Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, ketika ilmu pengetahuan
berkembang dengan otomatis teknologi juga ikut mengalami perkembangan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan lagi dari
perkembangan zaman saat ini. Semua hal kini selalu berkenaan dengan teknologi. Berbagai produk
teknologi diluncurkan guna mempermudah kegiatan manusia, semua hal kini dilakukan dengan bantuan
teknologi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memang sudah tidak diragukan lagi manfaatnya , tetapi
disisi lain ada beberapa hal yang nampaknya kini sudah diabaikan Karena perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, hal-hal tersebut diantaranya akibat dari kemudahan yang ditimbulkan oleh
perkembangan teknologi kini manusia menjadi mahluk yang manja, hidup beketergantungan pada
teknologi, ini menyebabkan manusia tidak mau lagi bekerja keras dalam menyelesaikan masalah-
masalah dalam kehidupannya, sehingga ketika suatu keadaan mengharuskannya untuk tidak
menggunakan teknologi ia seperti orang yang kehilangan arah dan tidak tahu harus berbuat apa. Hal
inilah yang membuat manusia dapat terjebak pada pola hidup yang hedonis, hidup hanya untuk
mengejar kenikmatan indriawi semata.
Seyogianya Iptek itu sebagai alat manusia untuk mensukseskan tujuan hidupnya,tetapi Hidup yang
dimanjakan oleh hasil pengembangan Iptek dapat menimbulkan “budaya menerabas” budaya yang
menimbulkan sikap hidup yang ingin serba cepat dengan mengabaikan herbagai norma hidup. Untuk
mendapatkan kekayaan misalnya, orang yang memliki peluang akan menggaruk kekayaan dengan
mengabaikan norma hukum, etika, sopan santun maupun norma agama. Misalnya, dalam mentaati
suatu prosedur birokrasi, mereka akan menerabas saja dengan kekuasaan, pengaruh maupun dengan
uang. Budaya menerabas inilah akan menimbulkan kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN). Budaya
menerabas ini akan melemahkan hukum
maupun moral elit yang berlaku. Untuk suatu urusan di suatu instansi, mereka akan menggunakan
prosedur koneksi-koneksi atau juga sogok-sogokan. Kalau punya koneksi, apapun menjadi lancar, tidak
perlu melalui prosedur birokrasi yang ditetapkan berdasarkan hukum. Demikian pula tidak perlu melalui
etika moral. Yang penting untuk mendapatkan sesuatu, dapat diperoleh dengan cepat.
Budaya menerabas tanpa diredam dengan moral agama dan akan dapat menimbulkan sikap hidup yang
keras dan kasar. Hal itu nampak dalam berbagai kegiatan hidup misalnya berlalu lintas, ketidaksabaran
mengikuti prosedur birokrasi yang wajib melalui suatu prosedur/sistem. Masyarakat akan kehilangan
kesabaran menunggu suatu proses. Padahal, untuk mencapai apapun membutuhkan proses.
Ada orang yang tidak malu-malu menambahkan Prof. Dr. di depan namanya, padahal mereka tidak
pernah diangkat menjadi guru besar di suatu perguruan tinggi. Bukankah gelar Profesor itu adalah
jabatan akademis, bukan titel keahlian seperti gelar Doktor? Pun di birokrasi, banyak rumor tentang
orang-orang menduduki jabatan tertentu di kalangan sipil maupun militer dengan mengeluarkan
sejumlah dana. Tanpa itu, jabatan tidak mereka peroleh hanya berdasarkan kecerdasan dan prestasi
kerja.
Jadi, budaya menerabas ini sesungguhnya salah satu penyebab munculnya korupsi yang telah
merambah dalam berbagai aspek kehidupan. Masyarakat banyak melihat orang yang tidak memiliki
kualifikasi mendapatkan posisi yang enak melalui budaya menerabas. Berbagai norma ataupun kriteria
hanyalah bersifa formalitas belaka. Hal itu hanyalah basa-basi saja. Akibatnya manusia modern makin
banyak yang tidak memiliki kesabaran, mentalnya tidak tangguh menunggu suatu proses untuk
mencapai sesuatu. Hal ini menimbulkan makin semerawutnya herbagai aspek kehidupan. Segala
sesuatunya dilakukan dengan tergesa-gesa agar cepat tercapai apa yang dikehendaki. Karena, kalau ada
koneksi dan uang, prosedur yang bertele-tele
akan menjadi mudah. Kalau tidak ada uang dan koneksi, prosedur yang semestinya mudah menjadi sulit
dan bertele-tele.
