Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Teknologi Farmasi (III) Steril |1

ALKALINITAS GELAS DAN TONISITAS

Eriska Febriyanti, Hanisah Amalia, Ita Nuritasari, Riawati Sinaga,


Yunikhe Anafisya

Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Sriwijaya Indralaya
Email : farmasiunsri2017@gmail.com

ABSTRACT
Alkalinity is the capacity of water to neutralize additional acids without decreasing the
pH value of the solution as with buffer solutions, alkalinity is water's defense against
acidification. Alkalinity in water is caused by carbonate ions (CO32-), bicarbonate
(HCO3-), hydroxide (OH-), borate (BO33-), and phosphate (PO43-) .Glasses are
transparent, moderately strong, usually not strong react with chemicals, and are not
biologically active which can be formed with a very smooth and waterproof surface.
Because of its ideal nature, glass is widely used in many fields of life. The durability of
the glass can reach 1.5 x 105kg / cm2. This durability is influenced by the composition,
thickness and shape of the glass container. To make the glass packaging inert and
neutral, the glass is dipped in an acidic solution. To protect the glass surface, silicone
polyethylene glycol or polyethylene stearate laminates are given. The stable nature of the
glass causes the glass to be stored for a long period without damage. The limits that need
to be tested for the glass alkalinity test are the glass powder test and the glass resistance
test for water at 121 C °. The powder is rinsed with water pro injection, then rinse then
add 5 drops of red metal solution and titrate immediately with H2SO4 0.02N, the
addition of red metal solution serves as an indicator and H2SO4 0.02N as pentitran.
Keywords : Alkalinity, Glass, Tonicity

ABSTRAK
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai
pH larutan. Sama halnya dengan larutan buffer. Alkalinitas dalam air disebabkan oleh
ion-ion karbonat (CO32- ), bikarbonat (HCO3- ), hidroksida (OH-), borat (BO33-), dan
fosfat (PO43-).Gelas adalah benda yang transparan, lumayan kuat, biasanya tidak
bereaksi dengan barang kimia, dan tidak aktif secara biologi yang bisa dibentuk dengan
permukaan yang sangat halus dan kedap air. Oleh karena sifatnya yang sangat ideal gelas
banyak digunakan di banyak bidang kehidupan. Daya tahan gelas dapat mencapai 1,5 x
105kg/cm2. Daya tahan ini dipengaruhi oleh komposisi, ketebalan dan bentuk dari
wadah gelas. Untuk membuat agar kemasan gelas bersifat inert dan netral maka gelas
dicelupkan dalam larutan asam. Untuk melinungi permukaan gelas maka diberi laminasi
silikon polietilen glikol atau polietilen stearat. Sifat gelas yang stabil menyebabkan gelas
dapat disimpan dalam jangka waktu panjang tanpa kerusakan. Batas yang perlu diuji
untuk uji alkalinitas gelas yaitu uji serbuk kaca dan uji ketahanan kaca pada air pada suhu
121 C°. Serbuk dibilas dengan water pro injection, hasil bilasan lalu tambahkan 5 tetes
larutan metal merah dan titrasi segera dengan H2SO4 0,02N, penambahan larutan metal
merah berfungsi sebagai indicator dan H2SO4 0,02N sebagai pentitran.
Kata kunci : Alkalinitas , Gelas , Tonisitas
Jurnal Teknologi Farmasi (III) Steril |2

