Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PRAKTIKUM

KONSEP DASAR ILMU PENGETAHUAN ALAM 2

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
KELAS 3B

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Judul: Tumbuhan Tingkat Rendah


Ketua Kelompok

Muharomah
(K7116121)
Anggota kelompok 1 Anggota Kelompok 2

Gilar Prasetio Isnaini Maysaroh


(K7116068) (K7116085)
Anggota Kelompok 3 Anggota Kelompok 4

Marfuah Dwi Sarwati Mierza Prizka Camelia


(K7116107) (K7116114)
Anggota Kelompok 5 Anggota Kelompok 6

Muhamad Aldy Budiawan Mutiara Tyas Kinasih


(K7116118) (K7116123)

Asisten Dosen 1 Asisten Dosen 2

Tri Yuda Bekti Pamungkas Arif Wahyu Hidayat


(K7115180) (K7115025)
Dosen Pengampu

Idam Ragil W. A, S. Pd, M. Si


(198308132009121004)
LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Judul : Paku Ekor Kuda

B. Tujuan : 1. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi ilmiah paku


ekor kuda
2. Mahasiswa dapat mengetahui ciri khusus paku ekor
kuda
3. Mahasiswa dapat mengetahui habitat dan penyebaran
paku ekor kuda
4. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat paku ekor kuda

C. Alat dan Bahan


Alat
1. Cutter 1 buah
2. Kaca Pembesar (lup) 1 buah
3. Alat tulis dan pensil warna 1 paket

Bahan

Tanaman paku ekor kuda secukupnya

D. Landasan Teori :
Paku dan ekor kuda adalah tumbuhan primitif: sebagian besar
tumbuh subur di tempat lembab dan ternaungi, seperti hutan lembab, dan
hulu sungai. Paku dicirikan oleh daun yang menarik yang makin ke atas
makin kecil dan tidak menggulung saat tumbuh. Hutan hujan tropis sangat
kaya akan paku, beberapa diantaranya tumbuh seperti pohon besar. Ekor
kuda adalah tumbuhan mirip sikat yang bisa ditemukan di dekat sungai,
dan danau, atau rawa. Paku, ekor kuda, dan kerabatnya membentuk
kelompok tumbuhan yang dinamakan pteridophyta. Seperti tumbuhan
yang lebih kompleks, pteridophyta berbatang keras yang mengandung
buluh angkut. Namun, tumbuhan ini tidak berbungan dan berkembangbiak
dengan spora, bukan biji (Sidharta, 2012: 122).
Warga kelas ini yang sekarang masih hidup umumnya berupa terna
yang menyukai tempat-tempat yang lembab, kadang-kadang dalam jumlah
yang besar dan bersifat dominan dalam komunitas tertentu.Batangnya
kebanyakan bercabang-cabang berkarang dan jelas kelihatan berbuku-
buku dan beruas-ruas. Daun-daun kecil, seperti selaput dan tersusun
berkarang. Sporofil selalu berbeda dari daun biasa. Sporofil biasanya
berbentuk perisai dengan sejumlah sporangium pada sisi bawahnya, dan
semua sporofil tersusun merupakan suatu badan berbentuk garda atau
kerucut pada ujung batang atau cabang. Protalium berwarna hijaudan
berkembang di luar sporanya (Tjitrosoepomo, 2009: 248).

E. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Amati ciri, struktur, dan bagian paku ekor kuda dengan kaca pembesar.
3. Catat, dan gambar hasil pengamatan serta warnai sesuai dengan warna
aslinya.

F. Hasil
1. Klasifikasi Ilmiah Paku Ekor Kuda
Kingdom: Plantae
Divisi: Pteridophyta
Kelas: Equisetinae
Ordo: Equisetales
Famili: Equisetaceae
Genus: Equisetum
Spesies: Equisetum debile
2. Ciri-Ciri Paku Ekor Kuda
Tumbuhan ini memiliki batang tegak dan kaku dengan cabang-
cabang yang berjarak. Daunnya kecil seperti sisik berwarna coklat dan
fotosintesis berlangsung pada batang hijau atau cabang-cabangnya.
Spora dihasilkan di pucuk, kadang pada batang fertil yang tidak
memiliki cabang.
3. Habitat dan penyebaran Paku Ekor Kuda
Paku ekor kuda menyukai tempat-tempat yang lembab. Ekor
kuda biasanya ditemukan di dekat sungai, danau, dan rawa. Tumbuhan
ini berasal dari Amerika Tropik dan penyebarannya di Indonesia di
wilayah Jawa.
4. Manfaat Paku Ekor Kuda
Tanaman ini bersifat insektisida dan dapat digunakan untuk
membuat pestisida nabati. Khasiat lain dari tumbuhan ini adalah untul
diuretik.

G. Pembahasan
Paku ekor kuda termasuk dalam kelas Equisetinae. Umumnya
berupa terna yang menyukai tempat-tempat yang lembab. Tumbuhan ini
mirip sikat dan bisa ditemukan di dekat sungai, dan danau, atau rawa.
Tumbuhan ini memiliki batang tegak dan kaku dengan cabang-cabang
yang berjarak. Batangnya kelihatan beruas-ruas. Daunnya kecil seperti
sisik berwarna coklat dan fotosintesis berlangsung pada batang hijau atau
cabang-cabangnya. Berkembangbiak dengan spora, spora dihasilkan di
pucuk, kadang pada batang fertil yang tidak memiliki cabang.
Sporofil biasanya berbentuk perisai dengan sejumlah sporangium
pada sisi bawahnya, dan semua sporofil tersusun merupakan suatu badan
berbentuk garda atau kerucut pada ujung batang atau cabang. Protalium
berwarna hijaudan berkembang di luar sporanya.

H. Kesimpulan
Paku dan ekor kuda adalah tumbuhan primitif, tumbuhan ini bisa
ditemukan di dekat sungai, danau, atau rawa. Tumbuhan ini memiliki
batang tegak dan kaku dengan cabang-cabang yang berjarak. Daunnya
kecil seperti sisik berwarna coklat dan fotosintesis berlangsung pada
batang hijau atau cabang-cabangnya. Berkembangbiak dengan spora,

spora dihasilkan di pucuk, kadang pada batang fertil yang tidak memiliki
cabang.

I. Daftar Pustaka
Shidarta, Boy Raharjo (Penerjemah). 2012. Ensiklopedia Alam dan
Makhluk Hidup. Yogyakarta: Penerbit Kanisus.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Judul : Rumput Laut (Glacilaria sp)

B. Tujuan : Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi ilmiah, ciri-ciri


khusus, habitat dan penyebaran serta manfaat rumput
laut.

C. Alat dan bahan


Alat
1. Cutter 1 buah
2. Kaca pembesar (lup) 1 buah
3. Alat tulis dan pensil warna 1 paket

Bahan
Rumput laut secukupnya

D. Landasan Teori
Ganggang (Algae) merupakan tumbuhan talus yang hidup di air,
baik air tawar maupun air laut. Tumbuhan ganggang terdiri dari 7 kelas
yaitu:
1. Kelas Flagellata.
2. Kelas Diatomeae (Ganggang kersik).
3. Kelas Chlorophyceae (Ganggang hijau).
4. Kelas Conjugatae (Ganggang gandar).
5. Kelas Charophyceae (Ganggang karang).
6. Kelas Phaeophyceae (Ganggang pirang).
7. Kelas Rhodophtceae (Ganggang merah).

E. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Ambil sedikit bagian rumput lautyang akan diamati.
3. Amati objek melalui kaca pembesar (lup) sembari menggambar
struktur objek yang diamati serta diwarnai sesuai dengan warna objek
yang diamati.

F. Hasil
*Lihat pada lampiran.

G. Pembahasan
1. Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Gracilaria
Spesies : Gracilaria sp
2. Ciri-ciri khusus
a. Daur hidup tejadi dalam 2 fase.
b. Banyak mengandung zat pektin, di samping zat floridean.
c. Thallus silindris.
d. Bercabang dikhotom yang langsing (gricilis).
e. Pembiakan vegetatif dengan aplanospora (spora tak brgerak)
dan fragmentasi pada thallusnya.
f. Pembiakan generatif dengan pembuahan sel telur di dalam
karpogonium oleh spermatium dengan dibantu oleh air.
g. Karpogonium biasanya dibentuk di ujung-ujunng cabang lain
dari cabang thallus yang ada pada anteridium.
h. Baik spora maupun gamet tidak mempunyai flagel.
3. Habitat dan penyebaran
Habitatnya berada di dalam perairan laut.
4. Manfaat dalam kehidupan sehari-hari
Sebagai bahan agar-agar (floridean starch) sehingga mempunyai
nilai ekonimis yang tingg dan juga sering digunakan sebagai bahan
campuran dalam minuman es campur.

H. Kesimpulan
Jadi, rumput laut merupakan spesies yang termasuk ke dalam
tumbuhan ganggang (Algae) lebih spesifiknya dalam kelas Rhodophyceae
(Ganggang merah). Rumput laut juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Kebanyakan orang yang tinggal di pesisir pantai menggantungkan
hidupnya dengan menjual bahan agar-agar ini.

I. Daftar Pustaka
Jamilah, Luthfa. 2013. Pemanfaatan Rumput Laut (Gracilaria verrucosa)
Sebagai Produk Bakto Agar dan Aplikasinya dalam Media
Pertumbuhan Mikroorganisme. Bogor: IPB.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1981. Taksonomi Tumbuhan (Tumbuhan
Khusus). Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Yudianto, Suroso Adi. 1992. Pengantar Cryptogamae (Sistematik
Tumbuhan Rendah). Bandung: PT. TARSITO.
LAPORAN PELAKSANAANPRAKTIKUM

A. Judul : Suplir (Adiantum cuneatum)

B. Tujuan : Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi ilmiah, ciri-ciri


khusus, habitat dan penyebaran serta manfaat suplir.

