Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TUGAS KELOMPOK

TEORI PERKEMBANGAN MENURUT SIGMUND FREUD

Matakuliah: Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu: Ahmad Agung Yuwono, M. Pd.

Disusun Oleh:

1. Eny Andarningsih (14144600179)


2. Nurul Fitria Febrianti (14144600175)
3. Sutarni (14144600185)
4. Zafira Syajarotun (14144600196)

Kelas: A5-14

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

TAHUN 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam selalu tercurahkan
kepada junjungan kita Rasulullah SAW. Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas psikologi perkembangan.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu serta menambah wawasan
tentang “Teori Perkembangan Menurut Sigmund Freud.” Ucapan terima kasih kami haturkan
kepada rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu,terutama pertolongan dari
Allah,sehingga makalah kami ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Dengan segala kerendahan hati. Kami sangat mengharapkan kritik dan


sarannya yang bersifat membangun,agar kami dapat menyusun makalah lebih baik
lagi. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Karena
kesempurnaan sesungguhnya hanya datangnya dari Allah SWT. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.

Yogyakarta, 9 November 2014

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL / COVER......................................................................................... 1

KATA PENGANTAR......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 4

A. Latar Belakang........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 4
C. Tujuan...................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 5

BAB III PENUTUP............................................................................................................ 15

A. Kesimpulan............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ruth berry (2001: 2) Psikoanalisa adalah sistem menyeluruh dalam psikologi
yang dikembangkan oleh freud secara berlahan ketika ia menangani orang yang
mengalami neurosis dan masalah mental lainnya. Teori Kepribadian Psikoanalisa
merupakan salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi. Psikoanalisa adalah
sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan
metode psikoterapi. Secara historis Psikoanalisa adalah aliran pertama dari tiga
aliran utama psikologi. Yang kedua adalah behaviorisme, sedangkan yang ketiga
adalah psikologi eksistensialhumanistik. Menurut Freud, lapisan kesadaran jiwa
itu kecil, dan analisis terhadapnya tidak dapat menerangkan masalah tingkah laku
seluruhnya. Freud juga berpendapat bahwa energi jiwa itu terdapat didalam
ketidaksadaran, yang berupa insting-insting atau dorongan dorongan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan psikoanalisa atau psikoanalisis?

2. Jelaskan konsep manusia dalam psikoanalisis?

C. Tujuan
1. Mendefinisikan arti dari psikoanalisa.

2. Menjelaskan lebih detail tentang prinsip dan konsep dasar psikoanalisa.


BAB II

PEMBAHASAN

TEORI PERKEMBANGAN SIGMUND FREUD (PSIKOANALISIS)

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Freuds


Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga
tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-
sadar (unconscious). Topografi atau peta kesadaran ini dipakai untuk
mendiskripsi unsur cermati (awareness)dalam setiap event mental seperti berfikir
dan berfantasi. Sampai dengan tahun 1920-an, teori tentang konflik kejiwaan
hanya melibatkan ketiga unsur kesadaran itu. Baru pada tahun 1923 Freud
mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni id, ego, dan superego. Enam
elemen pendukung struktur kepribadian itu adalah sebagai berikut:

A. Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat
tertentu. Menurut Freud, hanya sebagian kecil saja Bari kehidupan mental

(fikiran, persepsi, perasaan dan ingatan) yang masuk


kekesadaran (consciousness). Isi daerah sadar itu merupakan hasil proses penyaringan
yang diatur oleh stimulus atau cue-eksternal. Isi-isi kesadaran itu hanya bertahan dalam waktu
yang singkat di daerah conscious, dan segera tertekan kedaerah perconscious atau
unconscious, begitu orang memindah perhatiannya ke weyang lain.
B. Prasadar (Preconscious)
Disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran
yang menjadi jembatan antara sadar dan taksadar. Isi preconscious berasal
dari conscious dan clanunconscious. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian,
semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke
daerah prasadar. Di sisi lain, isi materi daerah taksadar dapat muncul ke daerah
prasadar. Kalau sensor sadar menangkap bahaya yang bisa timbul akibat
kemunculan materi tak sadar materi itu akan ditekan kembali ke ketidaksadaran.
Materi taksadar yang sudah berada di daerah prasadar itu bisa muncul kesadaran
dalam bentuk simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri.
C. Tak Sadar (Unconscious)
Tak sadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan
menurut Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Secara khusus
Freud membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu
adalah kenyataan empirik. Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls dan drives
yang dibawa dari lahir, dan pengalaman-pengalaman traumatik (biasanya pada
masa anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah taksadar. Isi
atau materi ketidaksadaran itu memiliki kecenderungan kuat untuk bertahan terus
dalam ketidaksadaran, pengaruhnya dalam mengatur tingkahlaku sangat kuat
namun tetap tidak disadari.