I. PENDAHULUAN terhadap pengasaman. Alkalinitas


Pengemas adalah salah satu adalah hasil reaksi-reaksi terpisah
komponen  yang penting untuk dalam larutan hingga merupakan
sediaan farmasi, karena sebuah analisa “makro” yang
ketidaksesuaian pengemas akan menggabungkan beberapa reaksi.
mempengaruhi obat secara Alkalinitas dalam air disebabkan
keseluruhan termasuk kestabilan dan oleh ion-ion karbonat (CO32- ),
efek terapi obat. Jenis kemasan bikarbonat (HCO3- ), hidroksida
primer dalam sediaan steril terdapat (OH-) dan  borat (BO33-), fosfat
wadah gelas, wadah plastik, wadah (PO43-),    dan sebagainya[3].
metal, wadah karet. Pengemas tidak Pengujian yang umumnya
boleh berinteraksi dengan sediaan dilakukan ntuk menguji kualitas
baik secara fisik maupun kimia gelas adalah uji powdered glass yang
karena akan mengubah kekuatan dan dilakukan untuk gelas Tipe I, III, dan
efektivitasnya[1]. NP serta watter attack yang
Wadah yang terbuat dari dilakukan untuk gelas tipe II.
gelas harus dapat dilihat isi untuk Pengujian alakalinitas bertujuan
pemeriksaan sediaan, sehingga harus untuk menguji gelas terhadap
bersifat jernih. Gelas umumnya serangan kimiawi preparat farmasi
digunakan untuk kemasan dalam yang disimpan di dalam botol
farmasi, karena memiliki mutu gelas[4].
perlindungan yang unggul, Tonisitas larutan dapat
ekonomis, dan wadah tersedia dalam ditentukan dengan beberapa cara
berbagai ukuran dan bentuk. Gelas seperti dengan menggunkana metode
pada dasarnya bersifat inert secara hemolisis, penurunan titik beku dan
kimiawi, tidak permeable, kuat, yang lainnya. Suatu larutan
keras dan disetujui FDA[2]. dikatakan isotonis apabila tekanan
Alkalinitas adalah kapasitas air osmotic nya sama dengan tekanan
untuk menetralkan tambahan asam osmotic cairan yang lainnya. Apabila
tanpa penurunan nilai pH larutan. cairan memiliki tekanan osmotik
Sama halnya dengan larutan buffer, yang lebih tinggi maka cairan yang
alkalinitas merupakan pertahanan air lebih tinggi dikatakan hipertonis
Jurnal Teknologi Farmasi (III) Steril |3

terhadap yang rendah. Sebaliknya, Tonisitas adalah WFI, Metil merah,


jika cairan memiliki tekanan osmotic serbuk kaca, H2SO4 0.02 N.
yang lebih rendah maka cairan yang 2.3 PROSEDUR PENELITIAN
lebih rendah dikatakan hipotonis 2.3.1 Powdered Glass Test
terhadap yang tinggi tekanan Pilih secara acak 6 atau lebih
osmotik nya[5]. wadah kaca, bilas dengan
II. METODE PENELITIAN WFI(water for injection), keringkan.
2.1 Waktu Dan Tempat Tumbuk kaca, hancurkan sehingga
Waktu praktikan gunakan bisa lewat ayakan no.12. Haluskan
untuk melakukan percobaan ini kembali kaca yang terlewat dengan
dilaksanakan pada tanggal 25 ayakan no.14, hingga diperoleh
Oktober 2019. Dimulai pada jam serbuk yang lolos sebanyak 20 gram.
13.00 WIB sampai dengan selesai. Timbang seksama 10 gram serbuk
Tempat pelaksanaan percobaan yang telah kering dan masukkan ke
praktikan dilaksanakan didalam dalam Erlenmeyer 250 mL
ruang Laboratorium Teknologi Tambahkan 50 mL WFI (water for
Farmasi Fakultas Matematika dan injection), tutup dengan rapat.
Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Masukkan ke dalam autoklaf,
Universitas Sriwijaya. sterilisasi pada suhu 121°C selama
2.2 ALAT DAN BAHAN 30 menit. Dinginkan labu lalu
2.2.1 Alat endapkan tuangkan air dalam labu
Alat yang digunakan selama dan saring dari filtratnya. Masukkan
proses dilakukannya praktikum Uji dalam erlenmeyer 3 buah, dibuat
Alkalinitas Gelas dan Tonisitas larutan blanko dalam 1 erlenmeyer.
adalah autoklaf, lumpang dan alu, Ditambahkan 5 tetes metil merah dan
pengayak no.12 dan 14, alat-alat titrasi segera dengan H2SO4 0.02 N
gelas hingga warna sama dengan larutan
2.2.2 Bahan blanko. Dihitung volume titrasi yang
Bahan yang digunakan dihasilkan serta amati hasilnya.
selama proses dilakukannya 2.3.2 Water Attack Test
praktikum Alkalinitas Gelas dan Siapkan perlatan gelas yang
akan diuji. Dibersihkan dari kotoran
Jurnal Teknologi Farmasi (III) Steril |4