Budaya menerabas tersebut akan membuat mereka yang susah akan semakin susah. Tak ada keindahan
dalam kehidupan bersama ini. Hanya dengan mengaplikasikan spiritual agama, dan ilmu secara terpadu,
budaya menerabas yang negatif itu dapat diatasi. Untuk itu, umat hendaknya memposisikan agama dan
ilmu dalam kehidupannya secara seimbang.
Pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan, yang harus dipelajari
untuk dapat mempermudah kehidupan manusia, sehingga ketika seseorang memanfaatkan teknologi
maka tetap harus memperhatikan aspek agama sehingga akan tercapai suatu keseimbangan antara hal
yang menyangkut keduniawian dan juga ketuhanan.
Iptek bertujuan untuk memberikan berbagai kemudahan hidup. Penerapan Iptek seperti itu banyak
menimbulkan kenikmatan hidup. Kenikmatan hidup yang dinikmati dengan batas-batas tertentu dengan
kesadaran rokhani tentunya memberi makna pada arti kehidupan.
Dalam Hindu ilmu pengetahuan adalah suatu hal yang sangat diagungkan sebagai suatu anugerah Ida
Sang Hyang Widhi Wasa yang didasari dharma, sehingga ketika sesorang memanfaatkan pengetahuan
itu diharapkan selalu mengingat Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai suatu bentuk pengamalan dari
berkarma berdasarkan dharma, dan Kemudahan serta kenikmatan yang dapat diberikan oleh hasil
pengembangan Iptek itu tentunya patut disyukuri sebagai sebagai anugerah Tuhan.
Dengan pengembangan Iptek yang tepat dan akurat, berbagai hal dapat dilakukan dengan cepat praktis
dan dapat memberi kemudahan dalam menjalankan kehidupan ini tetapi tetap berdasarkan dharma
sehingga keseimbangan antara hal-hal tersebut dapat tercapai sekaligus tujuan hidup manusia untuk
kebebasan didunia dan moksa dengan berdasarkan dharma.
Kesimpulan dari semua hal diatas adalah bahwa dalam Hindu iptek adalah suatu hal yang memang
merupakan suatu hal yang sangat penting, Karena
Hindu mengagungkan ilmu pengetahuan sebagai suatu anugerah Tuhan untuk dapat didaya gunakan
dengan baik oleh manusia sehingga dapat mempermudah manusia dalam kehidupannya, tetapi kembali
lagi kepada azas tunggal yang tidak dapat diabaikan, bahwa setiap hal harus dilakukan
berdasarkan dharma, sehingga keseimbangan hidup dapat dicapai yang menuju pada tercapainya tujuan
hidup dalam agama Hindu yaitu “Mokshartam Jagadhita Ya Ca Iti Dharma”.
Kehidupan masyarakat pada dasarnya dapat dilihat dari berbagai macam aspek,
misalnya tingkah laku kehidupan sehari-hari pada satu komunitas kelompok
kemasyarakatan. Tingkah laku kehidupan di masing-masing kelompok adalah berbeda-
beda yang disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat kelompok itu berada.
Kebiasaan atas tingkah laku yang ditunjukan oleh suatu komunitas masyarakat tersebut
dinamakan dengan tradisi. Tradisi ini timbul dari kebudayaan yang terdapat dalam
kelompok tertentu.
Kebudayaan memiliki banyak aspek. Budaya dapat diartikan sebagai segala hasil cipta,
rasa dan karsa manusia untuk membantu kehidupannya. Maka dengan hal ini
keberadaan seni yang ada daam masyarakat termasuk salah satu hasil dari
kebudayaan yang tercipta dari kreatifitas rasa karsa manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Dalam pelaksanaan keagamaan agama Hindu, umat senantiasa
mengimplementasikannya dalam bentuk seni, sehingga dalam pelaksanaan upacara
agama senantiasa dibarengi dengan seni. Dalam bahasa sansekerta “Seni” berasal dari
kata “San” yang berarti persembahan dalam upacara agama. Sehingga tidak salah
kalau pelaksanaan upacara Agama Hindu terdapat banyak sekali unsur-unsur seni
didalam pelaksanaannya, baik yang berupa sesajen, suara (dharma gita), gambelan,
dan gerak (Tari, sikap mudra Slinggih). Hal ini menjadikan Seni dan Agama adalah satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena pelaksanaan Ajaran Agama Hindu di
lakukan dengan seni.