Model perkembangan psikoanalisis dasar, yang terus-menerus dimodifikasi oleh Freud selama

50 tahun terakhir hidupnya, terdiri atas tiga komponen pokok;

(1) satu komponen dinamik atau ekonomik yang menggambarkan pikiran manusia sebagai

sistem energi yang cair.

(2) satu komponen struktural atau topografik berupa sebuah sistem yang memiliki

tiga struktur psikologis berbeda tetapi saling berhubungan dalam menghasilkan

perilaku.

(3) satu komponen sekuensial (urutan) atau tahapan yang memastikan langkah
maju dari satu tahap perkembangan menuju tahap lainnya, yang terpusat pada
daerah-daerah tubuh yang sensitif, tugas-tugas perkembangan, dan konflik-konflik
psikologis tertentu.
Komponen Dinamik (Energi Psikis)
Semangat (atau arah) perkembangan ilmiah dan intelektual pada akhir
abad ke-19 terpusat di sekitar kajian tentang energi, dan Freud menerapkan
konsep energi tersebut terhadap perilaku manusia. Ia menyebut energi ini sebagai
energi psikis (psychic energy) atau energy yang mengoperasikan berbagai
komponen sistem psikologis.Freud berpendapat bahwa insting (instincts) atau
dorongan-dorongan psikologis yang muncul tanpa dipelajari adalah sumber utama
energy psikis. Insting memiliki dua ciri khas yang sangat penting, yakni: ciri
konservatif (pelestarian) dan ciri repetitif (perulangan). Maksudnya, insting selalu
menggunakan sesedikit mungkin jumlah energi yang di perlukan untuk
melaksanakan aktivitas tertentu dan kemudian mengembalikan organisme kepada
keadaannya yang semula, dan hal itu terjadi secara berulang-ulang.

Komponen Struktural

a. Id
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini
kemudian akan muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua
aspek psikologik yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id
berada dan beroperasi dalam daerahunansdous, mewakili subjektivitas
yang tidak pemah disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan
proses fisik untuk mendapatkan enerji psikis yang digunakan untuk
mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya.
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasunprinciple), yaitu:
berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi Id,
kenikmatan adalahkeadaan yang relatif inaktif atau tingkat enerji yang
rendah, dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan enerji yang
mendambakan kepuasan. Jadi ketika ada stimuli yang memicu enerji untuk
bekerja - timbul tegangan enerji - id beroperasi dengan prinsip
kenikmatan; berusaha mengurangi atau menghilangkan tegangan itu;
mengembalikan din ke tingkat enerji yang rendah. Pleasure
principle diproses dengan dua cara, tindak refleks (reflex actions) dan
proses primer (primaryprocess). Tindak refleks adalah reaksi otomatis
yang dibawa sejak lahir seperti mengejapkan mata - dipakai untuk

menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat


dilakukan. Proses primer adalah reaksi membayangkan/mengkhayal
sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan - dipakai

untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar

membayangkan makanan atau puting ibunya. Proses membentuk

gambaran objek yang dapat mengurangi tegangan, disebut pemenuhan


hasrat (nosh fullment),misalnya: mimpi, lamunan, dan halusinasi psikotik.

b. Ego
Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita; sehingga
ego beroperasi mengikuti prinsip realita (realityprinciple); usaha
memperoleh kepuasan yang dituntut Id dengan mencegah terjadinya
tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang
nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan. Prinsip realita itu dikerjakan
melalui proses sekunder (secondaryprocess), yakni berfikir realistik
menyusun rencana dan menguji apakah rencana itu menghasilkan objek

yang dimaksud. Proses pengujian itu disebut uji


realita (reality testin; melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang

telah difikirkan secara realistik. Dari cara kerjanya dapat difahami

sebagian besar daerah operasi ego berada di kesadaran, namun ada

sebagian kecil ego beroperasi di daerah prasadar dan daerah taksadar.Ego

adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua tugas

utama; pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau
insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan.

c. Superego
Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang
beroperasi memakai prinsip idealistik (idealisticprinciple) sebagai lawan
dari prinsip kepuasan Id dan prinsip realistik dari Ego. Superego
berkembang dari ego, dan seperti ego dia tidak mempunyai energi sendiri.
Sama dengan ego, superego beroperasi di tiga daerah kesadaran. Namun
berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak dengan dunia luar (sama
dengan Id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang diperjuangkannya
tidak realistik (Id tidak realistik dalam memperjuangkan kenikmatan).