debu dan yang lainnya serta wadah digunakan untuk berbagai macam
dibilas dengan WFI. Isi wadah bentuk sediaan steril.
dengan WFI hingga 90% kapasitas Uji kaca alkalinitas dalam
penuh. Masukkan ke dalam autoklaf, penelitian ini dilakukan dua
sterilisasi pada suhu 121°C selama pengujian yaitu uji serbuk kaca dan
60 menit. Tuangkan isi wadah ke uji ketahanan air. Tes ketahana air
dalam erlenmeyer sebanyak 3 buah adalah tes yang dilakukan untuk
untuk sampel dan 1 buah mengetahui daya tahan kaca Tipe II
erlenmeyer untuk blanko. yang terhubung ke air dalam suhu
Ditambahkan 5 tetes metil merah 121 C, yaitu gelas yang terbuat dari
dan titrasi dalam keadaan hangat gelas soda atau lebih banyak bahan
dengan HCl 0,02 M. Dilakukan yang kuat. Sedangkan pengujian
titrasi blanko menggunakan 100 mL bubuk kaca pada kaca alkalinitas uji
WFI ( water for injection ) pada suhu dilakukan pada gelas tipe I (kaca
dan indikator yang sama. Dilakukan borosilikat), tipe III (Soda kapur
titrasi untuk 3 erlenmeyer sampel kaca) dan tipe NP (General purpose).
yang sudah ditambahkan metil Ini terlihat dari bahan pembuatan
merah. Dihitung volume titrasi dan gelas gelas, yaitu boroksisilat tidak
diamati hasilnya. terlalu keras, sehingga ditakutkan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN akan meleleh saat melakukan proses
Pengujian alkalinitas gelas sterilisasi dengan autoclave pada
dilakukan untuk mengetahui waktu yang lama.
ketahanan gelas terhadap pengaruh Batas yang perlu diuji untuk uji
kimiawi preparat farmasi yang alkalinitas gelas yaitu uji serbuk kaca
disimpan dalam botol gelas dan dan uji ketahanan kaca pada air pada
memahami berbagai macam
suhu 1210 C. Untuk uji serbuk kaca,
pengujian kualitas gelas agar
gelas terlebih dahulu diserbukkan
diperoleh gelas yang berkualitas dan
hingga melewati ayakan no 100.
memenuhi persyaratan. Setelah
Setelah itu dan diperoleh serbuk
pengujian alkalinitas gelas, dapat
lebih dari 10 gram. Setelah itu
diketahui tipe-tipe gelas yang cocok
serbuk dimasukkan kedalam
Erlenmeyer dan dicuci 6x selama 30
Jurnal Teknologi Farmasi (III) Steril |5

