Anda di halaman 1dari 24

IPTEK DALAM PANDANGAN HINDU

Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, ketika ilmu pengetahuan
berkembang dengan otomatis teknologi juga ikut mengalami perkembangan.

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan lagi dari
perkembangan zaman saat ini. Semua hal kini selalu berkenaan dengan teknologi. Berbagai produk
teknologi diluncurkan guna mempermudah kegiatan manusia, semua hal kini dilakukan dengan bantuan
teknologi.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memang sudah tidak diragukan lagi manfaatnya , tetapi
disisi lain ada beberapa hal yang nampaknya kini sudah diabaikan Karena perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, hal-hal tersebut diantaranya akibat dari kemudahan yang ditimbulkan oleh
perkembangan teknologi kini manusia menjadi mahluk yang manja, hidup beketergantungan pada
teknologi, ini menyebabkan manusia tidak mau lagi bekerja keras dalam menyelesaikan masalah-
masalah dalam kehidupannya, sehingga ketika suatu keadaan mengharuskannya untuk tidak
menggunakan teknologi ia seperti orang yang kehilangan arah dan tidak tahu harus berbuat apa. Hal
inilah yang membuat manusia dapat terjebak pada pola hidup yang hedonis, hidup hanya untuk
mengejar kenikmatan indriawi semata.

Seyogianya Iptek itu sebagai alat manusia untuk mensukseskan tujuan hidupnya,tetapi Hidup yang
dimanjakan oleh hasil pengembangan Iptek dapat menimbulkan “budaya menerabas” budaya yang
menimbulkan sikap hidup yang ingin serba cepat dengan mengabaikan herbagai norma hidup. Untuk
mendapatkan kekayaan misalnya, orang yang memliki peluang akan menggaruk kekayaan dengan
mengabaikan norma hukum, etika, sopan santun maupun norma agama. Misalnya, dalam mentaati
suatu prosedur birokrasi, mereka akan menerabas saja dengan kekuasaan, pengaruh maupun dengan

uang. Budaya menerabas inilah akan menimbulkan kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN). Budaya
menerabas ini akan melemahkan hukum

maupun moral elit yang berlaku. Untuk suatu urusan di suatu instansi, mereka akan menggunakan
prosedur koneksi-koneksi atau juga sogok-sogokan. Kalau punya koneksi, apapun menjadi lancar, tidak
perlu melalui prosedur birokrasi yang ditetapkan berdasarkan hukum. Demikian pula tidak perlu melalui
etika moral. Yang penting untuk mendapatkan sesuatu, dapat diperoleh dengan cepat.

Budaya menerabas tanpa diredam dengan moral agama dan akan dapat menimbulkan sikap hidup yang
keras dan kasar. Hal itu nampak dalam berbagai kegiatan hidup misalnya berlalu lintas, ketidaksabaran
mengikuti prosedur birokrasi yang wajib melalui suatu prosedur/sistem. Masyarakat akan kehilangan
kesabaran menunggu suatu proses. Padahal, untuk mencapai apapun membutuhkan proses.

Ada orang yang tidak malu-malu menambahkan Prof. Dr. di depan namanya, padahal mereka tidak
pernah diangkat menjadi guru besar di suatu perguruan tinggi. Bukankah gelar Profesor itu adalah
jabatan akademis, bukan titel keahlian seperti gelar Doktor? Pun di birokrasi, banyak rumor tentang
orang-orang menduduki jabatan tertentu di kalangan sipil maupun militer dengan mengeluarkan
sejumlah dana. Tanpa itu, jabatan tidak mereka peroleh hanya berdasarkan kecerdasan dan prestasi
kerja.

Jadi, budaya menerabas ini sesungguhnya salah satu penyebab munculnya korupsi yang telah
merambah dalam berbagai aspek kehidupan. Masyarakat banyak melihat orang yang tidak memiliki
kualifikasi mendapatkan posisi yang enak melalui budaya menerabas. Berbagai norma ataupun kriteria
hanyalah bersifa formalitas belaka. Hal itu hanyalah basa-basi saja. Akibatnya manusia modern makin
banyak yang tidak memiliki kesabaran, mentalnya tidak tangguh menunggu suatu proses untuk
mencapai sesuatu. Hal ini menimbulkan makin semerawutnya herbagai aspek kehidupan. Segala
sesuatunya dilakukan dengan tergesa-gesa agar cepat tercapai apa yang dikehendaki. Karena, kalau ada
koneksi dan uang, prosedur yang bertele-tele

akan menjadi mudah. Kalau tidak ada uang dan koneksi, prosedur yang semestinya mudah menjadi sulit
dan bertele-tele.

Budaya menerabas tersebut akan membuat mereka yang susah akan semakin susah. Tak ada keindahan
dalam kehidupan bersama ini. Hanya dengan mengaplikasikan spiritual agama, dan ilmu secara terpadu,
budaya menerabas yang negatif itu dapat diatasi. Untuk itu, umat hendaknya memposisikan agama dan
ilmu dalam kehidupannya secara seimbang.

Pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan, yang harus dipelajari
untuk dapat mempermudah kehidupan manusia, sehingga ketika seseorang memanfaatkan teknologi
maka tetap harus memperhatikan aspek agama sehingga akan tercapai suatu keseimbangan antara hal
yang menyangkut keduniawian dan juga ketuhanan.

