Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM TFPB

BIOTEKNOLOGI PROTEKSI: BIOPESTISIDA


Fakultas Pertanian UMY
Semester Genap Tahun 2019/2020

ACARA Ia : Produksi Inokulum Jamur untuk Biopestisida

I. IDENTITAS MAHASISWA
Nama : Rofiq Agiel Prastya
No. Mahasiswa : 20180210137
Golongan : C2
Kelompok :2
Hari/Tanggal : Rabu/ 24 Juni 2020

II. TUJUAN
1. Memproduksi inokulum jamur Metarhizium sp., dan Beauveria bassiana pada
medium beras, jagung, dedak dan bekatul
2. Menguji kualitas inokulum jamur Metarrhizium sp., dan Beauveria bassiana yang
diperbanyak pada medium beras, dedak, jagung dan bekatul

III. ALAT DAN BAHAN

Alat : Bahan :

- Tabung reaksi - Inokulum jamur Metarrhizium sp.,


- Patridish dan Beauveria bassiana.
- Medium PDA
- Media perbanyakan : beras, jagung,
dedak, bekatul
IV. CARA KERJA

A. Produksi Inokulum jamur Metharrizium sp. / Beauveria bassiana pada Media


Beras/Jagung

Pengukusan Beras,
Jagung, setelah Inokulasi media
dingin + Beras, Jagung, dg
Inkubasi suhu Pengamatan
Chloramfinicol, kultur murni
kemudian
kamar selama 3- kualitas
jamur Beauveria
disterisasi dg 4 minggu inokulum jamur
bassiana,
Autoklaf 2x selang Metarhizium sp.
24jam.

B. Produksi Inokulum jamur Metharrizium sp. / Beauveria bassiana pada Media


Dedak/Bekatul

Pengukusan Dedak,
Pengukusan Dedak,
Bekatul, setelah Inokulasi media
dingin
dingin ++ Dedak, Bekatul, dg
Dedak, Bekatul, dg Inkubasi
Inkubasi suhu
suhu kamar
kamar Pengamatan
Pengamatan kualitas
kualitas
Chloramfinicol,
Chloramfinicol, kultur murni jamur
kultur murni jamur
selama
selama 3-4 minggu
3-4 minggu inokulum
inokulum jamur
jamur
kemudian disterisasi Beauveria bassiana,
dg Autoklaf 2x
dg Autoklaf 2x selang
selang Metarhizium
Metarhizium sp.
sp.
24jam.
24jam.
V. HASIL PENGAMATAN

A. Hasil inokulum jamur Metharrizium sp. / Beauveria bassiana pada berbagai media

Sumber: Novianti (2017) Sumber: Novianti (2017) Sumber: Novianti (2017) Sumber: Novianti (2017)

a. Media Beras b. Media Jagung c. Media Dedak d. Media Bekatul

B. Perkembangan miselia jamur ditentukan melalui berat inokulum pada berbagai media

1. Data Hasil Pengamatan :

a. Berat inokulum (g)


Metarhizium
Media ulangan mg 1 (b) mg 2 (b) mg 3 (b) mg 4 (b)
Beras 1 100 102 105 103
  2 100 101 104 99
  3 100 103 107 101
         
Jagung 1 100 105 108 102
  2 100 104 107 102
  3 100 105 108 103
         
Dedak 1 100 102 105 100
  2 100 101 104 98
  3 100 103 106 101
         
Bekatul 1 100 104 107 105
  2 100 102 105 103
  3 100 103 106 103
         
Keterangan :
a= Berat awal media inoculum (100g)
b- Berat akhir media inoculum

Beauveria
Media ulangan mg 1 (b) mg 2 (b) mg 3 (b) mg 4 (b)
Beras 1 100 103 107 104
  2 100 102 106 93
  3 100 104 108 105
         
Jagung 1 100 106 110 107
  2 100 105 109 106
  3 100 106 110 107
         
Dedak 1 100 103 107 104
  2 100 102 106 103
  3 100 104 108 105
         
Bekatul 1 100 105 109 106
  2 100 103 107 104
  3 100 104 108 105
Keterangan :
a= Berat awal media inoculum
b- Berat akhir media inoculum

b. Kadar air (%)


