Anda di halaman 1dari 138

0 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


1 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sanitasi sebagai salah satu indikator dalam upaya mewujudkan Tujuan
Pembangunan Milenium, atau MDG masih merupakan hal yang sangat sulit
dicapai sampai tahun 2015. Millennium Development Goals atau Tujuan
Pembangunan Millenium mencanangkan pada 2015 sebanyak 77,2% persen
penduduk Indonesia ditargetkan telah memiliki akses air minum yang layak dan
minimal 59.1 persen penduduk Indonesia di Kota dan Desa sudah memperoleh
pelayanan sanitasi yang memadai (Status Millenium Development Goal Indonesia
2009).
Secara nasional permasalahan yang terjadi adalah cakupan Sanitasi yang
belum merata dan belum menggambarkan kualitas yang sebenarnya mengenai
fasilitas sanitasi tersebut. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya
kondisi ini, antara lain disebabkan lemahnya perencanaan pembangunan
sanitasi, yang ditandai dengan pembangunan sanitasi tidak terpadu, salah
sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan, serta kurangnya
perhatian masyarakat pada perilaku hidup bersih dan sehat.
salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat
kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,
kondisi lingkungan permukiman, estetika serta kenyamanan dalam kehidupan
sehari-hari. Sanitasi merupakan salah satu faktor terpenting dalam mewujudkan
layanan yang terkait dengan pengentasan kemiskinan dan peningkatan
produktivitas.
Namun masih sering dijumpai bahwa aspek-aspek pembangunan sanitasi yang
meliputi air limbah - yang tidak terpisahkan dari penyediaan air bersih -
persampahan dan drainase, masih berjalan sendiri-sendiri. Meskipun masuk
dalam satu bidang pembangunan yaitu sanitasi, tetapi masing-masing aspek

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


2 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

tersebut ditangani secara terpisah sehingga banyak terjadi tumpang tindih


kegiatan pembangunan bidang sanitasi oleh institusi yang berbeda beda, di sisi
lain masih banyak ditemui aspek sanitasi yang belum tertangani oleh siapapun.
Hal tersebut seringkali membingungkan masyarakat sebagai penerima manfaat
sekaligus pelaku pembangunan.
Pelaksanaan pembangunan sanitasi sering berjalan secara parsial dan belum
terintegrasi dalam suatu “rencana besar” yang sifatnya integratif dan memiliki
sasaran secara menyeluruh serta dengan jangka waktu yang lebih panjang.
Masing-masing institusi melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya sendiri-sendiri, padahal seringkali kegiatan tersebut sebetulnya
dapat diintegrasikan dalam satu kegiatan yang saling bersinergi. Sementara
masih terdapat pula institusi yang tidak memiliki tugas menangani sanitasi secara
langsung namun sangat dibutuhkan peranannya dalam mendukung
pembangunan sanitasi.
Sejalan dengan tuntutan dan cita-cita peningkatan standar kualitas hidup
masyarakat, dan di sisi lain tingkat pencemaran lingkungan semakin tinggi, serta
keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri sehingga dampak negatif yang
disebabkan oleh pemanfaatan lingkungan juga masih sangat tinggi, hal ini
menyebabkan sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus
diperhatikan. Sanitasi tidak bisa dianggap sebagai urusan “sepele”,
urusan sanitasi sama pentingnya dengan urusan-urusan yang lain. Belajar dari
pengalaman, penanganan sanitasi tidak dapat dilakukan secara parsial.
Perencanaan yang tumpang tindih, tidak tepat sasaran, dan tidak berkelanjutan
tidak boleh terulang lagi. Sanitasi harus ditangani secara multistakeholder dan
komprehensif. Siapapun yang terkait dalam penyediaan layanan sanitasi di kota,
harus dilibatkan secara aktif.
Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia sudah harus merupakan upaya
bersama yang terkoordinir dari semua tingkatan pemerintah, lembaga non
pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan sektor swasta. Program

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


3 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) adalah salah satu


program untuk mewujudkan perencanaan dan pembangunan sanitasi yang
komprehensif. Keterlibatan lintas sektor dalam pembangunan sanitasi dilakukan
demi mewujudkan kondisi sanitasi yang lebih baik, baik dalam konteks nasional
maupun internasional (dalam upaya pencapaian sasaran MDGs).
Untuk maksud tersebut maka dibentuklah kelompok kerja (Pokja) sanitasi, yang
diharapkan dapat berfungsi sebagai unit koordinasi perencanaan, pelaksanaan,
pengembangan dan pengawasan serta monitoring pembangunan sanitasi dari
berbagai aspek. Pokja yang tidak hanya melibatkan unsur pemerintah saja
namun juga yang melibatkan masyarakat serta swasta, baik yang secara langsung
terlibat dalam struktur pokja maupun sebagai mitra-mitra pendukungnya.
Di tingkat nasional, koordinasi kebijakan dilakukan oleh Tim Teknis
Pembangunan Sanitasi (TTPS) yang menyatukan 7 pemangku kepentingan utama
dari lingkungan pemerintah (Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kementerian Perindustrian). Di provinsi, Pokja Provinsi dibawah
koordinator Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) provinsi akan
menjadi titik pusat regional untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi
sanitasi. Di level Kabupaten, Pokja yang menangani permasalahan Sanitasi
dibentuk oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten sekaligus
menjadi penanggungjawab dalam mengembangkan perencanaan dan
pembangunan sanitasi skala kabupaten. Mereka memastikan koordinasi antar
berbagai dinas pemerintah kota dan pihak-pihak non pemerintah, menghasilkan
buku putih sanitasi kota, strategi sanitasi kota (SSK) dan menciptakan lingkungan
yang mendukung untuk perencanaan sanitasi yang terkoordinir dan sedang
berjalan di tingkat kabupaten.
Sebagai langkah awal Pokja akan menyusun suatu perencanaan sanitasi secara
lebih komprehensif, integratif, inovatif dan melibatkan masyarakat sehingga

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


4 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat. Pembangunan sanitasi tidak hanya


ditekankan pada pembangunan sarana fisik tetappi ada hal lain yang perlu
dilakukan agar sarana tersebut bermanfaat secara berkelanjutan. Proses
perencanaan harus dilakukan dengan melihat permasalahan yang muncul baik
masalah yang terkait dengan aspek teknis maupun aspek non-teknis secara
menyeluruh, sehingga solusinya pun akan tepat, sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi.

Salah satu upaya memperbaiki kondisi sanitasi adalah dengan menyiapkan


sebuah perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan.
Dalam hal ini, Pemerintah mendorong kota dan kabupaten di Indonesia untuk
menyusun Strategi Sanitasi Perkotaan atau Kabupaten (SSK) yang memiliki
prinsip berdasarkan data aktual, skala kabupaten/kota, disusun sendiri oleh kota
atau kabupaten (dari, oleh, dan untuk kota atau kabupaten tersebut) dan
Menggabungkan pendekatan bottom-up dan top-down

Untuk menghasilkan SSK yang demikian, maka kota atau kabupaten harus
mampu memetakan situasi sanitasi wilayahnya. Pemetaan situasi sanitasi yang
baik hanya bisa dibuat apabila kota atau kabupaten mampu mendapatkan
informasi lengkap, akurat, dan mutakhir tentang kondisi sanitasi, baik
menyangkut aspek teknis mapun non teknis. Dalam konteks ini Buku Putih
merupakan prasyarat utama dan dasar bagi penyusunan SSK.

Buku Putih Sanitasi merupakan pemetaan situasi sanitasi kota atau kabupaten
berdasarkan kondisi aktual. Pemetaan tersebut mencakup aspek teknis dan
aspek non-teknis, yaitu aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan
masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek-aspek lain seperti
keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. Buku Putih
merupakan database sanitasi kota atau kabupaten yang paling lengkap,

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


5 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

mutakhir, aktual, dan disepakati seluruh SKPD dan pemangku kepentingan


terkait pembangunan sanitasi.

1.2. Pengertian Dasar Sanitasi


Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) secara umum sanitasi
didefinisikan sebagai usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yg
baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat. Sedangkan
pengertian yang lebih teknis dari adalah upayapencegahan terjangkitnya dan
penularan penyakit melalui penyediaan saranasanitasi dasar (jamban),
pengelolaan air limbah rumah tangga (termasuk sistem jaringan perpipaan air
limbah), drainase dan sampah (Bappenas, 2003). Sehingga dengan definisi
tersebut dapat dilihat 3 sektor yang terkait dengan sanitasi adalah sistem
pengelolaan air limbah rumah tangga, pengelolaan persampahan dan drainase
lingkungan.
Pengertian dasar Penanganan Sanitasi di Kabupaten Barru adalah sebagai
berikut:
1. Blackwater; limbah rumah tangga yang bersumber dari WC.
2. Grey water; limbah rumah tangga non kakus (WC) yaitu buangan yang
berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci.
3. Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah
tangga (domestik) dengan sistem :
a. Pengolahan On Site menggunakan sistem septic-tank dengan peresapan
ke tanah dalam penanganan limbah rumah tangga.
b. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang
dilakukan secara terpusat.
4. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah
yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar,
restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo
ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


6 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

5. Penanganan drainase kota dengan memfungsikan saluran drainase sebagai


penggelontor air kota dan memutuskan air permukaan (mengurangi
genangan).
6. Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah Kabupaten Barru untuk
menyediakan air bersih bagi masyarakat baik melalui jaringan PDAM
maupun non PDAM yang bersumber dari air permukaan maupun air hujan.

1.3. Landasan Gerak


Pembangunan adalah sebuah perubahan terencana dalam mewujudkan visi
sebuah tatanan. Perubahan terencana tersebut ditandai oleh terbukanya ruang
bagi unsur-unsur penyusun tatanan untuk menyuarakan aspirasinya dan
menentukan pilihannya didalam berkontribusi terhadap proses pencapaian visi
tatanan. Agar kontribusi setiap unsur bisa efektif mempengaruhi arah dan
kecepatan perubahan maka diperlukan sebuah koridor dalam bentuk dokumen
perencanaan.

Kabupaten Barru terbentuk sebagai entitas kesatuan wilayah dan pemerintahan


yang otonom dengan mandat untuk mensejahterakan masyarakat dan
berkontribusi terhadap perkembangan Provinsi Sulawesi Selatan dan Republik
Indonesia. Dalam mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan sebuah perencanaan
jangka menengah sebagai arahan pembangunan tentang kondisi lima tahun yang
hendak diwujudkan dan upaya-upaya untuk mewujudkan kondisi tersebut.

Visi pembangunan Kabupaten Barru 2010-2015 mengacu pada visi yang telah
disampaikan oleh Bupati/Wakil Bupati hasil pemilihan kepala daerah tahun 2010
yaitu;

“Terwujudnya Kabupaten Barru Lebih Maju, Sejahtera, Taat Azas dan


Bermartabat yang Bernafaskan Keagamaan”

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


7 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Visi ini menjadi arah perjalanan pembangunan Kabupaten Barru selama tahun
2010-2015 dengan penjelasan makna visi sebagai berikut :

1. Lebih maju adalah kondisi dimana pada tahun 2015 Kabupaten Barru
menjadi lebih baik dalam hal kualitas sumberdaya manusia yang meliputi
angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah, angka melek huruf dan daya
beli masyarakat.
2. Sejahtera bermakna bahwa pembangunan Kabupaten Barru dilakukan untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial seluruh masyarakat Barru.
3. Taat azas dimaksudkan bahwa pembangunan Kabupaten Barru yang
dilakukan mengacu pada ketentuan hukum dan norma budaya/adat-istiadat
serta kearifan lokal dalam rangka terpeliharanya kebersamaan antar
berbagai unsur dalam tatanan daerah dan terjaminnya keberlanjutan
pembangunan.
4. Bermartabat dimaksudkan bahwa pembangunan di Kabupaten Barru
dilakukan dengan berlandaskan pada semangat menuju daya saing dan
kemandirian daerah.
5. Bernafaskan keagamaan bermakna bahwa seluruh aktivitas
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan
kemasyarakatan berlandaskan nilai-nilai keagamaan.
Berdasarkan visi tersebut di atas, maka misi pembangunan jangka menengah
daerah yang ditetapkan sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas manusia


2. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pembangunan untuk
kesejahteraan masyarakat
3. Menciptakan lingkungan yang kondusif
4. Mengembangkan interkoneksitas wilayah.
5. Mewujudkan tata kelola yang baik dan bersih

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


8 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

1.4. Maksud dan Tujuan


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Barru disusun untuk menggambarkan
karakteristik dan kondisi sanitasi, serta prioritas atau arah pengembangan kota
dan masyarakat Kabupaten Barru yang terjadi pada saat ini (kondisi existing).
Buku Putih Sanitasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan
faktual mengenai kondisi dan profil sanitasi Kabupaten Barru pada saat ini.
Pemetaan kondisi dan profil sanitasi (sanitation mapping) dilakukan untuk
menetapkan zona sanitasi prioritas yang penetapannya berdasarkan urutan
potensi resiko kesehatan lingkungan (priority setting). Dalam Buku Putih ini,
priority setting dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang tersedia,
hasil studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk
Assessment) atau EHRA, dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kabupaten Barru yang menangani secara langsung pembangunan dan
pengelolaan sektor sanitasi di Kabupaten Barru.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam proses penyusunan Buku Putih ini antara
lain adalah pembangunan kapasitas (capacity building) Pemerintah Kabupaten
Barru beserta stakeholder lainnya untuk mampu mengidentifikasi, memetakan,
menyusun rencana tindak dan menetapkan strategi pengembangan sanitasi
Kabupaten. Di samping itu, pembentukan Pokja Sanitasi diharapkan dapat
menjadi embrio entitas suatu badan permanen yang akan menangani dan
mengelola program pembangunan dan pengembangan sanitasi di tingkat
Kabupaten.

Selain itu Buku Putih Sanitasi bertujuan untuk mendorong terjadinya


perencanaan dan pembangunan sanitasi yang lebih komprehensif dengan
memperhatikan aspek teknis dan non teknis. Buku putih sanitasi Kabupaten
Barru adalah data dasar tentang kondisi sanitasi kota saat ini yang akan sangat
berguna bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Barru dan
pelaksanaan monitoring evaluasi program-program sanitasi.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


9 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Barru merupakan dasar dan acuan dimulainya
pekerjaan sanitasi yang lebih terintegrasi dan komprehensif karena merupakan
hasil kerja berbagai komponen dinas atau kelembagaan lain yang terkait dengan
sanitasi. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Barru ini menyediakan data dasar yang
esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Barru,
yang nantinya menjadi panduan kebijakan Pemerintah Kabupaten Barru dalam
manajemen kegiatan sanitasi.
Buku putih yang berisi pemetaan situasi sanitasi kota merupakan gambaran awal
dan rencana dilakukannya zona-zona sanitasi di tingkat kota. Dengan adanya
zona sanitasi akan muncul kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan
pengembangan strategi sanitasi skala kota yang didalamnya mencakup strategi
sanitasi, rencana tindak dan anggaran perbaikan maupun peningkatan sanitasi di
Kabupaten Barru.
Pada masa mendatang strategi yang telah dirumuskan akan diterapkan dalam
tahap implementasi.Kemitraan dari berbagai pihak baik masyarakat, lembaga
non pemerintah, kalangan akademisi maupun pihak swasta, baik di level kota
maupun nasional sangat diperlukan dalam fase ini.

1.5. Pendekatan dan Metodologi


Secara umum metode di dalam penyusunan Buku Putih ini terdiri dari beberapa
langkah, yaitu :
1. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder sektor sanitasi digunakan sebagai dasar untuk membuat
pemetaan kondisi sanitasi secara aktual, serta memotret kebutuhan akan
layanan sanitasi yang baik, sesuai standar kebutuhan minimal pembangunan
sanitasi. Tidak hanya sekedar kompilasi, tetapi juga dilakukan proses seleksi dan
verifikasi data. Banyak dokumen kegiatan program yang mampu memberikan
informasi mengenai apa yang terjadi dimasa lampau yang erat kaitannya dengan
kondisi yang terjadi pada masa kini.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


10 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

2. Pendalaman data Sekunder yang telah diperoleh


Dari data sekunder yang telah diperoleh, maka dilakukan verifikasi lanjutan,
pengecekan silang data-data yang diperoleh dan pendalaman data tersebut
dengan melaksanakan:

pertemuan secara berkala dengan anggota Pokja yang dikoordinasikan oleh


Bappeda Kabupaten Barru selaku Ketua Pokja
meninjau tempat-tempat yang dilayani program sanitasi serta sebagian dari
daerah pelayanan di kawasan perkotaan dan daerah kumuh (survey dan
observasi)
diskusi yang bersifat teknis (focus group discussion) dan mendalam juga akan
dilakukan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam sanitasi. Diskusi untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas terkait kondisi yang ada serta upaya-
upaya yang telah, sedang dan akan dilakukan untuk meningkatkan pelayanan
pemerintah kepada masyarakat di bidang sanitasi

3. Pengumpulan Data Primer


Data primer yang dikumpulkan meliputi :
- Studi Kelembagaan dan Keuangan
- Penilaian Sanitasi Berbasis Masyarakat (Community-based Sanitation
Assessment)
- Studi Penyedia Layanan Sanitasi (Sanitation Supply Assessment/SSA)
- Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk
Assessment/EHRA)
- Studi Komunikasi dan Pemetaan Media

Metode yang digunakan dalam penyusunan ini adalah studi dokumen dan
pengumpulan data sekunder yang ada di masing-masing SKPD yang terkait, dan
didukung dengan observasi objek yang relevan.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


11 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Selain itu dilakukan beberapa jenis survey yaitu survey keterlibatan sektor
swasta, survey komunikasi dan pemetaan media, survey partisipasi masyarakat
jender dan kemiskinan kepada beberapa responden baik kalangan SKPD,
Pengusaha, Media maupun ke masyarakat langsung dan survey Environmental
Health Risk Assesment (EHRA) ke rumah tangga sample di 54 kelurahan/desa.
Analisa yang digunakan adalah analisa kualitatif dengan membandingkan data
dan informasi yang ada dikaitkan dengan kondisi yang seharusnya atau kondisi
ideal untuk mengetahui seberapa jauh kesenjangan (gap) yang ada. Untuk
penentuan area dengan resiko tinggi digunakan analisa kualitatif persepsi SKPD
dan analisa kuantitatif hasil EHRA.

1.6. Posisi Buku Putih


Buku Putih Sanitasi menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur,
situasi, dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Barru. Buku Putih Sanitasi Kabupaten
Barru Tahun 2012 ini, diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis sanitasi
tingkat kabupaten (SSK). Rencana pembangunan sanitasi Kabupaten Barru
dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih
Sanitasi.

Setiap tahun data yang ada akan dibuat “Laporan Sanitasi Tahunan” yang
merupakan gabungan antara Laporan Tahunan SKPD dan status
program/kegiatan sanitasi. Laporan Sanitasi Tahunan menjadi Lampiran Buku
Putih Sanitasi 2012 dan setelah 3 tahun, semua informasi tersebut dirangkum
dalam Revisi Buku Putih Sanitasi.

1.7. Sumber data


Sumber data dalam penyusunan buku putih dikelompokan menjadi dua jenis
yaitu:

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


12 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

1. Data primer; didalamnya meliputi penilaian resiko kesehatan lingkungan,


penilaian sanitasi berbasis masyarakat, penilaian penyedia sarana sanitasi
oleh sektor swasta, penilaian keterlibatan gender dan masyarakat miskin, dan
peran media. Data ini diperoleh dengan cara melakukan beberapa studi
terkait aspek kelembagaan, keuangan, komunikasi, keterlibatan sektor swasta,
keterlibatan masyarakat dan gender, dan studi EHRA (Environmental Health
Risk Assessment) dimana sebagian data ini bersifat kualitatif (yang
menyangkut persepsi) yang kemudian dikuantifikasi.
2. Data sekunder; data kuantitatif yang telah tersedia di setiap SKPD yang
didalamnya meliputi aspek demografi, kepadatan penduduk, data keluarga
miskin, kesehatan masyarakat, arah dan kebijakan pembangunan kota, data
kelembagaan dan keuangan, dan lain-lain yang sifatnya umum.

Sumber data sekunder untuk penyusunan buku putih sanitasi Kabupaten Barru,
diantaranya:
Kabupaten Barru dalam Angka 2011, BPS Kabupaten Barru
Rencana Pembangunan Jangka Menengah(RPJM) Kabupaten Barru , 2010-
2015 , Bappeda Kabupaten Barru
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barru 2012 -2032, Bappeda
Kabupaten Barru
Profil Kesehatan Kabupaten Barru tahun 2011, Dinas Kesehatan Kabupaten
Barru
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) Kabupaten Barru Tahun
2010, Pemerintah Kabupaten Barru tahun 2010
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) Kabupaten Barru Tahun
2011, Pemerintah Kabupaten Barru tahun 2011
Laporan Akhir Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak, Tim Teknis Program
Pengembangan Sanitasi Kota Pontianak tahun 2010

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


13 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Laporan Akhir Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunung Kidul, Kelompok Kerja
Sanitasi Kabupaten Gunung Kidul, tahun 2009
Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tatakerja Dinas
Daerah Kabupaten Barru.
Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat, Badan Perencanan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis
Daerah Kabupaten Barru
Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tatakerja
Kecamatan/Kelurahan pada Kabupaten Barru
Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2010 Tentang Bangunan Gedung
Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2010 Tentang Irigasi
Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Kebersihan
Peraturan Bupati 34 tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok dan Fungsi SKPD
Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah, Pemerintah
Kabupaten Barru, Tahun 2011
Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah, Pemerintah
Kabupaten Barru, Tahun 2011
Laporan-laporan kegiatan tahunan SKPD

Aspek-aspek data yang dikumpulkan sebagai dasar informasi dalam Buku Putih
Sanitasi Kota adalah:
1. Umum dan Teknis: Diberikan daftar kebutuhan data yang perlu dikumpulkan
oleh anggota Pokja Sanitasi Kabupaten Barru. Data tersebut nantinya
terutama dibutuhkan dalam diskusi Manajemen dan Operasi Sistem Sanitasi.
2. Kebijakan Daerah dan Kelembagaan: Selain diberikan daftar kebutuhan
data yang perlu dikumpulkan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten, maka akan
dilakukan Focus Group Discussion (FGD) bersama anggota Pokja Sanitasi
Kabupaten. FGD dimaksudkan untuk membahas aspek tersebut lebih
mendalam dan bersama anggota Pokja Sanitasi Kabupaten melakukan

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


14 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

analisis terhadap aspek kelembagaan dan peraturan. Ini nantinya harus bisa
dibagi ke dalam beberapa fungsi (di antaranya fungsi perencanaan,
implementasi – fisik maupun non-fisik, operasi, pengawasan, serta
monitoring dan evaluasi). Termasuk juga keterkaitan kerja antar SKPD dalam
menjalankan fungsi-fungsi tersebut. Berdasarkan pengalaman, diskusi ini
sebaiknya dilakukan dengan dibantu oleh tenaga ahli sebagai nara sumber
yang memahami kebijakan daerah dan kelembagaan, serta berpengalaman
bekerja di bidang sanitasi. Data ini dibawa pada saat diskusi Manajemen dan
Operasi Sistem Sanitasi.
3. Keuangan: Pokja Sanitasi Kabupaten perlu memilah anggaran yang terkait
dengan sanitasi. Penting dipahami, Pokja Sanitasi Kabupaten harus memiliki
kesamaan pemahaman dan kesepakatan bagaimana memilah data keuangan
yang terkait dengan sanitasi. Selain biaya investasi infrastruktur sanitasi,
perlu dicatat juga besarnya biaya operasi dan pemeliharaan dalam beberapa
tahun terakhir.
4. Peran serta swasta dalam layanan sanitasi: Sebagian data diperoleh dari
pihak swastayang memiliki kontrak kerja sama dengan Pemerintah
Kabupaten ataupun informasi lain yang dimiliki oleh SKPD terkait. Pada
tahap ini, proses pengumpulan data dilakukan berdasarkan informasi lisan
atau tertulis yang dimiliki SKPD atau jika diperlukan dilakukan pencarian
data secara langsung di lapangan.
5. Pemberdayaan masyarakat dan jender: Informasi tentang pemberdayaan
masyarakat dalam bidang sanitasi dapat diperoleh melalui institusi lokal. Isu
jender sudah menjadi perhatian dalam program-program Pemerintah
Kabupaten, hanya saja kaitannya dalam bidang sanitasi serta kedalaman dari
isu tersebut masih bisa dipertanyakan lebih jauh. Tetapi informasi mengenai
isu jender tersebut umumnya sudah tersedia.
6. Komunikasi: Informasi yang dibutuhkan berhubungan dengan kegiatan-
kegiatan dan jenis media yang digunakan oleh Pemerintah Kabupaten,

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


15 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

melalui SKPD atau lembaga lainnya (misalnya PKK), untuk penyebarluasan


informasi yang berhubungan dengan sanitasi.

