KLASIFIKASI TUMBUHAN
OLEH :
SHELA SONIA
19030204003
JURUSAN BIOLOGI
TAHUN 2020
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
B. Tujuan Pembelajaran
1. Secara individu, peserta didik dapat menyebutkan minimal 3 ciri-ciri tumbuhan
secara umum dengan benar.
2. Secara individu, peserta didik dapat menjelaskan pengertian divisio dengan benar.
3. Secara individu, peserta didik dapat membedakan 3 divisio tumbuhan beserta
contoh anggota dan ciri-cirinya dengan benar.
4. Secara individu, peserta didik dapat mengelompokkan tumbuhan berdasarkan ciri-
ciri setiap divisio dengan benar.
5. Secara individu, peserta didik menjelaskan mekanisme perkembangbiakan
tumbuhan berdasarkan divisio dengan benar.
6. Secara individu, peserta didik mencontohkan minimal 3 peranan tumbuhan dalam
kehidupan sehari-hari dengan benar.
7. Secara individu, peserta didik dapat menyajikan hasil fenetik dan filogenetik
tumbuhan serta peranannya dalam kehidupan sehari.
8. Secara individu, peserta didik dapat melakukan percobaan pembuatan awetan
basah dari salah satu divisio tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar sebagai
laporan hasil pengamatan dan pengelompokan tumbuhan.
9. Secara individu, peserta didik dapat mengklasifikasikan spesimen tumbuhan yang
dibuat awetan basah dari tingkat divisio hingga tingkat spesies disertai dengan
ciri-cirinya
C. Materi Pembelajaran
Kingdom Plantae disebut juga dunia tumbuhan karena beranggotakan berbagai
jenis tumbuhan. Ciri-ciri Kingdom Plantae, diantaranya : tersusun dari sel eukariotik,
merupakan organisme multiseluler, mempunyai dinding sel yang tersusun dari
selulosa, mempunyai klorofil untuk fotosintesis, menyimpan makanan cadangan
dalam bentuk amilum, dan bersifat autotrof. Dalam mempelajari dunia tumbuhan
yang beranekaragam diperlukan sistem taksonomi. Taksonomi adalah ilmu tentang
klasifikasi, identifikasi, dan tata nama makhluk hidup. Taksonomi bertujuan untuk
mempermudah dalam mempelajari Kingdom Plantae. Kingdom Plantae
dikelompokkan menjadi tiga Divisio. Divisio adalah istilah yang sama dengan filum
pada hewan. Divisio dipakai dalam taksonomi untuk kerajaan tumbuhan dan fungi.
Berdasarkan system kontemporer, dunia tumbuhan digolongkan menjadi tiga divisi
utama yaitu tumbuhan lumut (Bryophyta), tumbuhan paku (Pteridophyta), dan
tumbuhan berbiji (Spermatophyta). Tumbuhan lumut (Bryophyta) termasuk dalam
kelompok tumbuhan tidak berpembuluh. Berdasarkan gametofit dan sporofitnya,
tumbuhan lumut dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu Hepaticopsida (lumut hati),
Anthocerotopsida (lumut tanduk), dan Bryopsida (lumut daun). Berdasarkan sifat
morfologinya, paku dibedakan menjadi empat kelas, yaitu Psilophytinae (paku purba),
Lycopodinae (paku kawat), Equisetinae (paku ekor kuda), dan Filicinae (paku sejati).
Sedangkan, pada tumbuhan berbiji, berdasarkan posisi biji terhadap daun buahnya,
Spematophyta dibedakan menjadi Gymnospermae (tumbuhan biji terbuka) dan
Angiospermae (tumbuhan biji tertutup).
Perkembangbiakan lumut terjadi metagenesis, yaitu pergiliran keturunan
secara teratur antara generasi sporofit (2n) dengan generasi gametofit (n). Gametofit
merupakan generasi yang dominan dalam siklus hidup tumbuhan lumut. Reproduksi
generatif dilakukan melalui perkawinan antara gamet jantan dan gamet betina.