Metarhizium
Media ulangan a (g) b (g) c (g)
Beras 1 5 10 9
  2 5 10 8.5
  3 5 10 9.5
         
Jagung 1 5 10 9
  2 5 10 9.5
  3 5 10 9
         
Dedak 1 5 10 8
  2 5 10 8
  3 5 10 8
         
Bekatul 1 5 10 8.5
  2 5 10 8
  3 5 10 8.5
Keretangan:
Berat mangkok
a= kosong
b= Berat mangkok + inokulum basah
c= Berat mangkok + inokulum setelah oven

Beauveria
Media ulangan a (g) b (g) c (g)
Beras 1 5 10 11
  2 5 10 9.5
  3 5 10 10.5
         
Jagung 1 5 10 10
  2 5 10 10.5
  3 5 10 11
         
Dedak 1 5 10 9
  2 5 10 9.5
  3 5 10 9.5
         
Bekatul 1 5 10 9.5
  2 5 10 10
  3 5 10 9.5
         
Keretangan:
Berat mangkok
a= kosong
b= Berat mangkok + inokulum basah
c= Berat mangkok + inokulum setelah oven

c. Jumlah spora jamur (spora/ml)


Metarhizium

Media Ulangan t d n
Beras 1 40 10^6 16
  2 35 10^6 16
  3 35 10^6 16

         
Jagung 1 60 10^6 16

  2 50 10^6 16
  3 70 10^6 16

         
Dedak 1 25 10^6 16

  2 25 10^6 16
  3 27 10^6 16

         
Bekatul 1 20 10^6 16

  2 25 10^6 16
  3 29 10^6 16

         
Keterangan :
t= Jumlah spora per kotak
d= Tingkat pengenceran
n= Jumlah kotak yg diamati
S= Jumlah spora per ml

Beauveria

Media Ulangan t d n
Beras 1 45 10^6 16

  2 40 10^6 16
  3 43 10^6 16

         
Jagung 1 65 10^6 16
  2 55 10^6 16
  3 75 10^6 16

         
Dedak 1 30 10^6 16

  2 35 10^6 16
Metarhiizium
 
Media ulangan 3 10^5 27 10^6
10^6 16
10^7
Beras 1 100 11 4
         
  2 115 15 4
  Bekatul 3 1 25 120 10^6 15 16 3
     
  2 30 10^6 16
Jagung 1 160 15 5
   2 3 29 150 10^6 15 16 8
  3 145 25 6
         
         
Keterangan :
Dedak 1 100 11 2
t= Jumlah spora per kotak
  2 100 8 3
d= Tingkat pengenceran
  3 90 9 2
n= Jumlah kotak yg diamati
         
S= Jumlah spora per ml
Bekatul 1 100 12 4
  2 110 10 5 d. Viabilitas spora
  3 100 11 5 jamur (x106/ml)
         

Beauveria
Media ulangan 10^5 10^6 10^7
Beras 1 110 12 3
  2 120 17 4
  3 120 20 3
3. Hasil Perhitungan :
         
Jagung 1 170 20 7 Hasil Rata-rata
  2 150 15 8 perhitungan Berat
  3 150 25 6 inokulum, kadar air,
          jumlah spora, viabilitas
Dedak 1 110 15 3 spora dimasukkan pada
tabel ini :
  2 100 10 3
  Jamur & media 3Berat 100 air
Kadar 9 Spora
Jumlah 2
Viabilitas
    inokulum
  (g) (%)    
(spora/ml) Spora
Bekatul 1 120 16 5
  2 110 10 5
  3 105 17 5
         
(x10^6/ml)
Metarhizium        
sp.:
Beras 1 80% 9,16 x1012  20,5x106
Jagung 2,333 83,3334 % 15 x 1012  32,28x106
Dedak -0,3333 60% 6,41 x 1012  14,11x106
Bekatul 3,667 65% 6,16 x 1012  18,67x106
         