1.8. Peraturan Perundangan

Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Barru berpijak pada beberapa


peraturan perundang-undangan yang berlaku di tingkat nasional atau pusat,
propinsi maupun daerah, yang meliputi :

Undang-Undang
1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya
Alami Hayati dan Ekosistemnya
2. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
4. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
6. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
7. Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
8. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
9. Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
10. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene
11. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman
12. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
13. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
15. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Antar Pemerintah Pusat dan Daerah.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


16 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

16. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan


Jangka Panjang Nasional 2005-2025
17. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


1. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air
2. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 Tentang Perlindungan Hutan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai
5. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman
6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional
7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 Tentang Kawasan Suaka Alam
dan Pelestarian Alam
9. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang
Pengaturan Air.
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang
Pengendalian Pencemaran Air
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang
Sungai.
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


17 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang


Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kota.

Peraturan Presiden Republik Indonesia


1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJM) Tahun
2004-2009
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2005 Tentang
Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 Tentang
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur

Keputusan Presiden Republik Indonesia


1. Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 Tentang Kawasan Industri
2. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung
3. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1990 Tentang Penggunaan Tanah bagi
kawasan Industri
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim
Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.
6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang
Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun
2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


18 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Peraturan dan Keputusan Menteri


1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 21/PRT/2006 tentang kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan
(KSNP-SPP)
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 16/PRT/2008 tentang kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Permukiman (KSNP-SPALP)
3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor
35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.
4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan
AMDAL
5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 86 Tahun
2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Upaya Pemantauan Lingkungan
6. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor
409/KTPS/Thun 2002 tentang Pedoman Kerjasama Pemerintah dan Badan
Usaha Swasta dalam penyelenggaraan dan atau pengelolaan air minum
7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun
2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan
Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).

Petunjuk Teknis
1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan
Perumahan.
2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi
Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


19 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan


Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah.
3. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.72 Pet B judul Petunjuk Teknis Pembuatan
Sumur Resapan.
4. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Penerapan
Pompa Hidran Dalam Penyediaan Air Bersih.
5. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis
Pengomposan Sampah Organik Skala Lingkungan.
6. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi
Instalasi Pengolahan Air Sistem Berpindah – pindah (Mobile) Kapasitas 0.5
Liter/detik.
7. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk
Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan.
8. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Pedoman Teknis Tata Cara
Sistem Penyediaan Air Bersih Komersil Untuk Permukiman.
9. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara
Pengoperasian Dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah
Tangga Non Kakus.
10. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran
Irigasi.
11. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK

Peraturan Daerah Kabupaten Barru


1. Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tatakerja Dinas
Daerah Kabupaten Barru.
2. Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat, Badan Perencanan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis
Daerah Kabupaten Barru

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


20 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

3. Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tatakerja


Kecamatan/Kelurahan pada Kabupaten Barru
4. Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2010 Tentang Bangunan Gedung
5. Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Kebersihan
6. Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2010 Tentang Irigasi
7. Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah
8. Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2011 Tentang Pelayanan Publik
9. Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2010 Tentang Retrebusi Jasa Umum
10. Peraturan Daerah Nomor 14 tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Barru Tahun Anggaran 2012

Peraturan Bupati Barru


1. Peraturan Bupati Barru 03 tahun 2008 tentang Kawasan Bebas Sampah
2. Peraturan Bupati Barru 34 tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok dan
Fungsi Bappeda
3. Peraturan Bupati Barru 20 tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok dan
Fungsi Dinas Kesehatan
4. Peraturan Bupati Barru 25 tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok dan
Fungsi Dinas Pekerjaan Umum
5. Peraturan Bupati Barru 23 tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok dan
Fungsi Dinas Perhubungan dan KOMINFO
6. Peraturan Bupati Barru 29 tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok dan
Fungsi Dinas Kehutanan
7. Peraturan Bupati Barru 32 tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok dan
Fungsi Dinas Pengelola Keuangan Daerah
8. Peraturan Bupati Barru 26 tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok dan
Fungsi Dinas Koperasi , UMKM , Perindustrian dan Perdagangan;
9. Peraturan Bupati Barru 40 tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok dan
Fungsi Kantor Lingkungan Hidup

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


21 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

10. Peraturan Bupati Barru 43 tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok dan
Fungsi Kantor Rumah Sakit Umum Daerah
11. Peraturan Bupati Barru Nomor 22 tahun 2011 tentang Penjabaran Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Barru Tahun Anggaran 2012

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


22 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN BARRU
2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik
2.1.1. Geografis

Kabupaten Barru adalah salah satu kabupaten yang terletak dipesisir pantai barat
Provinsi Sulawesi Selatan dengan garis pantainya 78 Km. Secara geografis
terletak diantara koordinat 4⁰5’49” - 4⁰47’35” lintang selatan dan 119⁰35’00” -
119⁰49’16” bujur timur dan berada di sebelah utara Kota Makassar Ibukota
Provinsi Sulawesi Selatan yang dapat ditempuh melalui perjalanan darat ± 2,5
jam. Adapun batas administrasi dan batas fisik Kabupaten Barru adalah sebagai
berikut :
Sebelah Utara dengan Kota Pare-Pare dan Kabupaten Sidrap.
Sebelah Timur dengan Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Bone.
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Pangkajene Kepulauan.
Sebelah Barat dengan Selat Makassar.

Secara administratif kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.174,72 Km2 (117.472
Ha) sedangkan menurut peta administrasi kabupaten Barru dan peta rupa bumi
tahun 1999 seluas 1.191,10 Km2. Kabupaten Barru terbagi atas 7 Kecamatan
yaitu Kecamatan Tanete Riaja, Kecamatan Tanete Rilau, Kecamatan Barru
(Ibukota kabupaten), Kecamatan Soppeng Riaja, Kecamatan Mallusetasi,
Kecamatan Pujananting dan Kecamatan Ballusu dan terdiri dari 14 Kelurahan dan
40 Desa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


23 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Gambar 1. Peta Administrasi Provinsi Sulawesi Selatan

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


24 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Gambar 2. Peta Administrasi Kabupaten Barru

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


25 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 2.1. Pembagian Wilayah Administratif Kabupaten Barru

LUAS
No KECAMATAN DESA/KELURAHAN
Km2 %
1 TANETE RIAJA 7 174,29 14,84
2 TANETE RILAU 10 79,17 6,74
3 BARRU 10 199,32 16,97
4 SOPPENG RIAJA 7 78,90 6,71
5 MALLUSETASI 8 216,58 18,44
6 PUJANANTING 6 314,26 26,75
7 BALUSU 6 112,20 9,55
TOTAL 54 1174,72 100%
Sumber Data : Kabupaten Barru dalam Angka, Tahun 2011

2.1.2. Topografis

Kabupaten Barru mempunyai ketinggian antara 0 – 1.700 meter diatas


permukaan laut dengan bentuk permukaan sebagian besar daerah kemiringan,
berbukit hingga bergunung-gunung dan sebagian lainnya merupakan daerah
datar hingga landai. Adapun keadaan wilayah berdasarkan kelerengan dapat
disajikan pada Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2.2. Keadaan Wilayah berdasarkan Kelerengan


Di Kabupaten Barru Tahun 2010

LERENG ( º) KRITERIA LUAS ( Ha ) PRESENTASE (%)


0–2 Datar 26.596 22,64
2–15 Landai 7.043 5,49
15 – 40 Kemiringan 33.346 28,31
> 40 Terjal 50.587 43,06
Sumber Data : Kabupaten Barru dalam Angka, Tahun 2011

Berdasarkan Kemiringan / Kelerengan, keadaan Wilayah Kabupaten Barru dapat


dilihat pada Tabel 3 berikut ini :

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


26 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 2.3. Keadaan Wilayah berdasarkan Kemiringan


Di Kabupaten Barru Tahun 2010

KEMIRINGAN TANAH / LERENG ( Ha )


NO KECAMATAN TOTAL
0–2% 2–15% 15 – 40 % > 40 %
1. TANETE RIAJA 1.230 6.631 7.580 1.988 17.429
2. TANETE RILAU 2.425 3.021 2.171 120 7.917
3. BARRU 3.179 7.642 7.441 1.670 19.932
4. SOPPENG RIAJA 1.857 3.058 2.384 591 7.890
5. MALLUSETASI 1.557 4.740 10.829 4.532 21.658
6. PUJANANTING 426 8.343 17.398 5.259 31.426
7. BALUSU 2.034 3.949 4.521 716 11.220
TOTAL 12.709 37.564 52.324 14.875 117.472
PROSENTASE (%) 10,82 31,98 44,54 12,66 100,00
Sumber Data : Kabupaten Barru dalam Angka, Tahun 2011

Keadaan Wilayah Kabupaten Barru berdasarkan ketinggian dari permukaan laut


didominasi oleh lahan yang berada pada ketinggian 100-500 meter yakni seluas
52.782 Ha (44,93 %), ketinggian 0 – 25 meter seluas 26.319 Ha ( 22,40%) dan
ketinggian diatas 1500 meter seluas 75 Ha (0,06%) sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.4. Keadaan Wilayah berdasarkan Ketinggian dari Permukaan Laut


Di Kabupaten Barru Tahun 2010
LUAS BERDASARKAN KETINGGIAN TEMPAT ( Ha )
NO KECAMATAN
0 – 25 m 25–100 m 100–500 m 500–1000 m 1000-1500 m > 1500 m LUAS
1. TANETE RIAJA 1.108 4.540 6.055 5.187 539 17.429

2. TANETE RILAU 3.679 2.180 2.058 - - - 7.917


3. BARRU 3.387 5.081 9.449 1.672 343 - 19.932
4. SOPPENG RIAJA 3.110 1.182 2.779 819 - - 7.890

5. MALLUSETASI 2.413 2.410 11.219 5.617 - - 21.658


6. PUJANANTING - 259 21.596 8.416 1.071 84 31.426
7. BALUSU 3.292 1.433 5.060 1.354 81 - 11.220
TOTAL 16.990 17.084 58.214 23.066 2.034 84 117.472
PROSENTASE (%) 14,46 14,54 49,56 19,64 1,73 0,07 100

Sumber Data : Kabupaten Barru dalam Angka, Tahun 2011

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


27 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

2.1.3. Iklim

Tipe Iklim dengan Metode Zone Agroklimatologi yang berdasarkan pada bulan
basah ( curah hujan lebih dari 200 mm/bulan ) dan bulan kering ( curah hujan
kurang dari 100 mm/bulan ) di Kabupaten Barru terdapat seluas 71,79 persen
Wilayah ( 84.340 Ha ) dengan Tipe Iklim C yakni mempunyai bulan basah
berturut-turut 5 – 6 bulan ( Oktober sampai dengan Maret ) dan bulan kering
berturut-turut kurang dari 2 bulan ( April sampai dengan September ).

Tabel 2.5. Keadaan Curah Hujan di Kabupaten Barru Tahun 2009


LANRAE MANUBA RALLA MANGKOSO MAREPPANG
NO. BULAN
HH Mm HH Mm HH Mm HH Mm HH Mm
1. JAN U A R I 16 358 21 330 17 349 18 340 17 423
2. PEBRUARI 9 172 10 327 10 227 13 309 9 247
3. MARET 10 213 18 492 16 475 13 366 11 316
4. APR IL 15 372 17 352 9 194 16 354 7 265
5. MEI 8 51 12 65 5 148 6 67 8 197
6. JUNI 10 112 15 110 11 159 13 118 13 406
7. JULI - - 1 21 1 14 1 11 2 77
8. AGUSTUS - - 1 3 - - - - 1 61
9. SEPTEMBER - - - - - - - - 2 17
10. OKTOBER - - - - 1 3 - - - -
11. NOPEMBER 4 50 11 117 9 154 79 5 5 184
12. DESEMBER 20 332 12 391 29 590 325 19 19 453
TOTAL 92 1.660 118 2.208 108 2.313 100 1.975 94 2.646
Sumber Data : Seksi Pengairan Dinas PU Kab. Barru, Tahun 2010

Berdasarkan table 5 di atas, total hari hujan selama setahun di Kabupaten


Barru sebanyak 94 hari dengan jumlah curah hujan sebesar 2.646 mm. Curah
hujan di Kabupaten Barru berdasarkan hari hujan terbanyak pada bulan
Desember – Januari dengan jumlah curah hujan 423 mm dan 453 mm sedangkan
hari hujan masing-masing 2 hari dengan jumlah curah hujan masing – masing 77
mm dan 17 mm.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


28 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

2.1.4. Jenis Tanah

Jenis Tanah di Kabupaten Barru dapat diklasifikasikan menjadi 4 ( Empat )


Bagian yang tersebar di beberapa Kecamatan yaitu :

1. Jenis Tanah Aluvial Muda, dari bahan induk Aluvium, tekstur beraneka
ragam dengan kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebaran jenis tanah ini
di daerah daratan Aluvial Sungai, daratan Aluvial Pantai dan di daerah
cekungan (depresi). Jenis tanah ini meliputi 12,48 persen dari luas wilayah
Kabupaten Barru dan terdapat di Kecamatan Tanete Riaja.
2. Jenis tanah Litosol merupakan tanah mineral dari bahan induk batuan
beku atau batuan sedimen keras, solum dangkal, tekstur beraneka dan
umumnya berpasir. Jenis tanah Litosol didapati umumnya di wilayah
dengan tofografi berbukit, pegunungan. Di Kabupaten Barru jenis tanah
ini terdapat di Kecamatan Tanete Rilau dan Tanete Riaja yang meliputi
24,72 persen dari luas wilayah Kabupaten Barru.
3. Jenis tanah Regosol meliputi 38,20 persen dari luas wilayah Kabupaten
Barru dan tersebar di seluruh kecamatan. Jenis tanah ini masih muda
dengan tekstur pantai, kesuburan sedang berasal dari bahan induk
vulkanis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng volkan muda
dan di daerah beting pantai atau gumuk– gumuk pasir.
4. Jenis tanah Mediteran berasal dari bahan induk batuan kapur keras
(Limestone) dan Tufa Vulkanis bersifat basa. Tekstur umumnya lempung
permeabilitas sedang dan peka erosi. Di Kabupaten Barru jenis tanah
mediteran ini meliputi 24,60 persen terdapat di semua kecamatan kecuali
di Kecamatan Tanete Rilau.
Dari ke 4 (empat) jenis tanah tersebut, dapat digambarkan dalam Tabel
berikut: :

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


29 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 2.6. Jenis Tanah di Kabupaten Barru Tahun 2010


LUAS DAN PROSENTASE
NO JENIS TANAH
Ha PROSENTASE (%)
1. ALUVIAL 14.659 12,48
2. LITOSOL 29.043 24,72
3. REGOSOL 41.254 38,20
4. MEDITERAN 32.516 24,60
TOTAL 117.472 100,00
Sumber Data : Kabupaten Barru dalam Angka, Tahun 2011

2.1.5. Hidrologi

Air merupakan sumberdaya alam untuk memenuhi hayat hidup manusia maupun
makhluk hidup lainnya. Potensi sumber air di Kabupaten Barru yang dapat
dimanfaatkan untuk kehidupan adalah air hujan, air permukaan dan aliran sungai
atau limpasan.

Sungai merupakan sumber air terbesar di Kabupaten Barru yaitu Sungai Lipukasi,
Sungai Jampue, Sungai Lakepo, Sungai Lampoko, Sungai Manuba, Sungai
Lipukasi, Sungai Kiru-kiru, Sungai Bungi dan diantara sungai-sungai tersebut
terdapat Sungai yang terbesar adalah Sungai Sikapa yang berhulu di daerah
Kecamatan Tanete Riaja yang mengalir melalui daerah persawahan serta
bermuara ke Selat Makassar. Sungai-sungai yang ada selain airnya dimanfaatkan
untuk keperluan irigasi, industri, rumah tangga juga sungai-sungai yang ada
berpotensi untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan untuk budidaya
perikanan.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


30 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 2.7
Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten

NAMA DAS LUAS (km2) DEBIT(m3/detik)

Sungai Lisu - -
Sungai Barru/Jampue 131,52 -
Sungai S.Kepo/Nepo 108,40 -
Sungai Lampoko 111,24 -
Sungai Manuba 96,80 -
Sungai Lipukasi 516,14 -

Sungai Kiru Kiru - -


Sungai Cinanga - -
Sungai Pangakajene - -
Sungai Walanae - -
Sungai Bungi - -
Sungai Karajae - -
Sungai Segeri - -
Sumber : Barru Dalam Angka, 2011

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


31 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Gambar 3. Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Barru

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


32 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

2.1.6. Pemanfaatan Lahan

Berdasarkan pemanfaatan lahannya secara umum terbagi atas ± 47,23 persen


didominasi oleh hutan, ± 15,82 persen kebun campuran, ± 13,59 persen areal
Persawahan, ± 10,82 persen areal semak belukar. Adapun pemanfaatan lahan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini :

Tabel 2.8. Penggunaan Tanah di Kabupaten Barru Tahun 2010

LUAS DAN PROSENTASE


NO PENGGUNAAN TANAH
Ha PROSENTASE (%)
1. Kampung / Pemukiman 2.767,92 2,36
2. Sawah 15.959,23 13,59
3. Kolam / Tambak 2.903,55 4,47
4. Kebun Campuran 18.586,95 15,82
5. Ladang / Tegalan 5.138,70 4,37
6. Lahan Terbuka 3.367,53 2,87
7. Mangrove 288,89 0,25
8. Semak Belukar 12.712,11 10,82
9. Alang – alang 265,32 0,23
10. Hutan 55.481,80 47,23
TOTAL 117.472,00 100,00
Sumber Data : Kabupaten Barru dalam Angka, Tahun 2011

2.1.7. Wilayah Rawan Bencana

Letak geografis dan kondisi geologis yang berpariasi dapat menyebabkan


Kabupaten Barru menjadi sala satu daerah di Sulawesi Selatan rawan bencana
alam seperti gempa bumi, tsunami, badai, banjir, tanah longsor, kebakaran
hutan, dan angin kencang. Jenis jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Barru
terdiri dari tanah regosol, mediteran, litosol, aluvial, sebagian tanah tersebut
berpotensi mengalami gerakan-gerakan yang dapat dikategorikan dalam empat
jenis pergerakan yaitu; aliran tanak dan batu batuan, longsoran atau tanah
longsor, runtuhan atau tanah runtuh, amblesan atau pergeseran tanah.
Sedangkan penyebabnya atau terjadinya gerakan tanah tersebut antara lain ;

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


33 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

1. Topografi wilayah (lereng/ kemiringan)


2. Keadaan tanah, bebatuan, struktur pelapisan dan lainnya.
3. Kandungan air termasuk curah hujan
4. Vegetasi, flora, dan penggunaan lahan.

Kondisi tektonik Kabupaten Barru tidak dapat dipisahkan oleh struktur-struktur


tektonik Sulawesi Selatan dan Sulawesi, secara keseluruhan yang mengakibatkan
aktifitas gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Selatan dan sekitarnya antara lain :
a. Aktivitas tektonik, palung Sulawesi Utara terletak di pinggir Selatan cekungan
Sulawesi, ujung Barat dimulai dari Selat Makassar memanjang ke arah Timur
sepanjang Laut Sulawesi, gempa yang terjadi dalam palung ini adalah
umumnya berasal dari kedalaman dangkal dan menengah yang didominasi
oleh sesar naik (Thrust Fault).
b. Struktur tektonik inilah yang menyebabkan wilayah Sulawesi Selatan dan
sekitarnya sering mengalami gempa bumi. Jika gempa bumi ini berpusat di
tengah lautan dengan magnitude lebih besar dari 0,6 skala richter dan pusat
gempanya dangkal (kurang dari 33 km), serta gempa bumi yang terjadi
memiliki pola mekanisme dominan yaitu sesar naik atau turun akan
menyebabkan tsunami.
1. Gempa Bumi
Sama halnya dengan kabupaten lainnya di Sulawesi Selatan, Kabupaten
Barru termasuk salah satu wilayah daerah cukup rawan gempa bumi
tektonik. Bencana gempa bumi dalam lima tahun terakhir tak pernah
dirasakan akibatnya, sehingga tidak menimbulkan kerugian material atau
korban jiwa. Hal ini disebabkan karena gempa bumi yang pernah terjadi di
Sulawesi Selatan hanya terjadi di daerah Mamuju, Bulukumba, Pinrang dan
Majene dan semua pusat gempa yang terjadi letaknya jauh dari kabupaten
Barru.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


34 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

2. Banjir
Penyebab utama bencana banjir adalah curah hujan yang cukup tinggi,
penggundulan hutan di hulu sungai, penyumbatan aliran atau saluran, tidak
berfungsinya tanggul, selokan air yang tidak dapat menampung derasnya/
besarnya debit air pada musim hujan. Adapun lokasi di Kabupaten Barru
yang rawan terhadap banjir adalah; Kecamatan Mallusetasi (Desa
Cilellang), Kecamatan Soppeng Riaja (Desa Batupute, Lawallu, Kelurahan
Mangkoso dan Desa Ajakkang), Kecamatan Balusu (Desa Lampoko, Balusu,
Kelurahan Takkalasi dan Desa Binuang), Kecamatan Barru (Kelurahan
Mangempang, Sumpang Binangae, Tuwung dan Coppo), Kecamatan Tanete
Riaja (Desa Lompo Tengah dan Kelurahan Lompo Riaja), Kecamatan Tanete
Rilau (Kelurahan Tanete dan Desa Lalabata).
3. Angin Kencang/Topan
Bencana alam angin kencang/topan sangat susah diprediksi dan hampir
semua kecamatan dalam lima tahun terakhir pernah mengalaminya,
namun kerusakan yang terjadi atau akibat yang ditimbulkan tidaklah terlalu
besar dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Sulawesi Selatan. Adapun
daerah yang rawan akan terjadinya bencana angin kencang adalah :
Kecamatan Mallusetasi (Desa Bojo, Kupa, Kelurahan Mallawa dan Palanro),
Kecamatan Balusu (Desa Kamiri), Kecamatan Barru (Desa Tompo, Galung,
Palakka dan Anabanua), Kecamatan Tanete Rilau (Desa Lipukasi, Corawalie
dan Pancana), Kecamatan Tanete Riaja (Desa Lompo Tengah, Kelurahan
Lompo Riaja dan Mattirowalie), Kecamatan Pujananting (semua desa).
4. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan terjadi pada musim kemarau yaitu antara bulan April
sampai bulan Oktober. Hal ini biasanya terjadi kurangnya kesadaran
masyarakat yang melakukan pembabatan hutan atau pembukaan lahan
oleh masyarakat serta musim kemarau yang berkepanjangan. Adapun
lokasi yang rawan terjadi kebakaran hutan: Kecamatan Mallusetasi (Desa

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


35 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Kupa, Nepo dan Manuba), Kecamatan Soppeng Riaja (Desa Siddo dan
Paccekke), Kecamatan Balusu ( Desa Kamiri, Binuang dan Balusu),
Kecamatan Barru (Desa Palakka, Anabanua, Galung dan Tompo),
Kecamatan Tanete Rilau (Desa Lalabata), Kecamatan Tanete Riaja (Desa
Lempang, Mattirowalie dan Harapan), Kecamatan Pujananting ( Desa
Jangan-jangan, Bacu-bacu dan Pujananting).