1. PENGERTIAN SENI
Secara sederhananya seni dapat diartikan sebagai hasil ciptaan atau buah dari pikiran
manusia yang diungkapan dalam wujud dan suara yang dapat didengarkan yang
ditunjukan dengan kemahiran teknis sehingga dapat memberikan kebahagiaan hati dan
hidup.
Pada awalnya seni sepenuhnya diabdikan untuk pelaksanaan upacara agama. Tapi lama
kelamaan, seni juga diciptakan sebagai alat untuk memuaskan hati dan pikiran
manusia, sehingga seni juga dijadikan sebagai hiburan.
2. PEMBAGIAN SENI
Di atas telah disebutkan bahwa seni selain dijadikan untuk persembahan keagamaan
juga dijadikan sebagai hiburan. Maka seni ada yang sifatnya Sakral dan Profan. Seni
memiliki beberapa aspek seperti dalam bentuk gerak, suara, dan bentuk. Terkait
dengan aspek dari seni tersebut maka seni dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu Seni
Tari, Seni Suara, Seni Gambelan, dan Seni Bangunan.
a). Seni Tari
tari merupakan pencetusan atau ungkapan jiwa manusia melalui gerak ritmis yang
dapat menimbulkan daya pesona. Gerak ritmis merupakan gerak yang dilakukan secara
spontanitas, penuh dengan penjiwaan, dan berirama sehingga dapat menggugah si
penari ataupun bagi penonton. Ungkapan jiwa merupakan cetusan atas rasa dan
emosional yang juga disertai dengan kehendak. Daya pesona merupakan rasa yang
terlintas, seperti adanya rasa indah, lembut, keras, menggelikan, marah dan
sebagainya. Seni tari biasanya digunakan dalam rangkaian upacara agama dan ada
juga yang semata-mata untuk hiburan. Di bali pada khususnya membedakan adanya
tari sacral dan tari profane, yaitu :
Tari Wali/bali
Tari wali merupakan tari yang dipentaskan sebagai rangkaian dalam pelaksanaan
upacara dan bersifat sacral. Dikatakan sacral dapat dilahat dari penarinya, dimana yang
menjadi penari adalah anak-anak yang belum menstruasi dan orang tua yang sudah
menefous / orang tua yang sudah habis masa menstruasinya. Contoh tari wali adalah :
Tari Rejang, Tari Pendet, Tari Baris Upacara, Tari Sang Hyang. Contoh seni tari wali yang
ada diluar bali adalah : Tari Bedaya Semang (Yogyakarta), Tari Sanyang/seblang (Jawa
Timur), Tari Tor-tor (Sumatra), Tari Gantar (Kalimantan)
Tari Bebali
Tari Bebali bersifat semi sacral karena selain dipentaskan waktu pelaksanaan upacara
keagamaan juga dapat bersifat sebagai hiburan. Tari Bebali biasanya memakai lakon
dan disajikan sesuai ketentuan, menyesuaikan dengan perlengkapan menurut masing-
masing upacara. Contoh : Seni pewayangan, Topeng, Gambuh, dll.
Tari Balih-Balihan
Tari yang tergolong Balih-balihan adalah semata-mata bertujuan untuk hiburan, akan
tetapi tetap berdasarkan norma-norma seni budaya yang luhur. Contoh: tari legong, tari
oleg, tari cak, janger, drama tari, dan lainnya.
b) Seni Suara
Adalah suatu karya seni keagamaan yang menggunakan media suara atau vocal dalam
agama Hindu yang disebut dengan Dharma Gita. Dalam dharma gita biasanya terdapat
syair-syair yang sudah diringkas sedemikian rupa dan mengandung ajaran-ajaran
tentang kebenaran ataupun keagamaan. Lagu-lagu dharma gita bila dinyanyikan ak
Oleh sebab itu kerukunan antar umat beragama tidak mungkin bisa
lahir dari sikap fanatisme buta serta sikap tidak peduli atas hak-hak
keberagaman dan perasaan orang lain. Namun dalam hal ini tidak
juga bisa diartikan bahwa kerukunan hidup diantara umat memberi
ruang sebagai campurtangan unsur-unsur tertentu dari agama
berbeda, karena hal tersebut akan merusak nilai agama itu sendiri.
Sedangkan Islaiyah berasal dari kata Islam yang dalam hal ini menjadi
atau memberi sifat Ukhuwah, sehingga jika dipadukan antara kata
Ukhuwah dan Islamiyah akan berarti persaudaraan islam atau
pergaulan menurut islam.