C. Alat dan Bahan


Alat
1. Cutter 1 buah
2. Kaca pembesar (lup) 1 buah
3. Alat tulis secukupnya

Bahan
Suplir secukupnya

D. Landasan Teori
Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan suatu divisi yang
warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata
dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang, dan
daun. Tumbuhan paku terdiri dari 4 kelas, yaitu:
1. Kelas Psilophytinae (Paku purba).
2. Kelas Lycopodiinae (Paku kawat atau Paku rambut).
3. Kelas Equisetinae (Paku ekor kuda).
4. Kelas Filicinae (Paku sejati).

E. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Ambil sedikit bagian rumput laut yang akan diamati.
3. Amati objek melalui kaca pembesar (lup) sembari menggambar
struktur objek yang diamati serta diwarnai sesuai dengan warna objek
yang diamati.
F. Hasil
*Lihat pada lampiran.

G. Pembahasan
1. Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicinae
Ordo : Eufilicales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Adiantum
Spesies : Adiantum cuneatum
2. Ciri-ciri khusus
a. Sori berderet melekuk sesuai dengan pinggir daunnya.
b. Tidak ada batang yang sesungguhnya di atas tanah, tetapi adanya
akar rimpang yang kerap kali bersisik.
c. Daun mudanya menggulung secara spiral.
d. Sporangia umumnya bertangkai panjang, terkumpul dalam sori
yang terletak di bawah sisi daun dan sorus umumnya memiliki
insidium.
e. Tangkai daun dan poros-poros daun hitam coklat mengkilat.
f. Berdaun cukup besar dan menyirip duduk daunnya.
3. Habitat dan penyebaran
Karena termasuk tumbuhan higrofit sehingga banyak tumbuh di
tempat-tempat yang teduh dan lembab serta banyak terdapat di pulau
Jawa sehingga kebanyakan orang menyebutnya sebagai suplir Jawa.
4. Manfaat
Banyak digunakan sebagai tanaman hias karena bentuk daunnya yang
unik. Daunnya berkhasiat sebagai pelancar air seni dan akarnya
berkhasiat sebagai obat cacing. Sebagai pelancar air seni dipakai ± 10
gram daun segar Adiantum cuneatu, dicuci, direbus dengan 1 gelas air
selama 15 menit, kemudian dinginkan dan disaring. Hasil saringan
diminum dua kali sehari sama banyak pagi dan sore.

H. Kesimpulan
Jadi, suplir merupakan spesies yang termasuk ke dalam kelas Filicinae
(Paku sejati). Suplir banyak digunakan sebagai tanaman hias karena
bentuka daunnya yang unik dan batangnya yang berwarna hitam
mengkilat.

I. Daftar pustaka
Tjitrosoepomo, Gembong. 1981. Taksonomi Tumbuhan (Tumbuhan
Khusus). Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Yudianto, Suroso Adi. 1992. Pengantar Cryptogamae (Sistematik
Tumbuhan Rendah). Bandung: PT. TARSITO.
http://www.warintek.hol.es/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku2/2-
007.pdf diunduh pada tanggal 19 September 2017, pukul 13.38.
LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Judul : Jamur Roti ( Rhizopus nigricans)

B. Tujuan : 1. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi ilmiah jamur


roti
2. Mahasiswa dapat mengetahui ciri khusus jamur roti

3. Mahasiswa dapat mengetahui habitat & penyebaran

jamur roti

4. Mahasiswa dapat mengetahu manfaat jamur roti

C. Alat dan Bahan


Alat
1. Mikroskop 1 buah
2. Kaca objek (object glass) 1 buah
3. Kaca penutup (cover glass) 1 buah
4. Lampu 1 buah
5. Gelas kimia 1 buah
6. Pipet 1 buah
7. Alat tulis dan pensil warna 1 paket
Bahan
1. Jamur tempe secukupnya
2. Air secukupnya

D. Landasan Teori
Jamur adalah kelompok organism eukariota, dan dimasukkan
kelompok ini karena sel-selnya sudah memiliki membran inti sel. Ciri-ciri
jamur yaitu,selnya eukariotik, bentuk tubuhnya ada yang uniseluler dan
multiseluler, tidak memiliki klorofil, cara hidupnya adalah hidup sebagai
tumbuhan heterotrof,memiliki dinding sel yang disebut kitin, dan dapat
bereproduksi secara seksualdan aseksual. 

E. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Ambil jamur pada roti dan letakan pada kaya objek.
3. Beri setetes air pada pada jamur yang diletakan di kaca objek.
4. Tutup dengan kaca penutup dengan hati-hati.
5. Letakan pada meja mikroskop.
6. Atur perbesaran pada lensa objektif hingga objek yang diamati terlihat
jelas.
7. Jepit kaca objek dengan penjepit agar objek tidak bergerak.
8. Amati sembari menggambar struktur objek yang diamati lalu warnai
gambar dengan warna sesuai gambar asli.

F. Hasil
1. Klasifikasi Rhizopus nigricans:
Kingdom: Fungi
Divisi: Zygomycota
Kelas: Zygomycetes
Ordo: Mucorales
Famili: Mucoraceae
Genus: Rhizopus
Spesies: Rhizopus nigricans
2. Ciri-ciri Rhizopus nigricans
a. Berwarna hitam – kehitaman karena banyaknya sporangium dan
spora.
b. Hifa tidak bersekat dan bersifat koenositik.
c. Dinding sel tersusun dari kitin.
d. Reproduksi aseksual dan seksual.
e. Hifa berfungsi untuk menyerap makanan (rhizoid).
3. Habitat dan penyebaran
Banyak terdapat pada roti yang membusuk
4. Manfaat jamur roti
Jamur ini tergolong ke dalam jamur yang beracun. Jadi, sebaiknya jika
ada roti yang mengandung jamur ini dibuang saja

G. Pembahasan
Jamur merupakan mikro organisme utama yang berperan penting
dalam proses pembuatan dan pembusukan roti. Beberapa jenis jamur yang
sering ditemukan pada pembusukan roti adalah Rhizopus stolonifer,
Penicillium sp, Mucor sp dan Geotrichum sp serta juga bisa terdapat
Aspergillus sp dan lainnya.

Didapatkan gambaran jamur yang sesuai dengan identifikasi


menurut Robert A. Samson dan Ellen S. van Reenen-Hockstra dimana
pada gambaran yang ditemukan jamur tersebut, yaitu terdiri atas kepala
konidia, konidia, fialid, vesikel dan konidiofor. Kepala konodia adalah
struktur yang terletak di bagian terminal konidiofor, berbentuk bulat
(globose) atau semibulat (subglobose) tersusun atas vesikel, metula (jika
ada), fialid dan konidia. Vesikel adalah pembesaran konidiofor pada
bagian apeksnya membentuk suatu struktur berbentuk globose, hemisferis,
elips atau clavate. konidiofor merupakan suatu struktur tegak lurus yang
muncul dari sel kaki dan pada ujungnya menghasilkan kepala konidia.

H. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian, diketahui bahwa jamur pada roti
merupakan jenis jamur divisi Zygomycota dengan nama latin Rhizopus
Stolonifer (Rhizopus Sp.) Jenis jamur ini memiliki hifa pendek bercabang-
cabang dan berfungsi sebagai akar (Rizoid) untuk melekatkan diri serta
menyerap zat-zat yang diperlukan dari substrat. Selain itu, terdapat pula
Sporangiofor (hifa yang mencuat ke udara dan mengandung banyak inti
sel, di bagian ujungnya terbentuk sporangium (sebagai penghasil spora),
serta terdapat Stolon (hifa yang berdiameter lebih besar daripada rizoid
dan sporangiofor). 

I. Daftar Pustaka
Amir, Arni; Mizana, Dina Khaira; Suharti, Netty. 2016. Jurnal Kesehatan
Andalas. Padang: Universitas Anddalas.
Djumhana, Nana; Hendrawati, Yuyu;Peristiwati; Wuryastuti, Sri. 2006.
Konsep Dasar Biologi untuk SD. Bandung: UPI Press.
LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Judul : JAMUR KANCING (Agaricus bisporus )

B. Tujuan : 1. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi ilmiah


mengenai jamur kancing.
2. Mahasiswa dapat mengetahui ciri khusus jamur
kancing.
3. Mahasiswa dapat mengetahui habitat dan penyebaran
jamur kancing.
4. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat jamur kancing.

C. Alat dan Bahan


Alat
1. Cutter 1 buah
2. Lup ( kaca pembesar ) 1 buah
3. Alat tulis dan pensil warna 1 paket

Bahan

Jamur kancing secukupnya

D. Landasan Teori
Menurut prahastuti (dalam Hendritomo 2010:58) jamur kancing
kurang lebih ada 142 spesies, mulai dari berwarna sangat putih, putih,
sampai agak cokelat. Jenis yang terkenal meliputi :
1. A. bitorquis (jamur bunga kancing/kohartake).
2. A. Bisporus(jamur bunga putih/hiratake).
3. A. Placomycetes (haratake-tedoki).
4. A. Silvaticus (teri-haratake).
5. A. Arvensis.
6. A. Campestri.
7. A.Nisvescen.
8. A. Fiardii.
9. A. osecanus.
Agaricus bitorquis adalah jenis jamur yang dapat hidup pada iklim
panas,sedangkan Agaricus bisporus dan Agaricus campestris adalah jenis
jamur yang dapat hidup pada iklim dingin (Henky 2010:58). Jamur
kancing mengandung beberapa zat gizi seperti natrium, kalium, fosfor,
asam linoleat, serta antioksidan. Sebuah uji klinis yang dilakukan oleh
rumah sakit di california,amerika serikat, menunjukan bahwa jamur
kancing dapat menghambat kerja enzim aromatase sehingga menurunkan
kadar estrogen dalam tubuh.

E. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Ambil jamur kancing .
3. Potong jamur kancing menjadi dua bagian.
4. Ambil lup ( kaca pembesar ).
5. Siapkan alat tulis dan kertas HVS.
6. Dekatkan lup ke bagian jamur kancing.
7. Gambar struktur dari jamur kancing tersebut.
8. Warnai gambar jamur kancing tersebut.
9. Beri penjelasan keterangan stuktur jamur kancing di gambar
tersebut.

