan sesuai dengan standar WHO dengan alat
sphygomanometer. Untuk menegakan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran
tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah <160/100mmHg.2

6. Pemeriksaan Penunjang5
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi :

- Hematologi lengkap
- Gula darah
- Profil lemak
- Fungsi ginjal : Urea N, kreatinin, asam urat, albumin urin kuantitatif
- Gangguan elektrolit : Natrium, kalium
- hsCRP
- EKG6

Penatalaksanaan6
Medikamentosa

Penggulangan hipertensi dengan obat dilakukan bila dengan perubahan pola hidup
tekanan darah belum mencapai target (<140/90mmHg) atau < 130/80 mmHg pada diabetes
atau penyakit ginjal kronik pemilihan obat berdasarkan ada/tidaknya indikasi khusus. Bila
tidak ada indikasi khusus pilihan obat juga tergantung dari derajat hipertensi (grade 1 atau
2).
Alogaritma penanggulangan hipertensi:

11
Anti
Indikasi khusus Diuretic B blocker ACEI ARB CCB
aldosteron
Gagal jantung + + + + +
Pasca infark miokard + + +
Resiko tinggi PJK + + + +
DM + + + + +
Penyakit Ginjal Kronik + +
Cegah stroke berulang + +

Pencegahan
• Pencegahan primer
Pencegahan primer berupa kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi faktor risiko
hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi. Pencegahan primer dilaksanakan melalui berbagai
upaya, seperti promosi kesehatan mengenai peningkatan perilaku hidup sehat, yakni diet yang
sehat dengan cara makan cukup sayur dan buah, rendah garam dan lemak, rajin melakukan
aktivitas dan tidak merokok.
• Pencegahan sekunder

12
Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk menemukan
penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan secara dini.
• Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar dari komplikasi yang
lebih lanjut, serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama ketahanan hidup.
Dalam pencegahan tertier, kegiatan difokuskan kepada mempertahankan kualitas hidup penderita.
Pencegahan tertier dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan hipertensi yang tepat,
serta minum obat teratur agar tekanan darah dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi
seperti penyakit ginjal kronik, stroke, dan jantung. Penanganan respons cepat juga menjadi hal
yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit hipertensi dapat terkendali dengan
baik.

13
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN

1. KESIMPULAN
Dari hasil kunjungan ke rumah pasien (Bu Uun) di desa Margakaya, Wanakerta, teluk
jambe barat, karawang. Pasien menderita penyakit Hipertensi grade II dan dengan melakukan
pendekatan kedokteran keluarga diketahui tidak ada riwayat keturunan dalam keluarga. Dalam
menegakkan diagnosis, pasien ini menjelaskan beberapa gejala yang membantu dalam
penegakkan diagnosis, seperti sering sakit kepala, dan badan pegal-pegal. Namun karena
tingginya kesadaran pasien tentang kesehatan diri, maka pasien sering mengontrol
kesehatannya ke bidan desa dan teratur mengkonsumsi obat-obat yang diberikan puskesmas.

2. SARAN
a) Puskesmas
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui
penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat.
b) Pasien
• Membicarakan masalahnya kepada orang terdekat atau orang yang dipercaya, sehingga
mengurangi beban pikirannya.
• Berusaha untuk lebih memahami penyakit yang dideritanya dan tetap menjaga
kesehatan melalui pola hidup sehat dan minum obat secara teratur.
• Tetap rajin mengontrol kesehatannya ke pelayanan kesehatan masyarakat.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Konsesus Penatalaksanaan Hipertensi Dengan Modifikasi


Gaya Hidup. Jakarta : InaSH, 2011.
2. Yogiantoro, Mohammad. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V
Jilid III. Jakarta : Interna Publishing, 2009.
3. Nafrialdi. Antihipertensi dalam Buku Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI, 2008
4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Teknis Penemuan dan Penatalaksanaan Penyakit
Hipertensi. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I. , 2006.
5. Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Ringkasan Eksklusif Penaggulangan Hipertensi. Jakarta :
InaSH, 2007.

15
LAMPIRAN

1.Foto kamar tidur pasien 2. Foto kamar mandi pasien

3.Foto pengecekan tekanan darah pada pasien 4. Foto dapur pasien

5. Foto ventilasi di ruang tamu rumah pasien

16

Anda mungkin juga menyukai