Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KAJIAN DAN MONITORING KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE


DI KOTA BLITAR TAHUN 2015-2017

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Hukum Kesehatan

Dosen Pengampu : Ridwan Salimin, S.KM.,M.M.

Disusun oleh :

Lieanty Adhania W (10319030)

Lovi Yolanda (10319031)

Lusi Ratna Sari (10319032)

Martha Yulia (10319033)

Mauydhotul Anwariyah (10319034)

Melinda Aulia K (10319035)

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat
dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul: “KAJIAN
DAN MONITORING KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BLITAR
TAHUN 2015-2017” untuk memenuhi tugas Etika Hukum Kesehatan di Institul Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri. Dalam menyusun makalah ini kami sangat menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan–kekurangan karena
keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh penyusun yang terkait dengan judul diatas.
Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan
untuk perbaikan makalah ini.

Dengan penuh kerendahan hati penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan makalah ini, serta dengan lapang dada menerima saran dan
masukan yang sifatnya konstruktif bagi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap mudah-
mudahan makalah ini bermanfaat pagi para pembaca terutama bagi yang mencintai dan yang
memiliki perhatian besar pada pendidikan, dan semoga amal ibadah kita mendapat pahala
yang setimpal dari Allah SWT. Aamiin.

Kediri, 08 November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 1
1.3 Tujuan................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 2

2.1 Kajian................................................................................................................... 2

2.2 Monitoring............................................................................................................ 3

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 5

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 6

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengue adalah infeksi virus yang ditularkan melalui nyamuk yang umum terjadi di
iklim tropis yang hangat. Infeksi disebabkan oleh salah satu dari empat virus dengue yang
berkerabat dekat (disebut serotipe) dan ini dapat menyebabkan spektrum gejala yang luas,
termasuk beberapa yang sangat ringan (tidak terlihat) hingga yang mungkin memerlukan
intervensi medis dan rawat inap. Dalam kasus yang parah, kematian bisa terjadi. Tidak ada
pengobatan untuk infeksi itu sendiri, tetapi gejala yang dialami pasien dapat dikelola.

Monitoring (bahasa Indonesia: pemantauan) adalah pemantauan yang dapat dijelaskan


sebagai kesadaran (awareness) tentang apa yang ingin diketahui, pemantauan berkadar
tingkat tinggi dilakukan agar dapat membuat pengukuran melalui waktu yang menunjukkan
pergerakan ke arah tujuan atau menjauh dari itu. Monitoring akan memberikan informasi
tentang status dan kecenderungan bahwa pengukuran dan evaluasi yansg diselesaikan
berulang dari waktu ke waktu, pemantauan umumnya dilakukan untuk tujuan tertentu, untuk
memeriksa terhadap proses berikut objek atau untuk mengevaluasi kondisi atau kemajuan
menuju tujuan hasil manajemen atas efek tindakan dari beberapa jenis antara lain tindakan
untuk mempertahankan manajemen yang sedang berjalan.

Assessment menurut Djadja Rahardja adalah proses pengumpulan informasi dengan


mempergunakan alat dan teknik yang sesuai, untuk membuat keputusan pendidikan
berkenaan dengan penempatan dan program pendidikan bagi siswa tertentu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa kajian mengenai kasus demam berdarah dengue di kota Blitar tahun 2015-2017?
2. Monitoring apa yang dilakukan dalam kasus demam berdarah dengue di kota Blitar
tahun 2015-2017?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kajian apa yang dilakukan pada kasus demam berdarah dengue di
kota Blitar tahun 2015-2017.
2. Untuk menetahui monitoring apa yang dilakukan pada kasus demam berdarah dengue
di kota Blitar tahun 2015-2017.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ASESSMEN

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi permasalahan kesehatan


yang ada di Indonesia dimana jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2015 sebanyak
129.650 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.071 orang. Kota Blitar merupakan daerah
dengan kasus demam berdarah tertinggi ke-13 di Provinsi Jawa Timur . Kelembaban yang
tinggi dengan suhu berkisar antara 28-320C membantu nyamuk Aedes bertahan hidup untuk
jangka waktu yang lama. Pola penyakit di Indonesia sangat berbeda antara satu wilayah
dengan wilayah lainnya. Tingginya angka kejadian DBD juga dapat dipengaruhi oleh
kepadatan penduduk. Peningkatan jumlah kasus DBD dapat terjadi bila kepadatan penduduk
meningkat.