Beauveria sp.:        
Beras 0,667 106,66% 10,6 x 10 12
 20,44x10 6

Jagung 6,667 110% 16,25 x 1012  35,22x106


Dedak 4 86,6% 7,6 x 1012  16,11x106
Bekatul 5 93,3% 7 x 1012  25,17x106

Grafik pertambahan berat miselia


Metarhizium
Berat miselia (mg)

110 Beras
Jagung
105
Dedak
100 Bekatul
95
mg 1 mg 2 mg 3 mg 4
Waktu pengamatan (Minggu)

Grafik pertambahan berat miselia


Beauveria
115
Berat Miselia (mg)

Beras
110 Jagung
105 Dedak
100 Bekatul
95
mg 1 mg 2 mg3 mg4
Waktu Pengamatan (Minggu)
Histogram Kadar Air
Metarhizium
90
Presentase kadar air (%)

80 Beras
70
60 Jagung
50 Dedak
40 Bekatul
30
20
10
0
Media

Histogram Kadar Air Beauveria


120
Presentase kadar air (%)

100
Beras
80
Jagung
60 Dedak
40 Bekatul

20
0
Media

Histogram Jumlah spora


Metarhizium
16
Jumlah spora x 1012

14 Beras
12 Jagung
10 Dedak
8
Bekatul
6
4
2
0
Media
Histogram Jumlah spora
Beauveria
18
Jumlah spora x 1012

16 Beras
14
12 Jagung
10 Dedak
8 Bekatul
6
4
2
0
Media

Histogram viabilitas spora


Metarhizium
35
Jumlah spora x 106

30 Beras
25 Jagung
20 Dedak
15 Bekatul
10
5
0
Media

Histogram viabilitas spora


Beauveria
40
35
Jumlah spora x 106

Beras
30 Jagung
25 Dedak
20
Bekatul
15
10
5
0
Media
VI. PEMBAHASAN

Pengendalian hayati dengan menggunakan jamur entomopatogen saat ini menjadi pilihan
utama. Berbagai kelebihan pemanfaatan jamur entomopatogen dalam pengendalian hama ialah
mempunyai kapasitas reproduksi yang tinggi, siklus hidupnya pendek, dapat membentuk spora
yang tahan lama di alam walaupun dalam kondisi yang tidak menguntungkan, relatif aman,
bersifat selektif, relatif mudah diproduksi, dan sangat kecil kemungkinan terjadi resistensi
(Prayogo et al. 2005). Shah et al. (2005) mengatakan bahwa sumber nutrisi merupakan faktor
penentu pertumbuhan dan virulensi jamur-jamur entomopatogen, karena laju perkecambahan,
pertumbuhan, dan sporulasi adalah in-dikator tingkat virulensi. Beras dan jagung mempunyai
kandungan nutrisi cukup tinggi, termasuk bagi jamur-jamur entomopatogen. Hal tersebut
menyebabkan beras dan jagung menjadi media alternatif perbanyakan jamur Metarhizium dan B.
Bassiana (Wahyudi et al., 2002).
Metarhizium merupakan jamur kelas Deuteromycetes yang mempunyai hifa bersekat.
Bentuk koloni pada media PDA 14 hari mempunyai miselium yang berwarna putih pada bagian
tepi koloni dengan sekelompok konidiofor yang berwarna kuning kehijauan. Konidiofor akan
berubah warnanya ketika akan membentuk spora menjadi hijau kekuningan atau hijau tua.
Konidiofor muncul dari hifa vegetatif membentuk percabangan yang tidak teratur, mempunyai 2
sampai 3 cabang pada tiap konidiofornya. Pertumbuhan paling baik pada suhu 35 0C (Teja dan
Rahman, 2016).
Jamur Beauveria Bassiana merupakan cendawan mikroskopik dengan struktur somatik
berbentuk benang-benang halus yang kemudian akan membentuk koloni yang disebut miselium.
Spora jamur ini tumbuh secara berkelompok membentuk bola-bola spora (Hindayana, 2002).
Kumpulan spora/ miseliumnya berwarna putih dengan ukuran sporanya hanya sekitar 2-3
mikron. Pada suhu penyimpanan 50C menunjukan kemampuan mempertahankan viabilitas spora
B. bassiana kering murni lebih lama dari pada kondisi suhu 230C dan suhu 29oC (Al fatah, 2011).
Berdasarkan penelitian Novianti (2017) menyatakan bahwa pada periode inkobasi hari ketiga
Metarhizium untuk media beras, jagung, bekatul dan dedak rata-rata telah tumbuh dengan warna
putih kehijauan kemudian berubah warna menjadi hijau tua pada akhir periode inkubasi.
Berdasarkan hasil praktikum, berat inokulum jamur Metarhizium tertinggi dimiliki bekatul,