Iptek bertujuan untuk memberikan berbagai kemudahan hidup. Penerapan Iptek seperti itu banyak
menimbulkan kenikmatan hidup. Kenikmatan hidup yang dinikmati dengan batas-batas tertentu dengan
kesadaran rokhani tentunya memberi makna pada arti kehidupan.

Dalam Hindu ilmu pengetahuan adalah suatu hal yang sangat diagungkan sebagai suatu anugerah Ida
Sang Hyang Widhi Wasa yang didasari dharma, sehingga ketika sesorang memanfaatkan pengetahuan
itu diharapkan selalu mengingat Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai suatu bentuk pengamalan dari
berkarma berdasarkan dharma, dan Kemudahan serta kenikmatan yang dapat diberikan oleh hasil
pengembangan Iptek itu tentunya patut disyukuri sebagai sebagai anugerah Tuhan.

Dengan pengembangan Iptek yang tepat dan akurat, berbagai hal dapat dilakukan dengan cepat praktis
dan dapat memberi kemudahan dalam menjalankan kehidupan ini tetapi tetap berdasarkan dharma
sehingga keseimbangan antara hal-hal tersebut dapat tercapai sekaligus tujuan hidup manusia untuk
kebebasan didunia dan moksa dengan berdasarkan dharma.

Kesimpulan dari semua hal diatas adalah bahwa dalam Hindu iptek adalah suatu hal yang memang
merupakan suatu hal yang sangat penting, Karena

Hindu mengagungkan ilmu pengetahuan sebagai suatu anugerah Tuhan untuk dapat didaya gunakan
dengan baik oleh manusia sehingga dapat mempermudah manusia dalam kehidupannya, tetapi kembali
lagi kepada azas tunggal yang tidak dapat diabaikan, bahwa setiap hal harus dilakukan

berdasarkan dharma, sehingga keseimbangan hidup dapat dicapai yang menuju pada tercapainya tujuan
hidup dalam agama Hindu yaitu “Mokshartam Jagadhita Ya Ca Iti Dharma”.

BUDAYA HINDU – SENI KEAGAMAAN HINDU

Kehidupan masyarakat pada dasarnya dapat dilihat dari berbagai macam aspek,
misalnya tingkah laku kehidupan sehari-hari pada satu komunitas kelompok
kemasyarakatan. Tingkah laku kehidupan di masing-masing kelompok adalah berbeda-
beda yang disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat kelompok itu berada.
Kebiasaan atas tingkah laku yang ditunjukan oleh suatu komunitas masyarakat tersebut
dinamakan dengan tradisi. Tradisi ini timbul dari kebudayaan yang terdapat dalam
kelompok tertentu.

Kebudayaan memiliki banyak aspek. Budaya dapat diartikan sebagai segala hasil cipta,
rasa dan karsa manusia untuk membantu kehidupannya. Maka dengan hal ini
keberadaan seni yang ada daam masyarakat termasuk salah satu hasil dari
kebudayaan yang tercipta dari kreatifitas rasa karsa manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Dalam pelaksanaan keagamaan agama Hindu, umat senantiasa
mengimplementasikannya dalam bentuk seni, sehingga dalam pelaksanaan upacara
agama senantiasa dibarengi dengan seni. Dalam bahasa sansekerta “Seni” berasal dari
kata “San” yang berarti persembahan dalam upacara agama. Sehingga tidak salah
kalau pelaksanaan upacara Agama Hindu terdapat banyak sekali unsur-unsur seni
didalam pelaksanaannya, baik yang berupa sesajen, suara (dharma gita), gambelan,
dan gerak (Tari, sikap mudra Slinggih). Hal ini menjadikan Seni dan Agama adalah satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena pelaksanaan Ajaran Agama Hindu di
lakukan dengan seni.
1. PENGERTIAN SENI
Secara sederhananya seni dapat diartikan sebagai hasil ciptaan atau buah dari pikiran
manusia yang diungkapan dalam wujud dan suara yang dapat didengarkan yang
ditunjukan dengan kemahiran teknis sehingga dapat memberikan kebahagiaan hati dan
hidup.
Pada awalnya seni sepenuhnya diabdikan untuk pelaksanaan upacara agama. Tapi lama
kelamaan, seni juga diciptakan sebagai alat untuk memuaskan hati dan pikiran
manusia, sehingga seni juga dijadikan sebagai hiburan.
2. PEMBAGIAN SENI
Di atas telah disebutkan bahwa seni selain dijadikan untuk persembahan keagamaan
juga dijadikan sebagai hiburan. Maka seni ada yang sifatnya Sakral dan Profan. Seni
memiliki beberapa aspek seperti dalam bentuk gerak, suara, dan bentuk. Terkait
dengan aspek dari seni tersebut maka seni dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu Seni
Tari, Seni Suara, Seni Gambelan, dan Seni Bangunan.
a). Seni Tari
tari merupakan pencetusan atau ungkapan jiwa manusia melalui gerak ritmis yang
dapat menimbulkan daya pesona. Gerak ritmis merupakan gerak yang dilakukan secara
spontanitas, penuh dengan penjiwaan, dan berirama sehingga dapat menggugah si
penari ataupun bagi penonton. Ungkapan jiwa merupakan cetusan atas rasa dan
emosional yang juga disertai dengan kehendak. Daya pesona merupakan rasa yang
terlintas, seperti adanya rasa indah, lembut, keras, menggelikan, marah dan
sebagainya. Seni tari biasanya digunakan dalam rangkaian upacara agama dan ada
juga yang semata-mata untuk hiburan. Di bali pada khususnya membedakan adanya
tari sacral dan tari profane, yaitu :