Prinsip idealistik mempunyai dua subprinsip, yakni conscience dan ego-


ideal. Super-ego pada hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai
orang tua atau interpretasi orang tua mengenai standar sosial, yang diajarkan
kepada anak melalui berbagai larangan dan perintah. Apapun tingkahlaku
yang dilarang, dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua, akan diterima anak
menjadi suara hati (conscience), yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan.
Apapun yang disetujui, dihadiahi dan dipuji orang tua akan diterima menjadi
standar kesempurnaan atau ego ideal, yang berisi apa saja yang seharusnya
dilakukan. Proses mengembangkan konsensia dan ego ideal, yang berarti
menerima standar salah dan benar itu disebut introyeksi (introjection). Sesudah
terjadi introyeksi, kontrol pribadi akan mengganti kontrol orang tua.

Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan,


menghukum dengan keras kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru
dalam fikiran. Super-ego juga seperti ego dalam hal mengontrol id, bukan hanya
menunda pemuasan tetapi merintangi pemenuhannya. Paling tidak, ada 3 fungsi
superego, yaitu;(1) mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan
tujuan-tujuan moralistik, (2) merintangi impuls id, terutama impuls seksual dan
agresif yang bertentangan dengan standar nilai masyarakat, dan (3) mengejar
kesempurnaan.Struktur kepribadian id-ego-superego itu bukan bagian-bagian
yang menjalankan kepribadian, tetapi itu adalah nama dalam sistem struktur dan
proses psikologik yang mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Biasanya sistem-sistem
itu bekerja bersama sebagai team, di bawah arahan ego. Baru kalau timbul konflik
diantara ketiga struktur itu, mungkin sekali muncul tingkahlaku abnormal.
Komponen Sekuensial (Tahapan)

Bagian ketiga dan terakhir dari model Freud adalah komponen tahapan atau komponen
sekuensial (sequential or stage component). Bagian ini menekankan pola atau gerak
maju organisme melalui tahapan-tahapan perkembangan yang berbeda dan semakin lama
semakin adaptif. Menurut Freud, pintu pertama menuju kematangan adalah tahapan
perkembangan genital, dimana terbentuk hubungan yang berarti berlangsung terus menerus.

Teori Freuds disebut Teori Psikoseksual

Menurut Freud, para bayi terlahir dengan kemampuan untuk merasakan


kenikmatan apabila terjadi kontak kulit, dan para bayi itu memiliki semacam
ketegangan di permukaan kulit mereka yang perlu diredakan melalui kontak kulit
secara langsung dengan orang lain. Freud menyerupakan kenikmatan ini dengan
rangsangan seksual tetapi ia memberi catatan bahwa hal ini berbeda secara
kualitatif dari tipe rangsangan seksual yang dialami oleh orang dewasa karena
kejadian yang dialami bayi ini lebih bersifat umum dan belum terdiferensiasi.
Freud menyebut kemampuan untuk mengalami kenikmatan ini dan kebutuhan
untuk meredakannya dengan nama seksualitas bayi, yang berbeda dari seksualitas
orang dewasa.
Pandangan mengenai seksualitas bayi dan anak-anak ini memicu protes
luas orang-orang menentang Freud pada masa-masa akhir era Victorian dan awal
abad ke-20. Tetapi Freud dan para pengikutnya, yang mendasarkan pendirian
mereka pada pengalaman-pengalaman klinis, bersikukuh pada teori tersebut.
Mereka tetap berpegang pada pandangan bahwa komponen-komponen psikologis-
eksperiensial saling terkait dengan disertai pergantian zona-zona erogen secara
biologis melalui urutan (sekuen) tertentu. Dengan demikian tahapan-tahapan
perkembangan ini disebut sebagai tahapan-tahapan psikoseksual (Psychosexual
stages). Teori Freud, memandang bahwa tahapan-tahapan ini bersifat urniversal,
berlaku pada semua anak-anak dimana saja.
Menurut Freud, kemunculan setiap tahapan psikoseksual dan sebagian
bentuk perilaku yang terjadi di setiap tahapan dikendalikan oleh faktor-faktor
genetik atau kematangan sedangkan isi tahapan-tahapan tersebut berbeda-beda
bergantung pada kultur tempat terjadinya perkembangan. Sekali lagi ini
memperlihatkan contoh mengenai pentingnya interaksi antara kekuatan keturunan
dan kekuatan lingkungan bagi proses perkembangan.Freud berpendapat bahwa
dalam perkembangan manusia terdapat dua hal pokok yaitu: (1) bahwa tahun-
tahun awal kehidupan memegang peranan penting bagi pembentukan kepribadian;
dan (2) bahwa perkembangan manusia meliputi tahap-tahap psikoseksual:

a) Tahap oral ( sejak lahir hingga 1tahun )

Sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut adalah makan. Dua macam
aktivitas oral ini, yaitu menelan makanan dan mengigit, merupakan prototipe bagi
banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Karena tahap oral ini
berlangsung pada saat bayi sama sekali tergantung pada ibunya untuk
mendapatkan makanan, pada saat dibuai, dirawat dan dilindungi dari perasaan
yang tidak menyenangkan, maka timbul perasaan-perasaan tergantung pada masa
ini. Frued berpendapat bahwa simtom ketergantungan yang paling ekstrem adalah
keinginan kembali ke dalam rahim.

b) Tahap anal ( usia 1-3 tahun )

Setelah makanan dicernakan, maka sisa makanan menumpuk di ujung bawah


dari usus dan secara reflex akan dilepaskan keluar apabila tekanan pada otot
lingkar dubur mencapai taraf tertentu. Pada umur dua tahun anak mendapatkan
pengalaman pertama yang menentukan tentang pengaturan atas suatu impuls
instingtual oleh pihak luar. Pembiasaan akan kebersihan ini dapat mempunyai
pengaruh yang sangat luas terhadap pembentukan sifat-sifat dan nilai-nilai
khusus. Sifat-sifat kepribadian lain yang tak terbilang jumlahnya konon sumber
akarnya terbentuk dalam tahap anal.
c) Tahap phalik ( usia 3-5 tahun)

Selama tahap perkembangan kepribadian ini yang menjadi pusat dinamika adalah
perasaan-perasaan seksual dan agresif berkaitan dengan mulai berfungsinya organ-organ
genetikal. Kenikmatan masturbasi serta kehidupan fantasi anak yang menyertai aktivitas auto-
erotik membuka jalan bagi timbulnya kompleks Oedipus. Freud memandang keberhasilan
mengidentifikasikan kompleks Oedipus sebagai salah satu temuan besarnya.

Freud mengasumsikan bahwa setiap orang secara inheren adalah biseksual,


setiap jenis tertarik pada anggota sejenis maupun pada anggota lawan jenis.
Asumsi tentang biseksualitas ini disokong oleh penelitian terhadap kelenjar-
kelenjar endokrin yang secara agak konklusif menunjukkan bahwa baik hormon
seks perempuan terdapat pada masing-masing jenis. Timbul dan berkembangnya
kompleks Oedipus dan kompleks kastrasi merupakan peristiwa-peristiwa pokok
selama masa phalik dan meninggalkan serangkaian bekas dalam kepribadian.

d) Tahap laten ( usia 5 - awal pubertas)

Masa ini adalah periode tertahannya dorongan-dorongan seks agresif. Selama masa ini
anak mengembangkan kemampuannya bersublimasi ( seperti mengerjakan tugas-tugas
sekolah, bermain olah raga, dan kegiatan lainya). Tahapan latensi ini antara usia 6-12 tahun
(masa sekolah dasar)

e) Tahap genital/kelamin ( masa remaja)

Kateksis-kateksis dari masa-masa pragenital bersifat narsisistik. Hal ini berarti


bahwa individu mendapatkan kepuasan dari stimulasi dan manipulasi tubuhnya
sendiri sedangkan orang-orang lain dikateksis hanya karena membantu
memberikan bentuk-bentuk tambahan kenikmatan tubuh bagi anak. Selama masa
adolesen, sebagian dari cinta diri atau narsisisme ini disalurkan ke pilihan-pilihan
objek yang sebenarnya.
Kateksis-kateksis pada tahap-tahap oral, anal, dan phalik lebur dan di sistensiskan dengan
impuls-impuls genital. Fungsi biologis pokok dari tahap genital tujuan ini dengan memberikan
stabilitas dan keamanan sampai batas tertentu.

Implementasi teori Freud dalam Praktik Pendidikan

Berdasarkan konsep kunci dari teori kepribadian freud, berikut ini akan

dijelaskan beberapa teorinya yang dapat diimplemetasikan dalam pendidikan,

yaitu:

Pertama, konsep kunci bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kebutuhan
dan keinginan. Dengan demikian, implementasi pandangan Freud dalam
pendidikan sangat memberikan kontribusi yang signifikan, terutama memberikan
panduan atau acuan pada guru dalam melakukan pembelajaran dan memberikan
bimbingan, sehingga bimbingan benar-benar efektif dan sesuai dengan tingkat
perkembangan mereka.

Adapun fungsi-fungsi bimbingan yang dilakukan oleh guru antara lain:


1. Memahami Individual Siswa
Seorang guru dan pembimbing dapat memberikan bantuan yang efektif jika mereka
dapat memahami dan mengerti persoalan, sifat, kebutuhan, minat, dan kemampuan
siswa. Karena itu, bimbingan yang efektif menuntut secara mutlak pemahaman diri
anak secara menyeluruh. Karena tujuan bimbingan dan pendidikan dapat dicapai
jika programnya didasarkan atas pemahaman diri anak didiknya.

2. Preventif dan Pengembangan Individual Siswa


Preventif dan pengembangan merupakan dua sisi dari satu mata uang.
Preventive berusaha mencegah kemerosotan perkembangan seseorang dan
minimal dapat memelihara apa yang telah dicapai dalam
perkembangannya melalui pemberian pengaruh-pengaruh yang positif,
memberikan bantuan untuk mengembangkan sikap dan pola perilaku yang
dapat membantu setiap individu untuk mengembangkan dirinya secara

optimal.
Membantu individu untuk menyempurnakan setiap siswa pada saat
tertentu ketika membutuhkan pertolongan dalam menghadapi dan
menjalani keseharian mereka dan beradaptasi dengan lingkungannya.
Bimbingan dapat memberikan bantuan pada siswa untuk penanganan dan
pembimbingan dalam kegiatan pembelajaran dan membantu memberikan
pilihan yang sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

Kedua, konsep teori tentang kecemasan yang dimiliki seseorang dapat digunakan
sebagai wahana pencapaian tujuan bimbingan oleh guru, yaitu membantu individu
supaya mengerti diri dan lingkungannya, mampu memilih, memutuskan dan
merencanakan hidup secara bijaksana mampu mengembangkan kemampuan dan
kesanggupan, memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya, mampu
mengelola aktivitas sehari-hari dengan baik dan bijaksana, mampu memahami dan
bertindak sesuai dengan norma agama, sosial dalam masyarakatnya.

Ketiga, konsep teori psikoanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap
perjalanan manusia. Dalam system pembinaan akhlak individual, islam menganjurkan agar
keluarga dapat melatih dan membiasakan anak-anknya agar dapat tumbuh kembang sesuai
dengan norma agama dan sosial. Bila sebuah keluarga mampu memberikan bimbingan yang
baik, maka kelak anak itu diharapkan akan tumbuh menjadi manusia yang baik.

Keempat, teori Freud tentang tahapan perkembangan kepribadian individu dapat


digunakan dalam proses bimbingan, baik sebagai materi maupun pendekatan.
Konsep ini memberikan arti bahwa, materi, metode, dan pola bimbingan harus
disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian individu, karena pada
setiap tahapan itu memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda.
Kelima, konsep Freud tentang ketidaksadaran dapat digunakan dalam proses
bimbingan yang dilakukan oleh guru pada individu dengan harapan dapat
mengurangi impuls-impuls dorongan Id yang bersifat irrasional sehingga berubah
menjadi rasional.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Konsep psikoanalisis yang relevan dan sangat berpengaruh dalam kehidupan
manusia. Konsep ini masih digunakan sebagai acuan dalam mengatasi gangguan kejiwaan
(neurotik). Psikoanalisis menggunakan metode menganalisis dan mengeluarkan faktor-faktor
dalam alam bawah sadar seseorang. Dengan menggunakan prinsip yang dipakainya yaitu
mencari dahulu faktor-faktor yang menyebabkan neurose melalui teknik-teknik evaluasi
kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA

Diterjemahkan dan di-resume dari:


Salkind, Neil J. (2004). An Introduction to Theories of Human Development.
Thousand Oaks, London, New Delhi: Sage Publications. International Education
and Publisher.

Breman, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Suryabrata, S. 2000. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Bertens, K. 2006. Psikoanalisis Sigmund Freud. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Anda mungkin juga menyukai