Kota Blitar merupakan wilayah ke 13 di Jawa Timur dengan kasus DBD yang tinggi
pada tahun 2015-2017.

Awal terjadinya epidemik DBD di Indonesia, mayoritas terjadi pada kelompok umur
antara 5–9 tahun. Kelompok berisiko terjangkit DBD pada umur < 12 tahun berisiko 19,06
kali terkena DBD dibandingkan kelompok umur ≥ 12 tahun. Hal ini disebabkan karena daya
tahan tubuh kelompok umur < 12 tahun yang masih rendah daripada kelompok umur ≥ 12
tahun. (Faldy, Kaunang, & Pandelaki, 2015). Hasil penelitian lain yang dilakukan di
Denpasar tahun 2012 juga menunjukkan bahwa usia merupakan salah satu variabel dominan
yang berperan dalam meningkatkan risiko kejadian DBD (Subagia,Sawitri, & Wirawan,
2013).Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kejadian demam berdarah dengue adalah
faktor perilaku host. Faktor ini dipengaruhi oleh umur dan tingkat pendidikan host serta

2
faktor geografis dari wilayah tempat tinggal host. Faktor umur dan tingkat pendidikan host
akan memengaruhi cara pandang dan perilaku host terhadap kejadian DBD.

Faktor geografis berpengaruh pada perkembang biakan vektor. Kondisi daerah dengan
curah hujan ideal berisiko lebih besar untuk terjadinya wabah demam berdarah. Curah hujan
mengakibatkan air menggenang di suatu media yang menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk. Banyak faktor yang mempengaruhi kasus demam berdarah yang bila tanpa
penanganan yang tepat akan mengakibatkan kematian. Berbagai upaya pengendalian
prevalensi kasus DBD khususnya pada daerah dengan transmisi yang tinggi atau persisten,
sangat diperlukan. Daerah yang memiliki transmisi tinggi adalah kota/kabupaten dengan IR
yang cenderung tinggi sehingga membutuhkan pengendalian penyakit yang teliti dan cepat
(Qi et al., 2015).

Salah satu pengendalian DBD yang dilakukan di Indonesia dan dapat dilakukan oleh
semua umur dan dari seluruh jenjang pendidikan adalah kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN). Pemerintah di Indonesia mencanangkan pembudidayaan PSN secara
berkelanjutan oleh masyarakat dengan pesan inti 3M plus dan mewujudkan terlaksananya
gerakan 1 rumah 1juru Pemantau Jentik (Jumantik). Keberhasilan kegiatan PSN dapat diukur
dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ ≥ 95% diharapkan dapat mencegah atau
mengurangi kasus penularan DBD (Kemenkes RI, 2016a).

Kegiatan PSN telah dilaksanakan pada 21 desa/kelurahan. Jumlah petugas PSN yang
terlatih berjumlah 166 orang. Upaya PSN yang telah dilakukan oleh petugas adalah PJB
(Pemberantasan Jentik nyamuk Berkala). Angka Bebas Jentik (ABJ) di kota Blitar setiap
tahun masih sangat fluktuatif, tahun 2015 adalah 83%, tahun 2016 adalah 87% dan tahun
2017 adalah 79%

2.2 MONITORING

Monitoring merupakan proses pengumpulan dan penganalisisan informasi dari


program yang sedang dijalankan untuk meihat apakah program tersebut berjalan sesuai
rencana atau malah sebaliknya. Dalam kasus DBD yang ada di Kota Blitar, menjadi
permasalahan karena dilaporka pada tahun 2015 sebanyak 129.650kasus dengan kematian
sebanyak 1.071 orang. Ada banyak faktor yang mempengaruhi, seperti daerah dengan
transmisi yang tinggi membutuhkan pengendalian penyakit yang tepat dan cepat.