Sedangkan, reproduksi vegetatif dilakukan dengan membentuk spora haploid (n) yang
bersifat homospora dan membentuk pundi kuncup. Pada tumbuhan paku, reproduksi
generative dilakukan melalui peleburan spermatozoid dan ovum. Reproduksi
vegetatifnya dengan membentuk spora, umbi batang, tunas pada tepi daun atau
kuncuk tunas, tunas pada ujung daun, tunas akar, dan fragmentasi. Ada pula,
tumbuhan gymnospermae (biji terbuka) menghasilkan heterospora berupa mikrospora
yang berkembang menjadi mikrogametofit (gametofit jantan) dan megaspora
berkembang menjadi megagametofit (gametofit betina). Pada bakal biji (megaspora)
terdapat struktur liang biji (mikrofil) dan kantong serbuk sari yang menggantikan
fungsi bunga sebagai organ reproduksi betina. Penyerbukan pada gymnospermae
dilakukan dengan perantara angina (anemokori). Sedangkan, pada angiospermae
perkembangbiakan dilakukan secara vegetatif dan generatif. Secara generatif
melakukan penyerbukan seperti pada tumbuhan gymnospermae. Proses pembuahan
pada angiospermae dikenal dengan pembuahan ganda yang diawali dengan
penyerbukan atau polinasi. Inti sel serbuk sari membelah menjadi sel vegetatif yang
bergerak ke serbuk sari menuju bakal buah atau ovarium dan sel generatif membelah
secara mitosis menghasilkan dua sel sperma.Saat serbuk sari mencapai ovum, inti
vegetatif menembus kantong embrio melalui mikrofil dan melepaskan kedua sel
sperma. Satu sel sperma (inti sel generatif 1) membuahi sel telur membentuk zigot
bersifat diploid (2n), sedangkan sel sperma lainnya (inti sel generatif 2) membuahi
dua inti kandung Lembaga sekunder (2n) sehingga terbentuk sel triploid (3n) yang
membelah membentuk jaringan penyimpanan makanan cadangan atau endosperm.
Endosperm menyediakan makanan bagi embrio yang berkembang dari zigot.
Filogenetik merupakan salah satu cabang dari biologi yang berhubungan,
mempelajari serta juga menentukan hubungan evolusioner, atau juga pola keturunan,
kelompok organisme. Sedangkan, fenetik atau numerik adalah suatu metode yang
menggunakan keseluruhan kesamaan di antara organisme untuk menentukan
hubungan kekerabatan di antara organisme dan menyusun klasifikasi.
Keanekaragaman tumbuhan banyak ditemukan di lingkungan sekitar. Peran tumbuhan
lumut dapat berguna sebagai obat gangguan fungsi hati, yaitu Marchantia
polymorpha. Ada pula paku kawat (Lycopodium cernuum) sebagai tanaman hias, obat
batuk, dan obat sesak napas. Pada gymnospermae, seperti Gnetum gnemon digunakan
sebagai sumber makanan. Sedangkan, pada angiospermae, contohnya kayu jati
(Tectona grandis) sebagai bahan bangunan dan perabot rumah tangga.
D. Metode Pembelajaran
1. Model Pembelajaran : Direct Instruction.
2. Metode : Ceramah, Percobaan, dan Diskusi.
Keterlaksanaan
No. Kegiatan Pembelajaran Ket.
Ya Tidak
Pendahuluan (15 menit)
1. Guru memulai pembelajaran dengan
menyampaikan salam dan menanyakan kabar
peserta didik.
2. Guru me-review materi pada pertemuan
sebelumnya.
3. Guru mengecek kehadiran peserta didik.
4. Guru memimpin peserta didik untuk berdoa
bersama.
5. Fase 1 : Menyampaikan tujuan pembelajaran
dan menyiapkan peserta didik.