2.1.8. Bidang Pekerjaan Umum


Perkembangan hasil-hasil pembangunan pada bidang urusan Pekerjaan Umum
meliputi proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik, jaringan irigasi, rasio
tempat ibadah per satuan penduduk, persentase rumah tinggal bersanitasi, rasio
tempat pemakaman umum per satuan penduduk, rasio tempat pembuangan
sampah (TPS) per satuan penduduk, rasio rumah layak huni, permukiman layak
huni, panjang jalan dilalui roda 4, panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik ( >
40 KM/Jam ), drainase dalam kondisi baik/pembuangan aliran air tidak
tersumbat, luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik, dan lingkungan
pemukiman.

Capaian proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik mengalami


peningkatan dari 0,55 pada tahun 2010 menjadi 0,57 pada tahun 2011, rasio
jaringan irigasi mengalami peningkatan dari 12 pada tahun 2010 menjadi 17,28
pada tahun 2011, Rasio tempat ibadah per satuan penduduk mengalami
penurunan dari 2,2 pada tahun 2010 menjadi 1,89 pada tahun 2011, persentase
rumah tinggal bersanitasi mengalami penurunan dari 66,92 persen pada tahun
2010 menjadi 52,36 persen pada tahun 2011, Rasio tempat pembuangan
sampah (TPS) per-satuan penduduk mengalami peningkatan dari 0,30 pada
tahun 2010 menjadi 2,01 pada tahun 2011, panjang jalan dilalui Roda 4
mengalami peningkatan yaitu 41 persen pada tahun 2010 menjadi 48,69 persen
pada tahun 2011, panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik ( > 40 Km/Jam )
mengalami peningkatan dari 44,59 persen pada tahun 2010 menjadi 52,01

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


36 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

persen pada tahun 2011, luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik tidak
mengalami perubahan dari 65,00 persen pada tahun 2010 dan tahun 2011.

Secara lebih rinci berbagai kondisi capaian indikator pembangu-nan dibidang


urusan Pekerjaan Umum dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.9
Perkembangan Kondisi Capaian Indikator Pembangunan Bidang Urusan
Pekerjaan Umum di Kabupaten Barru Tahun 2008 S/D Tahun 2011
Tahun
No Uraian
2008 2009 2010 2011

Proporsi Panjang Jaringan Jalan


1 0,42 0,43 0,55 0,57
Dalam Kondisi Baik

2 Rasio Jaringan Irigasi 10,91 11,79 12,00 17,28

Rasio Tempat Ibadah Per Satuan


3 1,97 1,97 2,20 1,89
Penduduk

Persentase Rumah Tinggal


4 73,93 64,18 66,92 52,36
Bersanitasi

Rasio Tempat Pembuangan Sampah


5 0,23 0,22 0,30 2,01
(TPS) Per Satuan Penduduk

6 Panjang Jalan Dilalui Roda 4 41 41 41 48,69

Panjang Jalan Kabupaten Dalam


7 37,73 42,62 44,59 52,01
Kondisi Baik ( > 40 KM/Jam )

Luas Irigasi Kabupaten Dalam


8 60,50 61 65 65,00
Kondisi Baik,

Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Barru, Tahun 2011

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


37 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

2.1.9. Bidang Perumahan


Perkembangan hasil-hasil pembangunan pada bidang urusan Perumahan
meliputi rumah tangga pengguna air bersih, rumah tangga pengguna listrik,
rumah tangga ber-sanitasi, lingkungan pemukiman kumuh dan rumah layak huni.
Capaian rumah tangga pengguna air bersih mengalami penurunan dari 76,49
persen pada tahun 2010 menjadi 70,30 persen pada tahun 2011, capaian rumah
tangga pengguna listrik mengalami peningkatan dari 73,57 persen pada tahun
2010 menjadi 73,69 persen pada tahun 2011, capaian rumah tangga ber-sanitasi
mengalami penurunan dari 66,92 persen pada tahun 2010 menjadi 60,20 persen
pada tahun 2011, capaian lingkungan pemukiman kumuh tidak mengalami
perubahan yakni sebesar 0,06 persen pada tahun 2010 dan 2011.

Secara lebih rinci berbagai kondisi capaian indikator pembangunan bidang


urusan Perumahan dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.10
Perkembangan Kondisi Capaian Indikator Pembangunan
Bidang Urusan Perumahan di Kabupaten Barru
Tahun 2008 S/D Tahun 2011

Tahun
No Uraian
2008 2009 2010 2011

Rumah Tangga Pengguna Air Bersih


1 50,97 59,89 76,49 70,30
(%)

2 Rumah Tangga Pengguna Listrik (%) 69,36 69,63 73,57 73,69

3 Rumah Tangga Ber-Sanitasi (%) 73,93 64,18 66,92 60,20

4 Lingkungan Pemukiman Kumuh 0,06 0,06 0,06 0,06

Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Barru, Tahun 2011

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


38 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 2.11
Jumlah Rumah Per Kecamatan
No Kecamatan Jumlah Rumah Persentase

1 Barru 10.478.250 43,31

2 Tanete Rilau 4.855.180 20,07

3 Soppeng Riaja 1.158.446 4,79

4 Mallusetasi 3.974.940 16,43

5 Balusu 1.566.840 6,48

6 Tanete Riaja 1.824.850 7,54

7 Pujananting 333.950 1,38

JUMLAH 24.192.456 100,00

Sumber : Kabupaten Barru Dalam Angka Tahun 2011

2.1.10. Bidang Lingkungan Hidup


Perkembangan hasil-hasil pembangunan pada bidang urusan lingkungan hidup
meliputi persentase penanganan sampah, persentase penduduk berakses air
minum, persentase luas pemukiman yang tertata, pencemaran status mutu air,
cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan sumber mata air, cakupan
pengawasan terhadap pelaksanaan amdal, tempat pembuangan sampah (TPS)
per satuan penduduk dan penegakan hukum lingkungan.

Capaian persentase penanganan sampah mengalami peningkatan dari persen


94,80 pada tahun 2010 menjadi 94,94 persen pada tahun 2011, capaian
persentase penduduk yang mengakses air minum mengalami peningkatan dari
20,50 persen pada tahun 2010 menjadi 22,40 persen pada tahun 2011, capaian
persentase luas pemukiman yang tertata mengalami peningkatan dari 74,2
persen pada tahun 2010 menjadi 76,30 persen pada tahun 2011.Secara lebih
rinci berbagai kondisi capaian indikator pembangunan bidang urusan lingkungan
hidup dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel berikut :

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


39 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 2.12
Perkembangan Kondisi Capaian Indikator Pembangunan
Bidang Urusan Lingkungan Hidup di Kabupaten Barru
Tahun 2008 S/D Tahun 2011

Tahun
No Uraian
2008 2009 2010 2011

1 Persentase penanganan sampah 66,59 68,13 94,80 94,94

Persentase penduduk berakses air


2 17,9 18,4 20,50 22,4
minum

Persentase Luas pemukiman yang


3 68 69,99 74,2 76,3
tertata

Cakupan pengawasan terhadap


4 100 100 100 100
pelaksanaan amdal (%)

Tempat pembuangan sampah (TPS)


5 0,365 0,389 0,386 0,44
per satuan penduduk

6 Penegakan hukum lingkungan (%) 11,11 80,00 - -

Sumber Data : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Barru, Tahun 2011

Adapun capaian cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal tidak


mengalami perubahan yakni sebesar 100 persen pada tahun 2010 dan 2011,
capaian tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk mengalami
perbaikan dari 0,386 pada tahun 2010 menjadi 0,44 pada tahun 2011, capaian
penegakan hukum lingkungan 0 % persen pada tahun 2010 dan tahun 2011.

2.2. Demografi
2.2.1. Struktur penduduk menurut jenis kelamin
Jumlah penduduk pada tahun 2011 sebesar 166.027 jiwa , meningkat sebesar
0,05 persen dibanding tahun 2010 sebesar 165.947 jiwa. Jumlah penduduk
terbesar berada pada kecamatan Barru mencapai 38.319 jiwa dan terendah

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


40 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

pada kecamatan Pujananting dengan jumlah 12.789 jiwa. Sementara dari segi
kepadatan, kecamatan Tanete Rilau tingkat kepadatannya paling tinggi yakni
sebesar 415 jiwa/km2 dan paling rendah pada kecamatan Pujananting yakni 41
jiwa/ km2.

Tabel 2.13
Jumlah Penduduk Dan Luas Wilayah Per Kecamatan Tahun 2011

JUMLAH PENDUDUK LUAS WILAYAH KEPADATAN


NO KECAMATAN
L P TOTAL (KM2) (JIWA/KM2)

1 TANETE RIAJA 10.394 11.516 21.911 174.29 126

2 TANETE RILAU 15.659 17.161 32.820 79.17 415

3 BARRU 18.504 19.815 38.319 199.32 193

4 MALLUSETASI 12.002 13.055 25.057 216.58 116

5 SOPPENG RIAJA 8.513 9.108 17.621 78.90 224

6 PUJANANTING 6.271 6.517 12.789 314.26 41

7 BALUSU 8.315 9.196 17.511 112.20 175

JUMLAH 79.659 86.368 166.027 1.174,72 156

Sumber: Olahan Kantor BPS, Tahun 2011

2.2.2. Struktur penduduk menurut usia


Penduduk Kabupaten Barru menurut struktur usia penduduk menunjukkan
bahwa jumlah penduduk terbanyak adalah yang berusia 10-14 tahun yakni
17.894 jiwa, usia 5-9 tahun yakni 17.214 jiwa dan paling sedikit adalah yang
berusia 70-74 yakni yakni 3.049 jiwa, seperti ditunjukkan pada tabel berikut :

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


41 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 2.14
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Per Kecamatan
Tahun 2011

No Usia Jenis Kelamin Total


Laki-Laki Perempuan
1 0-4 7.997 7.534 15.530
2 5-9 9.020 8.194 17.214
3 10-14 9.121 8.773 17.894
4 15-19 7.224 7.125 14.348
5 20-24 5.230 5.907 11.137
6 25-29 5.593 6.435 12.029
7 30-34 5.464 6.071 11.535
8 35-40 5.706 6.570 12.276
9 40-44 5.267 6.091 11.358
10 45-49 4.685 5.492 10.178
11 50-54 3.858 4.570 8.428
12 55-59 3.047 3.450 6.497
13 60-64 2.464 3.280 5.744
14 65-69 1.965 2.615 4.580
15 Sumber:
70-74 1.466
Kantor BPS, Tahun 2011 1.943 3.409
16 +75 1.553 2.316 3.869
Total 79.659 86.368 166.027

2.2.3. Struktur penduduk menurut jumlah rumah tangga per kecamatan

Berdasarkan jumlah rumah tangga, maka jumlah rumah tangga terbesar berada
di Kecamatan Barru yaitu 9.457 rumah tangga. Sementara itu yang paling rendah
di kecamatan Pujananting yaitu 2.859 rumah tangga.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


42 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 2.15
Jumlah Rumah Tangga Per Kecamatan Tahun 2011

NO KECAMATAN JUMLAH RUMAH TANGGA %

1 2 3

1 TANETE RIAJA 5.382 14

2 PUJANANTING 2.859 7

3 TANTE RILAU 7.854 19

4 B AR R U 9.457 23

5 SOPPENG RIAJA 4.363 10

6 BALUSU 4.439 11

7 MALLUSETASI 6.187 16

TOTAL 40.542 100.00

Sumber data: Kantor BPS 2011

2.2.4. Struktur penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, data menunjukkan bahwa jumlah penduduk


yang tamat Sekolah Dasar lebih dominan yakni sebanyak 50.104 jiwa, selanjutnya
tidak tamat Sekolah Dasar sebanyak 34.086 jiwa dan paling rendah adalah
tingkat pendidikan Strata II/III sebanyak 294.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


43 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 2.16
Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

URAIAN LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL

Tdk/Blm Sekolah 16.880 17,299 34.086

Blm Tamat SD 14.782 16.068 30.850

Tamat SD 24.008 26.096 50.104

Tamat SLTP 10.398 11.302 21.700

Tamat SLTA 9.636 10.474 20.111

SM kejuruan 807 877 1.684

D-I/II 696 756 1.451

Akademi/ D-III 680 739 1.419

D-IV/ Strata-I 2.817 3.062 5.879

Strata-II/III 141 153 294

JUMLAH 79.659 86.368 166.027

Sumber: Kantor BPS, Tahun 2011

2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah

Analisis kinerja atas fokus Keuangan dan Perekonomian daerah dilakukan


terhadap indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi kabupaten, PDRB per kapita,
persentase penduduk diatas garis kemiskinan, angka kriminalitas yang
tertangani.

1. Pertumbuhan PDRB
Adapun perkembangan hasil-hasil pembangunan dengan indikator kinerja
perkembangan nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
(Hb) menunjukkan bahwa secara nominal sektor pertanian, pertambangan dan
penggalian, industri pengolahan, konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran,

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


44 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

pengangkutan dan komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan serta sektor
jasa-jasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan adanya dinamika dalam
pertumbuhan sektoral. Demikian pula total PDRB atas dasar harga berlaku
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.

Tabel 2.17
Perkembangan Nilai Per Sektor Dalam PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
(Hb) Di Kabupaten Barru Tahun 2008 S.D Tahun 2011

Tahun

No Sektor 2008 2009 2010 2011 *

(Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)

1 Pertanian 549,816.54 579,754.54 634.317,40 668.312

2 Pertambangan & Penggalian 15,461.60 17,789.11 21.805,93 21.550,7

3 Industri Pengolahan 40,171.60 42,612.63 46.325,64 48.088,1

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 9,498.20 10,395.19 12.033,87 12.525,16

5 Konstruksi 78,501.64 93,035.64 115.035,64 111.885,4

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 126,722.13 136,238.64 150.387,13 156.238

7 Pengangkutan & Komunikasi 50,407.38 54,327.67 60.318,11 67.090,9

8 Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan 71,757.99 85,910.04 99.127,07 101.246,6

9 Jasa-jasa 283,362.14 420,860.46 526.560,92 575.882

PDRB 1,225,699.22 1,440,923.92 1.665.911,71 1.762.818,86

* BPS, Tahun 2011 (Perkiraan)

Sementara itu, dari segi kontribusi per sektor menunjukkan adanya variasi dari
tahun ke tahun. Sektor pertanian merupakan sektor kontribusi yang dominan
tapi secara signifikan kontribusinya semakin menurun. Sedangkan sektor jasa-
jasa dan konstruksi menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini menunjukkan

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


45 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

terjadinya dimanika konstribusi sektor terhadap PDRB yang mengarah pada


berkembangnya sektor-sektor sekunder.

Tabel 2.18
Perkembangan Kontribusi Sektor Dalam PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku (Hb) Di Kabupaten Barru Tahun 2008 S/D Tahun 2011

Tahun

No Sektor 2008 2009 2010 2011 *

% % % %

1 Pertanian 44.86 40.23 38,08 37,91

2 Pertambangan & Penggalian 1.26 1.23 1.31 1,22

3 Industri Pengolahan 3.28 2.96 2,78 2,72

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.77 0.72 0,72 0,71

5 Konstruksi 6.4 6.46 6.91 6,34

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 10.34 9.45 9.03 8,86

7 Pengangkutan & Komunikasi 4.11 3.77 3.62 3,81

8 Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan 5.85 5.96 5,95 5,74

9 Jasa-jasa 23.13 29.22 31,61 32,67

PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00

* BPS, Tahun 2011 (Perkiraan)

Pertumbuhan ekonomi secara sektoral juga menunjukkan adanya dinamika, pada


tahun 2010 sektor bangunan memiliki angka pertumbuhan ekonomi yang
tertinggi, disusul perdagangan, restoran dan hotel ; dan paling rendah adalah
sektor pertanian, sementara pada tahun 2011 diperkirakan sektor angkutan dan
komunikasi memiliki angka pertumbuhan ekonomi yang tertinggi, kemudian
bangunan dan paling rendah adalah sektor pertanian sesuai tabel berikut:

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


46 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 2.19
Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektor Tahun 2008-2011

No Sektor 2008 2009 2010 2011*

1 Pertanian 5.27 3.00 4,18 3,38

2 Pertambangan dan Penggalian 8.08 10.03 12,37 7,08

3 Industri Pengolahan 8.73 4.16 5,4 5,24

4 Listrik, Gas dan Air 9.43 7.87 9,73 5,58

5 Bangunan 14.56 3.40 12,90 10,24

6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 7.09 2.67 5,57 4,15

7 Angkutan dan Komunikasi 9.82 4.49 5,64 22,88

Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa


8 12.17 14.76 10,40 10,11
Perusahaan

9 Jasa-Jasa 5.40 8.24 5,57 6,35

Pertumbuhan Ekonomi 6,92 5,72 6,01 6,05

* BPS, Tahun 2011 (Perkiraan)

2. Laju Inflasi
Salah satu analisis kinerja pembangunan ekonomi di kabupaten adalah
perubahan harga barang dan jasa (inflasi). Di Kabupaten Barru nilai inflasi rata-
rata mengalami dinamika dari 9,06 persen pada tahun 2010 menjadi 8,24 persen
pada tahun 2011. Secara lebih rinci nilai inflasi rata-rata dari tahun ke tahun
dapat dilihat pada tabel berikut :

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


47 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 2.20
Nilai Inflasi Rata-Rata Di Kabupaten Barru
Tahun 2008 S.D Tahun 2011
Tahun
Uraian
2008 2009 2010 2011*

Inflasi 8.73 7.13 9,06 8,24

Sumber Data : BPS dan hasil olahan, 2011

3. PDRB Perkapita
Perkembangan hasil-hasil pembangunan dapat dilihat dari indikator kinerja PDRB
Perkapita Atas dasar Harga Berlaku (HB) dan Atas Dasar Harga Konstan.
Perkembangan PDRB perkapita Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) mengalami
peningkatan dari Rp. 10.041.601,66 pada tahun 2010 menjadi Rp. 10.617.689,33
pada tahun 2011 (perkiraan) dengan rata-rata pertumbuhan 5,73 persen,
perkembangan PDRB perkapita Atas Dasar Harga Konstan (Hk) mengalami
peningkatan dari Rp. 4.377.401,49 pada tahun 2010 menjadi Rp. 4.638.486,06
pada tahun 2011 (perkiraan) dengan rata-rata pertumbuhan 5,96 persen. Secara
lebih rinci capaian-capaian kinerja PDRB perkapita atas dasar harga berlaku (Hb)
dan harga konstan (Hk) dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel berikut :

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


48 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 2.21
PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku (HB) Dan Harga
Konstan (HK) Di Kabupaten Barru Tahun 2008 S.D Tahun 2011
Rata-rata
Tahun Pertumbuhan
Uraian (%)

2008 2009 2010 2011*

PDRB Per Kapita


Atas Dasar Harga 7.460.311 8.723.197 10.041.601,66 10.617.689,33 5,73
Berlaku (HB)

PDRB Perkapita
Atas Dasar Harga 3.944.046 4.147.075 4.377.401,49 4.638.486,06 5,96
Konstan (HK)

* BPS, Tahun 2011 (Perkiraan)

4. Realisasi APBD
Kebijakan keuangan daerah berkaitan dengan pendapatan daerah, pembiayaan
daerah, dan belanja daerah, dapat digambarkan dengan terjadinya peningkatan
jumlah pendapatan daerah baik dari PAD, Dana Perimbangan serta lain-lain
pendapatan daerah yang sah sampai pada tahun 2011 mencapai
Rp. 481.974.831.764,-. Sedangkan untuk jumlah pembiayaan dalam APBD dari
tahun 2008 sampai tahun 2011 juga mengalami peningkatan yang signifikan dan
pada tahun 2011 mencapai Rp. 529.689.691.464,-. Secara lebih rinci nilai realisasi
APBD dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel berikut :

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


49 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 2.22
Ringkasan Realisasi APBD Tahun 2008 S.D Tahun 2011

NO URAIAN TAHUN
2008 2009 2010 2011
A Pendapatan
1 Pendapatan Asli Daerah 14.390.370.950 15.278.466.407 14.233.509.180 16.413.509.000
2 Dana Perimbangan 317.284.610.000 345.086.470.000 328.360.126.164 364.597.550.164
3 Lain – lain Pendapatan 8.962.500.000 11.800.000.000 117.577.412.600 100.963.772.600
yang Sah
Jumlah Pendapatan 340.637.480.950 472.164.936.407 460.171.047.944 481.974.831.764
B Belanja
1 Belanja Tidak Langsung 140.211.539.287 173.669.025.539 246.846.618.629 295.816.532.934
2 Belanja Langsung 215.661.767.063 314.845.910.869 240.762.136.164 233.873.158.530
Jumlah Biaya 355.873.360.350 488.514.936.407 487.608.754.793 529.689.691.464
Surplus/ (15.235.879.400) (16.350.000.000) (27.437.706.849) (47.714.859.700)

(Defisit Anggaran)

Sumber Data : Badan Pengelola Keuangan Daerah, 2012

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


50 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 2.23
Ringkasan Anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi
per penduduk 4 Tahun Terakhir

No. Subsektor / SKPD 2008 2009 2010 2011


(a) (b) (c) (d) (e) (f)
A Air Limbah
1 Dinas PU 0 0 30.000.000 980.510.000
2 Kantor Lingkungan Hidup 0 0 1.076.070.000 939.452.250
B Persampahan
1 Dinas PU 100.000.000 53.624.050 20.360.000 134.460.399
C Drainase
1. Dinas PU 4.833.802 4.206.138 1.536.550 56.932.700
D Aspek PHBS
1 Dinas Kesehatan 314.778.550 207.909.500 218.782.500 17.500.000
E Total Belanja Modal Sanitasi
dari APBD (A s/d D) 419.612.352 265.739.688 1.346.749.050 2.128.855.349
F Total Belanja Modal Sanitasi
dari APBD Murni (Bukan 0 0 0 0
Pendamping)
G Total Belanja APBD 355.873.360.350 488.514.936.407 487.608.754.793 529.689.691.464
H Proporsi Belanja Modal
Sanitasi terhadap Belanja
Total (F:Gx100%) 0.12 0.05 0.28 0.40
I Jumlah Penduduk 161.732 162.985 165.947 166.027
J Belanja Modal Sanitasi per
Penduduk (E : I) 2.594,49 1.630,45 8.115,54 12.822,34
Sumber: Bappeda Kab.Barru (data diolah)

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


51 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 2.24
Data Mengenai Ruang Fiskal 5 Tahun Terakhir

Indeks Kemampuan Fiskal/Ruang Fiskal Daerah


Tahun
(IRFD)
2007 1,0447 (Tinggi)
2008 0.7216 (Sedang)
2009 0,8249 (Sedang)
2010 0,9667 (Sedang)
2011 0,5513 (Sedang)
2012 0,94(Rendah)
Sumber : www.djpk.depkeu.go.id

2.4. Tata Ruang Wilayah

Dalam konteks wilayah Kabupaten Barru, dilakukan suatu kajian secara spesifik
pada kawasan-kawasan strategis di wilayah Kabupaten Barru. Kawasan Strategis
Kabupaten Barru yang dimaksud adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Berdasarkan
kriteria kawasan strategis dan potensi wilayah, maka rencana kawasan strategis
kabupaten yang layak ditetapkan dalam RTRW Kabupaten diarahkan pada:

Pengembangan kawasan terpadu pelabuhan, industri, perdagangan,


pergudangan, dan peti kemas Garongkong dan simpul transportasi darat,
laut, dan kereta api berupa Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Garongkong;
dan
Pengembangan kawasan perbelanjaan skala pelayanan kabupaten berupa
KSK Barru yang sekaligus pusat pemerintahan, pusat pendidikan dan pusat
kesehatan.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


52 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

2.4.1. Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan kriteria kawasan strategis dan potensi wilayah, maka rencana


kawasan strategis pertumbuhan ekonomi terbagi atas;

Kawasan Strategis Kabupaten Hutan Produksi;


Kawasan Strategis Kabupaten Pelabuhan Terpadu Barru;
Kawasan Strategis Kabupaten Perikanan;
Kawasan Strategis Pertanian Dan Perkebunan; dan
Kawasan Strategis Kabupaten Peternakan Sapi.