F. Hasil
5. Klasifikasi Agaricus bisporus
Kingdom: Fungi
Divisi: Basidiomycota
Kelas: Homobasidiomycetes
Sub Kelas : Homobasidiomycetidae
Ordo: Agaricales
Famili: Agaricaceae
Genus: Agaricus
Spesies: A.bisporus
6. Ciri-ciri Agaricus bisporus
a. Memiliki tudung berbentuk kancing.
b. Berbentuk hampir bulat seperti kancing.
c. Berwarna putih bersih, krem atau coklat muda.
d. Tidak memiliki klorofil.
e. Memiliki tangkai yang pendek.
7. Manfaat Agaricus bisporus
a. Dimanfaatkan sebagai makanan.
b. Melancarkan pencernaan.
c. Menurunkan tekanan darah tinggi.
d. Mencegah perkembangan kanker.
e. Menangkal radikal bebas.
f. Menurunkan berat badan.
g. Mencegah stroke.
h. Mudah dan dapat dibudidayakan.
8. Habitat dan Penyebaran Agaricus bisporus
Habitat jamur kancing terdapat di kayu lapuk dan pada tanah
yang gembur serta dii tempat-tempat yang lembab. Semua jenis jamur
memerlukan kelembapan relatif cukup tinggi untuk menunjang
pertumbuhan, yaitu 95-99%.
Jamur kancing menyebar di seluruh dunia yang memiliki suhu
yang lembab, banyak terdapat juga di lereng gunung di Indonesia
seperti di lereng gunung bromo, Probolinggo. Jamur kancing juga
merupakan jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia.

G. Pembahasan
Jamur kancing (Agaricus bisporus), jamur kompos atau
champignon adalah jamurpangan yang berbentuk hampir bulat seperti
kancing dan berwarna putih bersih, krem, atau coklat muda. Jamur
kancing merupakan jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia.
Dalam bahasa Inggris disebut sebagai table mushroom, white mushroom,
common mushroom atau cultivated mushroom. Di Perancis disebut sebagai
champignon de Paris, tapi penutur bahasa Inggris sering menyebutnya
sebagai champignon yang dalam bahasa Perancis mencakup segala jenis
fungi, termasuk jamur pangan, jamur beracun, dan jamur penyebab
infeksi. Jamur kancing dipanen sewaktu masih berdiameter 2-4 cm. Tubuh
buah dewasa dengan payung yang sudahmekar mempunyai diameter
sampai 20 cm. Di alam, biasanya jamur muncul pada saat setelah musim
hjan atau setelah hujan selesai.pada kondisi seperti itu, kandungan air di
udara cukup tinggi. demikian pula kandungan air sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan miselia jamur. Apabila
kandungan air terlalu sedikit maka pertumbuhan jamur akan terganggu.
Sebaliknya bila air terlalu banyak maka akan terjadi pembusukan subtrat
yang ditandai berkembangnya kontaminan dan matinya miselia. Jamur
kancing memiliki aroma unik, sebagian orang ada yang menyebutnya
sedikit manis atau seperti "daging". Jamur kancing segar bebas lemak,
bebas sodium, serta kaya vitamin dan mineral, seperti vitamin B dan
potasium. Jamur kancing juga rendah kalori, 5 buah jamur ukuran sedang
sama dengan 20 kalori.

H. Kesimpulan
Identifikasi menurut Mayr (dalam Handajani, 2006:212) adalah
menempatkan atau memberikan identitas suatu individu melalui prosedur
deduktif ke dalam satu takson dengan menggunakan kunci determinasi.
Kunci determinasi adalah kunci jawaban yang digunakan untuk
menetapkan identitas satu individu. Kegiatan identifikasi bertujuan untuk
mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi yang sangat bervariasi dan
memasukannya ke dalam satu takson. Selain itu untuk mengetahui
identitas atau nama suatu individu atau spesies dengan cara mengamati
beberapa karakter atau ciri morfologi spesies tersebut dengan
membandingkan ciri-ciri yang ada sesuai dengan kunci determinasi.
Identifikasi jamur merupakan suatu kegiatan yang sangat penting
mengingat banyak jenis jamur belum diketahui jumlah dan jenisnya.
Jumlah spesies jamur yang sudah diketahui hingga kini hanya kurang lebih
69.000 dari perkiraan 1.500.000 spesies yang ada didunia. Dapat
dipastikan bahwa Indonesia yang sangat kaya akan diservitas tumbuhan
dan hewannya juga memiliki diservitas jamur yang sangat tinggi
mengingat lingkungannya yang lembab dan suhu tropik yang mendukung
pertumbuhan jamur (handajani, 2006:121).
Identifikasi dilakukan dengan senantiasa mengacu pada kunci
identifikasi,gambar-gambar serta kepustakaan yang terkait dengan jamur
yang akan di identifikasi. Identifikasi jamur bertujuan untuk
mengelompokan jamur kedalam takson berdasarkan perbedaan dan
persamaan bentuk, warna, dan ciri morfologis lainnya. Ciri makroskopis
yang diamati adalah warna jamur, koloni jamur dan bentuk tubuh buah
jamur. Pengamatan cirri mikroskopis mencakup hifa, spora, sporangium,
konidia dan konidiofor dan ciri khusus yang akan menentukan jenis jamur
tersebut. Identifikasi jamur makroskopis dilakukan menggunakan
beberapa buku identifikasi jamur makroskopis dan jurnal hasil penelitian
mengenai jamur makroskopis yang ditulis oleh Alexopoulos dan Mims
(1979); Asnah (2010); Aryani (2013); serta Tampubolon (2010).

I. Daftar Pustaka
Magfirotunnisa, Nurul. 2008. Mengenal Aneka Jamur. Jakarta: CV Karya
Mandiri.
Muljowati, Juni Safitri. 2015. Jamur Sebagai Pangan Fungsional.
Purwokerto: Universitas Jenderal Sudirman.
LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Judul : Identifikasi tumbuhan tingkat rendah (Jamur kuping)

B. Tujuan : Mahasiswa dapat mengetahui struktur jamur kuping


(Auricularia polytricha)

C. Landasan Teori
Jamur atau fungi berasal dari kata (Fungus : mashroom:
cendawan), adalah tidak mempunyai pembuluh dan berklorofil,
bereproduksi dengan spora. Karena tidak mempunyai klorofil maka untuk
mrncukupi kebutuhan makanan dengan heterorofik dan sebagai saprofit.
Jamur dapat dibagi menjadi empat golongan besar : parasit, sprofit,
simbion, dan komensal. Tidak berakar,berbatang dan bedaun yang sejati;
menghasilkan enzym protease, selulose, amylase, cadangan makanan
berupa glycogen dan minyak, tumbuh pada temperature 0-35̊C,
temperatureoptimum 20-30̊C, ph optimum 6. Reproduksi aseksual dengan
spora, fragmentasi, menguncup (budding), dan pembelahan. Reproduksi
seksual secara oogami, isogami, anisogami, dan heterogami.
Menurut Linnaeus (1737) fungi termasuk klas yang ke 24.
Sedangkan Eicher (1883) membagi tumbuhan menjadi Chryptogamae dan
Phanerogamae; Engker dan Prant (1886) Regnum vegetatif dibagi dalam
24 divisio, untuk fungi divisi ke dua yaitu Myxomycetes, dan divisi ke dua
belas Eumycetes. Enurut TIPPO, R (1942), Sub Regnum plantae dibagi
menjadi Thallophyta dan Embryophyta. Menurut Bold (1956) tumbuhan
dibagi menjadi 24 divisi, Fungi dalam 4 divisi, yaitu Myxomycota,
Phycomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota. Menurut martin (1961) ,
fungi dalam divisi Mycota. Subdivisi Myxomycotina, kelas Myxomycetes;
Subdivisi Eumycotina, terbagi menjadi empat kelas; Phycomycetes,
Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes. Menurut
Alexopoulos (1979) Mycology, dibagi menjadi 3 divisio yaitu
Gymnomycotina, Mastigomycotina, Amastigomycotina. Pada
perkembangan terkahir, klasifikasi fungi cukup komplek dengan banyak
ditemukannya spesies baru, sehingga taksa yang dahuluya kelas atau
subdivisi dinaikkan menjadi divisi.
Pembagiannya sebagai berikut :
1. Divisi Mycomycota (Jamur lender)
2. Divisi Oomycota
3. Divisi Zygomycota (Fungi Zigotik)
4. Divisi Ascomycota (Fungi kantong)
5. Divisi Basidiomycota (Fungi payung)
6. Divisi Deuteromycota (Fungi imperfecti)

Jamur Kuping yang akan dibahas pada laporan ini merupakan


bagian dari Divisi Basidiomycota. Divisi Basidiomycota beranggotakan
sekitar 25.000 spesies. Jamur ini mudah dikenal karena umumnya
memiliki tubuh buah seperti payung. Walaupun sebagian jamur divisi ini
dapat dikonsumsi, beberapa jamur dapat pula mematikan.

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Cutter 1 buah
b. Kaca pembesar (lup) 1 buah
c. Alat tulis dan pensil warna 1 paket
2. Bahan
Jamur kuping secukupnya

E. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Bersihkan lup apabila kotor.
3. Amatilah struktur tumbuhan paku tanduk rusa dengan menggunakan
lup.
4. Gambarlah struktur tumbuhan paku tanduk rusa sesuai dengan bentuk
yang dilihat melalui lup.
5. Lalu warnai gambar yang telah digambar sesuai dengan warna paku
tanduk rusa yang telah dilihat melalui lup.