Guru menanyakan kesiapan peserta didik
kemudian menyampaikan peraturan dan
mekanisme pelaksanaan pembelajaran secara
daring.
6. Guru menyajikan video apersepsi tentang
Klasifikasi Tumbuhan
7. Guru memotivasi peserta didik dengan
memberikan pertanyaan “Apakah kalian pernah
mengamati tanaman-tanaman yang ada dalam
video tersebut secara langsung?”, “Apakah kalian
mengetahui pengelompokan atau klasifikasi
tumbuhan-tumbuhan tersebut?”
8. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti (60 menit)
9. Fase 2 : Mendemonstrasikan Pengetahuan atau
Keterampilan.
Guru menjelaskan materi dasar tentang Klasifikasi
Tumbuhan melalui power point.
10. Guru memberikan penjelasan cara klasifikasi atau
pengelompokan tumbuhan ke dalam divisio
berdasarkan ciri-ciri morfologi yang ditemui dan
memberikan contoh anggota yang ada pada setiap
divisio tumbuhan.
11. Guru memandu peserta didik untuk menyiapkan
alat dan bahan untuk pembuatan awetan basah
tumbuhan.
12. Guru mendemonstrasikan kepada peserta didik
mengenai prosedur praktikum Pembuatan Awetan
Basah sebagai media untuk mempermudah
pengelompokan dan identifikasi tumbuhan secara
bertahap. Dimulai dari menyiapkan alat dan
bahan. Membersihkan tanaman yang akan
diawetkan dari kotoran. Memotong formika sesuai
ukuran dan melubanginya sesuai dengan
kebutuhan. Menata tanaman yang sudah bersih di
formika, kemudian mengikatnya dengan senar
agar tanaman berada pada posisi awal dan tidak
lepas dari formika. Memasukkan tanaman yang
sudah menempel pada formika ke dalam toples
kaca, kemudian menuangkan formalin secukupnya
hingga seluruh bagian tanaman terendam
formalin. Awetan basah kemudian diberi label
klasifikasi untuk tumbuhan dari tingkat kingdom
hingga spesies. Awetan basah sudah jadi dan siap
digunakan.
13. Fase 3 : Membimbing Pelatihan Peserta Didik.
Guru meminta peserta didik untuk membaca dan
memahami langkah kerja pada Lembar Kerja
Peserta Didik.
14. Guru membimbing peserta didik dalam
mempraktekkan keterampilan yang telah
didemonstrasikan secara bertahap.
15. Fase 4 : Mengecek Pemahaman Peserta Didik
dan Memberikan Umpan Balik.
Peserta didik mempresentasikan langkah-langkah
pembuatan awetan basah yang telah
didemonstrasikan guru dan menyebutkan
tumbuhan yang dapat digunakan untuk awetan
basah.
16. Guru memberikan umpan balik secara langsung
kepada peserta didik dan memberikan pengarahan
mengenai penentuan tumbuhan dan langkah-
langkah pembuatan awetan basah apabila terdapat
peserta didik yang salah mengambil langkah.
Penutup (15 menit)
17. Guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran
yang telah dilakukan.
18. Fase 5 : Tugas Lanjutan Untuk Penerapan
Keterampilan.
Guru memberikan tugas lanjutan kepada peserta
didik berupa membuat awetan basah tumbuhan
lain yang ada di sekitar rumah dan
mengklasifikasikannya ke dalam diviso hingga
spesies dengan melihat ciri-ciri morfologi
tumbuhan.
19. Guru menutup pembelajaran dengan mengucap
salam dan berdoa bersama.