Berdasarkan sistem pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Barru maka sistem
pusat kegiatan terbagi atas Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal
(PKL), Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp), Pusat Pengembangan Kawasan (PPK),
dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), diantaranya :

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Garongkong yaitu kawasan industri dan


perdagangan, pelabuhan, dan pergudangan;
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Barru yaitu kawasan pemerintahan, pendidikan,
dan kesehatan;
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Mallusetasi yaitu kawasan agropolitan
pertanian, perikanan, dan peternakan sapi;
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Balusu yaitu kawasan agropolitan
pertanian, perkebunan, hasil hutan, dan peternakan sapi;
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Tanete Riaja yaitu kawasan agropolitan
pertanian, perkebunan, hasil hutan, dan peternakan sapi;
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Tanete Rilau yaitu kawasan minapolitan
dan pendidikan;
Pusat Pengembangan Kawasan (PPK) Mangkoso di Kecamatan Soppeng Riaja;
Pusat Pengembangan Kawasan (PPK) Doi-doi di Kecamatan Pujananting;
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) di setiap pusat-pusat permukiman.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


53 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Maka, berdasarkan pengembangannya maka kawasan strategis kabupaten terdiri


atas;

Kawasan agropolitan Kecamatan Barru;


Kawasan minapolitan dan hasil peternakan Mallusetasi;
Kawasan minapolitan dan pendidikan Tanete Rilau;
Kawasan agropolitan pertanian, perkebunan, dan hasil ternak Balusu;
Kawasan agropolitan pertanian, perkebunan, hasil ternak, dan hasil
hutan Tanete Riaja; dan
Kawasan terpadu pelabuhan, industri, perdagangan, pergudangan, dan
peti kemas Garongkong dan simpul transportasi darat, laut, dan kereta
api.

2.4.2. Penentuan Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi Dan Daya Dukung


Lingkungan Hidup

Untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan di Kabupaten Barru, akan
diarahkan pada kawasan lindung, seperti :

Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Hutan Lindung yang cukup luas


tersebar di dataran tinggi yaitu berada di Kecamatan Pujananting,
Barru, dan Malusettasi;
Pengelolaan dan pemanfaatan kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Barru; dan
Pengelolaan tempat pengolahan sampah akhir (TPA) di Kabupaten
Barru.
Kawasan Wisata Taman Laut Malusetasi.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


54 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

2.4.3. Penentuan Kawasan Strategis Kepentingan Pemanfaatan Sumberdaya


Alam Dan Penggunaan Teknologi Tinggi

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pemanfaatan sumberdaya alam dan


penggunaan teknologi tinggi berupa;

Kawasan Pertambangan Cromit Barru;


Kawasan Pertambangan Cromit dan Emas Pujananting;
Kawasan Pertambangan Tras dan Wisata Bahari Mallusetasi; dan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bawasaloe, Kecamatan Balusu.

2.4.4. Penentuan Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya

Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya di Kabupaten Barru akan
diarahkan pada kawasan;
Perkampungan Suku Tobalo;
Rumah Adat Saoraja Lapinceng;
Kawasan Pendidikan Kota Barru;
Monumen Pacekke; dan
Monumen Garongkong.
Kawasan pendidikan Kota Barru.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


55 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Gambar 4. Peta Arahan Pola Ruang Kabupaten Barru

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


56 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Gambar 5. Peta Struktur Ruang Kabupaten Barru

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


57 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

2.4. Sosial Budaya


2.4.1. Angka melek huruf

Angka melek huruf mengalami peningkatan dari 89,2 pada tahun 2010 menjadi
93,26 pada tahun 2011. Secara lebih rinci capaian-capaian kinerja perkembangan
angka melek huruf dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.25
Perkembangan Angka Melek Huruf
Di Kabupaten Barru Tahun 2008 S/D Tahun 2011

TAHUN
No Uraian
2008 2009 2010 2011

1 Angka Melek Huruf 85,65 88,40 89,2 93,26

Sumber Data : Kantor BPS Kab. Barru, 2011

2.4.2. Angka rata-rata lama sekolah

Perkembangan hasil-hasil pembangunan pada bidang kesejahteraan sosial untuk


rata-rata lama sekolah mengalami peningkatan dari 7,6 tahun pada tahun 2010
menjadi 7,67 tahun pada tahun 2011. Secara lebih rinci capaian-capaian kinerja
angka rata-rata lama sekolah dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 2.26
Rata-Rata Lama Sekolah (MYS) Di Kabupaten Barru
Tahun 2008 S/D Tahun 2011
Tahun
No Kabupaten
2008 2009 2010 2011*

Rata-Rata Lama
7,2 7,3 7,6 7,67
1 Sekolah (Tahun)

Sumber Data : BPS (*perkiraan), Tahun 2011

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


58 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

2.4.3. Angka Partisipasi Kasar

Perkembangan hasil-hasil pembangunan pada bidang kesejahteraan sosial untuk


angka partisipasi kasar meliputi APK SD/MI, APK SMP/MTs dan APK
SMA/SMK/MA. Angka partisipasi kasar untuk SD/MI mengalami penurunan dari
111,33 pada tahun 2010 menjadi 108,22 pada tahun 2011, angka partisipasi
kasar untuk SMP/MTs mengalami peningkatan dari 101,45 pada tahun 2010
menjadi 102,86 pada tahun 2011, angka partisipasi kasar SMA/SMK/MA
mengalami peningkatan dari 65,30 pada tahun 2010 menjadi 68,34 pada tahun
2011. Secara lebih rinci capaian-capaian kinerja angka partisipasi kasar dari tahun
ke tahun dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.27
Angka Partisipasi Kasar (APK) Di Kabupaten Barru
Tahun 2008 S/D Tahun 2011

TAHUN
No Jenjang Pendidikan
2008 2009 2010 2011

1 2 6 7 6 6

1 APK SD / MI 120,39 109,79 111,33 108,22

2 APK SMP / MTs 91,90 99,74 101,45 102,86

3 APK SMA / SMK / MA 51,94 61,00 65,30 68,34

Sumber Data : Dinas Pendidikan Kab. Barru, Tahun 2011

2.4.4. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan

Perkembangan hasil-hasil pembangunan pada bidang kesejahteraan sosial untuk


angka pendidikan yang ditamatkan meliputi tingkat SD/MI, tingkat SMP/MTs dan
tingkat SMA/SMK/MA.

Angka pendidikan yang ditamatkan tingkat SD/MI untuk jenis kelamin laki-laki
dan perempuan mengalami peningkatan dari 1.680 dan 1.725 pada tahun 2010

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


59 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

menjadi 1.722 dan 1.766 pada tahun 2011, angka pendidikan yang ditamatkan
tingkat SMP/MTs untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan mengalami
peningkatan dari 1.332 dan 1.485 pada tahun 2010 menjadi 1.448 dan 1.556
pada tahun 2011, angka pendidikan yang ditamatkan tingkat SMA/SMK/MA
untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan mengalami peningkatan dari 672
dan 710 pada tahun 2010 menjadi 769 dan 952 pada tahun 2011. Secara lebih
rinci capaian-capaian kinerja angka pendidikan yang ditamatkan dari tahun ke
tahun dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.28
Angka Pendidikan Yang Ditamatkan Di Kabupaten Barru Tahun 2008
S.D Tahun 2011

TAHUN

No Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011

L P L P L P L P

1 Tingkat SD / MI 1.790 1.861 1.722 1.749 1.680 1.725 1.722 1.766

2 Tingkat SMP / MTs 1.102 1.230 1.312 1.334 1.332 1.485 1.448 1.556

Tingkat SMA/ SMK/


3 801 786 688 787 672 710 769 952
MA

Jumlah 3.693 3.877 3.722 3.693 3.877 3.722 3.939 4.274

Sumber Data : Dinas Pendidikan Kab. Barru, Tahun 2011

2.4.5. Angka Partisipasi Murni

Perkembangan hasil-hasil pembangunan pada bidang kesejahteraan sosial untuk


angka partisipasi murni meliputi angka partisipasi murni SD/MI, angka partisipasi
murni SMP/MTs dan angka partisipasi murni SMA/SMK/MA.

Angka partisipasi murni SD/MI mengalami peningkatan dari 95,95 pada tahun
2010 menjadi 96,92 pada tahun 2011, angka partisipasi murni SMP/MTs

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


60 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

mengalami peningkatan dari 75,40 pada tahun 2010 menjadi 79,19 pada tahun
2011, angka partisipasi murni SMA/SMK/MA mengalami peningkatan dari 46,00
pada tahun 2010 menjadi 47,71 pada tahun 2011. Secara lebih rinci capaian-
capaian kinerja angka partispasi murni dari tahun ke tahun dapat dilihat pada
tabel berikut :

Tabel 2.29
Angka Partisipasi Murni (APM) Di Kabupaten Barru
Tahun 2008 S/D Tahun 2011

TAHUN
No Jenjang Pendidikan
2008 2009 2010 2011

1 2 3 4 5 6

1 APM SD / MI 102,52 95,18 95,95 96,92

2 APM SMP / MTs 67,32 71,28 75,40 79,19

APM SMA / SMK /


3 39,95 43,00 46,00 47,71
MA

Sumber Data : Dinas Pendidikan Kab. Barru, Tahun 2011

2.4.5. Fasilitas Pendidikan


Jumlah fasilitas pendidikan yang ada di Kabupaten Barru saat ini telah tersebar
diseluruh wilayah 7 kecamatan, mulai dari tingkat SD/MI, SMP/MTsN, dan
SMA/MA .

Jumlah Keseluruhan Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Barru adalah 300, dengan


perincian 225 SD/MI, 44 SMP/MTsN dan 31 SMA/MA. Sementara untuk jumlah
fasilitas pendidikan terbesar untuk tiap kecamatan, diurutan pertama adalah kecamatan
Tanete Rilau dengan 20, 66 %, disusul kecamatan barru 16,66 %, kecamatan tanete riaja
16, 66 %, Kecamatan Balusu 11,66 %, Kecamatan Tanete Rilau 11,33 dan terakhir
Kecamatan Pujananting 10 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


61 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 2.30
Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kab. Barru
Jumlah Sarana Pendidikan

No Kecamatan Umum Agama

SD SLTP SMA SMK MI MTs MA

1 Barru 35 4 2 3 4 1 1

2 Tanete Rilau 37 4 1 2 11 4 3

3 Soppeng Riaja 21 5 2 - 1 3 2

4 Mallusetasi 26 4 1 1 4 1 -

5 Balusu 22 5 1 - 2 2 3

6 Tanete Riaja 32 4 1 - 4 3 3

7 Pujananting 25 4 - - 1 - -

JUMLAH 198 30 8 5 27 14 12

Sumber : Kabupaten Barru Dalam Angka Tahun 2011

2.4.6. Kesehatan

Perkembangan hasil-hasil pembangunan pada bidang urusan kesehatan meliputi


rasio posyandu per satuan balita, rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan
penduduk, rasio rumah sakit per satuan penduduk, rasio dokter per satuan
penduduk, rasio tenaga medis per satuan penduduk, cakupan komplikasi
kebidanan yang ditangani, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, cakupan desa/kelurahan
Universal Child Immunization (UCI), cakupan balita gizi buruk mendapat
perawatan, cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA,
cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD, cakupan

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


62 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin, cakupan kunjungan


bayi, cakupan puskesmas dan cakupan pembantu puskesmas.

Capaian posyandu per satuan balita mengalami peningkatan dari 1,76 pada
tahun 2010 menjadi 1,91 pada tahun 2011, capaian puskesmas, poliklinik, pustu
per satuan penduduk dipertahankan sebesar 0,026 pada tahun 2010 dan tahun
2011, capaian Rumah Sakit per satuan penduduk mengalami peningkatan dari
0,001 pada tahun 2010 menjadi 0,006 tahun 2011, capaian dokter per satuan
penduduk mengalami peningkatan dari 0,023 pada tahun 2010 menjadi 0,126
pada tahun 2011, capaian tenaga medis per satuan penduduk mengalami
peningkatan dari 0,032 pada tahun 2010 menjadi 0,175 pada tahun 2011. Secara
lebih rinci berbagai kondisi capaian indikator pembangunan bidang urusan
kesehatan dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.31
Perkembangan Kondisi Capaian Indikator Pembangunan
Bidang Urusan Kesehatan di Kabupaten Barru Tahun
2008 s/d Tahun 2011

Tahun
No Uraian
2008 2009 2010 2011

1. Rasio posyandu per satuan balita 2,30 2,36 1.76 1.91

Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per


2 0,027 0,028 0.026 0.026
satuan penduduk

3 Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk 0,001 0,001 0.001 0.006

4 Rasio dokter per satuan penduduk 0,013 0,018 0.023 0.126

Rasio tenaga medis per satuan


5 0,022 0,028 0.032 0.175
penduduk

Cakupan komplikasi kebidanan yang


6 100% 100% 98,36% 96,07%
ditangani

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


63 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Cakupan pertolongan persalinan oleh


7 tenaga kesehatan yang memiliki 97.29% 82.22% 86,64% 89,68%
kompetensi kebidanan

Cakupan Desa/kelurahan Universal Child


8 90.74% 79.63% 88,89% 92,6%
Immunization (UCI)

Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat


9 100% 100% 100% 100%
perawatan

Cakupan penemuan dan penanganan


10 100.65% 22.62% 40,41% 44,25%
penderita penyakit TBC BTA

Cakupan penemuan dan penanganan


11 100% 100% 100% 100%
penderita penyakit DBD

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan


12 62.25% 84.69% 91,27 82,91 %
pasien masyarakat miskin

13 Cakupan kunjungan bayi 97.75% 90.65% 98,30 95,7 %

14 Cakupan puskesmas 10/7 10/7 10/7 100

15 Cakupan pembantu puskesmas 31/54 31/54 31/54 31/54

Sumber Data: Dinas Kesehatan Kabupaten Barru, Tahun 2011

2.4.7. Penanggulangan Kemiskinan

Perkembangan hasil-hasil pembangunan dengan indikator kinerja penduduk


miskin menurut kecamatan, meliputi Kecamatan Barru, Tanete Rilau, Soppeng
Riaja, Mallusetasi, Balusu, Tanete Riaja, dan Pujananting. penduduk miskin
Kecamatan Barru mengalami penurunan dari 2.728 orang pada tahun 2005
menjadi 2.158 orang pada tahun 2010, penduduk di atas garis kemiskinan
Kecamatan Tanete Rilau mengalami penurunan dari 2.252 orang pada tahun
2005 menjadi 1.715 orang pada tahun 2010, penduduk miskin di Kecamatan
Soppeng Riaja mengalami penurunan dari 1.012 orang pada tahun 2005 menjadi
870 orang pada tahun 2010, penduduk miskin Kecamatan Mallusetasi
mengalami penurunan dari 2.029 orang pada tahun 2005 menjadi 1.694 orang
pada tahun 2010, penduduk di miskin di Kecamatan Balusu mengalami

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


64 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

penurunan dari 1.084 orang pada tahun 2005 menjadi 1.005 orang pada tahun
2010, persentase penduduk di atas garis kemiskinan Kecamatan Tanete Riaja
mengalami penurunan dari 1.654 orang pada tahun 2005 menjadi 1.434 orang
pada tahun 2010, penduduk miskin di Kecamatan Pujananting mengalami
penurunan dari 1.608 orang pada tahun 2005 menjadi 1.435 orang pada tahun
2010. Secara lebih rinci capaian-capaian kinerja penduduk miskin dari tahun ke
tahun dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.32
Persentase Penduduk diatas Garis Kemiskinan
di Kabupaten Barru Tahun 2005 s.d Tahun 2009

TAHUN
2011-2013
No. Kecamatan
2005-2007 2008-2010
Paling Hampir
Miskin
Miskin Miskin
1 Barru 2.728 2.158 451 1.368 2.165

2 Tanete Rilau 2.252 1.715 574 1.399 2.333

3 Soppeng Riaja 1.012 870 265 571 1.021

4 Mallusetasi 2.029 1.694 468 1.130 1.892

5 Balusu 1.084 1.005 299 831 1.399

6 Tanete Riaja 1.654 1.434 479 1.238 1.817

7 Pujananting 1.608 1.435 419 1.243 1.974

Jumlah 12.367 10.311 2.955 7.780 12.601


Sumber data: BPS Kabupaten Barru, Tahun 2005-2012

2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah

Secara institusi dan organisasi pemerintahan Kabupaten Barru terdiri atas 14


Dinas dan 11 Lembaga Teknis daerah.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


65 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Dasar keberadaan dinas yang ada di Kabupaten Barru adalah Peraturan Daerah
No 5 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tatakerja Dinas Daerah Kab. Barru,
dimana didalam Peraturan Daerah ini dinas-dinas yang ada di lingkungan
Kabupaten Barru adalah:

a. Dinas Pendidikan,;
b. Dinas Kesehatan;
c. Dinas Pertanian dan Perkebunan;
d. Dinas Peternakan;
e. Dinas Kelautan dan Perikanan;
f. Dinas Kehutanan;
g. Dinas Pekerjaan Umum;
h. Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi;
i. Dinas Koperasi , UMKM , Perindustrian dan Perdagangan;
j. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;
k. Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika;
l. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga; dan
m. Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
n. Dinas Pertambangan dan Energi

Sedangkan berdasar pada Peraturan Daerah No 6 tahun 2008 Tentang Organisasi


dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanan Pembangunan Daerah dan
Lembaga Teknis Daerah Kab. Barru, maka Lembaga Teknis Daerah yang ada di
Kabupaten Barru terdiri dari:

a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, selanjutnya dapat disebut


Bappeda;
b. Badan Kepegawaian Daerah, selanjutnya dapat disebut BKD;
c. Inspektorat Daerah, selanjutnya dapat disebut Inspektorat;
d. Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah ;

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


66 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

e. Badan Kesatuan Bangsa, Politik, Perlindungan Masyarakat;


f. Badan Pelaksana Penanggulangan Bencana Daerah
g. Badan Ketahanan Pangan ;
h. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi ;
i. Kantor Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
j. Kantor Pelayanan, Perizinan dan Penanaman Modal
k. Kantor Lingkungan Hidup
l. Kantor Pemberdayaan Perempuan dan KB
m. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja ; dan
n. Kantor Rumah Sakit Umum Daerah

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


67 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA


PEMERINTAH KABUPATEN BARRU LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU
NOMOR : 04 Tahun 2008
TANGGAL : 21 Juli 2008

BUPATI

WAKIL BUPATI

STAF AHLI
DINAS/LEMBAGA TEKNIS DAERAH
SEKRETARIS DAERAH

ASISTEN ASISTEN ASISTEN


ADMINISTRASI PEMERINTAHAN ADM PEREKONOMIAN, PEMBANGUNAN DAN ADMINISTRASI UMUM
KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN
PEMERIN- PEM KEC, PERTANAH- ADM PEREKO- ADM KESEJAHTERAA ORGANISASI HUMAS DAN
TAHAN- KEL & DESA AN NOMIAN PEMBANGUNAN N RAKYAT PROTOKOL
UMUM HUKUM UMUM

SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG


TRANTIB PEM PELAYANAN KEBIJAKAN KEBIJAKAN PERUNDANG- KELEMBAGA HUMAS SUBBAG
UMUM KECAMATAN DAN DAN KEBIJAKAN UNDANGAN AN KEUANGAN
DAN PROGRAM PROGRAM DAN
KELURAHAN PROGRAM

SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG


KEPEN- PEMERIN- SENGKETA BANTUAN ANALISIS DOKUMENTA SUBBAG
DUDUKAN TAHAN DESA PENYELENG PENYELENG PENYELENGG HUKUM & JABATAN SI dan RUMAH
GARAAN GARAAN ARAAN TANGGA
TINDAK PELIPUTAN
LANJUT

SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG


SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG
MONITO- TATA PROTO SUBBAG
KERJASAMA SARANA DAN DOKUMENTA
RING DAN LAKSANA KOL
PRASARANA MONITORING MONITORING SI HUKUM
DAN EVALUASI DAN SANDI
EVALUASI EVALUASI

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


68 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

BAB III
PROFIL SANITASI KABUPATEN BARRU

3.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) & Promosi Higiene
3.1.1. Tatanan Rumah Tangga

Hasil survey yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Barru untuk
pembuatan Profil Kesehatan Kabupaten Barru tahun 2011 menunjukkan bahwa
jumlah rumah yang dikategorikan sebagai rumah sehat sebanyak 62,1% dari
29.562 rumah yang diperiksa. Dimana untuk jumlah rumah tangga yang
mempunyai jamban adalah 77,4% dari 35.286 yang diperiksa Sedangkan jumlah
rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih 66,5%.

Kondisi kesehatan masyarakat Kabupaten Barru dapat terlihat dari jumlah


timbulan penyakit, terutama penyakit menular akibat sanitasi buruk dan kondisi
polahidup masyarakat yang menyangkut sanitasi. Dari data Profil Kesehatan
Kabupaten Barru tahun 2011 diperoleh bahwa jumlah rumah tangga yang telah
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebanyak 68,9% dari 35.205
Rumah Tangga yang dipantau. Angka tersebut cukup tinggi dan menunjukkan
bahwa masyarakat Barru telah menerapkan pola hidup sehat di keluarganya
masing-masing. Adapun pola penyakit menular terbanyak yang ada di Kabupaten
Barru pada tahun 2010 diantaranya Diare, Influensa, Typus, TB Paru Klinis, TB
Paru BTA+, Malaria, DBD dan Batuk Rejan. Penyakit diare berada pada urutan
pertama dengan jumlah kasus 3.624 atau sekitar 39,78 % kemudian terendah
penyakit TB Paru BTA+ dengan jumlah kasus 65 atau sekitar 0,71 %.

Dalam Pelaksanaan program PPSP, pembahasan PHBS dalam Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Barru dibatasi pada 3 (tiga) indikator prilaku hidup bersih dan sehat,
yaitu :

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


69 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

1. Perilaku Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun

Adapun waktu kebiasaan Anggota RT untuk mencuci tangan dapat dilihat pada
tabel berikut ini;

Grafik 3.1
Penggunaan sabun pada lima waktu penting

G. Mencuci H. Lainnya I. Tidak tahu A. Mandi


pakaian 0% 0% 20%
18% B. Memandikan
anak
11%

F. Mencuci C. Menceboki
peralatan panta anak
18% 9%
E. Mencuci D. Mencuci
tangan anak tangan sendiri
9% 15%

Sumber : Hasil Survey EHRA, 2012

Secara umum, waktu cuci tangan pakai sabun yang paling banyak dipraktikkan
oleh responden di Kabupaten Barru adalah dijelaskan bahwa kebiaaan anggota
keluarga untuk CTPS di waktu di 5 waktu penting ternyata lebih banyak
dilakukan pada saat mandi yang dapat dilihat pada klaster 0 (100%), klaster 1
(96,2%), klaster 2 (96,8%),klaster 3 (99,4%, dan klaster 4 (100%). Dibanding
dengan pada aktivitas yang lain yakni memandikan anak, menceboki pantat bayi,
mencuci tangan sendiri, tangan anak, peralatan, pakaian,dan yang lainnya.
Sedangkan pada skala Kabupaten diagram Kebiasaan Anggota keluarga untuk
CTPS di 5 waktu penting klaster kabupaten.Dari dijelaskan bahwa Kebiasaan
Anggota keluarga untuk CTPS di 5 waktu penting dengan data survey klaster
kabupaten didapatkan bahwa aktivitas mencuci tangan lebih tinggi pada saat
mandi (20%), mencuci peralatan dapur (18%), mencuci pakaian (18%), mencuci

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


70 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

tangan sendiri (15%), memandikan anak (11%), mencci tangan anak (9%),
sedangkan untuk aktivitas lainnya tidak dlakukan (0%)

Dari hasil wawancara perilaku responden dalam pelaksanaan CTPS pada lima
waktu penting dapat disimpulkan dalam grafik berikut, rangkuman grafik ini
hanya menghitung yang benar benar melakukan seluruh rangkaian CTPS pada
lima waktu penting yang diakumulasikan, sedangkan yang tidak kelima limanya
dijawab ya tergabung dalam kelompok responden yang tidak melakukan CTPS
pada lima waktu penting, hasilnya cukup menyedihkan buat Kabupaten Barru
karena hanya sekitar 5 % yang benar benar melakukan CTPS di lima waktu
penting tersebut, sedangkan sebagian besar yakni 95 % tidak melakukan kegiatan
CTPS pada lima waktu penting seperti yang diuraikan dibawah ini.