 Tari Wali/bali
Tari wali merupakan tari yang dipentaskan sebagai rangkaian dalam pelaksanaan
upacara dan bersifat sacral. Dikatakan sacral dapat dilahat dari penarinya, dimana yang
menjadi penari adalah anak-anak yang belum menstruasi dan orang tua yang sudah
menefous / orang tua yang sudah habis masa menstruasinya. Contoh tari wali adalah :
Tari Rejang, Tari Pendet, Tari Baris Upacara, Tari Sang Hyang. Contoh seni tari wali yang
ada diluar bali adalah : Tari Bedaya Semang (Yogyakarta), Tari Sanyang/seblang (Jawa
Timur), Tari Tor-tor (Sumatra), Tari Gantar (Kalimantan)
 Tari Bebali
Tari Bebali bersifat semi sacral karena selain dipentaskan waktu pelaksanaan upacara
keagamaan juga dapat bersifat sebagai hiburan. Tari Bebali biasanya memakai lakon
dan disajikan sesuai ketentuan, menyesuaikan dengan perlengkapan menurut masing-
masing upacara. Contoh : Seni pewayangan, Topeng, Gambuh, dll.
 Tari Balih-Balihan
Tari yang tergolong Balih-balihan adalah semata-mata bertujuan untuk hiburan, akan
tetapi tetap berdasarkan norma-norma seni budaya yang luhur. Contoh: tari legong, tari
oleg, tari cak, janger, drama tari, dan lainnya.

b) Seni Suara
Adalah suatu karya seni keagamaan yang menggunakan media suara atau vocal dalam
agama Hindu yang disebut dengan Dharma Gita. Dalam dharma gita biasanya terdapat
syair-syair yang sudah diringkas sedemikian rupa dan mengandung ajaran-ajaran
tentang kebenaran ataupun keagamaan. Lagu-lagu dharma gita bila dinyanyikan ak

Kerukunan Umat Beragama –


Pengertian, Tujuan, Fungsi, Konsep Tri
Kerukunan, Meningkatkan, Para Ahli
Oleh Aris KurniawanDiposting pada 23/02/2020
Kerukunan Umat Beragama – Pengertian, Tujuan, Fungsi,
Konsep Tri Kerukunan, Meningkatkan, Para Ahli : Kerukukan
antar umat beragama merupakan suatu kondisi dimana semua
golongan agama dapat hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar
masing-masing untuk melakukan kewajiban agamanya.
Pengertian Kerukunan Umat Beragama
Kerukukan antar umat beragama merupakan suatu kondisi dimana
semua golongan agama dapat hidup bersama tanpa mengurangi hak
dasar masing-masing untuk melakukan kewajiban agamanya.
Pemeluk agama yang baik haruslah hidup damai dan rukun.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Sengketa


Internasional : Pengertian, Macam, Penyebab, Dan
Penyelesain Beserta Contohnya Lengkap

Oleh sebab itu kerukunan antar umat beragama tidak mungkin bisa
lahir dari sikap fanatisme buta serta sikap tidak peduli atas hak-hak
keberagaman dan perasaan orang lain. Namun dalam hal ini tidak
juga bisa diartikan bahwa kerukunan hidup diantara umat memberi
ruang sebagai campurtangan unsur-unsur tertentu dari agama
berbeda, karena hal tersebut akan merusak nilai agama itu sendiri.

Bentuk dari kerukunan antar umat beragama ialah hubungan yang


harmonis dalam dinamika hidup bermasyarakat yang saling
menguatkan yang di ikat dengan sikap pengendalian hidup dalam
wujud sebagai berikut:

1. Saling menghormati dalam kebebasan menjalankan ibadah


sesuai dengan agama masing-masing.
2. Saling mengormati serta berkerjasama dalam memeluk agama,
antar golongan agama serta umat beragama dengan pemerintah
yang sama-sama memiliki tanggung jawab membangun bangsa
dan negara.
3. Saling tenggang rasa serta loeran dengan tidak melakukan
pemaksaan agama terhadap orang lain.

Pengertian Kerukunan Umat Beragama Menurut


Islam
Kerukunan umat beragama dalam islam yakni Ukhuwah Islamiah.
Ukhuah islamiah berasl dari kata dasar “Akhu” yang berarti saudara,
teman, sahabat, Kata “Ukhuwah” sebagai kata jadian dan mempunyai
pengertian atau menjadi kata benda abstrak persaudaraan,
persahabatan, dan dapat pula berarti pergaulan.