detik/cuci menggunakan aseton seperti pada uji serbuk kaca kecuali


hingga pelarut benar-benar bersih, ketika autoklaf, pada uji ketahanan
penggunaan aseton dimaksudkan kaca, autoklaf berlangsung selama
agar larutan jernih, bersih dan steril, 60 menit (pensterilan), setelah itu
kemudian dikeringkan pada suhu tuangkan isi wadah kedalam
140°C. Selama 70 menit, setelah itu erlenmeyer hingga memperoleh
ditambahkan air kemurnian tinggi volume 100 ml. Setelah itu
(aquadestilata) sebanyak 50ml. diteteskan larutan metal merah 5
Setelah ditambahkan air murni, tetes karena berfungsi sebagai
serbuk tersebut di masukkan indikator kemudian dititrasi dalam
kedalam autoklaf selama 30 menit. keadaan hangat menggunakan H2SO4
Pensterilan pada suhu 121°C, 0,02 N yang berfungsi sebagai
lalu dinginkan labu tersebut dan pentitran.
endapkan sambil menuangkan air Uji alkalinitas sangatlah
kedalamnya. Kemudian sisa serbuk penting karena gelas yang dipakai
dibilas 4x dengan air kemurnian sebagai wadah untuk injeksi harus
tinggi sebanyak 15 ml. Kumpulkan dapat menjaga pH larutan sehingga
hasil bilasan lalu tambahkan 5 tetes tidak menaikkan pH karena
larutan metal merah dan titrasi pengeluaran alkali, oleh karena gelas
segera dengan H2SO4 0,02 N, harus bersifat netral. Wadah yang
penambahan larutan metil merah telah mengalami perubahan fisika-
berfungsi sebagai indikator dan kimia sehingga menyebabkan tidak
H2SO4 0,02N sebagai pentitran. lagi memenuhi syarat pengemas
Sedangkan uji pada gelas nomor II gelas. Perbedaan dan batasan uji
adalah uji ketahanan kaca terhadap serbuk kaca dan uji ketahanan kaca
air pada suhu 121°C, pada pengujian adalah uji serbuk kaca hanya
kali ini dipilih 3 atau lebih wadah dilakukan pada gelas tipe I,III, Non
secara acak yang telah dibilas 2x Parenteral dan sedangkan uji
menggunakan aquadest, kemudian ketahanan kaca pada gelas tipe II.
wadah tersebut diisi dengan air
kemurnian tinggi atau WFI
kemudian dilakukan perlakuakan
Jurnal Teknologi Farmasi (III) Steril |6

Tabel.1 Hasil Analisis Powdered konsentrasi hampir sama atau sama


Glass dengan di dalam sel suatu sediaan
Volume H2SO4 steril sedapat mungkin isotonis.
Sample
V1 V2 V3 Tabel.2 Hasil Metode Penurunan
1
Ampul coklat 7 5 1 Titik Beku
.
2 Ampul N Samp Men Suh Keterang
1,2 1 0,5
. bening o el it u an
3 (°C
Vial bening 3,5 3,5 1
. )
4 1 A 17,4 0,52 Isotonis
Vial coklat 2 4,5 2,3
. 4
5 Botol 2 B 18,0 0,9 Hipertoni
1,5 2,0 3,0
. Kratindaeng 0 s
6 Botol UC 3 C 18,0 0,9 Hipertoni
1,5 2,0 3,5
. 1000 0 s
Hasil analisis uji serbuk kaca 4 D 18,0 1 Hipertoni
didapatkan jumlah titrasi untuk 0 s
ampul coklat dengan rata-rata 5 ml, 5 E 16,4 0,3 Hipertoni
untuk ampul bening didapatkan nilai 4 s
Perlakuan pertama dengan
rata-rata nya 0,9 ml, pada sampel
menggunakan metode krioskopik,
vial bening volume rata-rata nya 1,4
metode yang digunakan berupa
ml. Sampel vial coklat diperoleh
penurunan titik beku suatu senyawa
nilai rata-rata nya 0,5 ml. Sampel
sebagai pertimbangan penurunan
botol kratindaeng diperoleh rata-rata
titik beku dapat dilakukan secara
nya 2,1 ml, sedangkan botol UC
eksperimental maupun teoritis.
1000 diperoleh rata-rata nya 2,3 ml.
Metode penurunan titik beku untuk
Praktikan selanjutnya melakukan
mengetahui tonisitas kali ini
pengujian tentang tonisitas. Metode
dilakukan secara eksperimental.
yang digunakan berupa metode
Perlakuan kali ini digunakan sampel
ekivalensi NaCl dan metode
sebanyak 5 buah dimana pada sampe
penurunan titik beku. Pengujian
A mempunyai sifat isotonis, sampel
tonisitas ini penting dilakukan untuk
B,C,D mempunyai sifat hipertonis
mengetahui pengaruh tonisitas
dan sampel E bersifat hipotonis.
didalam tubuh. Tonisitas berupa
Jurnal Teknologi Farmasi (III) Steril |7