Grafik 3.2
Praktek CTPS pada lima waktu penting

5%

95%

Tidak CTPS di lima waktu penting


CTPS di lima waktu penting

Sumber : Hasil Survey EHRA, 2012

2. Pembuangan Air Limbah Domestik

a. Jumlah kepemilikan jamban dan Buang Air Besar (BAB)


Praktek buang air besar dapat menjadi salah satu faktor risiko bagi
tecemarnya lingkungan termasuk sumber air, khususnya bila praktik BAB itu
dilakukan ditempat yang tidak memadai. Yang dimaksud dengan tempat

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


71 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

yang tidak memadai bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka seperti di
sungai/ danau/laut/ saluran drainase/kebun, tetapi bisa juga termasuk
sarana jamban yang nyaman di rumah tetapi memakai tangki septik tetapi
tidak memenuhi syarat, sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak
memadai, misalnya karena tidak kedap air, maka risiko cemaran patogen
akan tetap tinggi.

Pada bagian ini akan diuraikan fasilitas sanitasi di tingkat rumah tangga
beserta beberapa perilaku yang terkait dengannya. Fasilitas sanitasi
difokuskan pada fasilitas buang air besar (BAB) yang mencakup jenis yang
tersedia, penggunanya, pemeliharaannya, dan kondisinya.

Untuk jenis jamban yang disurvey, studi EHRA membaginya ke dalam


beberapa jenis, yakni kloset jongkok leher angsa, kloset duduk leher angsa,
plengsengan, cemplung. Untuk dua kategori pertama, detail opsinya
memiliki banyak persamaan,yakni terkait dengan penyaluran tinja manusia.

Pada grafik dibawah ini tergambar seberapa banyak masyarakat yang


membuang BAB nya ke jamban pribadi , dan yang ke sarana pembuangan
lainnya .
Grafik 3.3
Kepemilikan Jamban dan cara BAB yang dilakukan masyarakat Kabupaten Barru

Tidak punya
kloset
Cemplung 21%
2%
Plengsengan
0%
Kloset jongkok
Kloset duduk leher angsa
siram leher 76%
angsa
1%

Sumber : Hasil Survey EHRA, 2012

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


72 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Dari hasil studi EHRA di Kabupaten Barru , melalui survey yang dilakukan dan
hasil pengamatan langsung ke lokasi survey diperoleh bahwa klaster 1
merupakan klaster dengan jumlah kepemilikan jamban paling rendah,
dengan jumlah rumah tangga yang tidak memiliki jamban sebesar 31,3%.
Sedangkan pada klaster kabupaten menunjukkan kloset jongkok leher angsa
paling banyak digunakan (76%), kemudian masih banyak yang tidak memiliki
kloset yaitu sebanyak (21%), cemplung (2%), kloset duduk leher angsa (1%),
dan plengsengan (0%).

Hasil survey EHRA menunjukkan, maka dapat dilihat bahwa kebiasaan


masyarakat untuk buang air besar adalah dengan jamban pribadi (74,8%)
dan disungai/pantai/laut (7,9%), MCK/ WC umum (4,4%), ke lubang galian
(3,4%), ke kebun/pekarangan (1,4%), ke WC Helikopter (0,8%), ke selokan
parit/got (0,2%) dan lainnya seperti dipinggir sungai dan lain – lain sebesar
(7,1%).

b. Sistem Pembuangan Air Kotor/Limbah Tinja, dan Lumpur Tinja

Sistem pembuangan air kotor/limbah tinja atau lumpur tinja menunjukkan,


bahwa untuk Pembuangan akhir limbah tinja masyarakat lebih banyak
membuang tinjanya di sembarang tempat tidak menggunakan tangki septik,
yaitu cubluk ata lubang tanah pada klaster 0 (25%) , klaster 1 (38,8%), klaster
2 (19,4%), sungai/danau/pantai klaster 3 (6,9%), klaster 4 (10%). Sedangkan
klaster kabupaten dijelaskan bahwa Untuk Pembuangan akhir limbah tinja
masyarakat lebih banyak menggunakan tangki septik (septic tank), yaitu
sebesar 63% pada umumnya digunakan oleh Rumah tangga yang
menggunakan kloset leher angsa. Dari diagram di atas dapat diketahui
bahwa masih ada sekitar 37% Rumah Tangga yang tidak memiliki
pembuangan akhir limbah tinja yang septik.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


73 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Hal ini lebih banyak terjadi di daerah perdesaan. Mereka lebih memilih
mengalirkan limbah tinjanya ke cubluk/lubang tanah (17%),
sungai/danau/pantai (6%), pipa sewer (2%), kebun/tanah lapang (1%),
kolam/sawah (0%), langsung ke drainase (0%) dan tidak tahu (11%).
Sedangkan yang memilih lainnya pada umumnya adalah rumah tangga yang
menggunakan tangki namun tidak septic (lantai yang tidak diberi lapisan
kedap air).

3.1.1. Tatanan Sekolah

Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan
kesehatan di institusi pendidikan. Indikator institusi pendidikan adalah Sekolah
Dasar negeri maupun swasta (SD/MI). Sasaran PHBS tatanan institusi pendidikan
adalah sekolah dan siswa dengan indikator :

a. Tersedia jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah siswa


b. Tersedia air bersih atau air keran yang mengalir di setiap kelas
c. Tidak ada sampah yang berserakan dan lingkungan sekolah yang bersih dan
serasi
d. Ketersediaan UKS yang berfungsi dengan baik
e. Siswa menjadi anggota dana sehat (JPKM)
f. Siswa pada umumnya (60 %) kukunya pendek dan bersih
g. Siswa tidak merokok
h. Siswa ada yang menjadi dokter kecil atau promosi kesehatan sekolah (minimal
10 orang)

Berdasarkan Hasil survey yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Barru
Dari 214 SD yang terdata hanya 36 SD yang memiliki ruang UKS atau 18,27 %.
Sementara untuk penyediaan Ruang WC/Jamban bagi anak SD sudah tersedia
secara memadai dengan jumlah ruang WC sebanyak 258 dan untuk ruang WC
bagi guru sebanyak 210.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


74 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Untuk Indikator PHBS lainnya yang belum dilakukan pendataan seperti


penyediaan air bersih, sampah, dana sehat (JPKM), kuku, merokok serta dokter
kecil direkomendasikan untuk dilaksanakan secara lebih intensif.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


75 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 3.4
Rekapitulasi Kondisi fasilitas Sanitasi di Sekolah/Pesantren di Kota Barru
Tingkat : SD/MI (toilet dan tempat cuci tangan)

Jumlah Sumber Air Bersih Jml Tempat Fas. Cuci Persediaan Siapa yang membersihkan Toilet
JUMLAH Jumlah Siswa Jml Toilet/WC Sabun
KECAMATAN Guru PDAM SPT SGL Kencing Tangan Siswa Guru Pesuruh
SEKOLAH
L P L P S K T S K T S K T Murid L P Guru L P Y T Y T L P L P L P
Barru 34 1842 2096 48 39
Soppeng Riaja 29 685 793 36 33
Mallusetasi 40 852 890 64 45
Tanete Rilau 37 1332 1379 49 43
Tanete Riaja 32 1041 855 31 31
Pujananting 25 612 679 30 19
Balusu 17 354 396
JUMLAH 214 6718 7088 258 210

Sumber : Hasil Survey Primer, 2012

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


76 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 3.5
Kondisi Sarana Sanitasi di Sekolah
(Tingkat Sekolah:SD/MI) (Pengelolaan sampah dan pengetahuan higiene)

Apakah pengetahuan ttg higiene dan Apakah ada dana Tempat buangan air
Cara Pengelolaan Sampah
sanitasi diberikan utk air bersih / kotor
Ya, saat sanitasi / pend. Kapan tangki Kondisi
JUMLAH Ya, saat
KECAMATAN mata Higiene Dari septik higiene
SEKOLAH pertemuan / Tidak Dibuat Dari
pelajaran Dikumpulkan Dipisahkan kamar dikosongkan sekolah
penyuluhan pernah kompos toilet
PenJas di Ya Tidak mandi
tertentu
kelas

Barru 34 √ x x √ √ √ Tidak pernah Tidak tahu

√ √ √ √ Tidak pernah Tidak tahu


Soppeng Riaja 29 x x
√ √ √ √ Tidak pernah Tidak tahu
Mallusetasi 40 x x
√ √ √ √ Tidak pernah Tidak tahu
Tanete Rilau 37 x x
√ √ √ √ Tidak pernah Tidak tahu
Tanete Riaja 32 x x
√ √ √ √ Tidak pernah Tidak tahu
Pujananting 25 x x
√ √ √ √ Tidak pernah Tidak tahu
Balusu 17 x x

JUMLAH 214

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


77 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

3.2. Pengelolaan Air Limbah Domestik


3.2.1. Kelembagaan

Instansi yang terkait dengan pengelolaan air limbah di Kabupaten Barru adalah:

1. Seksi Kebersihan dan Seksi Pemukiman, Bidang Penyehatan Lingkungan


Pemukiman , Dinas Pekerjaan Umum
2. Seksi Bina Kesehatan Lingkungan, Bidang Pencegahan Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan
3. Kantor Lingkungan Hidup
Setelah melakukan kajian terhadap kelembagaan dan kebijakan terkait air limbah
domestic, maka dapat digambarkan peta pemangku kepentingan dalam
pembangunan air limbah domestic serta peta peraturan air limbah domestic,
sebagai berikut :

Tabel 3.6
Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan Air Limbah Domestik
PEMANGKU KEPENTINGAN
Pemerintah
FUNGSI Swasta Masyarakat
Kab.
Perencanaan
Menyusun Target Pengelolaan Air Limbah
 x x
domestik skala kabupaten
Menyusun rencana program air limbah
 x x
domestik dalam rangka pencapaian target
Menyusun rencana anggaran program air
limbah domestik dalam rangka pencapaian  x x
target
Pengadaan Sarana
Menyediakan sarana pembuangan awal air
 x x
limbah domestik
Membangun sarana pengumpulan dan
 x x
pengelolaan awal (tangki septik)
Menyediakan sarana pengangkutan dan tangki
x x x
septik ke IPLT (truk Tinja)
Membangun jaringan dan saluran pengaliran
x x x
limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor)
Membangun sarana IPLT dan atau IPAL x x x

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


78 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Pengelolaan
Menyediakan layanan pengelolaan lumpur tinja x x x
Mengelola IPLT dan atau IPAL x x x
Melakukan penarikan retribusi pengelolaan
x X x
lumpur tinja
Mengelola IPLT dan atau IPAL x X x
Melakukan Penarikan retribusi penyedotan
x X x
lumpur tinja
Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah
domestik dan atau penyedotan air limbah x X x
domestik
Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas
teknis bangunan (tangki septik, dan saluran
x x x
drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB

Pengaturan dan Pembinaan


Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
capaian target pengelolaan air limbah x x x
domestik skala kabupaten
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air x x X
limbah domestik
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
efektivitas layanan air limbah domestik dan x
x X
atau menampung serta mengelola keluhan
atas layanan air limbah domestik.
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
x x X
baku mutu air limbah domestik
Sumber : Dinas PU Kabupaten Barru, dan Dinas terkait
Keterangan : √ = Ada x = belum ada

Tabel 3.7
Peta Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Barru
Ketersediaan Pelaksanaan
Peraturan Tdk Efektif Belum efektif Tidak efektif
Ada dilaksanakan dilaksanakan dilaksanakan
Keterangan
Ada
Air Limbah Domestik
Target Capaian Pelayanan
Pengelolaan Air Limbah x √ - - -
Domestik
Kewajiban dan sanksi bagi
Pemerintah Kab/Kota dalam
x √ - - -
penyediaan layanan pengelolaan
Air Limbah Domestik

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


79 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Kewajiban dan sanksi bagi


pemerintah Kab/Kota dalam
memberdayakan masyarakat
x  - - -
dan badan usaha dalam
pengelolaan Air Limbah
Domestik
Kewajiban dan sanksi bagi
masyarakat dan atau
pengembang untuk menyediakan x √ - - -
sarana pengelolaan Air Limbah
Domestik di hunian umum
Keawajiban dan sanksi bagi
Industri rumah tangga untuk √
menyediakan sarana √ - - -
pengelolaan Air Limbah x
Domestik di tempat usaha
Keawajiban dan sanksi bagi
kantor untuk menyediakan
x √ - - -
sarana pengelolaan Air Limbah
Domestik di tempat umum
Kewajiban pengelolaan air
limbah domestik untuk
masyarakat, industri rumah x  - - -
tangga, dan kantor pemilik tangki
septik
Retribusi pengelolaan air limbah
x  - - -
domestik
Tata cara perizinan untuk
kegiatan pembangunan air
limbah domestik bagi kegiatan x √ - - -
permukiman, usaha rumah
tangga, dan perkantoran
Sumber : Dinas PU Kabupaten Barru, dan Dinas terkait
Keterangan : √ = Ada x = belum ada

3.2.2. Sistem dan Cakupan Layanan


a. Sistem terpusat/offsite system

Sampai saat ini, Kabupaten Barru belum memiliki sistem pengolahan air limbah
terpusat baik berupa IPAL maupun IPLT.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


80 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

b. Sistem Komunal

Sejak Tahun 2010 di beberapa lokasi di Barru telah dibangun sistem pengolahan
air limbah komunal. Lokasi tersebut ditunjukkan pada Tabel berikut ini.

Tabel 3.8
Kondisi Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Kabupaten Barru

Tahun
No Nama Kelompok Alamat Dana Sumber Limbah
Operasi
1. KSM Tirodeceng Jalange, Kel DAK 2011 Limbah domestik
malawwa Rp. 289juta
2. KSM Masagenae Joncongan, Kel. DAK 2011 Limbah domestik
Mallawa Rp. 289juta
3. KSM Mattirotasi Labuange, Desa DAK 2011 Limbah domestik
Kupa Rp. 317juta
4. KSM Al- Muhdar Palie, Desa DAK 2011 Limbah domestik
Sagoni Madello Rp. 317juta
5. KSM Tariqulhuda Temmireng, kec DAK 2011 Limbah domestik
takkalasi Rp. 317juta
Sumber: Dinas PU Kabupaten Barru

c. Sistem setempat/onsite system

Sistem pengolahan setempat yang dijumpai di Kabupaten Barru adalah


mempergunakan septic tank. Jumlah rumah tangga yang memiliki jamban
keluarga berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten Barru tahun 2010
sebanyak 22.723 Rumah Tangga dari 36.591 Rumah tangga yang disurvey.
Namun tidak seluruh jamban yang dimiliki masyarakat Barru telah memenuhi
standar septic tank yang benar. Di beberapa lokasi, dijumpai masyarakat yang
masih mempergunakan cubluk untuk pembuangan limbah tinja.

Untuk melihat secara jelas sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestic serta
sistem sanitasi pengelolaan air limbah yang ada di Kabupaten Barru dapat
digambarkan pada tabel dibawah ini :

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


81 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 3.9
Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kabupaten Barru
Input User Interface Penampungan Pengaliran Pengolah Pembuan Nama Aliran
Awal an Akhir gan
Akhir
Gray Water Kamar Mandi/ - - Pipa tertutup Belum ada Saluran Sungai/
(Mandi, Cuci) Tempat Cuci - Saluran (Belum Laut
terbuka ada IPAL)

Black Water Jamban/WC/toi - Tangki Septik - Pipa tertutup -


let - Cubluk Resapan -
- Plengseran
Sumber : Dinas PU Barru Kabupaten Barru, 2012

Tabel 3.6
Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah yang ada di Kabupaten Barru
Kelompok Fungsi Teknologi yang Jenis Perkiraan Sumber Data
digunakan Data Sekunder
User Interface WC kk 28.745 Dinkes 2011
Penampungan Awal Tangki Septik kk 4.249 Dinkes 2011

Pembuangan/Daur - - - -
Ulang
Sumber : Dinkes Kabupaten Barru, 2011

3.2.3. Kesadaran Masyarakat dan PMJK

Peran serta masyarakat dalam penanganan air limbah diwujudkan dalam


program sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas). Di Kabupaten Barru untuk
tahun 2012 sudah di programkan 3 lokasi sanimas yang melayani kawasan
pemukiman.

Adapun Kondisi saluran drainase lingkungan di tingkat kecamatan / desa /


kelurahan dapat digambarkan pada tabel dibawah ini :

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


82 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 3.10
Kondisi Saluran Drainase Lingkungan di Tingkat Kecamatan/Desa/Kelurahan

No. Kecamatan Jumlah Kondisi Drainase Pembersihan Pengelola


Saat ini Drainase
RW RT Lancar Mampet/ Tidak Desa/
Tidak Rutin Rutin Pemerintah Lurah Masy Swasta
lancar
1. Barru 130     
2. Soppeng Riaja 61     
3. Mallusetasi 125     
4. Tanete Rilau 107     
5. Tanete Riaja 89     
6. Pujananting 82     
7. Balusu 62     
656     

Sumber : Dinas PU Kab,Barru 2011

Tabel 3.11
Daftar Program/Proyek Layanan Drainase Yang Berbasis Masyarakat

Kondisi Sarana Saat ini Aspek PMJK


No Sub Nama Pelaks Tahun Mulai Fung Tidak Rusa PM JDR MBR
. Sektor Program/Pro anaan si Fungsi k
yek/Layanan
1. Drainase PNPM Masyar 2007 – 2012 Ya - - Ya Ya Ya
. akat

Keterangan :
PM : Pemberdayaan Masyarakat
JDR : Jender
MBR : Masyarakat berpenghasilan rendah

3.2.4. Pemetaan Media

Kegiatan Komunikasi serta media komunikasi yang ada di kabupaten Barru untuk
sektor pengelolaan air limbah dapat digambarkan pada tabel berikut :

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


83 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 3.12
Kegiatan Komunikasi yang ada di Kabupaten Barru : Pengelolaan Air Limbah
No. Kegiatan Tahun Dinas Tujuan Khalayak Pesan Pembelajaran
Pelaksana Kegiatan Sasaran Kunci
1. Deklarasi Feb- Bappeda Mewujudkan SKPD, Sanitasi.... Peningkatan
Pembentukan 2012 kab. Visi Sanitasi Camat, Dari, Oleh Hidup Bersih
POKJA AMPL Barru Kab. Barru Kepala dan Untuk dan sehat
Kab. Barru Desa, masyarakat
Masyarakat

Sumber: Kajian Pokja dari berbagai sumber. 2012

Tabel 3.13
Media Komunikasi yang ada di Kabupaten Barru : Pengelolaan Air Limbah
No. Nama Media Jenis Acara Isu yang Pesan Kunci Pendapat
Terkait Air Limbah Diangkat Media
A. Media Elektronik
1. Belum Ada - - - -
B. Media Cetak
1. Fajar, Tribun Timur, Liputan Berita terkait PHBS, Peningkatan Bersih adalah -
Berita Kota, Pare Sanitasi dan Air Bersih layanan sehat
Pos, dll sanitasi, air
bersih, atau
PHBS
Sumber : Bagian Humas Protokol Setda Barru/berbagai sumber 2011

Untuk kerjasama serta mitra potensial yang terkait kegiatan sektor pengelolaan
air limbah di kabupaten barru sampai tahun 2012 belum ada yang tertarik
sehingga perlu untuk menjadi perhatian dimasa yang akan datang.

Tabel 3.14
Kerjasama yang terkait Sanitasi : Air Limbah
No. Kegiatan Jenis Kegiatan Sanitasi Mitra Kerjasama Bentuk Kerjasama
1. Belum ada - - -

Tabel 3.15
Daftar Mitra Potensial : Air Limbah
No. Nama Mitra Jenis Kegiatan Sanitasi Bentuk Kerjasama
1. Belum ada - -
2.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


84 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

3.2.4. Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak

Permasalahan yang dihadapi oleh Kabupaten Barru dalam pengelolaan air limbah
adalah :

a. Hasil studi EHRA menunjukkan hampir semua responden yang


mempunyai septictank tidak pernah menguras septictanknya
b. Hal ini menunjukkan konstruksi septictank yang diterapkan belum
memenuhi kriteria teknis yang ada

Limbah cair di Kota Barru secara umum dapat dikategorikan atas limbah rumah
tangga dan limbah industri. Kota Barru belum memiliki Instalasi Pengelolaan Air
Limbah (IPAL) sehingga pembuangan limbah cair rumah tangga yang berasal dari
dapur dan kamar mandi serta air hujan disalurkan dalam satu saluran yang akan
bermuara ke badan air berupa anak sungai. Pembuangan limbah cair rumah
tangga menyangkut kebiasaan dan lahan yang ada di sekitar pekarangan masih
dianggap layak dan bisa dimanfaatkan untuk membuang limbah cair rumah
tangga tanpa memperhatikan dan melihat dampak dari limbah tersebut terhadap
kesehatan dan kebersihan orang lain ( tetangga ) dan lingkungan sekitar. Tempat
pembuangan limbah yang ada juga tergolong sangat sederhana sekali sehingga
langsung di buang ke permukaan tanah, yang nantinya akan menimbulkan bau
yang tidak sedap di lingkungan dan pekarangan disekitar hunian. Ada juga
sebagian masyarakat yang sadar dan mengerti akan pentingnya arti hidup sehat
itu, mengumpulkan sisa limbah rumah tangga tersebut dalam kantong plastic
atau ember dan kemudian di buang ke tempat penampungan sampah yang
berada jauh dari permukiman mereka. Keemudian diangkut oleh truk
pengangkut sampah.
Limbah cair rumah tangga hasil pencucian dan mandi terkadang biasanya di
gelontorkan juga langsung melalui sungai sehingga berselang waktu saja akan
akan menimbulkan pendangkalan pada parit atau sungai itu sendiri. Masalah

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


85 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

limbah sampah dan lain -lain yang terkait kesehatan dan lingkungan perlu adanya
kesadaran yang tulus dan iklas yang timbul dari masyarakat itu sendiri dan itu
adalah tanggung jawab kita bersama untuk mengaplikasikan nya dalam
kehidupan bermasyakat sejalan terciptanya kehidupan yang sehat dan ramah
lingkungan. Sebagian masyarakat ada juga yang sudah menggunakan dan
memanfaatkan saluran/sarana yang ada di rumah nya untuk mengalirkan dan
pembuang hasil limbah rumah tangga tersebut bias mengalir dari hasil limbah
tadi dibuang ke tempat penampungan, sehingga hal positif tersebut perlu
ditanggapi positif. Kesadaran itu timbul dari masyarakat pengguna dan
pemanfaat sarana tersbut serta mereka menyadari penatan lingkungan yang
nyaman serta arti hidup sehat yang sesungguh nya.

3.2.5 Partisipasi Dunia Usaha

Sejauh ini belum banyak keterlibatan pihak swasta dalam mendukung


masyarakat dan pemerintah kabupaten Barru dalam pengelolaan air limbah,
kondisi ini hampir sama dengan layanan sanitasi lainnya, seperti pengelolaan
sampah dan drainase. Kondisi ini sedikit banyak dipengaruhi oleh lemahnya
kelembagaan sanitasi yang ada di kabupaten Barru, yang berimbas kepada
lemahnya dukungan program dan penganggaran peningkatan pengelolaan air
limbah, disamping rendahnya tingkat kepedulian masyarakat dan dunia usaha itu
sendiri.