diikuti jagung, beras dan dedak. Sedangkan untuk kadar air tertinggi dimiliki oleh jagung, diikuti
beras, bekatul dan dedak. Kemudian untuk jumlah dan viabilitas spora jamur Metarhizium
tertinggi dimiliki oleh media jagung yaitu bertutut-turut sebesar 15 x 1012 dan 32,28x106. Hal ini
tidak sesuai dengan penelitian dari Novianti (2017) untuk persentase pertumbuhan Metarhizium
tertinggi yaitu media dedak, kemudian media bekatul, jagung dan terakhir beras, kemudian untuk
kerapatan konidia tertinggi terdapat pada media dedak yaitu 120,4 x 10 8 konidia/mg, diikuti
media bekatul yaitu 100,4 x 108 konidia/mg, beras yaitu 46,8 x 108 konidia/mg, dan media
jagung yaitu 39,8 x 108 konidia/mg. Metarhizium dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
pada media perbanyakan yang mengandung karbohidrat dengan konsentrasi tinggi. Pertumbuhan
yang tinggi akan menghasilkan jumlah konidia yang lebih banyak, sedangkan proses
pertumbuhan yang rendah akan menghasilkan jumlah konidia lebih sedikit (Novianti, 2017).
Berdasarkan hasil praktikum untuk inokulum jamur B. bassiana untuk berat inokulum dan
kadar air tertinggi dimiliki oleh media jagung. Kemudian untuk jumlah dan viabilitas spora dari
inokulum jamur B. bassiana juga dimiliki oleh media jagung yaitu berturut sebesar 16,25 x 1012
dan 35,22x106. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Indrayani dan Probowo (2010)
menyatakan bahwa B. bassiana lebih cepat tumbuh pada media beras dibanding pada media
jagung. Menurutnya perbedaan laju pertumbuhan B. bassiana pada media berbahan dasar beras
dan jagung kemungkinan ada kaitannya dengan perbedaan tekstur kedua bahan. Hal ini
menyebabkan miselium jamur lebih lambat mengurai media sebagai sumber nutrisi. Dengan
demikian, pertumbuhan optimal B. bassiana lebih cepat dicapai pada media beras dibanding
pada media jagung. Kemudian menurut penelitian Hasyim et al (2005) menyatakan Jamur B.
bassiana yang dibiakkan pada substrat jagung dan beras memiliki jumlah konidia per g substrat
yang nyata lebih banyak dengan daya kecambah dan viabilitas yang nyata lebih tinggi
dibandingkan dengan jamur pada substrat dedak. Kemudian jamur B. bassiana yang dibiakkan
pada substrat jagung dan beras lebih besar dan lebih cepat kemampuannya membunuh 50%
serangga dewasa C. sordidus dibandingkan biakan pada substrat dedak. Hal ini karena jamur B.
bassiana pada biakan jagung dan beras pertumbuhannya cukup baik dan merata karena
tersedianya nutrisi yang lengkap dan cukup serta ditambah keadaan lingkungan yang mendukung
untuk pertumbuhan yang optimal.
Mortalitas bioinsektisida dipengaruhi oleh asal isolat dan asal substrat. Berdasarkan
penelitian Herlinda et al (2008) menyatakan bahwa Mortalitas tertinggi terjadi pada B. bassiana
asal substrat jagung giling (66,67%). Hasil penelitian Herlinda et al (2008) Kemampuan
membunuh 50% serangga uji menunjukan formulasi yang paling cepat membunuh 50% serangga
uji ialah B. bassiana substrat jagung giling dengan konsentrasi 107 spora per ml, yaitu waktu
kematian terjadi setelah 1,69 hari pada perlakuan B. bassiana asal substrat jagung giling dan
yang paling lama setelah 36,38 hari pada perlakuan Metarhizium sp. asal substrat SDB. Hal ini
dikarenakan jagung banyak mengandung protein dan karbohidrat sangat dibutuhkan jamur untuk
pertumbuhan vegetatif dan pembentukan spora, spora yang terbentuk berkecambah lebih cepat
dan memiliki virulensi tinggi serta menyebabkan nimfa S. furcifera cepat mati (Syahrir, 2007).