Sedangkan Islaiyah berasal dari kata Islam yang dalam hal ini menjadi
atau memberi sifat Ukhuwah, sehingga jika dipadukan antara kata
Ukhuwah dan Islamiyah akan berarti persaudaraan islam atau
pergaulan menurut islam.
Dapat dikatakan bahwa pengertian Ukhuah Islamiyah adalah
gambaran tentang hubungan antara orang-orang islam sebagai satu
persaudaraan, dimana antara yang satu dengan yang lain seakan akan
berada dalam satu ikatan.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Hubungan


Internasional : Pengertian, Tujuan, Asas, Dan Pola Beserta
Sarananya Secara Lengkap

Ada hadits yang mengatakan bahwa hubungan persahabatan antara


sesame islam dalam menjamin Ukhuwah Islamuah yang berarti
bahwa antara umat islam itu laksana satu tubuh, apabila sakit salah
satu anggota badan itu, maka seluruh badan akan merasakan sakitnya.
Dikatakan juga bahwa umat muslim itu bagaikan sutu bangunan yang
saling menunjang satu sama lain.

Pelaksanaan Ukhuwah Islamiyah menjadi actual, bila dihubungkan


dengan masalah solidaritas social. Bagi umat Islam, Ukhuwah
Islamiyah adalah suatu yang masyru’ artinya diperintahkan oleh
agama.

Kata persatuan, kesatuan, dan solidaritas akan terasa lebih tinggi


bobotnya bila disebut dengan Ukhuwah. Apabila bila kata Ukhuwah
dirangkaikan dengan kata Islamiyah, maka ia akan menggambarkan
satu bentuk dasar yakni Persaudaraan Islam merupakan potensi yang
obyektif.
Pengertian Kerukunan Menurut Para Ahli
Secara terminologi banyak batasan yang diberikan oleh para ahli
sebagai berikut:

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan :  Sikap Anti


Sosial : Pengertian, Ciri, Bentuk, Dan Faktor Penyebab
Beserta Contohnya Secara Lengkap

 W. J.S Purwadarminta menyatakan


Kerukunan merupakan sikap atau sifat menenggang seperti
menghargai dan membolehkan suatu pendirian, pendapat,
pandangan, kepercayaan atau yang lainya yang berbeda dengan
pendirian.

 Dewan Ensiklopedi Indonesia


Kerukunan dalam aspek sosial, politik, adalah suatu sikap
membiarkan orang untuk memiliki keyakinan yang berbeda. Selain itu
menerima pernyataan ini sebab untuk pengakuan dan menghormati
hak asasi manusia.

 Ensiklopedi Amerika
Kerukunan mempunyai makna yang terbatas. Ia berkonotasi untuk
menahan diri dari penganiayaan dan pelanggaran, walaupun beguty,
ia memperlihatkan sikap tidak setuju yang tersembunyi serta biasanya
mengarah kepada sebuah kondisi dimana kebiasaan yang di
perbolehkan bersifat terbatas dan juga bersyarat.

Tujuan Kerukunan Hidup Beragama


Berikut Ini Merupakan Tujuan Kerukunan Hidup Beragama.
 Untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan
keberagamaan
Masing-masing pengikut agama adanya kenyataan agama lain, akan
mendorong agar menghayati dan juga memperdalam ajaran-ajaran
serta berusaha untuk dapat mengamalkannya.

Maka dengan demikian keimanan dan keberagaman di masing-


masing penganut agama busa meningkatkan lagi. Seperti persaingan
yang bersifat positif, bukan negatif.

 Untuk mewujudkan stabilitas nasional yang mantap


Dengan adanya kerukunan hidup beragama, maka ketegangan adanya
perbedaan yang ada akibat perbedaan paham yang berpangkal pada
keyakinan keagamaan bisa dihindari.

Bisa kita bayangkan jika pertikaian dan perbedaan paham yang terjadi
pada pemeluk agama yang beaneka ragam ini, maka ketertiban serta
keamanan nasional bisa terganggu. Namun sebaliknya jika pertikaian
antar pemeluk agama sudah tidak terjadi, maka hal yang seperti itu
ada bisa mewujudkan stabilitas nasional yang semakin mantap.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : “Sosial
Asosiatif” Pengertian & ( Macam – Contoh – Bentuk )

 Menunjang dan mensukseskan pembangunan


Dari tahun ketahun pemerintah senantiasa berusaha untuk dapat
melaksankan serta mensukseskan pembangunan dari berbagai
bidang. Usaha pembangunan akan berjalan sukses jika didukung dan
ditopang oleh seluruh lapisan masyarakat.

Sedangkan jika umat beragama selalu bertikai, saling curiga-


mencurigai tentu bisa mengarahkan kegiatan untuk mendukung serta
membantu pembangunan. Bahkan bisa berakibat sebaliknya, yaitu
dapat menghambat usaha pembangunan yang akan dituju.

Membangun dan berusaha untuk memakmurkan bumi ini memang


sangat di anjurkan oleh agama islam. Untuk mendapat kemakmuran,
kesuksesan serta kebahagiaan dakam segala bidang.

 Memelihara dan mempererat rasa persaudaraan


Jika rasa kebersamaan dan kebangsaan yang terpeliharan dan terbina
dengan baik, jika kepentingan peribadi/golongan bisa dikurangi.
Sedangkan pada kehidupan beragama sudah jelas kepentingan
kehidupan agamanya sendiri yang menjadi titik suatu pandangan
kegiaran.
Jika hal itu tidak disertai dengan arah kehidupan bangsa dan negara,
maka akan menimbulkan gejolak sosial yang dapat mengganggu
keutuhan bangsa dan negara yang didalamnya terdiri dari negikut
agama yang berbeda-beda, sebab itulah kerukunan hidup beragama
untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa harus
dikembangkan.

Fungsi Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama


Berikut Ini Merupakan Fungsi Kerukunan Hidup Antar Umat
Beragama

1. Menjaga ketentraman masyarakat


2. Saling menghormati antar umat beragama
3. Mencegah terjadinya pertentangan antara agama yang satu
dengan yang lainnya
4. Mempersatukan perbedaan antarumat beragama.

Konsep Tri Kerukunan Umat Beragama di


Indonesia
Berikut Ini Merupakan Konsep Tri Kerukunan Umat Beragama di
Indonesia.
1. Kerukunan intern umat beragama
yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat
penganut satu agama. Misalnya, kerukunan sesama orang Islam
atau kerukunan sesama penganut Kristen.

2. Kerukunan antar umat beragama


yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar masyarakat
yang memeluk agama berbeda-beda. Misalnya, kerukunan antar
umat Islam dan Kristen, antara pemeluk agama Kristen dan
Budha, atau kerukunan yang dilakukan oleh semua agama.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin


Berhubungan : Diferensiasi sosial: Pengertian, Ciri,
Bentuk, Dan Macam Beserta Contohnya Secara
Lengkap

3. Kerukunan umat beragama dengan pemerintah


yaitu bentuk kerukunan semua umat-umat  beragama menjalin
hubungan yang  yang harmoni dengan Negara/ pemerintah.
Misalnya  tunduk dan patuh terhadap aturan dan perundang-
undangan yang  berlaku.

Pemerintah ikut andil dalam menciptakan suasana tentram,


termasuk kerukunan umar beragama  dengan pemerintah itu
sendiri. Semua umat beragama yang diwakili oleh tokoh-tokon
agama  dapat sinergi dengan pemerintah. Bekerjasama dan
bermitra dengan pemerintah untuk menciptakan stabilitas
persatuan dan kesatuan bangsa.

Seluruh peraturan pemerintah  yang membahas kerukunan hidup


umat beragama,  harus mencakup empat pokok masalah sbb:

1. Pendirian Rumah Ibadah


2. Penyiaran agama
3. Bantuan keagamaan  dari luar negeri
4. Tenaga asing bidang keagamaan

Kerukunan Dalam Perspektif Islam


Bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam sebaiknya berkaca
kepada sejarah yang pernah terjadi dalam dunia Islam, yaitu di
Madinah. Dengan pimpinan nabi Muhammad saw mendirikan negara
yang pertama kali dengan penduduk yang majemuk, baik suku dan
agama,

suku Quraisy dan suku-suku Arab Islam yang datang dari wilayah-
wilayah lain, suku-suku Arab Islam penduduk asli Madinah, suku-
suku Yahudi penduduk Madinah, Baynuqa’, Bani Nadlir dan suku
Arab yang belum menerima Islam. Sebagai landasan dari negara baru
itu Rasulullah saw memproklamasikan peratururan yang kemudian
lebih dikenal dengan nama Shahifatul Madinah atau Piagam
Madinah. Menurut para ilmuwan muslim dan non muslim
dinyatakan bahwa Piagam Madinah itu merupakan konstitusi pertama
negara Islam.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Masyarakat


Multikultural : Pengertian, Ciri, Karakteristik, Dan Faktor
Beserta Contohnya Secara Lengkap

Piagam Madinah yang terdiri dari 47 pasal itu nabi Muhammad saw
telah meletakkan pondasi  sebagai landasan kehidupan umat
beragama dalam negara yang plural dan majemuk, baik suku maupun
agama dengan memasukkan secara khusus dalam Piagam Madinah
sebuah pasal spesifik tentang toleransi.

Secara eksplisit dinyatakan dalam pasal 25: “Bagi kaum Yahudi


(termasuk pemeluk agama lain selain Yahudi) bebas memeluk agama
mereka, dan bagi orang Islam bebas pula memeluk agama mereke.
Kebebasan ini berlaku pada pengikut-pengikut atau sekutu-sekutu
mereka dan diri mereka sendiri” (lil yahudi dinuhum, wa lil
muslimina dinuhum, mawaalihim wa anfusuhum).

Paradigma toleransi antar umat beragama guna terciptanya


kerukunan umat beragama perspektif Piagam Madinah pada intinya
adalah seperti berikut:

1. Semua umat Islam, meskipun terdiri dari banyak suku


merupakan     satu komunitas (ummatan wahidah).
2. Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antara
komunitas   Islam dan komunitas lain didasarkan atas prinsip-
prinsip:
1. Bertetangga yang baik
2. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama
3. Membela mereka yang teraniaya
4. Saling menasehati
5. Menghormati kebebasan beragama.

Langkah-langkah meningkatkan kerukunan


umat beragama
Untuk  meningkatkan kerukunan hidup beragama, langkah yang
paling penting dilakukan adalah :

 Mengajarkan kepada setiap umat beragama untuk selalu berpikir


positif terhadap orang lain, bertutur kata yang tidak propokatif
dan tidak membuat pendengarnya sakit hati,  berperilaku baik,
seperti : tidak melanggar norma-norma umum,  norma
kesusilaan, norma adat istiadat,  maupun norma hukum
negara/tidak melanggar hukum Negara.