Tabel 3.16
Penyedia Layanan Air Limbah Domestik Yang Ada Di Kabupaten Barru
No. Nama Provider Tahun Mulai Operasi Jenis Kegiatan
1. - - -

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


86 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

3.2.6 Pendanaan dan Pembiayaan

Alokasi APBD untuk sector air limbah khususnya air limbah domestik mengalami
fluktuasi dari tahun ke tahun sehingga tingkat perkembangan nya tidak dapat di
ukur secara konstan. Pengelolaan air limbah domestik juga masih terbatas pada
pembangunan MCK baik MCK Plus maupun MCK Cubluk, sebagaimana tergambar
dalam 3 tabel di bawah ini :

Tabel 3.17
Ringkasan Pendapatan dan Belanja
Dari Subsektor Air Limbah Domestik Tahun 2012
Realisasi anggaran (Rp) Rata-rata Pertum
No. Sub Sektor 2008 2009 2010 2011 2012 buhan
(%)
1. Belanja : - - - -
- Pembangunan - - - 930.510.000 834.438.000 882.474.000 -
MCK/MCK Plus
- Pembangunan - - 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000
MCK Cubluk
2. Retribusi : - - - - - - -
Sumber : Bappeda Kab. Barru, 2012

Tabel 3.18
Realisasi Anggaran Pengelolaan Air Limbah
Di Kabupaten Barru Tahun 2009-2012
No. Sub Sektor 2009 2010 2011 2012
1. Anggaran APBN (DAK/DAU) - - - 834.438.000
400.000.000 (APBN)
2. Anggaran APBD Prov. 40.905.000 90.000.000 100.000.000 -
3. Anggaran APBD Kab - - - 30.000.000
4. Anggaran Swasta - - - -
Sumber : Bappeda Kab. Barru, 2012

Tabel 3.19
Realisasi Anggaran Pengelolaan Air Limbah Per SKPD
Di Kabupaten Barru Tahun 2009-2012
No. SKPD 2009 2010 2011 2012
1. Bappeda - - - -
2. Dinas PU - 30.000.000 960.510.000 864.438.000
3. Dinas Kesehatan - - - -
4. Badan Lingkungan Hidup - - - -
5. RSUD Barru - - - -
Sumber : Bappeda Kab. Barru, 2012

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


87 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

3.3. Pengelolaan Persampahan


3.3.1. Kelembagaan

Landasan hukum dari pengelolaan persampahan di Kabupaten Barru adalah


Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Kebersihan dan
Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2010 Tentang Retrebusi Jasa Umum

Instansi yang terkait dengan pengelolaan sampah di Kabupaten Barru adalah :

a. Seksi Kebersihan, Bidang Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Dinas


Pekerjaan Umum
b. Seksi Bina Kesehatan Lingkungan, Bidang Pencegahan Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan
c. Kantor Lingkungan Hidup

Setelah melakukan kajian terhadap kelembagaan dan kebijakan terkait


persampahan, maka dapat digambarkan peta pemangku kepentingan dalam
pembangunan dan pengelolaan persampahan serta peta peraturan
persampahan, sebagai berikut :

Tabel 3.20
Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan
Persampahan
PEMANGKU KEPENTINGAN
Pemerintah Swasta Masyarakat
FUNGSI
Kab.
Perencanaan
Menyusun Target Pengelolaan Sampah skala √ x x
kabupaten
Menyusun rencana program persampahan dalam √ x X
rangka pencapaian target
Menyusun rencana anggaran program √ x X
persampahan dalam rangka pencapaian target
Pengadaan Sarana √
Menyediakan sarana pewadahan sampah di √ x X
sumber sampah
Membangun sarana pengumpulan dari sumber √ x X
sampah ke TPS

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


88 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Membangun sarana penampungan sampah (TPS) √ x X


Membangun saranapengangkutan sampah dari √ x X
TPS ke TPA
Membangun sarana TPA √ x X
Pengelolaan √
Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS √ x X
Mengelola sampah di TPS √ x X
Mengangkut sampah dari TPS ke TPA √ x X
Mengelola sampah di TPA √ x X
Melakukan pemilahan sampah √ x X
Melakukan penarikan retribusi sampah √ x X
Memberikan izin pengelolaan sampah x x X
Pengaturan dan Pembinaan
Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah √ x X
(jam pengangkutan, personil, peralatan, dll)
Melakukan sosialisasi peraturan dan pembinaan √ x X
dalam hal pengelolaan sampah
Memberikan sanksi terhadap pelanggaran x x X
pengelolaan sampah.
Monitoring dan Evalusi
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap √ x X
capaian target pengelolaan sampah skala
kab/kota
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap √ x X
kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan
persampahan
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap √ x X
efektivitas layanan persamapahan, dan atau
menampung serta mengelola keluhan atas
layanan persampahan
Sumber : Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Barru, dan Dinas terkait
Keterangan :
 = Ada x = Tidak ada

Tabel 3.21
Peta Peraturan Persampahan Kabupaten Barru
Ketersediaan Pelaksanaan
Peraturan Ada Tdk Efektif Belum efektif Tidak Keterangan
Ada dilaksanakan dilaksanakan efektif
dilaksana
kan

Target Capaian Pelayanan  √ - √ - -


Pengelolaan persampahan kab/kota
Kewajiban dan sanksi bagi  - √ - -
Pemerintah Kab/Kota dalam
pemberdayaan masyarakat dan
badan usaha dalam pengelolaan
sampah

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


89 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Kewajiban dan sanksi bagi  - √ - -


masyarakat untuk mengurangi
sampah, menyediaan tempat
sampah di hunian rumah dan
membuang ke TPS
Kewajiban dan sanksi bagi  - √ - -
kantor/unit usaha di kawasan
komersial/fasilitas sosial/fasilitas
umum untuk mengurangi sampah,
menyediakan tempat sampah dari
TPS ke TPA
Pembagian kerja pengumpulan  - √ - -
sampah dari sumber ke TPS, dari
TPS ke TPA, pengelolaan di TPA,
dan pengaturan waktu
pengangkutan sampah dari TPS ke
TPA.
Kerjasama pemerintah kab/kota  - √ - -
dengan swasta atau pihak lain
dalam pengelolaan sampah
Retribusi pengelolaan sampah atau  - √ - -
kebersihan
Sumber: Dinas PU Kab. Barru, 2012
Keterangan :
 = Ada x = Tidak ada

3.3.2. Sistem dan Cakupan Layanan

Di dalam pengangkutan sampah, UPT Kebersihan dan Pertamanan


mempergunakan 5 buah gerobak sampah, 6 unit truk sampah, 3 unit dump truk,
4 unit armada roll truk serta 7 unit , 6 unit Motor Sampah.

Untuk melihat secara jelas sistem Sanitasi pengelolaan Persampahan serta


sistem sanitasi pengelolaan Persampahan yang ada di Kabupaten Barru dapat
digambarkan pada tabel dibawah ini :

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


90 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 3.22
Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Barru
Input User Interface Penampungan Pengangkutan Pengolah Pemrose Nama Aliran
Setempat an Antara/ san
Akhir Akhir/
Daur
Ulang
Sampah Tong Sampah Container Dump Truck TPST Kompos\ -
Rumah Motor sampah Arm Roll TPA
Tangga Gerobak
Sampah
Sumber : Dinas PU Barru Kabupaten Barru, 2012

Tabel 3.23
Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan yang ada di Kabupaten Barru
Kelompok Fungsi Teknologi yang Jenis Perkiraan Sumber Data
digunakan Data Sekunder
User Interface Penimbunan m3 4.412 Dinas PU

Penampungan Kompos m3 1.214 Dinas PU


Awal
Pembuangan/Dau m3 4.022 Dinas PU
r Ulang TPA
Sumber : Dinas PU Kabupaten Barru, 2012

Gambar 3.2. Peta Cakupan Layanan Persampahan Kota Barru

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


91 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

a. Tempat Penampungan Sementara (TPS)

Jumlah TPS yang ada di wilayah pelayanan persampahan Kabupaten Barru


berjumlah 861 unit dengan rincian yaitu TPS terbuka sebanyak 600 unit dengan
volume 0,098 m3, kontainer sebanyak 8 unit dengan volume 3 m3, TPS pilah
sebanyak 253 unit dengan volume antara 0,04 m3 sampai 0,196 m3.

b. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

Kabupaten Barru memiliki Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) untuk


menampung seluruh sampah yang berasal dari kota Barru dan sekitarnya, lokasi
TPA beraa di TPA Padang Loang Kelurahan Coppo, Kecamatan Barru dengan luas
TPA 5 Ha dan hanya digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Barru. TPA Padang
Loang mulai beroperasi pada tahun 1995 dan diperkirakan masa layan TPA ± 25
tahun. Namun pada tahun 2009 di TPA Padang Loang dilakukan perluasan untuk
melaksanakan sistem operasional TPA menjadi Sanitary Landfill yang dulunya
menggunakan open dumping plus sebagaimana yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 Tentang Penggelolaan Sampah yang
dijabarkan dalam Peraturan Kabupaten Barru Nomor 02 Tahun 2009 Tentang
Pengelolaan Kebersihan. Saat ini perluasan TPA Padang Loang masih dalam
Proses pengerjaan. Rencananya luas TPA Padang Loang adalah 20 Ha dan
menggunakan sistem Sanitary Landfil.

Cakupan pelayanan pengelolaan sampah di Kabupaten Barru adalah kota Barru


dan daerah disekitarnya. Volume sampah yang dihasilkan per hari adalah
37.450.4 m3, dengan volume terangkut 25.907.6 m3 atau sekitar 72%.
Pemerintah Daerah menarik Retribusi untuk penanganan persampahan di Kota
Barru yang sistem pembayarannya melalui tagihan listrik. Dimana penarikan
retribusi tidak didasarkan atas jenis bangunan atau besarnya tegangan listrik.

Program pemerintah tentang persampahan atau limbah padat ini sangat gencar
sekali baik di tingkat pusat sampai ke tingkat desa bahkan sampai ke level

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


92 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

masyarakat bawah, tindakan nyata adalah penyediaaan tong sampah pada


tempat-tempat tertentu sehingga masyarakat bisa membuang sampah pada
tempatnya. Untuk di lokasi Perumahan biasanya masyarakat menyediakan atau
membuat sendiri tempat pembuangan sampah, atau menggunakan jasa
penangkutan sampah untuk membuang sampah ke tempat pembuangan
sampah. Pemerintah menyediakan tempat penampungan sementara sampah,
baik sampah kaleng, plastik, dan lain sebagainya diangkut dengan menggunakan
gerobak, motor roda tiga dan truk sampah kemudian dibawa ketempat
pengolahan atau pembuangan akhir yang disediakan oleh Pemkab Barru
bertempat di Padang Loang. Sampah padat yang dihasilkan oleh Rumah tangga
warga atau tempat sampah, kemudian dengan menggunakan gerobak sampah
diangkut ke TPS yang telah disediakan oleh Pemkab Barru. Pengumpul bahan-
bahan bekas ini tidak hanya dilakukan oleh kaum pria saja, kaum wanita juga ikut
serta dalam mengumpulkan barang barang bekas ini, sehingga peran serta kaum
hawa juga sangat berperan penting, dimana pekerjaan mengumpul sampah dan
barang bekas ini menurut pandangan mereka mereka bisa mendatangkan rezeki
dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Penanganan limbah padat/persampahan di Kabupaten Barru sudah menjangkau
beberapa wilayah di sekitar ibu kota kabupaten yaitu kota Barru Volume sampah
yang dihasilkan di kota Barru pada tahun 2010 sebanyak 37.450.4 m3. Dari
volume sampah sebanyak itu, sekitar 25.907.6 m3 diangkut ke TPA yang berada
di Dusun Bontolai, Kelurahan Coppo, Kecamatan Barru. Sedangkan sisanya yaitu
sebesar 11.542,8 M3 di kelola sendiri oleh masyarakat dengan dipilah untuk
dimanfaatkan kembali, dibakar maupun ada juga yang dibuang di sungai.

3.3.3. Kesadaran Masyarakat dan PMJK

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah diwujudkan dalam adanya


usaha jual beli barang bekas. Sampah yang memiliki nilai jual dikumpulkan dan

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


93 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

dipilah berdasarkan jenisnya kemudian dijual. Adapun jenis kegiatan daur ulang
sampah masih sebatas pembuatan pupuk organik dari sampah organik .

Selain kegiatan daur ulang sampah kering dan plastik yang dikumpulkan oleh
pemulung untuk selanjutnya di jual, saat ini Tim Penggerak PKK Kabupaten Barru
menggalakkan pelatihan bagi para kaum wanita untuk membuat kerajinan
tangan yang dapat digunakan dirumah masing-masing ataupun disalurkan
melalui DEKRANASDA Kabupaten Barru.

Tabel 3.24
Pengelolaan Persampahan di Tingkat Desa/Kelurahan/Kecamatan
No Jenis Kegiatan Dikelola Oleh
Masyaraka Lurah/Desa/Ke Swasta Keterang
t c. an
1. Pengumpulan Sampah dari   x 
Rumah
2. Pemilahan Sampah di TPS  X x 
3. Pengangkutan Sampah ke TPS x X x 
4. Pengangkutan Sampah ke TPA x x x 
5. Pemilahan Sampah ke TPA  x x 
6. Para Penyapu Jalan x  x 
Sumber: Dinas PU Kabupaten Barru, 2012

Keterangan :
 + = ada
X = tidak ada

Tabel 3.25
Pengelolaan Persampahan di Tingkat Kabupaten/Kota
No Jenis Kegiatan Dikelola Oleh
Pemkab/Pem Masyarakat Sektor Swasta
kot Formal
1. Pengumpulan Sampah dari   X x
Rumah
2. Pemilahan Sampah di TPS   x x
3. Pengangkutan Sampah ke TPS  X x x
4. Pengangkutan Sampah ke TPA  x x x
5. Pemilahan Sampah ke TPA   x x
6. Para Penyapu Jalan  x x x
Sumber: Dinas PU Kabupaten Barru, 2012
Keterangan :
 + = ada
x = tidak ada

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


94 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Dukungan program/proyek berbasis masyarakat seperti program dana Hibah,


LSM, dunia usaha sejauh ini belum ada di kabupaten Barru, yang ada baru
sebatas program pemerintah daerah sebagaimana diuraikan di atas.

Tabel 3.26
Daftar Program/Proyek Layanan Persampahan yang Berbasis Masyarakat
Kondisi Sarana Saat ini Aspek PMJK
No. Sub Sektor Nama Pelaksa Tahun Fungsi Tidak Rusak PM JDR MBR
Program/Proy na Mulai Fungsi
ek/Layanan
- Persampah Daur Ulang PKK/ 2011  + - - -  +-
an DEK
RANAS
DA
Catatan: BPMD Barru, 2011

3.3.4. Pemetaan Media

Kegiatan Komunikasi serta media komunikasi yang ada di kabupaten Barru untuk
sektor pengelolaan persampahan dapat digambarkan pada tabel berikut :

Tabel 3.27
Kegiatan Komunikasi di Kabupaten Barru : Pengelolaan Sampah
No. Kegiatan Tahun Dinas Tujuan Kegiatan Khalayak Pesan Pembelajaran
Pelaksana Sasaran Kunci
1. Sosialisasi Mempertahankan Piala masyarakat Pengelolaan Tumbuhnya
2011
Kantor Adipura/ Meningkatkan sampah kesadaran
Lingkungan kesadaran dan kepedulian yang baik dan
Hidup masyarakat dalam dan benar kepedulian
pengelolaan sampah

Sumber: Dinas PU Kab. Barru

Tabel 3.28
Media Komunikasi yang ada di Kabupaten Barru : Pengelolaan Sampah
No. Nama Media Jenis Acara Isu yang Pesan Kunci Pendapat Media
Terkait Sampah Diangkat
A. Media Elektronik
1. Radio IGA FM Iklan Adipura Pengelolaan Meningkatkan -
Radio HIBRIDAH FM sampah yang kesadaran
baik dan benar dan
kepedulian
masyarakat
dalam
pengelolaan
sampah

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


95 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

B. Media Cetak
1. Fajar, Tribun Timur, Berita Umum Umum Meningkatkan -
Kota, UPEKS, Pare Pos kesadaran
dan
kepedulian
masyarakat
dalam
pengelolaan
sampah
Sumber : Dishub Infokom & Humas dan Protokol Setda Barru

3.3.4. Partisipasi Dunia Usaha

Pada tahun 2008 telah dibangun 1 unit pengolah sampah menjadi pupuk organik
di Pasar Mattirowalie melalui bantuan Yayasan Danamon Peduli. Sampah yang
dikelola diutamakan pada sampah yang berasal dari pasar, terminal dan sampah
dari perumahan sekitarnya.

Pada tahun 2009 diharapkan alat pengolah sampah tersebut telah dapat
memenuhi kebutuhan pupuk organik untuk pertanian, perkebunan, tanaman
hias, dan perikanan. Lewat fasilitas pengolahan pupukyang telah dibangun
Pemerintah Daerah mengupayakan pemenuhan kebutuhan pupuk organik untuk
pembibitan, baik pembibitan pohon maupun pembibitan tanaman buah-buahan
seperti mangga, sukun, nangka dan kelapa. Prioritas utama penggunaan pupuk
kompos dari hasilpengolah sampah tersebut adalah untuk pembibitan tanaman
hias/penghijauan yang dikembangkan oleh masyarakat dan untuk tanaman hias
yang dikelola oleh Pemerintah Daerah di area perkotaan. Hal ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan tanaman pada median dan pulau jalan sebagai dampak
pelebaran jalan negara sepanjang kurang lebih 70 km.

Pemerintah Kabupaten Barru akan mengoptimalkan pengelolaan sarana unit


pengolahan kompos, bantuan Yayasan Danamon Peduli dan menjadikannya
sebagai proyek percontohan (pilot project). Saat ini pemanfaatan pupuk organik
(bokasi) untuk pertanian telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah bekerjasama
dengan masyarakat di Desa Binuang Kecamatan Balusu seluas 20 ha.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


96 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tahun 2010 Pemerintah Kabupaten Barru akan mereplikasikan kegiatan


pengelolaan sampah pasar menjadi pupuk organik pada pasar tradisional Pekkae
Kecamatan Tanete Rilau kemudian pasar-pasar tradisional lainnya yang ada di
Kabupaten Barru.

Hambatan yang dialami oleh pemerintah daerah dalam program ini diantaranya
kurangnya sumber daya manusia baik dari pihak masyarakat maupun aparatur
dalam pengolahan sampah menjadi kompos, serta perilaku petani yang masih
sangat tergantung pada pupuk kimia sehingga pada tahun 2012 hampir seluruh
pengelolaan sarana unit pengolahan kompos tersebut tidak dapat lagi berfungsi
secara efektif.

Tabel 3.29
Kerjasama yang terkait Sanitasi : Pengelolaan Persampahan
No. Kegiatan Jenis Kegiatan Sanitasi Mitra Kerjasama Bentuk Kerjasama
1. Penyedian Pemilahan Sampah Kerjama sama Kemitraan
Wadah dengan BRI
2 Penyedian Pemilahan Sampah Kerjama sama Kemitraan
Wadah dengan PLN
3 Penyedian Motor Sampah Kerjama sama Kemitraan
Kendaraan dengan Bank Sul Sel
Sumber: Dinas PU Kabupaten Barru, 2012

Tabel 3.30
Daftar Mitra Potensial untuk Pengelolaan Sanitasi : Pengelolaan Persampahan
No. Nama Mitra Jenis Kegiatan Sanitasi Bentuk Kerjasama
1. Yayasan Danamon Peduli Daur Ulang Sampah Penyediaan TPST

Sumber: Bappeda Kab. Barru, 2012

3.3.5. Pendanaan dan Pembiayaan

Pendanaan dan pembiayaan untuk pengelolaan persampahan terus mengalami


peningkatan yang signifikan kecuali pada tahun 2012 sebagai dampak dari deficit
keuangan yang dialami oleh Pemerintah Kabupaten Barru, akan tetapi secara
umum rata-rata setiap tahunnya Pemerintah Kabupaten Barru menganggarkan
sekitar Rp. 114.343.600,-, sebagai tergambar pada table dibawah ini :

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


97 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 3.31
Ringkasan Pendapatan dan Belanja dari Sub Sektor Pengelolaan Persampahan
No. Tahun Belanja Retribusi
(Rp) (Rp)
1. 2008 64.750.000,-
2. 2009 66.750,000,-
3. 2010 102.000.000,-
4. 2011 247.159.000,-
5. 2012 91.059.000,-
Rata-rata 114.343.600,-

Sumber : Dinas PU Kab. Barru

3.3.6. Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak

Permasalahan yang dihadapi Kabupaten Barru dalam pengelolaan sampah


adalah :

a. Kesadaran masyarakat dalam memilah sampah masih rendah


b. Jumlah armada pengangkutan masih terbatas, sehingga belum mampu
mengangkut semua sampah
c. Jenis TPA yang dipakai masih mempergunakan sistem open dumping
d. Luas lahan TPA sekarang ini sudah tidak mencukupi
e. Tiap Kecamatan di Kabupaten Barru belum tersedia TPA

3.4. Pengelolaan Drainase Lingkungan


3.4.1. Kelembagaan

Landasan hukum dari pengelolaan drainase di Kabupaten Barru adalah


Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2010 Tentang Irigasi dan Master Plan Drainase
Kota Barru.

Instansi yang terkait dengan pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten


Barru adalah :

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


98 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

a. Seksi Irigasi, Bidang Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum


b. Seksi Gedung & Tata Ruang, Bidang Cipta Karya, Dinas Pekerjaan Umum
c. Seksi Bina Kesehatan Lingkungan, Bidang Pencegahan Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan
d. Kantor Lingkungan Hidup

Setelah melakukan kajian terhadap kelembagaan dan kebijakan terkait


pembangunan dan pengelolaan drainase lingkungan, maka dapat digambarkan
peta pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan drainase
lingkungan serta peta peraturan drainase lingkungan, sebagai berikut :

Tabel 3.32
Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan
dan Pengelolaan Drainase Lingkungan

PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI Pemerintah Kab. Swasta Masyarakat
Perencanaan
Menyusun target pengelolaan drainase  x x
lingkungan skala kab/kota
Menyusun rencana program drainase  x x
lingkungan dalam rangka pencapaian target
Menyusun rencana anggaran program drainase  x x
lingkungan dalam rangka pencapaian target
Pengadaan Sarana
Menyediakan / membangun sarana drainase  x x
lingkungan
Pengelolaan x x
Membersihkan saluran drainase lingkungan  x x
Memperbaiki saluran drainase lingkungan yang  x x
rusak
Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas x x x
teknis bangunan (saluran drainase lingkungan)
dalam pengurusan IMB
Pengaturan dan Pembinaan
Menyediakan advis planning untuk  x x
pengembangan kawasan permukiman,
termasuk penataan drainase lingkungan di
wilayah yang akan dibangun
Memastikan integrasi sistem drainase  x x
lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase
sekunder dan primer

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


99 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Melakukan sosialisasi peraturan, dan X x x


pembinaan dalam hal pengelolaan drainase
lingkungan
Memberikan sanksi terhadap pelanggaran X x x
pengelolaan drainase lingkungan
Monitoring Dan Evaluasi
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap  x x
capaian target pengelolaan drainase lingkungan
skala kab/kota
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap  x x
kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan
drainase lingkungan
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap  x x
efektivitas layanan drainase lingkungan, dan
atau menampung serta mengelola keluhan atas
kemacetan fungsi drainase lingkungan
Sumber : Dinas PU Kab.. Barru, 2012
Keterangan :
 = Ada x = Tidak ada

Tabel 3.33
Peta Peraturan Drainase Kabupaten Barru
Ketersediaan Pelaksanaan
Peraturan Ada Tdk Ada Efektif Belum efektif Tidak efektif Keterangan
dilaksanakan dilaksanakan dilaksanakan
Air Limbah Domestik
Target Capaian Pelayanan  - 
Pengelolaan Drainase
Lingkungan kab/kota saat ini
Kewajiban dan sanksi bagi  - 
Pemerintah Kab/Kota dalam
menyediakan drainse lingkungan
Kewajiban dan sanksi bagi  - 
pemerintah Kab/Kota dalam
memberdayakan masyarakat
dan badan usaha dalam
pengelolaan drainse lingkungan
Kewajiban dan sanksi bagi  - 
masyarakat dan atau
pengembang untuk
menyediakan sarana
drainase lingkungan, dan
menghubungkannya dengan
sistem drainase sekunder
Kewajiban dan sanksi bagi  - 
masyarakat untuk
memelihara sarana drainase
lingkungan sebagai saluran
pematusan air hujan
Sumber : Dinas PU Kab. Barru, 2012

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


100 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

3.4.2. Sistem dan Cakupan Layanan


Sistem drainase di Kabupaten Barru memanfaatkan topografi yang cukup terjal
dan berbukit-bukit. Dengan kondisi seperti itu, air hujan yang jatuh dapat
mengalir dengan lancar menuju 9 sungai yang ada di Kabupaten Barru. Selain itu
kondisi tanah di wilayah ini yang sebagian berupa karst menyebabkan air hujan
mudah terserap ke dalam tanah melalui pori-pori maupun celah di dalam tanah.