G. Penilaian
1. Aspek Pengetahuan
a. Teknik Penilaian : Lembar Penilaian Pengetahuan *
b. Bentuk Instrumen : Rubrik Penilaian Pengetahuan *
2. Aspek Keterampilan
a. Teknik Penilaian : Lembar Kerja Peserta Didik, Presentasi, Laporan
Tugas Lanjutan*
b. Bentuk Instrumen : Rubrik Penilaian Keterampilan, Rubrik Penilaian
Presentasi, dan Rubrik Penilaian Tugas Lanjutan*
3. Aspek Sikap
a. Teknik Penilaian : Lembar Penilaian Sikap*
b. Bentuk Instrumen : Rubrik Penilaian Sikap*
Mengetahui,
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Tuban Guru Mata Pelajaran
Shela Sonia
NIP. NIM.19030204003
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
“KLASIFIKASI TUMBUHAN”
Nama :
Kelas :
Materi Pokok : Klasifikasi Tumbuhan
a. Tujuan Pembelajaran
1. Secara individu, peserta didik dapat membuat awetan basah dari salah satu divisio
tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar sebagai laporan hasil pengamatan dan
pengelompokan tumbuhan.
2. Secara individu, peserta didik dapat mengklasifikasikan spesimen tumbuhan yang
dibuat awetan basah dari tingkat divisio hingga tingkat spesies disertai dengan ciri-
cirinya.
b. Judul Kegiatan
Percobaan “Pembuatan Awetan Basah Tumbuhan”.
c. Tujuan Kegiatan
Mengetahui pembuatan awetan basah dari salah satu divisio tumbuhan dan
mengelompokkannya ke dalam divisio hingga spesies berdasarkan ciri morfologi
tumbuhan.
d. Dasar Teori
Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang hama penyakit
atau kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan semak disertakan ujung batang,
daun, bunga dan buah sedang tumbuhan berbentuk herba disertakan seluruh habitus.
Herbarium kering digunakan untuk spesimen yang mudah dikeringkan, misalnya daun,
batang, bunga dan akar. Sedangkan herbarium basah digunakan untuk spesimen yang
berair dan lembek, misalnya buah (Setyawan, 2004).
Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam praktek
pembuatan herbarium. spesimen herbarium yang baik harus memberikan informasi terbaik
mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. dengan kata lain, suatu koleksi
tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus ada keterangan yang
memberikan seluruh informasi yang tidak nampak spesimen herbarium (Aththorick dan
Siregar, 2006).
Pengawetan dapat dengan cara basah ataupun kering. Secara berkala atau bila perlu,
misalnya larutan menjadi keruh atau berkurang, larutan pengawet dapat diganti dengan
yang baru secara hati-hati. herbarium basah adalah spesimen tumbuhan yang telah
diawetkan dan disimpan dalam suatu larutan yang dibuat dari berbagai macam zat dengan
komposisi yang berbeda-beda.
g. Cara kerja :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Membersihkan tumbuhan yang akan dibuat awetan basah dari kotoran.
3. Memotong formika sesuai ukuran yang dibutuhkan dan melubangi sesuai dengan
Kebutuhan dan bentuk tumbuhan.
4. Meletakkan tumbuhan yang sudah bersih di atas formika, kemudian mengikatnya
dengan senar untuk mempertahankan posisi tumbuhan dan tidak terlepas dari formika.
5. Memasukkan tanaman yang sudah menempel di formika ke dalam toples kaca.
6. Menuangkan formalin secukupnya hingga seluruh bagian tanaman terendam formalin.
7. Membuat klasifikasi dari awetan basah spesimen tumbuhan tersebut dari tingkat
divisio hingga tingkat spesies dan ciri-cirinya.
8. Awetan basah spesimen tumbuhan sudah siap digunakan. Secara berkala dapat
mengganti dengan larutan pengawet baru apabila larutan keruh atau berkurang.
h. Diskusi
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Apakah fungsi pembuatan awetan basah pada tumbuhan dalam pembelajaran?
