Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliataif

Disusun Oleh :

Nama : Robi Muhammad Fazriansyah


NIM : AK118155
Kelas : 3C

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2020
RESUME:

Perawatan paliatif adalah pelayanan kepada pasien yang penyakitnya sudah tidak bereaksi terhadap
pengobatan kuratif atau tidak dapat disembuhkan lagi secara medis (stadium lanjut). Contohnya pada
penyakit: kanker, AIDS, jantung, stroke, gagal ginjal, dsbnya. Tujuan perawatan paliatif adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dalam menghadapi setiap penyakit yang diderita dan mempersiapkan
diri menghadapi kematian dengan tenang dan nyaman tanpa merasa tertekan atas penyakit yang
dideritanya baik secara fisik misal nyeri, mual, muntah maupun yang psikis.
Adapun prinsip dari perawatan paliatif di antaranya mengurangi rasa sakit dan gejala-gejala lain yang
menyusahkan, menegaskan bahwa kehidupan dan kematian adalah proses normal, tidak ditujukan untuk
mempercepat maupun menunda kematian, menggabungkan aspek psikologis dan spiritual dari perawatan
pasien, menawarkan sistem pendukung untuk membantu pasien hidup secara aktif sebisa mungkin sampai
meninggal, menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga mengatasi kesukaran selama pasien
sakit, menggunakan pendekatan dengan suatu tim meliputi dokter, perawat, ahli kejiwaan, pekerja sosial,
dan relawan untuk memenuhi keperluan pasien dan keluarganya, termasuk konseling kehilangan apabila
diperlukan, akan meningkatkan kualitas kehidupan, dapat secara positif mempengaruhi perjalanan
penyakit serta dapat diterapkan dini pada perjalanan penyakit. Perawatan paliatif sendiri meliputi
penatalaksanaan nyeri, penatalaksanaan keluhan fisik lain, asuhan keperawatan, dukungan psikologis,
sosial, kultural dan spiritual serta dukungan persiapan dan selama duka cita (bereavement).
Bagi pasien paliatif, tempat yang tepat untuk melakukan perawatan paliatif dibagi menjadi beberapa
fasilitas penyedia layanan kesehatan. Rumah sakit diperuntukkan bagi pasien yang harus mendapatkan
perawatan yang memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus. Puskesmas
disediakan bagi pasien yang memerlukan pelayanan rawat jalan. Rumah singgah/panti (hopsis) bagi
pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus, tetapi belum
dapat dirawat di rumah karena masih memerlukan pengawasan tenaga kesehatan. Sedangkan bagi pasien
yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus atau ketrampilan
perawatan yang tidak mungkin dilakukan oleh keluarga dapat dilayani di rumah pasien.
Gejala psikologis sangat umum dijumpai pada pasien dengan kondisi penyakit terminal. Salah satu
peranan yang paling menantang dalam kedokteran psikosomatik adalah membantu pasien dengan
penyakit terminal baik secara fisik, psikologik, dan spiritual selama perjalanan proses kematian. Beberapa
bentuk sindrom psikologis pasien dengan penyakit terminal meliputi ansietas, depresi dan delirium.
Ansietas dapat muncul pada hampir semua kondisi kelainan medis dan dapat pula sebagai efek samping
berbagai pengobatan. Pada pasien dengan penyakit terminal akan muncul dengan gejala somatic seperti
gelisah, hiperaktivitas, takikardia, gangguan pencernaan, mual, insomnia, sesak nafas, kebas atau tremor.
Pasien cenderung merasa takut, khawatir, was-was atau murung dan akan memicu eksasebasi.
Penanganan pasien cemas seringnya dengan terapi suportif, cognitive-behavioural techniques, dan
modalitas komplementer seperti relaksasi dalam, meditasi, dan yoga. Selain ansietas, gejala depresi juga
umum dijumpai pada pasien penyakit terminal dengan prevalensi antara 58%. Kriteria depresi pada
pasien dengan penyakit terminal dapat dilakukan melalui anamnesis terstruktur dari DSM-V maupun
dibantu dengan instrument-instrumen skrining seperti PHQ-2/9, Beck Depression Index (BDI)-II.
Pengobatan farmakologis depresi sangat berguna baik saat diagnosis ditegakkan maupun sampai dengan
hari-hari terakhir kehidupan. Berbeda dengan ansietas dan depresi, prevalensi delirium meningkat hingga
85% pada pasien dengan penyakit terminal dan kematian terkait dengan periode delirium dijumpai 75%-
85% pasien. Pasien yang sering mengalami kondisi disorientasi, penurunan daya ingat, konsentrasi, dan
menimbulkan perubahan dimana pasien menjadi sangat sakit. Klinisi harus waspada bahwa tanda awal
dan ringan dari delirium sering disalahartikan sebagai depresi, ansietas maupun koping yang buruk.
Pendekatan psikosomatik sangat cocok diterapkan pada penanganan psikis pasien paliatif. Perawatan
paliatif dan psikosomatik adalah bidang medis yang menekankan pada kualitas hidup pasien yang
berfokus pada meringankan gejala serta memperbaiki fungsi. Sedangkan perawatan berbasis gejala pada
pasien terminal diantaranya meliputi penanganan depresi, ansietas, delirium, nyeri, dan mual. Dalam hal
ini, diperlukan penapisan depresi dan ansietas pada pasien dengan perawatan paliatif sehingga dapat
segera ditangani lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai