Terapi Perilaku KLP 5
Terapi Perilaku KLP 5
TERAPI PERILAKU
Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. Darma Rizqoni (G2A219067)
2. Agung Kurniawan (G2A219068)
3. Endah Pramesti U. (G2A219069)
4. Rizki Nurcahyati (G2A219070)
5. Rasti Sastri (G2A219071)
6. Rizka Rossalia P. (G2A219072)
7. Moch. Nursofyan (G2A219073)
8. Irma Siti M (G2A219074)
9. Irvan Dwi S. (G2A219075)
10. Dian Wahyuningsih (G2A219076)
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa kaena atas
segala rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
“Terapi Perilaku”
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, untuk itu kami sangat berharap kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak.
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Terapi Perilaku
Terapi perilaku (Behaviour therapy, behavior modification) adalah
pendekatan untuk psikoterapi yang didasari oleh Teori Belajar (learning
theory) yang bertujuan untuk menyembuhkan psikopatologi seperti;
depression, anxiety disorders, phobias, dengan memakai tehnik yang
didesain menguatkan kembali perilaku yang diinginkan dan
menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Pada tahun 1920, Watson
dkk melakukan percobaan pengkondisian (conditioning) dan pelepasan
kondisi (deconditioning) pada rasa takut yang merupakan cikal bakal
terapi perilaku formal. Pada tahun 1927, Ivan Pavlov terkenal dengan
percobaannya pada anjing dengan memakai suara bell untuk
mengkondisikan anjing bahwa bel sama dengan makanan, yang kemudian
dikenal juga dengan istilah “stimulus” dan “respon”.
Terapis behavioral membatasi perilaku sebagai fungsi interaksi
antara pembawaan dengan lingkungan. Perilaku yang dapat diamati
merupakan suatu kepedulian utama dari para terapis sebagai kriteria
pengukuran keberhasilan terapi. Manusia menurut pandangan ini bukan
hasil dari dorongan tidak sadar seperti yang dikemukakan oleh Sigmund
Freud. Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil
belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi
kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses terapi merupakan suatu
penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu
mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya. Terdapat
beberapa teori dasar mengenai metode terapi perilaku, yaitu
1. Perilaku maladaptif dan kecemasan persisten telah dibiasakan
(conditioned) atau dipelajari (learned).
2. Terapi untuk perilaku maladaptif adalah dengan penghilangan
kebiasaan (deconditioning) atau ditinggalkan (unlearning).
3. Untuk menguatkan perilaku adalah dengan pembiasaan perilaku
(operant and clasical conditioning).
BAB II
KONSEP TEORI
A. Kesimpulan
Terapi perilaku (Behaviour therapy, behavior modification) adalah
pendekatan untuk psikoterapi yang didasari oleh Teori Belajar (learning
theory) yang bertujuan untuk menyembuhkan psikopatologi seperti;
depression, anxiety disorders, phobias, dengan memakai tehnik yang
didesain menguatkan kembali perilaku yang diinginkan dan
menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Selama masa
perkembangannya sampai saat ini, terdapat tiga perubahan besar dalam
penerapan terapi perilaku, yaitu :
1. Terapi perilaku yang fokus pada memodifikasi perilaku-perilaku
tampak (over behavior), yakni yang didasarkan pada prinsip dan
prosedur clasical dan operant conditioning.
2. Gerakan ke dua ialah Social-Cognitive theory yang diprakarsai oleh
Bandura (1986).
3. Gerakan ketiga dalam perkembangan terapi perilaku didasari oleh
argumentasi Hayes (2004).
Jenis terapi perilaku yang banyak digunakan, yaitu relaksasi dan
desensitisasi sistematis, flooding, Implosive Therapy, Participant
Modeling (Percontohan), Teknik Aversi, Self Control, Eye Movement
Desensitisasi and Reprocessing (EMDR), Terapi Kognitif-Behavioral
(TKB)
DAFTAR PUSTAKA
https://alindiputri14.blogspot.com/2016/04/terapi-perilaku-behavior-therapy.html
Lampiran
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 2 bahwa hasil uji statistik
dengan nilai p <0,05. Rata-rata kemampuan kognitif, afektif dan perilaku
responden setelah dilakukan terapi perilaku kognitif lebih besar dibandingkan
sebelum dilakukan terapi perilaku kognitif.
Hasil uji statistik ada peningkatan kemampuan interaksi sosial dengan
kemampuan afektif responden setelah dilakukan terapi perilaku kognitif.
Meningkatnya respon afektif pada responden setelah dilakukan terapi perilaku
kognitif karena klien merasa tidak cemas selalu optimis dan dapat menghargai
individu, orang lain dan lingkungan sehingga responden dapat mengubah perasaan
yang negatif menjadi positif yang akhirnya akan memunculkan perilaku yang
positif juga setelah diajarkan mengubah perasaan negatif untuk menjadi positif
pada sesi 3 dalam penerapan terapi perilaku kognitif. Respon emosi merefleksikan
respon perilaku dan fisiologis sebagai hasil analisis kognitif dalam mengahadapi
suatu situasi yang penuh stres (Stuart & Laraia, 2005).