2. Mengapa penggunaan formalin diperlukan dalam pembuatan awetan basah?
3. Apakah pemberian volume formalin berpengaruh terhadap kualitas awetan basah?
4. Bagaimana kriteria tanaman yang dapat digunakan sebagai awetan basah?
5. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari awetan basah pada tumbuhan?
i. Tugas lanjutan
Mempraktekkan pembuatan awetan basah tumbuhan lain yang ada di sekitar rumah
dan mengklasifikasikannya ke dalam diviso hingga spesies dengan melihat ciri-ciri
morfologi tumbuhan dan didokumentasikan dalam bentuk video.
j. Daftar Pustaka
Aththorick, T.A, dan Siregar E.S. 2006. Taksonomi Tumbuhan. Departemen Biologi
FMIPA
USU. Medan.
Setyawan, A. D, Indrowuryatno, Wiryanto, Winanrno, K dan Susilowati, A.
2005. Tumbuhan Mangrove di Pesisir Jawa Tengah. Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
KUNCI JAWABAN
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
“KLASIFIKASI TUMBUHAN”
Nama :
Kelas :
Materi Pokok : Klasifikasi Tumbuhan
a. Tujuan Pembelajaran
1. Secara individu, peserta didik dapat membuat awetan basah dari salah satu divisio
tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar sebagai laporan hasil pengamatan dan
pengelompokan tumbuhan.
2. Secara individu, peserta didik dapat mengklasifikasikan spesimen tumbuhan yang
dibuat awetan basah dari tingkat divisio hingga tingkat spesies disertai dengan ciri-
cirinya.
b. Judul Kegiatan
Percobaan “Pembuatan Awetan Basah Tumbuhan”.
c. Tujuan Kegiatan
Mengetahui pembuatan awetan basah dari salah satu divisio tumbuhan dan
mengelompokkannya ke dalam divisio hingga spesies berdasarkan ciri morfologi
tumbuhan.
d. Dasar Teori
Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang hama penyakit
atau kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan semak disertakan ujung batang,
daun, bunga dan buah sedang tumbuhan berbentuk herba disertakan seluruh habitus.
Herbarium kering digunakan untuk spesimen yang mudah dikeringkan, misalnya daun,
batang, bunga dan akar. Sedangkan herbarium basah digunakan untuk spesimen yang
berair dan lembek, misalnya buah (Setyawan, 2004).
Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam praktek
pembuatan herbarium. spesimen herbarium yang baik harus memberikan informasi terbaik
mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. dengan kata lain, suatu koleksi
tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus ada keterangan yang
memberikan seluruh informasi yang tidak nampak spesimen herbarium (Aththorick dan
Siregar, 2006).
Pengawetan dapat dengan cara basah ataupun kering. Secara berkala atau bila perlu,
misalnya larutan menjadi keruh atau berkurang, larutan pengawet dapat diganti dengan
yang baru secara hati-hati. herbarium basah adalah spesimen tumbuhan yang telah
diawetkan dan disimpan dalam suatu larutan yang dibuat dari berbagai macam zat dengan
komposisi yang berbeda-beda.
g. Cara kerja :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Membersihkan tumbuhan yang akan dibuat awetan basah dari kotoran.
3. Memotong formika sesuai ukuran yang dibutuhkan dan melubangi sesuai dengan
Kebutuhan dan bentuk tumbuhan.
4. Meletakkan tumbuhan yang sudah bersih di atas formika, kemudian
mengikatnya dengan senar untuk mempertahankan posisi tumbuhan dan tidak terlepas
dari formika.
5. Memasukkan tanaman yang sudah menempel di formika ke dalam toples kaca.
6. Menuangkan formalin secukupnya hingga seluruh bagian tanaman terendam
formalin.
7. Membuat klasifikasi dari awetan basah spesimen tumbuhan tersebut dari tingkat
divisio hingga tingkat spesies dan ciri-cirinya.
8. Awetan basah spesimen tumbuhan sudah siap digunakan. Secara berkala dapat
mengganti dengan larutan pengawet baru apabila larutan keruh atau berkurang.
h. Diskusi
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Apakah fungsi pembuatan awetan basah pada tumbuhan dalam pembelajaran?