F. Hasil
1. Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Ordo :Auriculariales
Famili : Auriculariaceae
Genus : Auricularia
Spesies : A. auricula judae
2. Ciri Khusus
a. Karakteristik dari jamur kuping ini adalah memiliki tubuh buah
yang kenyal (mirip gelatin).
b. Dalam keadaan kering, tubuh buah dari jamur kuping akan
menjadi keras seperti tulang.
c. Warna tubuh buah jamur ini pada umumya hitam atau coklat
atau seperti kehitaman.
d. Bagian tubuh buah dari jamur kuping berbentuk seperti
mangkuk atau seperti kuping.
e. Permukaan atas jamur kuping agak mengkilap, berurat, dan
berbulu halus mirip beludru di bagian bawahnya.
f. Memiliki diameter 2-15 cm.
3. Habitat dan penyebaran
Jamur kuping secara alami dapat tumbuh di berbagai jenis
kayu di berbagai lokasi. Namun, lokasi tumbuh yang paling baik
adalah di kayu-kayu lapuk yang ada di dataran rendah bersuhu hangat
sampai pegunungan berhawa sejuk.Jamur kuping terdapat dimana-
mana, yaitu:
a. Di Jawa Barat dinamakan Supa Lember.
b. Di Eropa dikenal dengan nama Oortjeszwam.
c. Di Jepang dikenal dengan Kikutage.
d. Orang Yahudi menyebutnya Jew’s ear fungi.
e. Di Indonesia, jamur kuping bisa ditemukan si sekitar Bogor,
Sukabumi atau tempat sejuk lain seperti di daerah Yogyakarta.
f. Di luar negeri banyak di budidayakan di Taiwan, Hongkong,
Vietnam, Malaysia.
4. Manfaat
a. Mengurangi penyakit panas dalam dan rasa pada kulit akbita
luka bakar.
b. Bila dipanaskan, lendir yang dihasilkan memiliki khasiat
sebagai penangkal zat – zat racun yang terbawa dalam makanan.
c. Efektif menghambat pertumbuhan karsinoma dan sarkoma (sel
kanker) hingga 80-90%.
d. Berfungsi sebagai zat anti koagulan (mencegah da menghambat
proses penggumpalan darah).
e. Mengatasi penyakit darah tinggi.
f. Mengatasi pengerasan pembuluh darah akibat penggumpalan
darah.
g. Mengobati kekurangan darah (anemia).
h. Mengobati penyakit wasir.
i. Memperlanncar proses buang air besar.

G. Pembahasan
Jamur kuping adalah bagian dari kelas Basidiomycota dengan
nama latin A. auricula judae. Jamur ini memiliki tubuh buah berwarna
coklat tua setengah bening, berbentuk mangkuk dan menyerupai daun
telinga manusia. Tubuh buah jamur kuping merupakan jamur saprofit pada
permukaan kayu yang sudah lapuk di tempat yang basah dan lembab.
Sewaktu masih segar terlihat seperti agar-agar (jelly) basah dan bila
dikeringkan menjadi mengerut .
Ciri jamur kuping adalah bentuk tubuh buahnya melebar mirip
seperti telinga manusia. Jamur kuping dapat dibedakan berdasarkan
bentuk, ketebalan, dan warnanya. Jamur kuping yang mempunya bentuk
tubuh buah kecil (sering disebut jamur kuping tikus) digemari oleh
konsumen karena warnanya lebih muda, dan rasanya sesuai dengan selera.
Jamur kuping yang tubuh buahnya melebar (jamur kuping gajah) rasanya
sedikit kenyal atau alot sehingga kurang disenangi karena harus diiris kecil
– kecil bila akan dimasak. Karakteristik dari jamur kuping ini adalah
memiliki tubuh buah yang kenyal (mirip gelatin) jika dalam keadaan
segar. Namun, pada keadaan kering, tubuh buah dari jamur kuping ini
akan menjadi keras seperti tulang. Bagian tubuh buah dari jamur kuping
berbentuk seperti mangkuk atau kadang dengan cuping seperti kuping,
permukaan atas jamur kuping agak mengkilap, berurat, dan berbulu halus
mirip beludru di bagian bawahnya.memiliki diameter 2-15 cm, tipis
berdaging, dan kenyal. Warna tubuh buah jamur ini pada umumnya hitam
atau coklat kehitaman akan tetapi adapula yang memiliki warna coklat tua.
Jenis jamur kuping yang paling memiliki nilai bisnis yang tinggi adalah
yang memiliki warna coklat pada bagian atas tubuh buah dan warna hitam
pada bagian bawah tubuh buah, serta ukuran tubuh buah kecil. Jamur
kuping merupakan salah satu jamur konsumsi yang umum dikeringkan
terlebih dahulu, kemudian direndam dengan air dalam waktu relatif
singkat sehingga jamur ini akan kembali seperti bentuk dan ukuran
segarnya. Jamur kuping merupakan salah satu kelompok jelly fungi yang
masuk ke dalam kelas Basidiomycota dan mempunyai tekstur jelly yang
unik. Fungi yang msuk ke dalam kelas ini umumnya makroskopis atau
mudah dilihat dengan mata telanjang.
Sebagai salah satu jenis jamur kayu, jamur kuping secara alami
dapat tumbuh di berbagai jenis kayu di berbagai lokasi. Namun, lokasi
tumbuh yang paling baik adalah di kayu – kayu lapuk yang ada di dataran
rendah bersuhu hangat sampai pegunungan berhawa sejuk. Besaran suhu
yang dapat ditoleransi oleh jamur kuping adalah 16-36̊C, tetapi idealnya
26-28̊C.
Pada fase pembentukan misellium, jamur kuping memerlukan
kadar air sekitar 62%, kelembapan udara 60-75%, dan kadar oksigen yang
tidak terlalu tinggi. Saat memasuki pertumbuhan tubuh buah, jamur ini
memerlukan suhu 16-22̊ C dengan kelembapan udara 80-90% dengan
kadar oksigen tinggi.
Jamur kuping dapat ditemukan di berbagai daerah, tentunya
dengan suhu tertentu pula. Di Indonesia, jamur kuping bisa ditemukan si
sekitar Bogor, Sukabumi atau tempat sejuk lain seperti di daerah
Yogyakarta. Di daerah jawa barat, jamur ini dinamakan supa lember.
Sedangkan di luar negeri jamur kuping banyak di budidayakan di Taiwan,
Hongkong, Vietnam, Malaysia. Di Eropa, jamur kuping dikenal dengan
nama Oortjeszwam, di Jepang dikenal dengan Kikutage, dan orang – orang
Yahudi menyebutnya Jew’s ear fungi.
Jamur kuping memiliki banyak manfaat kesehatan, diantaranya
untuk mengurangi penyakit panas dalam dan rasa sakit pada kulit akibar
luka bakar. Bila jamur kuping dipanaskan maka lendir yang sihasilkannya
memiliki khasiat sebagai penangkal (menonaktifkan) zat – zat racun yang
terbawa dalam makanan, baik dalam bentuk racun nabati, racun residu
pestisida, maupun racun berbentuk logam berat. Kandungan senyawa yang
terdapat dalam lendir jamur kuping juga efektif untuk menghambat
pertumbuhan karsinoma dan sakoma (sel kanker) hingga 80-90% serta
berfungsi sebagai zat anti koagulan ( mencegah dan menghambat proses
penggumpalan darah). Manfaat lain dari jamur kuping dalam kesehatan
ialah untuk mengatasi penyakit darah tinggi (hipertensi), pengerasan
pembuluh darah akibat penggumpalan darah, kekurangan darah (anemia),
mengobati penyakit wasir (ambeien), dan memperlancar proses buang air
besar.
Jamur kuping sering digunakan sebagai campuran sup ini memiliki
rasa yang cukup lezat, jamur kuping juga telah dijadikan sebagai bahan
berbagai masakan seperti sayur timlo, nasi goreng jamur, dll. Selain itu,
jamur kuping juga bermanfaat untuk pengobatan yaitu :
1. Penangkal / penonaktif racun baik dalam bentuk racun nabati,
racun residu pestisida, bahkan sampai racun berbentuk logam berat.
Hampir semua ramuan masakan Cina, jamur kuping selalu
ditambahkan untuk tujuan menonaktifkan racun yang terbawa
dalam makanan.
2. Dapat menormalkantekanan darah, menurunkan kolesterol,
meningkatkan kekebalan tubuh, menguatkan syaraf, dapat
mengurangi stress, berfungsi sebagai antioksidan, dan juga
antitumor.
3. Menurut Prof Hung Zhao Guang, dalam makalahnya tentang gaya
hidup warga usia pertengahan sampai lanjut usia, jamur kuping
sangat bermanfaat bagi pengobatan jantung koroner. Dia
membeberkan pengalaman pasiennya di Taiwan yang sembuh dari
jantung koroner dan terhindar daro operasi by pass dengan
menggunakan jamur kuping hitam. Meraciknya dengan cara.
a. Merebus 10 gram jamur kuping.
b. 40 gram daging kurus (leant meat).
c. Tiga iris jahe.
d. Lima siung bawang.
e. Enam mangkuk air.

Itu semua sirebus hingga airnya tersisa dua mangkuk, lalu


ditambahkan sedikit garam. Airnya diminum setiap hari sekali
selama 45 hari.

H. Kesimpulan
Jamur kuping adalah bagian dari kelas Basidiomycota dengan
nama latin A. auricula judae. Jamur ini memiliki tubuh buah berwarna
coklat tua setengah bening, berbentuk mangkuk dan menyerupai daun
telinga manusia. Tubuh buah jamur kuping merupakan jamur saprofit pada
permukaan kayu yang sudah lapuk di tempat yang basah dan lembab.
Sewaktu masih segar terlihat seperti agar-agar (jelly) basah dan bila
dikeringkan menjadi mengerut. Lokasi tumbuh yang paling baik adalah di
kayu – kayu lapuk yang ada di dataran rendah bersuhu hangat sampai
pegunungan berhawa sejuk. Besaran suhu yang dapat ditoleransi oleh
jamur kuping adalah 16-36̊C, tetapi idealnya 26-28̊C. Jamur kuping
memiliki banyak manfaat kesehatan dan sering dimanfaatkan untuk bahan
masakan.