Titik beku yang digunakan berupa Keadaan hipotonis dapat


titik beku pelarut dan titik beku zat menyebabkan sel menjadi lisis
yang waktu beku diamati selama 30 sehingga dapat menyebabkan sel
menit. menjadi lisis dan obat atau sediaan
Metode selanjutnya berupa metode tidak akan bersifat hipotonis.
ekivalensi NaCl. Metode ini yang
dikembangkan oleh Mellen dan IV.KESIMPULAN DAN SARAN
Seitzer yang menyatakan seberapa 4.1 Kesimpulan
banyak NaCl yang dibutuhkan agar 1. Alkalinitas termasuk kapasitas
setara dengan 1 gram obat yang akan air untuk dapat menetralkan
diformulasikan. Metode ini tambahan asam tanpa perlu
menggunakan 5 sampel. penurunan nilai PH pada
Tabel.3 Hasil Metode Ekivalensi larutan.
NaCl 2. Uji alkalinitas pada gelas tipe II
Sampel Keterangan dilakukan uji ketahanan
1. A Hipotonis terhadap air (Water attack) dan
2. B Hipertonis
3. C Hipertonis pada gelas tipe I.III,dan NP
4. D Hipertonis dilakukan uji serbuk
5. E Isotonis
kaca(Powdered Glass).

Sampel darah A bersifat hipotonis 3. Uji alkalinitas dilakukan dengan

yang ditandai dengan hasil sel yang mentitrasi menggunakan asam

lebih besar dari keadaan awal, sulfat 0,02 N dengan indikator

sampel darah D juga bersifat metil merah,ditandai dengan

hipotonis yang ditandai sel perubahan warna menajdi merah

membesar. Sampel B dan sampel C muda.

didapatkan hasil bahwa sampel 4. Uji serbuk kaca menunjukkan

bersifat hipertonis yang ditandai perubahan warna saat titrasi

dengan sel mengkerut, sedangkan sehinnga memenuhi syarat.

pada sampel darah E didapatkan 5. Rata-rata hasil titrasi terhadap

bahwa sampel bersifat isotonis. Hasil vial bening sebesar 2,67ml dan

yang didapatkan bahwa ukuran sel vial gelap sebesar 2,93 ml .

sama didalam maupun diluar sel. 4.2 Saran


Jurnal Teknologi Farmasi (III) Steril |8

1. Penulis menyarankan agar


diperlukan ketelitian lebih dan
mengikuti tata keamanan dalam
pelaksanaannya terhadap
praktikum ini agar sesuai dengan
prosedur dan mencapai hasil
yang diinginkan.
2. Penulis menyarankan agar
melakukan proses titrasi lebih
teliti dan perlahan sehingga
didapatkan hasil perhitungan
yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA
[1]
Lachman, Lieberman K. 1987,
Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Universitas Indonesia Press, Jakarta,
Indonesia
[2]
Priyambodo B. 2007, Manajemen
Farmasi Industri, Global Pustaka
Utama, Yogyakarta, Indonesia
[3]
Lukas, Stefanus. 2006, Formulasi
Industri, CV. Andi Offset,
Yogyakarta, Indonesia
[4]
Ansel, Howard C. 2006, Kalkulasi
Farmasetik, EGC, Jakarta,
Indonesia.
[5]
Syamsuni, Haji. 2006, Farmasetika
Dasar, EGC, Jakarta, Indonesia.
Jurnal Teknologi Farmasi (III) Steril |9

Anda mungkin juga menyukai