Jawab :
Media awetan basah digunakan untuk mempermudah siswa mengenal spesies-spesies
tumbuhan di sekitar. Selain itu, media awetan basah digunakan untuk mendukung bahan
ajar untuk semakin memperjelas pemahaman peserta didik terhadap materi. Media awetan
basah yang telah dibuat lebih beragam jenisnya dan memiliki warna supaya menarik
perhatian siswa untuk belajar. Selain itu, dengan adanya media awetan basah diharapkan
bisa menumbuhkan sikap peduli terhadap lingkungan sekitar dan kelestariannya.
2. Mengapa penggunaan formalin diperlukan dalam pembuatan awetan basah?
Jawab :
Penggunaan formalin diperlukan dalam pembuatan awetan basah karena formalin dapat
digunakan sebagai pengawet pada spesimen awetan basah. Selain itu formalin juga
mampu membasmi sebagian besar bakteri yang dapat merusak spesimen awetan basah.
Menurut Nandang Suharna (2000) penggunaan formalin dalam pembuatan spesimen
awetan basah tidak dapat digantikan dengan larutan lain. Sebab jika digantikan dengan
larutan lain, contohnya seperti alkohol 70% dan alkohol 95% masih dapat menimbulkan
jamur/bakteri pada spesimen awetan basah tersebut sehingga dapat merusak spesimen
awetan basah, walaupun terjadinya khasus ini jarang dijumpai.
3. Apakah pemberian volume formalin berpengaruh terhadap kualitas awetan basah?
Jawab :
Pemberian volume formalin pada pembuatan spesimen awetan basah sangat berpengaruh
terhadap kualitas spesimen awetan basah tersebut. Apabila pemberian formalin hanya
merendam sebagian spesimen tanaman yang akan dibuat awetan basah maka tanaman
yang tidak terendam formalin dapat diserang oleh jamur atau bakteri sehingga spesimen
awetan basah akan rusak, sedangkan untuk tanaman yang terendam formalin akan dalam
keadaan baik-baik saja. Sehingga dalam pembuatan awetan basah sangat diajurkan agar
pemberian volume formalin hingga seluruh bagian tanaman terendam oleh formalin.
4. Bagaimana kriteria tanaman yang dapat digunakan sebagai awetan basah?
Jawab :
Semua jenis tanaman dapat dijadikan sebagai spesimen awetan basah, namun ada
beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh tanaman tersebut agar dapat dijadikan sebagai
awetan basah. Kriteria tanaman agar dapat dijadikan awetan basah adalah tanaman
tersebut harus muat ketika dimasukkan ke dalam wadah, contoh wadahnya adalah toples
kaca. Apabila tanaman yang digunakan terlalu besar maka pembuatan awetan basah akan
sangat sulit untuk dilakukan. Contohnya, pohon jati yang berusia lebih dari sepuluh tahun
tidak pernah dijadikan awetan basah secara utuh, namun dapat dijadikan awetan basah
pada bagian-bagian tubuhnya secara terpisah, atau dijadikan awetan saat pohon tersebut
masih kecil dan muat ke dalam wadah.
5. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari awetan basah pada tumbuhan?
Jawab :
Kelebihan dari media awetan basah pada tumbuhan yaitu lebih mudah dalam proses
pembuatannya daripada awetan atau herbarium kering tumbuhan. Adanya media ini juga
dapat digunakan sebagai pelengkap bahan praktikum yang dapat dibawa ke tempat lain.