I. DAFTAR PUSTAKA

Parjimo, H dan Agus Andoko.2007.budidaya jamur (jamur kuping, jamur


tiram, &jamur merang.Jakarta:PT Agromedia Pustaka

Magfirotunnisa, Nurul.2008.Mengenal Jamur.Jakarta:CV Karya Mandiri


Nusantara

Muzayyinah.2005.Keanekaragaman tumbuhan tak


berpembuluh.Surakarta:LPP UNS dan UNS Press

Pengobatan, Ahli.2014.jamur kuping – ciri-ciri tumbuhan serta khasiat


dan manfaatnya.www.tanobat.com.Diakses pada 8 Desember 2014.
LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Judul : Identifikasi tumbuhan tingkat rendah (Paku tanduk rusa)

B. Tujuan : Mahasiswa dapat mengetahui struktur paku tanduk tanduk


rusa (Platycerium bifurcatum)

C. Landasan Teori
Pteridophyta adalah tumbuhan paku yang menghasilkan spora dan
umumnya mempunyai susunan daun yang membentuk bangun sayap serta
pada bagian pucuk tumbuhan itu terdapat bulu-bulu. Tumbuhan paku
memperlihatkan pergiliran keturunan yang sangat jelas, dimana fase
gametofitnya berumur pendek dengan ukuran yang kecil dan masih
berbentuk thallus yang disebut protalium. Adapun fase sporofitnya terlihat
jelas dan dominan. Fase ini adalah bentuk tumbuhan yang biasa kita lihat,
yaitu tumbuhan paku.
Daun tumbuhan paku ada dua macam, yaitu tropofil dan sporofil.
Tropofil adalah daun yang khusus berfungsi untuk melakukan proses
fotosintesis dan tidak mengandung spora, sedangkan sporofil adalah daun
yang berfungsi untuk menghasilkan spora. Ada juga yang dikenal dengan
troposporofil, dimana dalam satu tangkai daun, anak-anak daun ada yang
menghasilkan spora dan ada yang tidak menghasilkan spora. Bentuk
sporofil ini ada yang mirip dengan tropofil dan ada juga yang sangat
berbeda dengan bentuk strobilus. Berdasarkan hal ini tumbuhan paku
dapat dibedakan menjadi tumbuhan paku homofilum dan tumbuhan paku
heterofilum. Spora tumbuhan paku yang memiliki perbedaan baik bentuk,
ukuran, maupun sifatnya, dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Homospora : Tumbuhan paku homospora membuahkan spora dengan
ukuran yang sama serta tidak bisa dibedakan antara spora jantan serta
spora betina. Tumbuhan bentuk ini juga dikenal dengan sebutan paku
isospora. Misalnya, Lycopodium sp (paku kawat).
2. Heterospora : Tumbuhan paku bentuk ini membuahkan spora yang
berbeda ukuran hingga disebut dengan an-isospora. Spora jantan
disebut dengan mikrospora lantaran memiliki ukuran kecil, sedangkan
spora betina memiliki ukuran lebih besar hingga disebut dengan
makrospora. Misalnya, Selaginella sp (paku rane).
3. Peralihan : Paku peralihan adalah tumbuhan paku dengan jenis
kelamin yang tidak sama, tetapi ukuran sporanya sama. Misalnya,
Equisetum debile (paku ekor kuda).
Tumbuhan paku ini dapat ditemukan hidup di tempat yang lembab
(higrofit), hidup di air (hidrofit) atau menempel pada pohon lain (epifit).
Pteridophyta tidak menghasilkan biji dalam proses seksualnya, melainkan
meereka melepaskan spora sebagai alat penyebarluasan dan
perkembangbiakannya. Saat ini sudah ada sekitar 12.000 spesies
pteridophyta yang telah dikenali, salah satunya paku tanduk tanduk rusa
(Platycerium bifurcatum) yang akan dibahas pada laporan ini.

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Cutter 1 buah
b. Kaca pembesar (lup) 1 buah
c. Alat tulis dan pensil warna 1 paket
2. Bahan
Tumbuhan paku tanduk rusa secukupnya

E. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Bersihkan lup apabila kotor.
3. Amatilah struktur tumbuhan paku tanduk rusa dengan menggunakan
lup.
4. Gambarlah struktur tumbuhan paku tanduk rusa sesuai dengan bentuk
yang dilihat melalui lup.
5. Lalu warnai gambar yang telah digambar sesuai dengan warna paku
tanduk rusa yang telah dilihat melalui lup.

F. Hasil
1. Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Platycerium
Spesies : Platycerium bifurcatum
C.Chr
2. Ciri Khusus
a. Tanaman ini hidup menempel pada pohon lain namun bersift
epifit.
b. Batang berupa rimpang lunak namun liat dan sulit dipotong
dan tumbuh tidak menjalar.
c. Daunnya ada dua macam, yaitu tipe pertama selalu steril dan
berbentuk perisai tegak, mengering pada kondisi kurang air.
Tipe kedua menjuntai dari pusat daun pertama dengan bentuk
menyerupai tanduk rusa, panjang daun yang menjuntai dapat
mencapai satu meter atau lebih, tergantung janisnya.
d. Spora terdapat pada sporangia yang terlindung oleh sori yang
tumbuh menggerombol di sisi bawah daun.
e. Daun ini membelh 3-5 kali dan panjangnya bisa sampai tiga
meter dengan ujung akhir menyerupai pita.
f. Bagian atas bertekstur halus dan berwarna hijau, sedangkan
bagian bawahnya tebal dan tertutup rambut hlus berwarna
putih.
3. Habitat dan penyebaran
Tumbuhan Paku tanduk rusa hidup dengan cara menempel
pada tanaman induk. Tumbuhan ini dapat hidup di daerah mana saja,
asal tidak langsung terpapar sinar matahari serta mendapatkan cukup
air.
Genus platycerium diperkirakan beranggotakan 18 jenis
spesies asli (alam) dengan persebaran geografis sangat luas pada hutan
tropis di seluruh dunia, 11 spesies diantaranya berasal dari Asia dan
Australia, enam spesies dari Afrika dan Madagaskar, serta satu spesies
dari Amerika Selatan.
4. Manfaat
a. Sebagai tanaman hias.
b. Dapat mebobati penyakit : kudis, bisul, abses, haid tidak teratur,
demam, radang rahim luar, dll.
c. Penghasil obat-obatan.
d. Sebagai sayur sayur an, misalnya nsemanggi (marsilea crenata)
dan pteridium aqualium.
e. Sebagai bahan pupuk hijau.

G. Pembahasan
Platycerium adalah genus tumbuhan paku (Pteridophyta) dalam
(sub)keluarga Polypodiaceae. Tumbuhan dari genus ini dikenal dengan
nama paku tanduk rusa atau simbar menjangan karena bentuk daunnya
yang unik mirip tanduk rusa. Nama Platycerium sendiri berasal dari
bahasa Yunani yang terdiri dari kata "platy" yang berarti lebar dan
"ceras" yang berarti tanduk, menggambarkan bentuk rangkaian daunnya
seperti tanduk yang lebar dan bercabang.
Tanaman ini hidup menempel pada pohon lain dengan tegak dan
kokoh, tetapi bukan sebagai parasit (epifit). Epifit sejati, dengan akar
melekat di batang pohon lain atau bebatuan. Batang berupa rimpang lunak
namun liat dan sulit dipotong dan tumbuh tidak menjalar. Daunnya ada
dua macam, yaitu tipe pertama selalu steril dan berbentuk perisai tegak,
mengering pada kondisi kurang air yang fungsinya untuk mengumpulkan
dedaunan kering dan penangkap air, sehingga kelembaban bagi rimpang
terjaga; tipe kedua menjuntai dari “pusat” daun tipe pertama dengan
bentuk menyerupai tanduk rusa (walaupun ada beberapa jenis yang tidak
demikian) yang fungsinya sebagai pembawa spora yang terletak di sisi
bawah daun, panjang daun yang menjuntai dapat mencapai satu meter atau
lebih tergantunng jenisnya. P. Coronarium dapat memiliki daun fertil yang
menjuntai hingga 2,5 m. Spora terdapat pada sporangia yang terlindung
oleh sori yang tumbuh menggerombol di sisi bawah daun, yang
menyebabkan vlek berwarna coklat pada daun. Spora inilah yang
digunakan untuk berkembangbiak, sehingga daun ini juga disebut daun
sporofil. Daun ini membelah 3-5 kali dengan panjangnya bisa sampai tiga
meter dengan ujung akhir menyerupai pita. Daunnya termasuk daun yang
subur (mengandunng spora), daun bagian atas bertekstur halus dan
berwarna hijau, sedangkan bagian bawahnya tebal tetutup rambut halus
berwarna putih.
Tumbuhan Paku tanduk rusa hidup dengan cara menempel pada
tanaman induk. Tumbuhan ini dapat hidup di daerah mana saja, asal tidak
langsung terpapar sinar matahari serta mendapatkan cukup air. Paku
tanduk rusa cukup ditempelkan di pepohonan yang cukup rindang dan
sejuk, atau bisa juga di tempatkan di media berupa papan atau potongan
kayu. Jika ditempatkan diluar rumah, maka tidak terlalu repot untuk
melakukan penyiraman sebab paku tanduk rusa bisa memenuhi kebutuhan
air dari hujan dan embun, namun jika ditempatkan diberanda maka perlu
dilakukan penyemprotan untuk memberikan air.
Genus platycerium diperkirakan beranggotakan 18 jenis spesies asli
(alam) dengan persebaran geografis sangat luas pada hutan tropis di
seluruh dunia, 11 spesies diantaranya berasal dari Asia dan Australia,
enam spesies dari Afrika dan Madagaskar, serta satu spesies dari Amerika
Selatan. Untuk memudahkan identifikasi, tumbuhan platycerium juga
dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan daerah asal serta beberapa ciri
pembeda termasuk bentuk tangkai serta kemunculan anakan, yaitu sebagai
berikut :
1. Spesies asal Asia-Malaya memiliki ciri tangkai menyilang berupa
pembuluh yang membentuk cincin berwarna gelap mengelilingi pusat
tangkainya. Kelompok ini terdiri dari platycerium jenis Coronarium,
Grande, Holttumii, Ridleyi, Superbum, Wallichii dan Wandae. Spesies
dari kelompok ini tidak menghasilkan anakan.
2. Spesies dari Afrika-Amerika memiliki pembuluh yang sama pada
tangkainya seperti spesies Asia-Malaya, tetapi tidak terdapat bentuk
cincin warna gelapnya. Kelompok ini termasuk platycerium
Alcicorne, Andinum, Elephantotis, Ellisii, Madagascariense,
Quadridichotomum dan Stemaria. Jenis spesies ini menghasilkan
anakan.
3. Spesies dari Jawa-Australia tidak terlihat adanya bentuk pembuluh
maupun cincin warna gelap pada tangkainya. Kelompok ini juga
menghasilkan anakan dan beranggotakan platycerium jenis
Bifurcatum, Hillii, Veitchii dan Willinckii.
Di Indonesia, tumbuhan paku tanduk rusa tersebar luas mengingat
iklim di Indonesia sangat mendukung pertumbuhan tumbuhan ini. Namun,
di beberapa daerah di Indonesia, nama tumbuhan ini berbeda - beda,
misalnya di daerah Jawa dan Bali disebut juga dengan nama simbar
menjangan dan paku uncal untuk sebutan tanaman ini di daerah Sunda.
Platycerium termasuk jenis tanaman bandel dan awet (berumur
panjang) jika dirawat dengan baik dan benar. Tumbuhan ini bisa
dimanfaatkan sebagai tanaman hias daun berpenampilan sangat eksotis
dengan ditampilkan melalui cara ditempelkan pada batang pohon (hidup
atau mati) di halaman atau taman, ditempelkan pada papan dan diletakkan
di dinding outdoor dan indoor, maupun ditampilkan sebagai tanaman hias
dalam pot atau tanaman gantung, dll. Tanaman ini juga bisa dimanfaatkan
sebagai hiasan dan rangkaian daun potong mengingat daunnya yang selalu
segar tidak mudah layu. Selain itu, paku tanduk rusa juga dimanfaatkan
sebagai obat tradisional oleh masyarakat Jawa. Tumbukan halus daunnya
digunakan sebagai kompres demam dan luka bengkak seperti bisul, radang
rahim luar, serta campurannya dengan bawang merah digunakan untuk
obat gondok dan kudis. Ekstrak perasan daun juga dipercaya dapat
menyembuhkan haid yang tidak teratur serta obat tetes telinga. Paku
tanduk rusa dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan obat – obatan
misalnya: Aspidium sp, Dryopteris filix mas, dan Lycopodium clavatum.
Bisa juga sebagai sayuran, misalnya semanggi (marsilea crenata) dan
pteridium aqualium. Sebagai bahan pupuk hijau , misalnya azolla piñata.
Sebagai salah satu bahan dalam pembuatan karangan bunga, misalnya
Lycopodium cernuum.
H. Kesimpulan
Platycerium bifurcatum merupakan tumbuhan paku yang biasa
tumbuh liar di daerah beriklim tropis dan juga dipelihara di pekarangan
rumah. Paku ini hidupnya menempel kuat pada inangnya tatapi tidak
merugikan inang tersebut. Dengan kata lain Platycerium bifurcatum
merupakan tumbuhan epifit sejati. Inang tersebut dapat berupa benda
ataupun pohon. Platycerium bifurcatum menyukai tempat yang tidak
langsung memperoleh sinar matahari. Perkembangbiakan Platycerium
bifurcatum dilakukan dengan spora atau dengan memindahkan akar
rimpangnya. Tumbuhan ini selain dijadikan sebagai tanaman hias dapat
juga dijadikan tanaman obat. Beberapa penyakit yangt dapat diobati
dengan menggunakan helaian helaian daun tumbuhan ini adalah demam,
radang rahim luar, haid tidak teratur bisul dan abses.
I. DAFTAR PUTAKA
Viraamr.2014.Pteridophyta - Paku Tanduk
Rusa.www.slideshare.net.Diakses pada 26 Januari 2014.
Simbar.2015.Platycerium (paku Tanduk Rusa Atau Simbar
Menjangan).www.kebunpedia.com.Diakses pada tanggal 31 Agustus
2015.
Pengobatan, Ahli.2014.Paku tanduk rusa – ciri-ciri tanaman, serta
khasiat dan manfaatnya.www.tanobat.com.Diakses pada 5
Desember 2014.
LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Judul : Lumut Daun (Bryumsp)