2. KESIMPULAN

Dari hasil yang diperoleh dapat simpulkan bahwa :

1. Media alternatif seperti beras, jagung, dedak, dan bekatul dapat dijadikan media produksi
Inokulum jamur Metarhizium dan B. bassiana, karena mengandungan nutrisi yang
dibutuhkan untuk tumbuh.
2. Media jagung menjadi media terbaik untuk memproduksi inokulum jamur Metarhizium dan
B. bassiana berdasarkan hasil jumlah dan viabilitas spora yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-fatah, S I. 2011. Patogen Serangga Jamur Beauveria bassiana Sebagai Salah Satu Cara
Pengendalian Hama.[Skripsi]. Fakultas Pertanian UNS. UNS. Surakarta.
Hasyim, A., H. Yasir., dan Azwana. 2005. Seleksi Substrat untuk Perbanyakan Beauveria
bassiana (Balsamo) Vuillemin dan Infektivitasnya terhadapHama Penggerek Bonggol
Pisang, Cosmopolites sordidus Germar. J. Hort. 15(2):116-123
Herlinda, Siti., Hartono., dan Chandra Irsan. 2008. Efikasi Bioinsektisida Formulasi Cair
Berbahan Aktif Beauveria bassiana (Bals.) Vuill. Dan Metarhizium Sp. Pada Wereng
Punggung Putih (Sogatella furcifera HORV.). Seminar Nasional dan Kongres PATPI
2008: 1-15.
Hindayana, 2002. Musuh Alami, Hama dan penyakit Tanaman Kopi. Departemen Pertanian.
Jakarta.
Novianti, Dewi. 2017. Efektivitas Beberapa Media Untuk Perbanyakan Jamur Metarhizium
anisopliae. Sainmatik 14(2). 81-88.
Prayogo Y, Wedanimbi T, Marwoto. 2005. Prospek Cendawan Entomopatogen Metarhizium
anisopliae untuk Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura Pada Kedelai. J. Litbang
Pertanian, 24(1):19-26.
Shah, F.A., S.W. Cheng, and M.B. Tariq. 2005. Nutrition influences growth and virulence of the
insect-pathogenic fungus Metarhizium ani-sopliae. FEMS Microbiol. Lett. 251(2):259-266.
Syahrir S. 2007. Substtitusi Jagung dengan Gabah Dalam Ransum Broiler Fase Finisher. Buletin
Nutrisi dan Makanan Ternak. 6(1):25-30.
Teja, KNPC dan Rahman, SJ. 2016. Characterisation and evaluation of Metarhizium anisopliae
(Metsch.) Sorokin Strains for Their Temperature Tolerance. Journal Mycology An
International Journal on Fungal Biology. Volume 7.Issue 4. 171-179 Hlm.
Wahyudi, P., S. Pawiroharsono, dan I. Ganjar. 2002. Optimasi produksi mikoinsektisida dari
Beauveria bassiana pribumi dengan substrat tepung beras. Mikrobiologi Indonesia 7(1). 1
hal. (Abstrak).

Yogyakarta, 28 Juni 2020

Asisten, Praktikan,

(Dr. Siti Nur Aisyah, S.P.) (Rofiq Agiel Prastya)

Anda mungkin juga menyukai