Selain itu, memudahkan peserta didik dalam mengamati tumbuhan tanpa harus mengambil
sampel baru. Kekurangan dari awetan basah pada tumbuhan, yaitu spesimen tidak dapat
disentuh atau diraba sehingga objek yang bisa diobservasi hanyalah gejala struktural yang
mengandalkan indera penglihatan saja. Selain itu, warna spesimen akan hilang dan harus
dilakukan penggantian alkohol saat warna larutan sudah keruh.
i. Tugas lanjutan
Mempraktekkan pembuatan awetan basah tumbuhan lain yang ada di sekitar rumah dan
mengklasifikasikannya ke dalam diviso hingga spesies dengan melihat ciri-ciri morfologi
tumbuhan dan didokumentasikan dalam bentuk video.
j. Daftar Pustaka
Aththorick, T.A, dan Siregar E.S. 2006. Taksonomi Tumbuhan. Departemen Biologi
FMIPA
USU. Medan.
Setyawan, A. D, Indrowuryatno, Wiryanto, Winanrno, K dan Susilowati, A.
2005. Tumbuhan Mangrove di Pesisir Jawa Tengah. Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Nama : Skor :
Kelas :
Absen :
Pilihlah satu jawaban yang menurut kamu paling tepat, beri tanda silang (x)!
2. Tumbuhan yang berbatang, berdaun dan tidak berpembuluh, dan tidak berakar sejati
dapat digolongkan dalam. . .
a. Alga
b. Thallophyta
c. Gymnospermae
d. Bryophyta
e. Pteridophyta
8. Mikrospora tumbuhan Marsilea sp. Yang jatuh di lingkungan yang lembab akan
tumbuh menjadi. . .
a. Sporogonium
b. Mikroprotalium
c. Tumbuhan paku
d. Protalium
e. Protonema
10. Tumbuhan lumut berikut ini yang dapat dimanfaatkan untuk mengobati gangguan
fungsi hati adalah. . .
a. Sphagnum sp.
b. Marchantia polymorpha
c. Pogonatum cirrhatum
d. Anthoceros sp.
e. Polytrichum commune
B. Kerjakanlah soal berikut dengan cermat dan teliti pada selembar kertas!
Nama : Skor :
Kelas :
Absen :
Pedoman Penilaian :
A.
B.
RUBRIK PENILAIAN KETERAMPILAN PESERTA DIDIK
Nama : Skor :
Kelas :
Absen :
Skor
No. Indikator
1 2 3
Menyusunan spesimen tumbuhan yang digunakan awetan basah
1.
dengan rapi
Menggunakan bagian spesimen tumbuhan yang digunakan
2.
awetan basah dengan lengkap
3. Memilih spesimen tumbuhan awetan basah dengan tepat
Mengelompokkan spesimen tumbuhan dari tingkat divisio
4.
hingga spesies dan mencirikannya dengan tepat
Melakukan tahap praktikum secara sistematis dan sesuai
5.
demonstrasi guru
Skor Total
*Pemberian skor skala 1 sampai 3 dengan kriteria,
1 = Kurang baik
2 = Baik
3 = Sangat baik
Pedoman Penilaian :
Nama : Skor :
Kelas :
Absen :
Skor
No. Aspek yang dinilai
1 2 3
1. Mempresentasikan dengan percaya diri dan bersemangat
2. Menguasai materi yang disampaikan
3. Berpartisipasi secara aktif dalam presentasi
4. Mengemukakan ide dan argumen dengan baik
5. Memanajemen waktu presentasi dengan baik
Skor Total
*Pemberian skor skala 1 sampai 3 dengan kriteria,
1 = Kurang baik
2 = Baik
3 = Sangat baik
Pedoman Penilaian :
Nama : Skor :
Kelas :
Absen :
Pedoman Penilaian :
Nama : Skor :
Kelas :
Absen :
Jumlah Skor
Sikap
skor akhir
jawab Tanggung
Bekerja sama
Nama
Toleransi
No.
Disiplin
Santun
Jujur
Peserta Didik
1
2
3
4
5
dst.
*Pemberian skor skala 1 sampai 5 dengan kriteria,
1 = Tidak pernah
2 = Jarang
3 = Kadang-kadang
4 = Sering
5 = Selalu
Pedoman Penilaian :