B. Tujuan : Mahasiswa mengetahui klasifikasi ilmiah, ciri khusus,


habitat dan penyebaran, serta manfaat lumut daun

C. Landasan Teori
Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan tingkat rendah yang
termasuk ke dalam divisi Bryophyta dan termasuk tumbuhan darat sejati.
Pada umumnya lumut menyukai tempat-tempat yang basah dan lembab di
dataran rendah sampai dataran tinggi. Tumbuhan ini sering disebut sebagai
tumbuhan perintis karena lumut dapat tumbuh dengan berbagai kondisi
pertumbuhan di tempat mana tumbuhan tingkat tinggi tidak bisa tumbuh.
Secara ekologi, lumut memiliki peranan yang sangat penting dalam
menciptakan habitat primer dan sekunder setelah adanya kerusakan
lingkungan. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pertama yang tumbuh
ketika awal suksei pada lahan yang rusak atau daerah dengan hara yang
miskin. Setelah area ditumbuhi lumut, area tersebut akan menjadi media
yang cocok untuk perkecambahan dan pertumbuhan tumbuhan lainnya
(Birsyam, 1992).
Bryophyta juga tergolong dalam epifit karena tumbuh-tumbuhan
yang tumbuh di atas tanaman lain, tetapi tiada yang menjadi parasit,
sebagian besar tanaman ini termasuk tanaman yang tingkat hidupnya
rendah. Bryophyta merupakan kelompok tumbuhan yang berhasil,
dibuktikan oleh jumlahnya yang besar (sekurang-kurangnya 20.000 jenis)
yang dikenal. Meskipun demikian, karena sistem pembuluhnya tidak
pernah berkembang secara efisien, lumut ini tak mampu mencapai ukuran
besar atau merupakan tumbuhan dominan daratan (Aslan,1998).
Gunawan (1999), menyatakan bahwa ciri khas yang dimilikilumut
adalah sistem reproduksinya. Pada tumbuhan
lumutterdapatgametangia(alat-alat kelamin) yaitu alat kelamin jantan
disebut anteridium yang menghasilkan spermatozoid dan alat kelamin
betina disebut arkegonium yang menghasilkan ovum. Tumbuhan ini
memiliki generasi gametofit yang dominan, sedangkan pada tumbuhan
tingkat tinggi generasi gametofitnya  tereduksi.  Generasi  ini  memiliki
organ seks (antheridia dan arkegonia) dan gamet (sperma dan sel telur).
Generasi sporofit  yang  menghasilkan  spora  tidak  dapat  hidup  sendiri 
sehingga  tetap melekat pada gametofit. Suplai air dan nutrisi bagi sporofit
sangat bergantung pada gametofit, sehingga tumbuhan ini memiliki siklus
hidup yang berbeda dengan tumbuhan tingkat tinggi (Gunawan,1999).
Tumbuhan lumut mempunyai pergiliran generasi dari sporofit
diploid dengan gametofit yang haploid. Meskipun sporofit secara
morfologi dapat dibedakan dari gemetofit tetapi sporofit tidak pernah
merupakan tumbuhan yang mandiri yang hidup bebas. Sporofit tumbuhnya
selalu dalam ikatan dengan gametofit yang berupa tumbuhan mandiri,
menyediakan nutrisi bagi sporofit. Pada lumut, gametofitlah yang dominan
(Birsyam,1992).
Tumbuhan  lumut  memiliki  bentuk-bentuk unik  yang  bisa 
menjadi pembeda  satu  dengan  lainnya.  Beberapa  struktur  yang  ada 
pada lumut  tidak dimiliki oleh tumbuhan lain, begitu pula sebaliknya.
Lumut termasuk kelompok tumbuhan dengan ketidakadaan jaringan
vaskular. Meskipun beberapa jenis memiliki batang, tetapi tumbuhan ini
tidak memiliki susunan jaringan pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat
tinggi. Beberapa lumut ada yang memiliki  daun dan sebagian tidak, tetapi
hanya berupa hamparan tubuh yang  disebut  talus. Struktur talus yang
seperti ini tidak dijumpai pada tumbuhan tingkat tinggi (Campbell, 2004).
Akar  pada  lumut  sebenarnya  tidak  ada,  tumbuhan  ini  melekat 
dengan perantaraan rhizoid  (akar  semu), oleh karena itu tumbuhan lumut
merupakan bentuk peralihan  antara  tumbuhan  ber-talus (talofita) dengan
tumbuhan berkormus (kormofita). Daun, batang atau talusnya memiliki
pori yang bisa mengalirkan  air,  gas  dan  nutrisi  ke  sel-
seluntuklangsungdipergunakan. Pada beberapa jenis terdapat modifikasi
struktur daun yang berfungsi untuk memperluas area penyerapan air atau
nutrisi. Lumut merupakan rumah  bagi invertebrata yang memiliki peran
yang penting dalam menjaga porositas tanah dan mengatur kelembaban
ekosistem, karena kemampuannya  dalam  menahan  dan menyerap air.
Para  ahli  sudah  mulai  banyak  meneliti  komposisi  zat  yang dikandung
lumut, beberapa di antaranya mengandung senyawa antibiotik, dan zat lain
yang memiliki khasiat obat (Birsyam, 1992).
Seperti  kelompok  tumbuhan  lainnya,  lumut  memiliki  klorofil
sehingga umumnya memiliki warna hijau dan sifatnya autotrof. Tulang
daun biasanya ada pada kelompoklumut sejati (musci), satu sampai dua
tulang daun.  Struktur stomata seperti pada tumbuhan tingkat tinggi
umumnya tidak  ada,  tetapi  lumut memiliki pori yang fungsinya hampir
sama seperti  stomata.  Perbedaannya  pori selalu beradadalam keadaan
terbuka dan  tidak  bisa  menutup  atau  membuka seperti pada stomata
(Aslan, 1998).