Dapat dikatakan bahwa pengertian Ukhuah Islamiyah adalah
gambaran tentang hubungan antara orang-orang islam sebagai satu
persaudaraan, dimana antara yang satu dengan yang lain seakan akan
berada dalam satu ikatan.
Ensiklopedi Amerika
Kerukunan mempunyai makna yang terbatas. Ia berkonotasi untuk
menahan diri dari penganiayaan dan pelanggaran, walaupun beguty,
ia memperlihatkan sikap tidak setuju yang tersembunyi serta biasanya
mengarah kepada sebuah kondisi dimana kebiasaan yang di
perbolehkan bersifat terbatas dan juga bersyarat.
Bisa kita bayangkan jika pertikaian dan perbedaan paham yang terjadi
pada pemeluk agama yang beaneka ragam ini, maka ketertiban serta
keamanan nasional bisa terganggu. Namun sebaliknya jika pertikaian
antar pemeluk agama sudah tidak terjadi, maka hal yang seperti itu
ada bisa mewujudkan stabilitas nasional yang semakin mantap.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : “Sosial
Asosiatif” Pengertian & ( Macam – Contoh – Bentuk )
suku Quraisy dan suku-suku Arab Islam yang datang dari wilayah-
wilayah lain, suku-suku Arab Islam penduduk asli Madinah, suku-
suku Yahudi penduduk Madinah, Baynuqa’, Bani Nadlir dan suku
Arab yang belum menerima Islam. Sebagai landasan dari negara baru
itu Rasulullah saw memproklamasikan peratururan yang kemudian
lebih dikenal dengan nama Shahifatul Madinah atau Piagam
Madinah. Menurut para ilmuwan muslim dan non muslim
dinyatakan bahwa Piagam Madinah itu merupakan konstitusi pertama
negara Islam.
Piagam Madinah yang terdiri dari 47 pasal itu nabi Muhammad saw
telah meletakkan pondasi sebagai landasan kehidupan umat
beragama dalam negara yang plural dan majemuk, baik suku maupun
agama dengan memasukkan secara khusus dalam Piagam Madinah
sebuah pasal spesifik tentang toleransi.
Tri Hita Karana ini terdiri dari kata Tri yang artinya tiga, Hita artinya
kesejahteraan dan Karana artinya yang menyebabkan, jadi Tri Hita
Karana adalah tiga penyebab kesejahteraan, dimana bagian dari Tri
Hita Karana adalah Parhyangan, Pawongan dan Palemahan. Dimana 3
kata itu memiliki arti dan makna yang berbeda pula. Parhyangan
adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan. Tuhan memberikan
alam semesta beserta isinya kepada kita, oleh sebab itu kita sebagai
manusia patut mensyukurinya dengan cara melakukan sembahyang,
bersembah kepada Beliau. Dengan cara itu kita dapat merasakan
sebuah ketenangan, kedamaian lahir bathin, sehingga kelak akan
terciptanya suatu kesejahteraan. Pawongan adalah hubungan manusia
dengan manusia, dimana kita mengetahui sebagai manusia tidak bisa
hidup sendiri saling membutuhkan satu sama lainnya. Oleh karena
itu, sebagai manusia harus saling menghormati, mengargai dan
menjunjung tinggi kerukunan antar manusia. Dengan itu secara tidak
sengaja dapat menciptakan suatu hubungan yang harmonis, dimana
kelak nantinya akan menciptakan suatu kesejahteraan. Palemahan
adalah hubungan antara manusia dengan lingkungan. Manusia yang
memiliki akal pikiran seharusnya memperhatikan lingkungan dimana
mereka berada, karena jika lingkungan tersebut rusak, suatu
kenyamanan untuk tinggal dan menetap di ruang lingkup tersebut
akan terganggu, otomatis jika kita melestarikan dan menjaganya suatu
kenyaman akan terwujud dan kelak akan menimbulkan kesejahteraan.
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang
dibawa sejak lahir sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak-
hak asasi manusia diperjuangkan dalam kurun waktu panjang, dan
telah masuk dalam pasal-pasal Undang-undang Dasar Republik
Indonesia.
https://rah-toem.blogspot.com/2011/10/budaya-hindu-seni-
keagamhttps://feelinbali.blogspot.com/2012/09/v-behaviorurldefaultvmlo.htmlaan-hindu.html
https://www.gurupendidikan.co.id/kerukunan-umat-beragama/