 Menumbuhkan penghargaan,  saling pengertian, toleransi,  serta 


belajar untuk saling memahami diantara umat beragama. Dan
tidak berbuat hal-hal yang dapat menyinggung sentimen
keagamaan.

 Untuk menumbuhkan penghargaan dan saling pengertian, maka


setiap umat bergama, hendaknya mengerti secara baik dan benar
tentang agamanya sendiri dan dilengkapi dengan pengetahuan
yang cukup dan benar tentang agama lainnya, sehingga
mengetahui hal-hal baik di agama lain dan mengetahui pula hal-
hal yang sangat dilarang/ditabukan/diharamkan di agama lain.

 Para pemimpin agama bekerja sama dengan pemimpin agama


lainnya (Islam, Hindu, Kristen,     Budha dan Konghucu) untuk
mengatasi musuh bersama umat manusia yaitu :
Keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan dan penyakit sosial
lainnya.
 Para pemuka agama, pemimpin lembaga-lembaga keagamaan
dan pemerintah, supaya selalu mempromosikan :  toleransi,
kerukunan dan kedamaian diantara para pemeluk agama di
masyarakat, sekolah-sekolah umum, sekolah-sekolah
keagamaan, maupun ditempat-tempat ibadah.

 Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) lebih diberdayakan


sampai kedesa-desa, dengan lebih sering mengadakan dialog-
dialog kerukunan, sekaligus sebagai ajang silaturahmi antar
umat beragama.

 Dalam momen-momen hari penting Bangsa Indonesia, seperti


HUT RI, Hari Sumpah Pemuda dls. pemerintah supaya
mempasilitasi kegiatan-kegiatan yang bernuansa Kerukunan dan
persatuan bangsa, seperti mensponsori seminar/simposium
kerukunan beragama dengan melibatkan komponen perwakilan
agama-agama.

MASYARAKAT KERTA JAGADITHA

Keberadaan manusia pada hakekatnya, terwujud sebagai manusia


bersifat sosial dan manusia yang berbudaya. Menurut kodrat alam,
manusia di mana – mana dan pada zaman apapun juga selalu hidup
bersama. Berbagai kondisi obyektif dan perjalanan historis
mengakibatkan manusia berusaha mengembangkan sistem sosial dan
sistem budayanya secara khas. Manusia sebagai individu mempunyai
kehidupan jiwa yang menyendiri, namun manusia sebagai makhluk
social tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Coba kita perhatikan
tayangan TV dan media cetak seperti surat khabar. Kedua media
tersebut amat banyak kita menyaksikan tayangan peristiwa-peristiwa
berbagai tindak kriminalitas dan amoral, seperti pembunuhan,
memeras teman di sekolah digunakan membeli obat-obat
psikotropika, pornografi, pornoaksi, perselingkuhan, pemerkosaan,
pencurian, perampokan dll. Semua tayangan tersebut ibarat pisau
bermata dua, di satu sisi, pesan-pesan tayangan tersebut untuk
diwaspadai, jangan sampai menjadi korban dan jangan dilakukan
pihak lain maupun diri sendiri. Di sisi yang lain dapat juga mendorong
seseorang untuk menirukan atau melakukan perbuatan yang
ditayangan tersebut.

Menghadapi fenomena sosial demikian, disamping realitas hidup di


dalam masyarakat lokal, regional da n global, maka peranan
pendidikan budi pekerti sangat menentukan. Bila penanaman dan
penumbuh kembangan budhi pekerti dapat dilakukan dengan baik
dan benar oleh orang tua dan keluarga di rumah, para guru di sekolah,
dan tokoh-tokoh agama serta tokoh-tokoh masyarakat, maka seorang
anak ketika mencapai fase kedewasaan, akan menjadi manusia yang
berbudhi pekerti yang luhur, sangat dibanggakan oleh orang tua di
rumah, para guru di sekolah dan lingkungan masyarakatnya, namun
bila sebaliknya, anak-anak yang tumbuh menjadi orang yang tidak
memiliki kepribadian yang mantap, mudah terkena pengaruh
lingkungan yang buruk.

Dalam kehidupan global dengan sarana komunikasi yang sangat


canggih, segala sesuatu yang terjadi di luar rumah dan bahkan di luar
negeri dapat dilihat melalui tanyangan TV, demikian pula media
elektronik seperti film/VCD termasuk internet dan sejenisnya yang
memuat ceritra tentang kriminalitas dan amoral sangat sulit
dibendung dan tidak sulit untuk mendapatkannya. Maka demikian
makalah ini mencoba untuk menampilkan peranan pendidikan budhi
pekerti sesuai ajaran Hindu. Kita banyak berharap semoga semua
orang tua dan anak menjadi dua kelompok yang bersinergi untuk
mencapai tujuan hidup sesuai dengan ajaran agama Hindu. Salah satu
contoh tujuan ajaran Hindu adalah untuk mewujudkan masyarakat
yang Krtajagadhita, yakni masyarakat yang sejahtera, tentram dan
damai, karena di dalamnya anggota masyarakatnya sebagian besar
dan hampir seluruhnya berbudhi pekerti luhur. Nilai-nilai budhi
pekerti sangat luas maknanya yang intinya untuk kembali ke “sangkan
paraning dumadi yang disebut dengan moksa, bersatunya atman
dengan paratmatman.

Berdasarkan uraian di atas, maka kami tertarik untuk membahas dan


mengangkat masalah tersebut ke dalam paper ini seperti :

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka kami sebagai


penulis menemukan beberapa permasalahan yang kiranya perlu untuk
dibahas dan dikaji dalam paper ini. Adapun permasalahan tersebut
sebagai berikut :

1. Apakah pengertian dari masyarakat kerta jagadhita ?

2. Bagaimana caranya mencapai masyarakat kerta jagadhita ?

3. Apa peranan umat Hindu dalam mewujudkan masyarakat


Indonesia yang sejahtera ?

4. Apa tanggung jawab umat Hindu dalam mewujudkan HAM dan


Demokrasi ?

Tujuan Umum Penulisan :


Tujuan umum penulisan paper ini adalah untuk mendapatkan
pandangan dan informasi bagaimana sesungguhnya masyarakat kerta
jagadhita tersebut, peranan beserta tanggung jawabnya demi Negara
Indonesia sesuai dengan ajaran agama Hindu. Dan bilamana
permasalahan tersebut telah dipahami, maka seharusnya masyarakat
mampu mewujudkan dan mempertahankan manfaat dari masyarakat
kerta jagadhita tersebut.

Tujuan Khusus Penulisan :

Tujuan khusus penulisan paper ini adalah :

Untuk mengetahui pengertian masyarakat kerta jagadhita

Untuk mengetahui cara yang diamalkan dalam mencapai masyarakat


kerta jagadhita

Untuk mengetahui apa – apa saja dan seberapa besarkah peranan


umat Hindu dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera

Untuk mengetahui apa tanggung jawab umat Hindu dalam


mewujudkan HAM dan Demokrasi

Dalam pengertian ini. Masyarakat kerta jagaditha adalah masyarakat


yang sejahtera. Pada hakekatnya hampir semua masyarakat ingin
mewujudkan Jagadhita (sejahtera), Kerta (aman) dan Trepti
(tertib).Jagadhita dimaksudkan disini meliputi wahya yaitu
kesejahteraan lahiriah dan adyatmika yaitu kesejahteraan batiniah.
Sarana untuk mewujudkan jagadhita itu adalah melalui bekerja tekun
dan giat membenahi diri dan membangun diri meliputi pembangun
dibidang fisik, pembangunan dibidang rohani, mental dan perilaku.
Pembangunan dibidang fisik akan mewujudkan kesejahteraan
ekonomi dan peralatan hidup, pembangunan dibidang rohani akan
mewujudkan kesucian dan ketenangan pikiran, pembangunan
dibidang mental akan mewujudkan ketentraman dan kenyamanan
perasaan, dan pembangunan dibidang perilaku akan mewujudkan
ketertiban dan kedisiplinan, baik individu maupun dalam kehidupan
bermasyarakat khususnya di desa adat . maka dari itu adalah mutlak
perlu diciptakan suatu: trepti ring tata parhyangan (tata tertib dalam
tata prahyangan), trepti ring tata pawongan (tata tertib dalam perilaku
manusianya) dan trepti ring palemahan ( tertib dalam pemakain tanah
desa dan sesuai dengan aturan yang berlaku) di desa adat yang
bersangkutan, sehingga terwujud suatu kondisi masyarakat desa adat
yang kerta, raharja dan jagadhita

2.2 CARA MENCAPAI MASYARAKAT KERTA JAGADHITA

Tri Hita Karana ini terdiri dari kata Tri yang artinya tiga, Hita artinya
kesejahteraan dan Karana artinya yang menyebabkan, jadi Tri Hita
Karana adalah tiga penyebab kesejahteraan, dimana bagian dari Tri
Hita Karana adalah Parhyangan, Pawongan dan Palemahan. Dimana 3
kata itu memiliki arti dan makna yang berbeda pula. Parhyangan
adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan. Tuhan memberikan
alam semesta beserta isinya kepada kita, oleh sebab itu kita sebagai
manusia patut mensyukurinya dengan cara melakukan sembahyang,
bersembah kepada Beliau. Dengan cara itu kita dapat merasakan
sebuah ketenangan, kedamaian lahir bathin, sehingga kelak akan
terciptanya suatu kesejahteraan. Pawongan adalah hubungan manusia
dengan manusia, dimana kita mengetahui sebagai manusia tidak bisa
hidup sendiri saling membutuhkan satu sama lainnya. Oleh karena
itu, sebagai manusia harus saling menghormati, mengargai dan
menjunjung tinggi kerukunan antar manusia. Dengan itu secara tidak
sengaja dapat menciptakan suatu hubungan yang harmonis, dimana
kelak nantinya akan menciptakan suatu kesejahteraan. Palemahan
adalah hubungan antara manusia dengan lingkungan. Manusia yang
memiliki akal pikiran seharusnya memperhatikan lingkungan dimana
mereka berada, karena jika lingkungan tersebut rusak, suatu
kenyamanan untuk tinggal dan menetap di ruang lingkup tersebut
akan terganggu, otomatis jika kita melestarikan dan menjaganya suatu
kenyaman akan terwujud dan kelak akan menimbulkan kesejahteraan.