D. Alat dan Bahan :


1. Alat
a. Cutter 1 buah
b. Kaca pembesar/lup 1 buah
c. Alat tulis dan pensil warna 1 paket
2. Bahan
Lumut daun secukupnya

E. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Ambil secukupnya lumut daun yang akan di amati
3. Amati lumut daun dengan menggunakan kaca pembesar
4. Sembari mengamati, gambar tumbuhan lumut daun tersebut serta
warnai sesuai dengan warna aslinya
F. Hasil :
*Lihat pada lampiran

G. Pembahasan
1. Klasifikasi ilmiah
Lumut daun (Bryumsp) termasuk dalam musci dan memiliki
sistematika sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Bryophyta
Class : Bryopsida
Ordo :  Bryales
Family: Bryaceae
Genus : Bryum
Spesies: Bryum sp
2. Ciri-ciri khusus
Lumut daun ini memiliki ciri-ciri antara lain:
a. Memiliki klorofil
b. Belum memiliki akar, daun, dan batang sejati
c. Berspora
d. Sudah membentuk embrio
e. Memiliki gametofit yang dominan dan memiliki alat pembiakan
yang multisel
3. Habitat dan penyebaran
Lumut daun hampir tesebar di seluruh wilayah di dunia. Ia
dapat tumbuh di tanah-tanah gundul yang secara periodik mengalami
kekeringan, di atas pasir bergerak, di antara rumput-rumput, di atas
batu cadas, batang pohon, di rawa-rawa, dan sedikit yang terdapat di
dalam air
4. Manfaat
Sebagai tumbuhan perintis, lumut daun memiliki manfaat
dalam menciptakan habitat primer dan sekunder setelah adanya
kerusakan lingkungan. Lalu dapat menyerap air berlebih serta sebagai
pupuk penyubur tanah.

H. Keimpulan
Lumut daun (Bryumsp) masuk dalam divisi Bryophyta. Ia sudah
memiliki klorofil sehingga mampu membuat makanannya sendiri. Lumut
daun tersebar luas di seluruh dunia dan dapat tumbuh di tanah-tanah
gundul yang secara periodik mengalami kekeringan, di atas pasir bergerak,
di antara rumput-rumput, di atas batu cadas, batang pohon, di rawa-rawa,
dan sedikit yang terdapat di dalam air. Lumut merupakan tumbuhan
perintis, mampu menyerap air berlebih serta sebagai pupuk penyubur
tanah.

I. Daftar Pustaka
Aslan, L. M. 1991. BudidayaJamur. Yogyakarta: Kanisius
Birsyam, Inge L.1992. BotaniTumbuhanRendah. Bandung: ITB
Campbell. 2004. BiologiJilid2 . Jakarta: Erlangga
Gunawan, AW. 1999. UsahaPembibitanFungi. Jakarta: Penebar Swadaya
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Lumut_daun diakses pada tanggal 21
September 2017 pukul 09.10
LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Judul : Lumut Kerak (Parmeliasp)

B. Tujuan : Mahasiswa mengetahui klasifikasi ilmiah, ciri khusus,


habitatdan penyebaran, serta manfaat lumut kerak

C. Landasan Teori
Lichenes dikenal dengan nama lumut kerak, karena bentuknya
menyerupai kerak yang menempel di pohon-pohon, tebing, atau batuan.
Lumut kerak sesungguhnya bukan golongan lumut tetapi merupakan
simbiosis dua macam tumbuhan, yaitu:
1. Golongan algae, dari Cyanophyceae atau Chlorophyceae
2. Golongan jamur, dari Ascomycetes atau Basidiomycetes

Apabila kita sayat tipis-tipis tubuh Lichenes, kemudian diamati


dibawah mikroskop, maka akan terlihat adanya jalinan hifa/miselium
jamur yang teratur dan di bagian lapisan permukaannya terdapat
sekelompok algae bersel satu atau benang yang dijalin oleh hifa itu. Jamur
oada Lichenes berfungsi mengokohkan tubuhnya dan mengisap air atau
pun zat-zat makanan, sedangkan algaenya berfungsi melakukan
fotosintesis. Karena itu, simbiosis antara kedua jenis tumbuhan tersebut
bersifat simbiosis mutualisme (Yudianto, 1992).

Jadi, organisme ini sebenarnya kumpulan antara Fungi dan Algae,


tetapi sedemikian rupa, hingga dari segi morfologi dan fisiologi
merupakan satu kesatuan. Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-
pohonan, tetapi dapat juga di atas tanah, terutama di daerah tundra di
sekitar kutub utara. Di daerah ini areal dengan luas ribuan km 2 tertutup
oleh Lichenes. Baik di atas cadas maupun pada batu, tidak terikat pada
ketinggian tempat di atas permukaan laut, Lichenes dapat kita temukan
dari tepi pantai sampai atas gunung-gunung yang tinggi. Tumbuhan ini
tergolong dalam tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam
pembentukan tanah. Beberapa jenis dapat masuk pada bagian pinggir batu-
batu, oleh karenanya disebut bersifat endolitik.

Lichenes tidak memerlukan syarat-syarat hidup yang tinggi, dan


tahan kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Karena panas yang
terik Lichenes hidup pada batu-batu dapat menjadi kering, tetapi tidak
mati, dan jika kemudian turun hujan, Lichenes dapat hidup kembali.
Pertumbuhan talusnya sangat lambat. Dalam satu tahun jarang kebih dari 1
cm. Tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan pertumbuhan
vegetatif bertahun-tahun (Tjitrosoepomo, 1981).

Lichenes menghasilkan lebih dari 500 senyawa biokimia yang unik


untuk dapat beradaptasi pada habitat yang ekstrem. Senyawa tersebut
berguna untuk- mengontrol sinar terik matahari, mengusir/menolak
(repellen) herbivora, membunuh mikroba dan mengurangi kompetisi
dengan tumbuhan. Diantaranya berbagai jenis pigmen dan antibiotik yang
juga membuat Lichenes ini sangat berguna bagi manusia pada masyarakat
tradisional. Tumbuhan ini memiliki warna yang bervariasi seperti putih,
hijau keabu-abuan, kuning, oranye, coklat, merah dan hitam (Birsyam,
1992).

Klasifikasi Lichenes didasarkan kepada hal-hal berikut (Yudianto, 1992) :

1. Jenis jamur yang bersimbiosis (Ascomycetes, Basidiomycetes)


2. Tipe pembentuak tubuh buahnya (ascorpium, basidiocarpium)
Tipe ascocarpium (askorkap) ada tiga macam, yaitu :
a. Apothecium : bentuk cawan terbuka; padanya terdapat askus-askus
jamur yang menghasilkan askospora
b. Perithecium : bentuk periuk atau botol berlubang
c. Cleistotehcium/kleistitesium : bentuk bola yang didalamnya
terdapat askus-askus. Bila sudah tua akan memecah (desintegrasi)
untuk mengeluarkan spora/askospora-askosporanya.
3. Pertumbuhan lumut kerak memperlihatkan beberapa macam bentuk
morfologi yang berbeda, yang dikenal sebagai (Bold, 1987) :
a. Crustose
Lichenes yang memiliki talus yang berukuran kecil, datar,
tipis dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon atau di
tanah. Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak
substratnya.Contoh :  Graphisscipta, Haematommapuniceum,
Acarospora atau Pleopsidium
Lichen Crustose yang tumbuh terbenam di dalam batu
hanya bagian tubuh buahnya yang berada di permukaan disebut
endolitik, dan yang tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan
disebut endoploidik atau endoploidal. Lichen yang longgar dan
bertepung yang tidak memiliki struktur berlapis, disebut leprose.
b. Foliose
Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun
oleh lobus-lobus. Lichen ini relatif lebih longgar melekat pada
substratnya. Talusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun
yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah
berbeda. Lichenes ini melekat pada batu, ranting dengan rhizines.
Rhizines ini juga berfungsisebagai alat untuk mengabsorbsi
makanan. Contoh : Xantoria, Physcia, Peltigera, Parmelia  dll.
c. Fruticose
Talusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang
dengan bentuk seperti pita. Thallus tumbuh tegak atau
menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Tidak
terdapat perbedaan antara permukaan atas dan bawah.
Contoh : Usnea, Ramalina dan Cladonia.
d. Squamulose
Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini
disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling
bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut
podetia.

Berdasarkan kriteria tersebut, jika Lichenes dianggap tingkat divisi, maka


dapat dibagi atas dua kelas, yaitu (Yudianto, 1992) :

1. Basidiolichenes (Hymenolichenes)
Contoh: Corapavonia dan Roccellatinctoria
2. Ascolichenes : meliputi lima bangsa/ordo, yaitu :
a. Caliciales : memiliki askorkap dengan askus-askus yang
disintegrasi sehingga membentuk massa yang hilang/hancur.
Contoh : Calicium
b. Graphidales : memiliki talus yang crustoce dengan apothecia yang
memanjang membentuk suatu deretan. Contoh : Graphis
c. Cyanophilales : (Gk. Kyanos = biru, philein = menyukai). Bangsa
ascolichenes yang alganya Cyanophyceae. Contoh : Peltigera
d. Lecanorales : simbiontnya dengan Chlorophyceae dan tipe tubuh
buahnya apothecium di tepi talusnya. Contoh : Parmelia
e. Caloplacales : bangsa Lichenes yang memiliki spora-spora
berdinding tipis, biasanya ada 2 sel saja

Perkembangbiakan Lichenes melalui tiga cara, yaitu (Yurnaliza, 2002) :

1. Secara Vegetatif
Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memisahkan
bagian tubuh yang telah tua dari induknya dan kemudian berkembang
menjadi individu baru. Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut
dinamakan fragmen. Pada beberapa fruticose Lichenes, bagian tubuh
yang lepas tadi dibawa oleh angin ke batang kayu dan berkembang
tumbuhan Lichenes yang baru. Reproduksi vegetatif dengan cara ini
merupakan cara yang paling produktif untuk peningkatan jumlah
individu.
2. Secara Aseksual
Spora yang aseksual disebut pycnidiospores. Pycnidiospores
itu ukurannya kecil, spora yang tidak motil, yang diproduksi dalam
jumlah yang besar disebut -pygnidia. Pygnidia ditemukan pada
permukaan atas dari talus yang mempunyai suatu celah kecil yang
terbuka yang disebut Ostiole. Dinding dari pycnidium terdiri dari hifa
yang subur dimana jamur pygnidiospore berada pada ujungnya. Tiap
pycnidiospore menghasilkan satu hifa jamur. Jika bertemu dengan
alga yang sesuai terjadi perkembangan menjadi Lichenes yang baru.
3. Secara Seksual
Perkembangan seksual pada Lichenes hanya terbatas pada
pembiakan jamurnya saja. Jadi yang mengalami perkembangan secara
seksual adalah kelompok jamur yang membangun tubuh Lichenes.