Data eksisting drainase di Kabupaten Barru masih sangat terbatas (hanya untuk
wilayah Kota Barru). Dari data tersebut panjang drainase mikro di wilayah
Kabupaten Barru sepanjang ± 34,84 km, yang terdiri dari saluran primer
sepanjang ±27,45 km dan saluran sekunder ± 12,92 km.

Dari kondisi topografi wilayah yang berbukit dan kemiringan lahan yang sangat
besar, maka masalah drainase wilayah bukan menjadi masalah utama. Kawasan
Barru berusaha mempertahankan limpasan air hujan dengan memperbanyak
tampungan – tampungan atau tandon. Air ini akan dapat dimanfaatkan pada
musim kemarau.Sedangkan saluran drainase yang ada di Kabupaten Barru
kebanyakan memiliki tipe konstruksi saluran berupa saluran pasangan batu.
Dimana dimensi saluran yang ada lebar bawah antara 30 – 40 cm, lebar atas
antara 40 – 60 cm, serta kedalaman (H) sekitar 50 cm.

Untuk melihat secara jelas sistem Sanitasi pengelolaan Drainase Lingkungan serta
sistem sanitasi pengelolaan Drainase Lingkungan yang ada di Kabupaten Barru
dapat digambarkan pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.34
Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan
Di Kabupaten Barru
Input User Penampungan Pengaliran Pengolahan Pembuangan/ Nama Aliran
Interface Awal Akhir daur Ulang
Air Hujan/ Talang/ Saluran Saluran Saluran Sungai/Laut
Air Limbah Pipa Tersier Tersier Primer
Rumah Saluran
Tangga Sekunder

Sumber : Dinas PU Kab. Barru, 2012

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


101 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 3.33
Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase yang ada di Kabupaten Barru
Kelompok Fungsi Teknologi yang Jenis Perkiraan (km) Sumber Data
digunakan Data Sekunder
Saluran Tersier Sederhana – Semi Panjang Saluran 101.295 Dinas PU
Teknis
Saluran Sekunder Sederhana – semi Panjang Saluran 42.498 Dinas PU
Teknis
Saluran Primer Alam/Sederhana Panjang Saluran 11.067 Dinas PU
Jumlah
Sumber : Dinas PU Kab. Barru , 2012

Gambar 3.3. Peta Jaringan Drainase Kota Barru

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


102 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 3.34
Kondisi Saluran Drainase Di Kabupaten Barru Tahun 2011
No. Saluran Per Panjang Dimensi Rata-Rata Luas Tingkat Konstruksi (%) Kondisi (%)
Kecamatan (km) (m) Catchmen Layanan
Area (km2) (%)
Tinggi Lebar Perma Tanah Baik Buruk
nen
A. Saluran Primer 11.067 1,50 3
B. Saluran Sekunder 42.498 1 2
C. Saluran Tersier 101.295 0,50 0,50
Sumber : Dinas PU 2011 100 75 25

3.4.3. Kesadaran Masyarakat dan PMJK

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan drainase dalam bentuk


pembersihan saluran drainase disekitar pemukiman mereka melalui kegiatan
gotong royong namun tidak rutin sehingga kondisi drinase di tingkat
Kecamatan/Desa/Kelurahan masih sering mampet dan tidak lancar, sebagaimana
tergambar pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.35
Kondisi Saluran Drainase Lingkungan di Tingkat Kecamatan/Desa/Kelurahan
No. Kecamatan Jumlah Kondisi Drainase Pembersihan Pengelola
Saat ini Drainase
RW RT Lanca Mampet Tidak Desa/
r /Tidak Rutin Rutin Pemerint Lurah Masy Swast
lancar ah a
1. Barru 130     
2. Soppeng Riaja 61     
3. Mallusetasi 125     
4. Tanete Rilau 107     
5. Tanete Riaja 89     
6. Pujananting 82     
7. Balusu 62     

Sumber : Dinas PU Kab,Barru 2012

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


103 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 3.36
Daftar Program/Proyek Layanan Drainase Yang Berbasis Masyarakat
Kondisi Sarana Saat ini Aspek PMJK
No Sub Nama Pelaks Tahun Mulai Fung Tidak Rusa PM JDR MBR
. Sektor Program/Pro anaan si Fungsi k
yek/Layanan
1. Drainase PNPM Masyar 2007 – 2012 Ya - - Ya Ya Ya
2. Drainase PPIP akat 2011-2012 Ya - - Ya Ya Ya

Keterangan :
PM : Pemberdayaan Masyarakat
JDR : Jender
MBR : Masyarakat berpenghasilan rendah

3.4.4. Pemetaan Media

Kegiatan Komunikasi serta media komunikasi yang ada di kabupaten Barru untuk
sektor pengelolaan Drainase Lingkungan dapat digambarkan pada tabel berikut :

Tabel 3.37
Kegiatan Komunikasi di Kabupaten Barru : Drainase Lingkungan
No. Kegiatan Tahun Dinas Tujuan Khalayak Pesan Pembelajaran
Pelaksana Kegiatan Sasaran Kunci
1. Tidak ada - - - - - -
Catatan : belum ada kerjasama kegiatan komunikasi terkait pengelolaan drainase lingkungan.

Tabel 3.38
Media Komunikasi yang ada di Kabupaten Barru: Pengelolaan Drainase
No. Nama Media Jenis Acara Isu yang Diangkat Pesan Kunci Pendapat
Terkait Drainase Media
A. Media Elektronik
1. Radio IGA FM Tidak Ada, hanya Umum - -
Radio HIBRIDAH FM acara-acara umum
dan berita daerah
B. Media Cetak Tidak Ada, hanya Umum
Fajar, Tribun Timur, Berita acara-acara umum
Kota, UPEKS, Pare Pos dan berita daerah
1. -
Catatan : Dinas Perhubungan & Infokom, Humas & Protokol Setda Kab. Barru

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


104 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

3.4.5. Partisapasi Dunia Usaha

Dukungan dunia usaha dalam pengelolaan drainase lingkungan di kabupaten


Barru, khususnya drainase sekunder dan primer sejauh ini belum ada. Dukungan
kelembagaan yang belum kuat merupakan salah satu indikator yang paling
bepengaruh, disamping upaya promosi/publikasi dalam rangka menjaring
dukungan semua unsur dalam meningkatkan kepedulian dan kesadaran tentang
pengelolaan drainase.

Tabel 3.39
Kerjasama yang terkait Sanitasi : Drainase Lingkungan
No. Kegiatan Jenis Kegiatan Mitra Bentuk
Sanitasi Kerjasama Kerjasam,a
1. Belum ada - - -
2. - - - -
Catatan : kerjasama pengelolaan drainase lingkungan belum ada

Tabel 3.40
Daftar Mitra Potensial untuk Pengelolaan Sanitasi Drainase Lingkungan
No. Nama Mitra Jenis Kegiatan Sanitasi Bentuk Kerjasama
1. Tidak ada - -
Sumber : Dinas PU Kab Barru, 20112

Tabel 3.41
Penyedia Layanan Drainase Lingkungan Yang Ada Di Kabupaten Barru
No. Nama Provider Tahun Mulai Operasi Jenis Kegiatan
1. Tidak ada - -
2. - - -

3.4.6. Pendanaan dan Pembiayaan

Subsektor Drainase lIngkungan cukup mendapat perhatian dari Pemerintah


Daerah Kabupaten Barru dalam pengalokasian anggaran dalam APBD maupun
perhatian dari pemerintah Propinsi serta Pusat melalui Dana Alokasi Khusus.

Khusus untuk APBD Kabupaten Barru rata-rata telah dianggarkan sekitar Rp.
50.000.000,- khusus untuk drainase lingkungan, terutama untuk penanggulangan

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


105 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

banjir pada wilayah perkotaan.

Tabel 3.42
Ringkasan Pendapatan dan Belanja
dari Sub Sektor Pengelolaan Drainase Lingkungan
No. Sub Sektor/SKPD 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata Pertum
buhan
(%)
A. Belanja Drainase
Pembangunan 4.833.802 4.206.138 1.536.550 56.932.700 186.750.000 50.851.838 -
Drainase Lingkungan
APBD PROP 120.000.000 90.900.000 90.000.000 64.400.000 73.060.000
DAK 803.900.000 790.195.000 577.940.000 144.485.000 579.140.000

B. Retribusi Drainase - - - - - - -
Lingkungan
Sumber : Dinas PU Kabupaten Barru, 2012

3.4.7. Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak

Permasalahan pengelolaan drainase yang dihadapi Kabupaten Barru adalah


sulitnya identifkasi terhadap kategori saluran drainase dalam wilayah kabupaten
barru baik sekunder maupun primer sehingga perencanaan dan pembangunan
saluran drainase menjadi tidak efektif dalam mengatasi masalah-masalah
genangan dan banjir.

3.5. Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi


3.5.1. Pengelolaan Air Bersih

Pada saat ini akses air minum rumah tangga di Kabupaten Barru berasal dari air
ledeng (PDAM), sumur gali (SGL), penampungan air hujan (PAH) dan lain-lain.
Akses air bersih pada tahun 2010 seluruhnya sebesar 37.162 rumah tangga dari
39.628 rumah tangga yang diperiksa. Pemakaian tertinggi dengan menggunakan
air ledeng (PDAM) sebesar 11.845 rumah tangga dan terendah dengan
menggunakan air kemasan sebesar 7 rumah tangga.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


106 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 3.43. Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum Tahun 2010

No. Kecamatan Ledeng Sumur Sungai Hujan Kemasan Lainnya


1. Barru 4,101 1,757 - 20 1 3,077
2. Pujananting 859 0 - 0 0 46
3. Tanete Riaja 311 1,319 - 657 1 1,670
4. Tanete Rilau 2,218 4,254 - 10 2 1,714
5. Balusu 882 2,308 - 8 0 10
6. Soppeng Riaja 217 2,913 - 2 2 262
7. Mallusetasi 3,257 3,654 - 39 1 1,590
Total 11,845 16,205 - 736 7 8,369
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Barru, 2010

Kabupaten Barru merupakan daerah pesisir pantai yang cukup panjang. Garis
pantai mencapai 87 Km sehingga merupakan kabupaten dengan pesisir pantai
terpanjang di Sulawesi Selatan. Selain itu Kabupaten Barru memiliki hutan alam
yang masih terjaga kelestariannya. Kedua hal tersebut berkolerasi dengan
ketersediaan air yang cukup banyak.

Tabel 3.44
Sistem penyediaan dan pengelolaan air bersih di Kabupaten Barru
(Data Tahun 2010)
No. Uraian Satuan Volume Keterangan
1. Pengelola PDAM Kab. Barru
2. Tingkat Pelayanan % 53,45
3. Kapasitas Produksi Lt/Detik 161
4. Kapasitas Terpasang Lt/Zdetik 161
5. Jumlah Sambungan Rumah Unit 7.183
6. Jumlah Kran air Unit
7. Kehilangan air (UFW) % -
8. Retribusi/Tarif (rumah tangga) M3 2.100
9. Jumlah Pelanggan : Per
Kecamatan
Barru Pelanggan 4,101
Pujananting Pelanggan 859 -
Tanete Riaja Pelanggan 311 -
Tanete Rilau Pelanggan 2,218 -
Balusu Pelanggan 882 -
Soppeng Riaja Pelanggan 217 -
Mallusetasi Pelanggan 3,257 -
Jumlah Pelanggan 11,845 -
Sumber : BPS 2010 Kabupaten Barru

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


107 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Gambar 3.4. Peta Jaringan Pipa Air Baku Kabupaten Barru

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


108 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Di Kabupaten Barru terdapat 21 (dua puluh satu) sungai yang tersebar di 7


(tujuh) kecamatan. Sungai JampuE di Kecamatan Mallusetasi merupakan sungai
terpanjang di Kabupaten Barru dengan panjang sungai 45,55 Km kemudian
sungai Sumpang BinangaE di Kecamatan Barru dengan panjang 44,95 Km.

Selain sungai, juga terdapat cukup banyak embung di Kabupaten Barru, yaitu
embung labottoa, embung galung, embung bojo, embung fajar, embung
aratange, embung tamarleteng, embung abberungnge, embung mamminasae,
embung matunru-tunruE, embung mattirotasi, embung mattirowaliE. Sebagian
besar embung terdapat di Kecamatan Barru sedangkan lainnya tersebar di
Kecamatan Pujananting, Kecamatan Tanete Riaja, Kecamatan Tanete Rilau,
Kecamatan Balusu, Kecamatan Soppeng Riaja, Kecamatan Mallusetasi. Luas
embung secara keseluruhan terbilang kecil sekitar + 2 Ha.

Sejak januari 2010 dilakukan pemantauan kualitas air sungai Sumpang BinangaE
yang dianalisa langsung di laboratorium Kantor lingkungan hidup Kabupaten
Barru, namun masih terbatas pada beberapa parameter. Pemantauan sungai
Sumpang BinangaE dilakukan di 4 (empat) titik yaitu hulu, tengah, hilir dan
sungai buntu. Dari hasil pemantauan tersebut residu terlarut dan residu
tersuspensi pada hilir dan sungai buntu serta DO pada hulu, tengah dan hilir
melampaui baku mutu yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air kelas IV. Hasil analisa laboratorium DO hulu 6,4 mg/L, tengah 8
mg/L, hilir 8,4 mg/L. Sedangkan hasil analisa residu terlarut pada hilir 3380 mg/L,
sungai buntu 21450 mg/L dan residu tersuspensinya 2570 mg/L. Pemantauan
Sungai Sumpang BinangaE akan dilakukan setiap tahunnya.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


109 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Gambar 3.45
Pengambilan Sampel Air Sungai Sumpang BinangaE Tahun 2010

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Barru, 2010

Gambar 3.6.
Grafik Hasil Analisa Laboratorium Sungai Sumpang BinangaE, Tahun 2010

25000

20000

15000
hulu
10000
tengah
5000
hilir
0
sungai buntu

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup, 2010

Pemerintah Kabupaten Barru melalui Kantor Lingkungan Hidup bekerjasama


dengan Laboratorium Balai Besar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Makassar
telah melakukan pemantauan kualitas air sumur yang dilaksanakan di Lingkungan

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


110 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

JampuE Kelurahan Mangempang Kecamatan Barru pada tanggal 30 Desember


2009. Dari hasil analisa laboratorium, sebanyak 31 parameter yang diukur tidak
ada yang melampaui baku mutu berdasarkan Peraturan Gubernur Tk. I Sulawesi
Selatan Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Kriteria Air Kelas 1.

Gambar 3.46
Pengambilan Sampel Air Sumur di lingkungan JampuE Kel. Mangempang,
Tahun 2009

Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kab. Barru, 2009

Dengan kondisi daerah Barru yang seringkali mengalami kekurangan air di musim
kemarau, maka masyarakat Kabupaten Barru berupaya untuk menampung air
pada musim hujan. Sistem penampungan air hujan (PAH) telah lama
dipergunakan oleh sebagian besar masyarakat Barru khususnya yang bermukim
di wilayah pulau. Unit PAH yang dipergunakan masih berbentuk sederhana, yaitu
mereka membuat tempat penampungan yang terbuat dari beton dimana air
hujan yang jatuh di atap rumah langsung dialirkan ke PAH tersebut. Namun
seringkali volume air yang ditampung tidak memenuhi kebutuhan untuk satu
keluarga terutama ketika musim kemarau cukup panjang. Sehingga untuk
mengatasinya, mereka membeli air dari PDAM.

Di pulau Puteangin, Desa Lasitae Kec. Tanete Rilau telah dibangun 86 PAH yang

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


111 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

setiap PAH mampu menampung air hujan sebesar kurang lebih 6 Kubik

Permasalahan yang dihadapi di dalam penyediaan air bersih di Kabupaten Barru


adalah sebagai berikut :

a. Jumlah sumber air seperti mata air dan sungai sangat terbatas, hal ini
disebabkan kondisi daerah berupa pegunungan karst yang menyebabkan
air mudah meresap dalam tanah dan membentuk sungai bawah tanah
sehingga menyulitkan masyarakat untuk mengambil air.
b. Letak pemukiman yang berjauhan dan kondisi daerah yang berbukit-bukit
menyulitkan di dalam pengaliran air bersih
c. Sistem pengaliran air bersih dengan mempergunakan pompa
menyebabkan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk operasional PDAM
Tirta Dharma
d. Debit air bersih yang diproduksi untuk musim kemarau mengalami
penurunan yang cukup banyak sehingga banyak pelanggan PDAM yang
tidak teraliri air bersih sedangkan untuk masyarakat yang tidak memiliki
sumber air, mereka terpaksa harus membeli air untuk kebutuhan sehari-
hari.

3.5.2. Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga

Limbah industri yang sudah mulai ditangani di Kabupaten Barru adalah industri
tahu dengan dibangunnya IPAL komunal. Sedangkan untuk industri yang lain
belum ada penanganan limbahnya

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


112 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 3.47
Pengelolaan Limbah Industri Rumah Tangga Kabupaten Barru Tahun 2010
No. Jenis Industri Rumah Lokasi Jumlah Industri Jenis Kapasitas
Tangga RT Pengolahan (m3/hari)
1. Industri Pengolahan Tersebar di semua 16 On site sistem Data Tidak
Makanan Ringan kecamatan Tersedia
2. Industri Pengolahan Tersebar di semua 16 On site sistem Data Tidak
Minuman`Ringan kecamatan Tersedia

3 Rumah Makan Tersebar di semua 33 On site sistem Data Tidak


kecamatan Tersedia
Jumlah 65
Sumber : Dinas Perindag Kab. Barru, 2011

3.5.3. Pengelolaan Limbah Medis

Di Kabupaten Barru terdapat satu rumah sakit yaitu RSUD Barru. Selain itu juga
terdapat 10 Puskesmas, 33 Puskesmas Pembantu, 13 Apotik, 30 Toko obat, dan 1
rumah bersalin. Dari sejumlah sarana kesehatan tersebut dipastikan
menghasilkan limbah medis yang mengandung bahan kimia maupun limbah
infeksius yang berbahaya bagi lingkungan. Untuk menangani limbah medis,
diperlukan IPAL di lingkungan rumah sakit. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
kemungkinan pencemaran yang disebabkan oleh limbah tersebut.

Berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia


Nomor : Kep-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan
Rumah Sakit, yang mengharuskan bahwa setiap rumah sakit harus mengolah air
limbah sampai standar yang diijinkan. Untuk Rumah Sakit Umum dengan
kapasitas yang besar diharapkan telah membangun unit alat pengolah air
limbahnya sendiri karena mereka mempunyai dana yang cukup. Tetapi untuk
Puskesmas tipe kecil sampai dengan tipe sedang umumnya sampai saat ini masih
membuang air limbahnya ke saluran umum tanpa pengolahan sama sekali.

Adanya berbagai sarana pelayanan kesehatan tersebut, akan menghasilkan


limbah baik cair maupun padat. Limbah padat yang ada dapat dikelompokkan

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


113 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

menjadi dua, yaitu limbah medis dan limbah non medis. Limbah medis adalah
limbah yang dihasilkan langsung dari kegiatan medis. Limbah ini tergolong dalam
kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B-3) sehingga berpotensi
membahayakan komunitas rumah sakit. Jika pembuangan limbah medis tidak
memenuhi syarat akan menimbulkan bahaya terhadap masyarakat di sekitar
lokasi pembuangan. Limbah non-medis adalah limbah domestik yang dihasilkan
di RS tersebut. Sebagian besar limbah ini merupakan limbah organik dan bukan
merupakan limbah B-3, sehingga pengelolaannya dapat dilakukan bersama-sama
dengan sampah kota yang ada.

Untuk melaksanakan pengendalian pencemaran air sebagaimana telah


ditetapkan dalam Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang
Pengendatian Pencemaran Air, maka Pemerintah Kabupaten Barru telah
melakukan kegiatan penelitian terhadap beberapa sarana pelayanan kesehatan
yang ada di Kabupaten Barru, sebagai berikut :

Dari Sebelas Sarana Pelayanan Kesehatan Lanjutan tersebut belum ada yang
memiliki dan melakukan proses pengolahan limbah cair medis dengan
menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) standar. RSUD dan ke-10
Puskesmas lainnya dalam penanganan limbahnya masih menggunakan Sarana
Pembuangan Air Limbah (SPAL) berupa septic Tank.

Dari Penanganan limbah non medis pada umumnya dibuang di TPS untuk
kemudian dibakar. Hal ini sebenarnya tidak diperkenankan terutama pada musim
kemarau.

Secara Umum Limbah medis yang dihasilkan dari fasilitas kesehatan seperti
rumah sakit dan puskesmas masih belum semuanya tertangani secara efektif.
Dan untuk mendukung pengelolaan limbah medis padat di sarana kesehatan
telah tersedia 5 Incenerator, masing-masing di puskesmas Palanro, Mangkoso,
Padongko, Pekkae dan RSUD. Diharapkan dengan adanya Incenerator yang

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


114 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

disediakan dapat mencakup pengelolaan limbah medis di seluruh wilayah


Kabupaten Barru, misalnya limbah medis yang berasal dari Puskesmas Bojo Baru
diarahkan ke Puskesmas Palanro untuk dibakar, Puskesmas Madello di arahkan
ke Puskesmas Mangkoso, dan Puskesmas Ralla ke Puskesmas Pekkae.