3
Kegiatan pegendalian DBD yang dilakukan di Indonesia dapat dilakukan di semua
umur dan seluruh jenjang pendidikan adalah kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk atau
PSN. Pemerintah merancang PSN secara berkelanjutan dengan pesan inti 3M plus dan paling
tidak ada satu juru pemantau jentik tau Jumantik di setiap rumah. Kegiatan ini dapat diukur
angka keberhailannya dengan Angka Bebas Jentik atau ABJ , yang mana apabila lebih dari
sama dengan 95% diharapkan dapat mencegah atau menanggulangi penyakit DBD.

Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tindakan pengendalian DBD


mampu mencegah atau memberantas sarang nyamuk. PSN atau Pemberantasan Sarang
Nyamuk merupakan salah satu pengendaian vektor agar tidak terjadi penularan. Yang mana
PSN ini dilaksanakan oleh seluruh masyarakat dengan membersihkan hal-hal atau tempat
disekitar lingkungan yang menjadi penyebab sarang nyamuk.

Dengan pernyataan tersebut dan analisis monitoring kelompok kami, bahwa


monitoring yang dilakukan berhasil dengan ditandai dengan penurunan Angka Bebas Jentik
dengan diikuti penurunan jumlah kasus demam berdarah pada tahun 2017. Tak hanya itu,
ternyata ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktor host, tentang pengetahuan,sikap, dan
tindakan yang akhirnya dapat meningkatkan kejadian demam berdarah

4
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Faktor yang menjadi penyebab DBD tinggi di kota Blitar adalah host, tentang
pengetahuan, sikap, dan tindakan dari masyarakat yang mengakibatkan angka kejadian DBD
tinggi. Namun angka kasus DBD di daerah Blitar dapat ditekan jumlah kasusnya dari tahun
2015-2017 dengan tindakan pengendalian DBD yang mampu mencegah atau memberantas
sarang nyamuk. PSN atau Pemberantasan Sarang Nyamuk merupakan salah satu pengendaian
vektor agar tidak terjadi penularan. Yang mana PSN ini dilaksanakan oleh seluruh
masyarakat dengan membersihkan hal-hal atau tempat disekitar lingkungan yang menjadi
penyebab sarang nyamuk.

5
DAFTAR PUSTAKA

1. http://journal.unair.ac.id/index.php/JBE/ https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj_r7W
k_PsAhVRcCsKHehjAaYQFjADegQIBxAC&url=https%3A%2F
%2Fejournal.unair.ac.id%2FJBE%2Farticle%2Fdownload
%2F9967%2F6196&usg=AOvVaw3xnqFf9dAt7u0ggFwx GAMBARAN KASUS
DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BLITAR TAHUN 2015-217
2. https://www.who.int/health-topics/dengue-and-severe-dengue#tab=tab_1 Dengue and
severe dengue
3. Faldy, R., Kaunang, W. P. J., & Pandelaki, A. J. (2015). Pemetaan kasus demam
berdarah dengue di Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Kedokteran Komunitas dan
Tropik, 3(2), 73–81
4. Subagia, K., Sawitri, A. A. S., & Wirawan, D. N. (2013). Lingkungan dalam rumah,
mobilitas dan riwayat kontak sebagai determinan kejadian demam berdarah dengue di
Denpasar tahun 2012. Public Health and Preventive Medicine Archive, 1(1), 1–7
5. Qi, X., Wang, Y., Li, Y., Meng, Y., Chen, Q., Ma, J., & Gao, G.(2015). The Effects of
socioeconomic and environmental factors on the incidence of dengue fever in the
Pearl River Delta,China,2013. Plos: Neglected Tropical Disease, 9(10), 1–13
6. Kemenkes RI. (2016a). Infodatin: situasi DBD di Indonesia. Kementerian Kesehatan
RI. Jurnal Berkala Epidemiologi, 5(3), 383–392.
https://doi.org/10.20473/jbe.v5i3.2017.

Anda mungkin juga menyukai