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Cutter 1 buah
b. Kaca pembesar/lup 1 buah
c. Alat tulis dan pensil warna 1 paket
2. Bahan
Lumut kerak secukupnya

E. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Ambil secukupnya lumut kerak yang akan di amati.
3. Amati lumut kerak dengan menggunakan kaca pembesar.
4. Sembari mengamati, gambar tumbuhan lumut kerak tersebut serta
warnai sesuai dengan warna aslinya.

F. Hasil
*Lihat pada lampiran
G. Pembaasan
Pada praktikum kali ini, salah satu tumbuhan yang menjadi objek
praktikum adalah lumut kerak (Parmeliasp). Lumut kerak ini memiliki
sistematika sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Lichenes
Kelas : Ascolichenes
Ordo : Lecanoporales
Famili : Parmeliaceae
Genus : Parmelia
Spesies : Parmelia sp
Lumut kerak (Parmeliasp) ini memiliki ciri-ciri antara lain sebagai
berikut:
1. Talusnya berbentuk foliose
2. Berwarna abu-abu atau putih kehijauan
3. Memiliki rhizine di bagian bawahnya sebagai alat perekat pada pohon
atau batuan
4. Berkembang biak secara fragmentasi talus dan membentuk soredia
atau askorkap (apothecium)

Lumut kerak tumbuh pada semua jenis permukaan terbuka, mulai


dari batuan hingga batang pohon. Lumut kerak tumbuh secara perlahan di
beberapa lingkungan di dunia yang paling keras. Beberapa jenis hidup di
antartika tengah, hanya 4˚ di sebelah utara kutub selatan, dan yang lainnya
tumbuh di lereng gunung jauh di atas garis pohon.

Lumut kerak memiliki beberapa manfaat antara lain membantu


melapukkan batu-batuan, sebagai vegetasi perintis atau tumbuhan pioneer,
membantu proses pembuatan tanah, dan sebagai bioindikator pencemaran
udara (Tjitrosoepomo, 1981).
H. Kesimpulan
Lumut kerak (Parmeliasp) masuk anak divisi Lichenes. Talusnya
berbentuk foliose, berwarna abu-abu atau putih kehijauan, memiliki
rhizine di bagian bawahnya sebagai alat perekat pada pohon atau batuan,
dan berkembang biak secara fragmentasi talus dan membentuk soredia
atau askorkap (apothecium). Lumut kerak tumbuh pada permukaan
bebatuan dan batang pohon. Lumut kerak tumbuh di beberapa lingkungan
di dunia yang paling keras. Lumut kerak memiliki manfaat untuk
membantu melapukkan batu-batuan, sebagai vegetasi perintis atau
tumbuhan pioneer, membantu proses pembuatan tanah, dan sebagai
bioindikator pencemaran udara.

I. Daftar Pustaka
Birsyam, Inge L. 1992. Botani Tumbuhan Rendah. Bandung: ITB.
Bold dan Wyne. 1987. Introduction To The Algae, Structure and
Reproduction. New Delhi : Prentice Hall Of India.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1981. Taksonomi Tumbuhan (Taksonomi
Khusus). Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Yudianto, Suroso Adi. 1992. Pengantar Cryptogamae (Sistematik
Tumbuhan Rendah). Bandung: PT. TARSITO.
Yurnaliza. 2002. Karakteristik Klasifikasi dan Kegunaan Lichenes.
Medan: USU.
LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

J. Judul : Jamur Tempe ( Rhizopus oryzae)

K. Tujuan : 1. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi ilmiah jamur


tempe
2. Mahasiswa dapat mengetahui ciri khusus jamur tempe
3. Mahasiswa dapat mengetahui habitat & penyebaran
jamur tempe
4. Mahasiswa dapat mengetahu manfaat jamur tempe

L. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Mikroskop 1 buah
b. Kaca objek (object glass) 1 buah
c. Kaca penutup (cover glass) 1 buah
d. Lampu 1 buah
e. Gelas kimia 1 buah
f. Pipet 1 buah
g. Cutter 1 buah
h. Alat tulis dan pensil warna 1 paket
2. Bahan
a. Jamur tempe secukupnya
b. Air secukupnya

M. Landasan Teori
Menurut (Tjitrosoepomo,2009) bangsa Zygomycetales terdiri atas
cendawan yang hidup sebagai saprofit, dengan miselium yang bercabang
banyak, sebagian tidak bersekat, tetapi untuk golongan tertentu telah
memperlihatkan sekat-sekat. Dinding selna terdiri atas kitin. Pembiakan
aseksual telah disesuaikan dengan kehidupan di darat. Zoospora tidak ada,
sporanya merupakan sel-sel yang berdinding, dan spora inilah yang
tersebar ke mana-mana. Pembiakan generatif tidak dengan perantara gamet
akan tetapi dilakukan dengan gametangium yang sama bentuknya dan
mengandung banyak inti. Gametangium itulah yang mengadakan kopulasi.
Jadi pada Zygomysetales terdapat gametangiogami Bangsa ini mencakup
beberapa suku, antara lain Suku Mucoraceae. Kebanyakan hidup sebagi
saprofit pada sisa tumbuhan dan hewan, jarang sekali hidup sebagai
parasit. Yang paling umum dari suku ini adalah :
a. Mucor mucedo.
b. Mucor javanicus.
c. Chlamydomucor oryzae, Rhizopus oryzae, R. Nigricans, dan
beberapa species Rhizopus lainnya, terdapat pada ragi tempe. Jamur-
jamur tersebut mempunyai daya untuk memecah putih telur dan
lemak. Mereka mengambil peranan yang penting dalam pembuatan
tempe dan oncom putih.
Menurut (Soetrisno,1996) sifat-sifat jamur Rhizopus oryzae yaitu
koloni berwarnaputih berangsur-angsur menjadi abu-abu; stolon halus atau
sedikit kasar dan tidak berwarnahingga kuning kecoklatan; sporangiofora
tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara, baiktunggal atau dalam
kelompok (hingga 5 sporangiofora); rhizoid tumbuh berlawanan dan
terletak pada posisi yang sama dengan sporangiofora; sporangia globus
atau sub globusdengan dinding berspinulosa (duri-duri pendek), yang
berwarna coklat gelap sampai hitambila telah masak; kolumela oval
hingga bulat, dengan dinding halus atau sedikit kasar; sporabulat, oval atau
berbentuk elips atau silinder; suhu optimal untuk pertumbuhan
350C,minimal 5-70C dan maksimal 440C. Jamur Rhizopus oryzae
merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe
(Soetrisno, 1996).
Menurut (Yuianto, 1992) mengelompokan kelas jamur dengan
bagan klasifikikasi di bawah ini :
Gambar : Klasifikasi Jamur

N. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Ambil jamur pada tempe dan letakan pada kaya objek.
3. Beri setetes air pada pada jamur yang diletakan di kaca objek.
4. Tutup dengan kaca penutup dengan hati-hati.
5. Letakan pada meja mikroskop.
6. Atur perbesaran pada lensa objektif hingga objek yang diamati
terlihat jelas.
7. Jepit kaca objek dengan penjepit agar objek tidak bergerak.
8. Amati sembari menggambar struktur objek yang diamati lalu warnai
gambar dengan warna sesuai gambar asli.
O. Hasil
1. Klasifikasi Rhizopus oryzae:
Kingdom: Fungi
Divisi: Zygomycota
Kelas: Zygomycetes
Ordo: Mucorales
Famili: Mucoraceae
Genus: Rhizopus
Spesies: Rhizopus oryzae
2. Ciri-ciri Rhizopus oryzae
a) Memiliki stolon
b) Hifa tidak bersekat
c) Koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu
d) Stolon halus atau sedikit kasar
3. Habitat dan penyebaran
Habitat Rhizopus oryzae yaitu di darat, di tanah yang lembab atau sisa
organisme mati, wilayah tropis
4. Manfaat jamur tempe
a) Digunakan untuk pembuatan tempe
b) Digunakan sebagai starter dalam pembuatan berbagai jenis keju

Gambar : Penampakan jamur


tempe pada mikroskop perbesaran
0,65 x 15,5 mm
P. Pembahasan
Jamur tempe (Rhizopus oryzae) bergenus Rhizopus dan termasuk
kedalam salah satu suku Mucoraceae berbangsa Zygomycetales karena
memiliki hifa yang tak bersekat dan membentuk spongarium.
Zygomycetales termaksuk dalam divisi Zygomycota serta berkingdom
Fungi.
Dari pengamatan jamur tempe yang dilakukan didapat sifat-sifat
jamur Rhizopus oryzae yaitu koloni berwarna putih berangsur-angsur
menjadi abu-abu, stolon halus atau sedikit kasar, dan memiliki hifa yang
tak bersekat karena termasuk dalam bangsa Zygomycetales. Jamur tempe
ini terdiri dari beberapa bagian utama yaitu misellium atau yang sering
disebut stolon jamur.
Rhizopus oryzae berhabitat pada sisa tumbuhan atau hewan.
Rhizopus oryzae berperan penting pada poses pembuatan tempe.

Q. Kesimpulan
Rhizopus oryzae berperan penting pada poses pembuatan tempe.
Jamur tempe memiliki ciri utama yaitu hifa nya tidak bersekat yang juga
merupakan ciri utama dari bangsa Zygomycetales. Jamur tempe terdiri
dari misellium, sporangiophore, sporangium, dan spora yang menjadi alat
perkembangbiakannya.

R. Daftar Pustaka
Soetrisno, Noor. 1996. Bunga Rampai Tempe Indonesia {Anthology Of
Indonesian Temepe}. Cipinang Indah: Jakarta.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. TAKSONOMI TUMBUHAN. UGM
Press, Yogyakarta.
Yuianto, Suroso A. 1992. PENGANTAR CRYPTOGAME. Tarsito:
Bandung.
LAMPIRAN

Gambar : Bahan-bahan praktikum

Gambar : Pengamatan dengan mikroskop

Gambar : Pengamatan dengan lup

Anda mungkin juga menyukai