Dari ketiga bagian diatas, jika salah satunya tidak diamalkan,


kesejahteraan di dunia ini tidak akan terwujud. Walaupun ketiga
bagian diatas memiliki makna yang berbeda, tetapi tujuan dan
manfaatnya akan kita rasakan. Oleh karena itu, pentingnya kita
mengamalkan ajaran Tri Hita Karana dalam kehidupan beragama ini,
guna menciptakan kehidupan sejahtera lahir dan bathin. Selain itu
juga, agama Hindu mengajarkan bahwa dalam kesejahteraan
menyangkut kehidupan material dan spiritual berdasarkan Dharma
Artha dan Kama yang disebut Tri Warga.

2.3 PERANAN UMAT HINDU DALAM MEWUJUDKAN


MASYARAKAT INDONESIA YANG SEJAHTERA

Masyarakat adalah sekelompok orang yang selalu bergaul,


berkomunikasi dan berinteraksi satu dengan yang lain, dengan
berbagai unsur yang ada di dalamnya, dengan identitas bersama.
Masyarakat Hindu ditandai oleh kekhasan dengan ciri-ciri
kehinduannya.

Untuk mewujudkan kesejahteraan harus ada pembangunan, yaitu


suatu proses yang menunjukkan adanya suatu kegiatan guna
mencapai kondisi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya. Ada keselarasan antara tujuan pembangunan dengan
tujuan agama Hindu, yaitu untuk mencapai kesejahteraan hidup di
dunia dan kebahagiaan di akhirat.

Peran serta umat Hindu dalam pembangunan masyarakat untuk


mewujudkan kesejahteraan meliputi peran serta dalam pemikiran,
peran serta dalam penggalangan dana, peran serta dalam penyediaan
tenaga dan peran serta dalam penggalian berbagai sumber kekayaan.
TANGGUNG JAWAB UMAT HINDU DALAM MEWUJUDKAN HAM
DAN DEMOKRASI

Masyarakat adalah kumpulan orang-orang yang selalu bergaul satu


dengan yang lain sehingga terjadi kontak dan interaksi. Sebagai
kelompok yang tetap eksis masyarakat mempunyai identitas bersama,
masyarakat Hindu mempunyai ciri-ciri sendiri yang khas.

Agama Hindu mengajarkan bahwa kesejahteraan adalah yang


menyangkut kehidupan material dan spiritual berdasar atas dharma
artha dan kama yang disebut tri warga, untuk mewujudkan
kesejahteraan harus dilaksanakan pembangunan masyarakat.

Bentuk-bentuk peran serta umat Hindu di antaranya peran serta


dalam pemikiran, penggalangan dana, penyediaan tenaga dan peran
serta dalam penggalian sumber-sumber kekayaan.

Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang
dibawa sejak lahir sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak-
hak asasi manusia diperjuangkan dalam kurun waktu panjang, dan
telah masuk dalam pasal-pasal Undang-undang Dasar Republik
Indonesia.

Tanggung jawab umat Hindu dalam mewujudkan hak asasi manusia


dan demokrasi dilaksanakan dengan memenuhi kewajiban untuk
mengamalkan Undang-undang Dasar 1945 karena dalam pasal-
pasalnya sudah masuk hak-hak asasi manusia dan sendi-sendi
demokrasi.

Sarana untuk mewujudkan jagadhita itu adalah melalui bekerja tekun


dan giat membenahi diri dan membangun diri meliputi pembangun
dibidang fisik, pembangunan dibidang rohani, mental dan perilaku.
Pembangunan dibidang fisik akan mewujudkan kesejahteraan
ekonomi dan peralatan hidup, pembangunan dibidang rohani akan
mewujudkan kesucian dan ketenangan pikiran, pembangunan
dibidang mental akan mewujudkan ketentraman dan kenyamanan
perasaan, dan pembangunan dibidang perilaku akan mewujudkan
ketertiban dan kedisiplinan, baik individu maupun dalam kehidupan
bermasyarakat khususnya di desa adat . maka dari itu adalah mutlak
perlu diciptakan suatu: trepti ring tata parhyangan (tata tertib dalam
tata prahyangan), trepti ring tata pawongan (tata tertib dalam perilaku
manusianya) dan trepti ring palemahan ( tertib dalam pemakain tanah
desa dan sesuai dengan aturan yang berlaku) di desa adat yang
bersangkutan, sehingga terwujud suatu kondisi masyarakat desa adat
yang kerta, raharja dan jagadhita

Untuk mewujudkan kesejahteraan harus ada pembangunan, yaitu


suatu proses yang menunjukkan adanya suatu kegiatan guna
mencapai kondisi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya. Ada keselarasan antara tujuan pembangunan dengan
tujuan agama Hindu, yaitu untuk mencapai kesejahteraan hidup di
dunia dan kebahagiaan di akhirat.

https://rah-toem.blogspot.com/2011/10/budaya-hindu-seni-
keagamhttps://feelinbali.blogspot.com/2012/09/v-behaviorurldefaultvmlo.htmlaan-hindu.html

https://www.gurupendidikan.co.id/kerukunan-umat-beragama/

Anda mungkin juga menyukai