Tabel 3.48
Pengelolaan Limbah Medis
Pada Masing-Masing Fasilitas Kesehatan Tahun 2012
No. Nama Fasilitas Kesehatan Lokasi Jenis Kapasitas (m3/hari)
Pengolahan
Limbah Medis
1. Incenerator Portable RSUD Barru On site system -
2. PKM Bojo Baru On site system -
3. PKM Palanro On site system -
4. PKM Mangkoso On site system -
5. PKM Madello On site system -
6. PKM Padongko On site system -
7. PKM Pekkae On site system -
8. PKM Palakka -
On site system
9. PKM Lisu On site system -
10. PKM Pujananting On site system -
11 PKM Ralla On site system
Sumber : Dinas Kesehatan.Barru, 2012

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


115 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

BAB IV
RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN
SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan semua perilaku kesehatan
yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan di masyarakat. rekomendasi rencana kegiatan untuk
peningkatan kampanye PHBS, peningkatan kesehatan masyarakat dan
lingkungan yang akan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan adalah :

1. Penyediaan tenaga Sanitarian di tiap puskesmas yang ada di Kabupaten


Barru
2. Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas
3. Pelayanan kesehatan pada ibu dan anak.
4. Perbaikan gizi masyarakat.
5. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar untuk masyarakat miskin.
6. Pemeliharaan dan pengawasan lingkungan yang bersih dan sehat.
7. Pelaksanaan Kabupaten Sehat.
8. Penyuluhan dan Kampanye Prilaku hidup bersih dan Sehat.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


116 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 4.1
Rencana program dan kegiatan PHBS dan Promosi Higiene tahun 2013

Indikasi biaya Sumber Lokasi Pelaksana


No Nama program/kegiatan Satuan Volume
(Rp) dana kegiatan kegiatan
Bidang
Pelatihan STBM bagi kader Dinkes
1 Kali 5 12.500.000 APBD P2PL
penyehatan lingkungan Kab. Barru
(Dinkes)
Bidang
Pelatihan petugas sanitarian
2 Kali 5 7.500.000 APBD Puskesmas P2PL
tentang TPU dan TPM
(Dinkes)
Pelatihan petugas kesehatan
kerja tentang bagaimana
Bidang
meningkatkan kesehatan
3 Kali 5 7.500.000 APBD Puskesmas P2PL
pekerja informal dan
(Dinkes)
pentingnya Pos UKK di sekitar
tempat kerja
Pelatihan petugas kesehatan
kerja tentang bagaimana
Bidang
meningkatkan kesehatan
4 Kali 6 9.000.000 APBD kecamatan P2PL
pekerja informal dan
(Dinkes)
pentingnya Pos UKK di sekitar
tempat kerja
Bidang
Bintek ke desa yang
5 Kali 8 8.000.000 APBD Desa P2PL
melakukan pemicuan
(Dinkes)
Bidang
6 Pemicuan STBM Kali 4 8.248.000 APBD Kelurahan P2PL
(Dinkes)
Bidang
Bintek Ke Puskesmas Sanitasi
7 Kali 3 3.000,000 APBD Puskesmas P2PL
TPM
(Dinkes)
Bidang
Sosialisasi tentang Kabupaten
8 Kali 1 2.000.000 APBD Dinkes P2PL
Sehat tingkat kabupaten
(Dinkes)
Bidang
Sosialisasi tentang Kabupaten
9 Kali 6 7.000.000 APBD Kecamatan P2PL
Sehat tingkat kecamatan
(Dinkes)
Monev Kegiatan Kabupaten Bidang
Kecamatan
10 Sehat LP/LS, camat dan Kali 5 3.500.000 APBD P2PL
,Kelurahan
Kepala Desa/Lurah (Dinkes)
Bidang
Bintek di Kecamatan tentang
11 Kali 10 8.400.000 APBD Kecamatan P2PL
Kabupaten Sehat
(Dinkes)
Bidang
Konsultasi Program Kab.
12 Kali 2 5.200.000 APBD Kabupaten P2PL
Sehat
(Dinkes)
Total 78.851.000

Sumber Data : Bidang P2PL Dinkes Kab. Barru

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


117 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 4.2
Kegiatan PHBS dan Promosi Higiene yang sedang berjalan

Indikasi Sumber Lokasi Pelaksana


No Nama program/kegiatan Satuan Volume
biaya (Rp) dana kegiatan kegiatan
Pertemuan Monitoring dan
Bidang
evaluasi kegiatan CLTS di
1 Kali 2 1.420.000 APBD Kabupaten P2PL
Desa yang direncanakan
(Dinkes)
ODF
Bidang
Sosialisasi dan Advokasi
2 Kali 1 6.000.000 APBD Kecamatan P2PL
STBM Tingkat Kecamatan
(Dinkes)
Bidang
3 Pemicuan STBM Kali 8 8.000.000 APBD Desa P2PL
(Dinkes)
Bidang
Penyuluhan Sanitasi
4 Kali 10 5.000.000 APBD Desa P2PL
Lingkungan
(Dinkes)
Bidang
Konsultasi ke Dinas
5 Kali 2 700.000 APBD Propinsi P2PL
Kesehatan Provinsi (STBM)
(Dinkes)
Perjalanan Dinas Ke Desa
dalam Rangka Bidang
6 Pendampingan untuk Kali 4 4.000.000 APBD Desa P2PL
kegiatan CLTS di desa yang (Dinkes)
direncanakan ODF

Total 25.120.000

Sumber Data : Bidang P2PL Dinkes Kab. Barru

4.2 Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik


Untuk Mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan
yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman di masa yang akan
datang,baik yang berada di daerah perkotaan maupun yang tinggal di daerah
perdesaan,memerlukan pengelolaan air limbah permukiman yang memadai,yang
dapat melindungi sumber – sumber air baku bagi air minum dari pencemaran
pembuangan air limbah baik yang berasal dari aktifitas rumah tangga maupun
industri rumah tangga yang berada di tengah – tengah permukiman.Secara
Umum daerah perkotaan dan perdesaan yang memiliki sistem pengolahan air
limbah secara memadai,memiliki indikator sebagi berikut :

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


118 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

1. Rendahnya angka penyakit yang ditularkan melalui media air ( Waterborne


disease),seperti disentri,typhus,dan lain sebagainya
2. Meningkatnya kualitas lingkungan permukiman
3. Terlindunginya sumber air baik air permukiman maupun air tanah dari
pencemaran air limbah permukiman.
Untuk mewujudkan indikator diatas maka diperlukan upaya – upaya yang harus
dilaksanakan,antara lain:
1. Meningkatkan kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat
terhadap pelayanan pengolahan air limbah dengan sistem setempat (on-site)
dan sistem terpusat (off-site)
2. Mencegah dan menanggulangi pencemaran dsan atau kerusakan lingkungan
hidup yang diakibatkan oleh air limbah permukiman
3. Memberdayakan masyarakat dan dunia usaha agar lebih berperan aktif
dalam penyelenggaran sistem pengolahan air limbah permukiman
4. Menyiapkan peraturan perundang undangan dalam penyelenggaran sistem
pengolahan air limbah permukiman
5. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan pengolahan air
limbah permukiman dengan prinsip good corporate governance
6. Meningkatkan dan mengembangkan alternatif sumber pendanaan dalam
penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah permukiman.
Di kabupaten Barru sendiri masalah pengolahan air limbah belum menjadi
prioritas utama pemangku kepentingan di tingkat kabupaten.Ini di buktikan
dengan tidak adanya alokasi anggaran untuk bidang air limbah di berbagai SKPD
yang terkait.
Berikut ditampilkan tabel program dan kegiatan pengelolaan air limbah domestik
yang akan dilaksanakan pada tahun 2013:.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


119 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 4.3
Rencana Program Dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik tahun 2013

Indikasi Sumber SKPD Sumber


Nama
No Satuan Vol. biaya pendanaan/ Penanggung dokumen
Program/kegiatan
(Rp) pembiayaan jawab perencanaan
Pembuatan MCK
1 Umum Kec. Barru Unit 1 330.000.000 DAK PU RKA

2 Peb. MCK plus Dusun Unit 330.000.000


Pucue Desa Pao Pao 1 DAK PU RKA

3 Pemb. MCK plus Desa Unit 330.000.000


Siddo 1 DAK PU RKA

4 Pemb. MCK plus Desa Unit 330.000.000


1 DAK PU RKA
Bojo
5 Pemb. MCK plus Desa Unit 330.000.000
1 DAK PU RKA
Pancana
Pemb. MCK plus Desa Unit 4.000.000
PU RKA
6 Tellumpanua 12 DAU

Tabel 4.4
Kegiatan Pengelolaan air limbah domestik yang sedang berjalan (tahun 2012)

Sumber
Nama Biaya
pendanaan/ Lokasi Pelaksana
Sat. Vol.
No Kegiatan kegiatan
Program/kegiatan (Rp)
pembiayaan

Pembangunan MCK Kel. Lompo


1 Unit 1 278.146.000 DAK PU
Plus Riaja
2 Pembangunan MCK Unit 1 278.146.000 DAK Kel. Tanete PU
Plus
3 Pembangunan MCK Unit 1 278.146.000 DAK Kel. Copo PU
Plus
4 Pembangunan MCK Unit 1 30.000.000 DAU PU
Cubluk

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


120 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

4.3. Peningkatan Pengelolaan Sampah


Untuk Mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan
yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman di masa yang akan
datang,baik yang berada di daerah perkotaan maupun yang tinggal di daerah
perdesaan,akan sangat diperlukan adanya lingkungan permukiman yang
sehat.Dari aspek persampahan maka kata sehat akan berarti sebagi kondisi yang
akan dapat dicapai bila sampah dapat dikelolah secara baik sehingga bersih dari
lingkungan permukiman dimana manusia beraktivitas didalamnya.Secara
umum,daerah perkotaan dan perdesaan yang mendapatkan pelayanan
persampahan yang baik akan dapat ditunjukkan memiliki kondisi sebagai berikut:
1. Seluruh masyarakat,baik yang ddtinggggal di perkotttaaaan maupun di
perdesaan memiliki akses untuk penanganan sampah yang dihasilkan dari
aktivitas sehari-hari, baik dilingkungan perumahan, perdagangan,
perkantoran, maupun ditempat-tempat umum lainnya
2. Masyarakat memiliki lingkungan perumahan yang bersih karena sampah
yang dihasilkan dapat ditangani secara benar
3. Masyarakat mampu memelihara kesehatannya karena tidak terdapat
sampah yang berpotensi menjadi bahan penularan penyakit,seperti:
diare,typhus,disentri,dan lain sebagainya,serta gangguan lingkungan baik
berupa pencemaran udara,air,dan tanah
4. Masyarakat dan dunia usaha/swasta memiliki kesempatan untuk
berpartisipasi dalam pengelolaan persampahan sehingga memperoleh
manfaat bagi kesejahteraannya.

Kondisi diatas dapat diwujudkan apabila pengembangan sistem pengolahan


persampahan dapat dicapai.Maka dari itu diperlukan beberapa langkah strategis
untuk dapat mewujudkannya,yaitu:

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


121 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

1. Mengurangi timbulan sampah dalam rangka pengeloloan persampahan yang


berkelanjutan
2. Meningkatkan jangkauan kualitas pelayanan sistem pengolahan
persampahan
3. Memberdayak masyarakat dan meningkatkan peran aktif dunia
usaha/swasta
4. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan dalam sistem
pengelolaan persampahan sesuai dengan prinsip good and corporate
govermance
5. Memobilasi dana dari berbagai sumber untuk pengembangan sistem
pengolahan persampahan
6. Menegakkan hukum dan melengkapi peraturan perundangan untuk
meningkatkan sistem pengolahan persampahan
Dalam pengolahan persampahan pemerintah Kabupaten Barru telah melakukan
berbagi upaya untuk menanganinya,antara lain:
1. Penyediaan kontainer sampah di tiap kelurahan/desa.
2. Penyediaan kendaraan roda empat maupun roda tiga dalam pengangkutan
sampah.
3. Peningkatan intensitas sarana pengangkutan dan perluasan jangkauan
pelayanan.
4. Pelaksanaan pembngunaan TPA regional yang sementara dalam tahap
pelaksanaan,dimana sumber pendanaannya dari APBN.
5. memilah jenis sampah organik dan anorganik untuk dikelola melalui konsep
3R (Reduce, Recycle, Reuse).
6. meningkatkan peran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.
7. Melakukan lomba kebersihan setiap tahunnya,mulai tingkat desa/kelurahan
sampai tingkat kabupaten
8. Meningkatkan peran serta swasta dalam pengelolaan sampah
9. penyusunan aturan-aturan yang tegas mengenai pembuangan sampah.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


122 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Berikut ditampilkan tabel program dan kegiatan pengelolaan Persampahan yang


akan dilaksanakan pada tahun 2013:
Tabel 4.5.
Rencana Program Dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Saat Ini

Indikasi Sumber SKPD Sumber


Nama
No Satuan Vol. biaya pendanaan/ Penanggung dokumen
Program/kegiatan
(Rp) pembiayaan jawab perencanaan
Pengadaan Mobil
1 Unit 2 400.000.000 DAU PU RKA
Operasional
2 Pengadaan Mobil
Unit 1 450.000.000 DAU PU RKA
Tangki
3 Pengadaan Motor 3
Unit 3 25.000.000 DAU PU RKA
Roda
4 Pengadaan TPS Pilah 3 Unit 100 450.000 DAU PU RKA
5 Pengadaan TPS
Unit 200 200.000 DAU PU RKA
Takkalasi
Pengadaan TPS
6 Unit 100 200.000 PU RKA
Mangempang DAU
7 Pengadaan Gerobak
Unit 4 5.000.000 DAU PU RKA
Sampah
8
Pengadaan Kontainer Unit 4 30.000.000 DAU PU RKA
9
Sosialisasi Kebersihan Paket 1 50.000.000 DAU PU RKA
10 Pengadaan Alat Kerja
Paket 1 43.165.000 DAU PU RKA
Lapangan

Tabel 4.6
Kegiatan Pengelolaan Persampahan Yang Sedang Berjalan

Nama Biaya Sumber Lokasi Institusi


No satuan volume
Program/kegiatan (Rp) Dana Kegiatan Pelaksana
Pengadaan alat Paket 1 70.000.000 APBD PU
1 pengolahan
Sampah
Pengadaan Paket 1 21.059.000 APBD PU
2 pakaian kerja
lapangan
Total 91.059.000

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


123 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

4.4. Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan


Jaringan drainase yang ada di kabupaten Barru sepanjang 37.321 m,secara fisik
kondisinya masih baik,namun secara fungsi kurang optimal karena sistem yang
kurang teratur dimana arah aliran kadang kala berlawanan satu sama
lain,.Akhirnya kapasitasnya tidak optimal dan menyebabkan terjadinya
genangan.
Semua saluran drainase eksisting sudah diperiksa daya tampungnya,secara
kapasitas dimensi yang ada dapat menampung aliran sesuai dengan luas
tangkapan hujannya,yang perlu direnovasi adalah arah dari aliran
drainase.Sebagian besar jaringan drainase mengarah ke saluran induk Jampue I
dan Jampue II,Padahal saluran induk Jampue I dan II mengalir ke sungai
jampue.Jika muka air sungai naik maka saluran induk Jampue menjadi terganggu
dan hampir setiap hujan besar melimpah.Akhirnya jaringan drainase menjadi
tidak berfungsi dan terjadi genangan.Jadi disamping meningkatkan jaringan
darinase eksistingperlu dipertimbangkan meningkatkan saluran induk
Jampue,dan peningkatan sungai Jampue,semua saling terkait.
Pengembangan sistem jaringan drainase serta pengendalian banjir dan genangan
dilakukan melalui:
1. Pertimbangan pembangunan banjir kanal Baru
2. Pertimbangan pembangunan polder atau kolam retensi
3. Pertimbangan pembangunan polder/Longstreet polder
4. Pertimbangan sistem pompanisasi dan pemecah gelombang

4.4.1. Rencana Pengembangan Sistem Drainase Utama (Major Drainage)


Berdasarkan data Master Plan Drainase Kabupaten Barru,biaya investasi untuk
peningkatan saluran 20 tahun ke depan mencapai 406.15Miliar Rupiah.dengan
rincian sebagai berikut :
1. Pembangunan cek dam sebesar sebesar 60 milyar rupiah
2. Pembangunan polder sebesar sebesar 40 milyar rupiah

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


124 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

3. Pembangunan tanggul dan jalan inspeksi sebesar 150 milyar


4. Pembangunan banjir kanal timur sebesar sebesar 150 milyar rupiah

4.4.2. Rencana Pengembangan Saluran Drainase Pengumpul (Minor Drainage)


Berdasarkan data Master Plan Drainase Kabupaten Barru,biaya investasi untuk
peningkatan saluran 20 tahun ke depan mencapai 18.126 Miliar Rupiah.dengan
rincian sebagai berikut :
1. Rehabilitasi saluran drainase perbaiki arah aliran ( 30% saluran yang ada)
sebesar 360 juta rupiah
2. Banjir kanal Coppo ( pembangunan baru ) sebesar 2 milyar rupiah
3. Pemasangan krip penahan gelombang sebesar 500 juta rupiah
4. Pemasangan pintu klep dan pompa sebesar 500 juta rupiah.

Dalam hal jaringan irigasi, baik Jaringan irigasi non teknis, maupun setengah
teknis, dimanfaatkan seluruhnya untuk kepentingan pengairan lahan-lahan
pertanian. Sumber–sumber air untuk sistem irigasi ini dapat dilakukan dengan
mengalirkan air dari waduk dan cekdam dan embung yang ada. Jaringan irigasi ini
dapat dibedakan menjadi saluran primer dan sekunder. Saluran primer dialirkan
untuk pemerataan distribusi untuk kebutuhan dalam areal yang lebih luas,
sedangkan pendistribusian air untuk wilayah yang lebih kecil dapat menggunakan
saluran sekunder yang merupakan percabangan dari saluran primer.
Pengembangan saluran irigasi (primer dan sekunder) ini mengikuti
perkembangan luasan lahan pertanian yang harus dialiri air dan lebih khusus lagi
dalam rangka mendukung lahan pertanian berkelanjutan .
Upaya pengembangan pelayanan pengairan dilakukan dengan cara :
1. Melakukan perlindungan terhadap sumber-sumber mata air.
2. Melakukan perlindungan terhadap daerah aliran air, baik itu saluran irigasi,
serta daerah aliran sungai.
3. Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi.
4. Pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


125 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 4.7
Rencana Program Dan Kegiatan Pengelolaan drainase lingkungan

Sumber
Pendanaan SKPD Sumber
Nama Indikasi Biaya
No Sat Vol / Penanggung Dokumen
Program/Kegiatan (Rp)
Pembiayaa Jawab Perencanaan
n
Rehab. Drainase Jl. Sunu Kel.
1 Paket 1 150.000.000 APBD DINAS PU RKA -SKPD
Sumpang Binangae
Rehab. Drainase Jl. Ladulla Kel.
2 Paket 1 150.000.000 APBD DINAS PU RKA -SKPD
Sumpang Binangae
3 Pembangunan Drainase Tinco Paket 1 200.000.000 APBN DINAS PU RKA -SKPD
Pembangunan Drainase Desa
4 Paket 1 360.000.000 APBN DINAS PU RKA -SKPD
Siddo
Rehab drainase Jl.
Pramuka,johan Dg. Mangun
5 Paket 1 95.000.000 APBN DINAS PU RKA -SKPD
dan Jl. R.A. Kartini kel. Sumpang
Binangae

Tabel 4.8
Kegiatan Pengelolaan Drainase Yang Sedang Berjalan

Nama Biaya Sumber Lokasi Institusi


No satuan Vol.
Program/kegiatan (Rp) Dana Kegiatan Pelaksana
Pembangunan Paket 2 186.750.000 APBD - PU
Saluran Drainase dan
1
Gorong gorong

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


126 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

4.4. Peningkatan Pengelolaan Air Bersih

Potensi air baku yang ada berupa air sumur, sungai, dan air pegunungan yang
merupakan air bersih utama bagi masyarakat perdesaan, sedangkan pada
kawasan perkotaan sebagian besar memanfaatkan air yang bersumber dari
PDAM. Dalam upaya peningkatan pelayanan akan air bersih maka direncanakan:
1. Pelestarian air baku dan peningkatan proses pengolahan menjadi air bersih
yang memiliki sanitasi tinggi yang sesuai dengan standar kesehatan;
2. Kebutuhan air bersih di Kabupaten Barru dapat dikategorikan dalam 2 (dua)
jenis pemakaian yaitu domestik (rumah tangga) dan non-domestik seperti
industri, perkantoran pemerintahan, hotel dan restoran, perdagangan, dan
lain-lain, pada setiap kecamatan adalah sebagai berikut:
a. Sistem pelayanan air bersih perkotaan dengan penduduk minimal 10.000
jiwa, dilayani melalui sistem penyediaan air bersih perpipaan dengan
Instalasi Pengolahan Air Lengkap oleh PDAM; dan
b. Sistem pelayanan air bersih pedesaan dilayani melalui Sistem Instalasi
Pengolahan Air Sederhana (IPAS). Sambungan langsung dari PDAM di
pedesaan, dengan sumber air baku dari mata air dari sungai atau air
tanah. Kemudian, masyarakat dapat memenuhi sendiri kebutuhannya
melalui sumber air lainnya atau membuat sistem penampungan air hujan
(PAH) yang memadai untuk setiap rumah tangga.
Adapun Program dan Kegiatan yang dilaksanakan saat ini adalah :

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


127 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 4.9
Rencana Program Dan Kegiatan Pengelolaan Air Bersih

Indikasi Sumber SKPD Sumber


Nama
No Satuan Vol biaya pendanaan/ Penanggung dokumen
Program/kegiatan
(Rp) pembiayaan jawab perencanaan
Pembangunan paket 1 950.000.000 APBD PU RKA
1 Jaringan Air Bersih
Pengembangan paket 1 200.000.000 APBD PU RKA
2 Jaringan Pipa

paket 1 350.000.000 APBD PU RKA


Pengadaan Air
3
Bersih

paket 1 400.000.000 APBD PU RKA


Pengadaan Air
4 Bersih TPA Padang
Loang

Tabel 4.10
Kegiatan Pengelolaan Air BersihYang Sedang Berjalan

Nama Biaya Sumber Lokasi Institusi


No satuan volume
Program/kegiatan (Rp) Dana Kegiatan Pelaksana
Pengadaan Air meter 5000 696.564.000 APBD Dusun PU
Bersih Pange,
1
Desa
Palakka
Pengadaan Air meter 3000 450.000.000 APBD Dusun PU
Bersih Pacciro
2
Tanete
Riaja

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


128 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

BAB V
INDIKASI PERMASALAHAN &
POSISI PENGELOLAAN SANITASI

4.1. Area Beresiko Sanitasi


Penentuan are berisiko berdasarkan tingkat resiko sanitasi dilakukan dengan
menggunakan data sekunder dan data primer berdasarkan hasil penilaian oleh
SKPD dan hasil studi EHRA.
Penentuan area berisiko berdasarkan data sekunder adalah kegiatan menilai dan
memetakan tingkat risiko sebuah area (kelurahan/desa) berdasarkan data yang
telah tersedia di SKPD mengenai ketersediaan layanan fasilitas air bersih dan
sanitasi dan data umum, meliputi Sambungan Rumah dan Hidran Umum
(PDAM/BPAM/HIPPAM); jumlah jamban; nama kelurahan, jumlah RT & RW,
jumlah populasi, luas administratif, luas terbangun; Jumlah KK miskin; serta bila
data tersedia, luas genangan.
Penentuan area berisiko berdasarkan Penilaian SKPD diberikan berdasarkan
pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu
anggota pokja kota/kabupaten.
Adapun penentuan area berisiko berdasarkan hasil studi EHRA adalah kegiatan
menilai dan memetakan tingkat resiko berdasarkan: kondisi sumber air;
pencemaran karena air limbah domestik; pengelolaan persampahan di tingkat
rumahtangga; kondisi drainase; aspek perilaku (cuci tangan pakai sabun, higiene
jamban, penangan air minum, buang air besar sembarangan).
Proses penentuan area berisiko dimulai dengan analisis data sekunder, diikuti
dengan penilaian SKPD dan analisis berdasarkan hasil studi EHRA. Penentuan
area berisiko dilakukan bersama -sama seluruh anggota Pokja berdasarkan hasil
dari ketiga data tersebut. Penentuan area berisiko berdasarkan tingkat/derajat
risiko ini akan disajikan dalam bentuk tabel dan peta.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


129 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 5.1
Analisa Penetapan Area Beresiko

SKOR SKOR SKOR


BERDASARKAN BERDASARKAN BERDASARKAN
KECAMATAN KELURAHAN DATA SKOR
PERSEPSI DATA EHRA
SEKUNDER YG DISEPAKATI
SKPD
Tanete Riaja pembobotan 15.00% 25.00% 60.00%
Kel. Lompo Riaja 2 2 2 2.00 2
Desa Mattirowalie 2 3 3 2.85 3
Desa Harapan 2 3 3 2.85 3
Desa Libureng 2 3 3 2.85 3
Desa Kading 2 3 3 2.85 3
Desa Lompo Tengah 2 3 3 2.85 3
Desa Lempang 2 4 2 2.50 3
Tanete Rilau
Kelurahan Tanete 2 3 2 2.25 2
Kelurahan Lalolang 2 3 4 3.45 3
Desa Lasitae 2 3 3 2.85 3
Desa Pancana 2 3 3 2.85 3
Desa Lalabata 2 3 2 2.25 2
Desa Corawali 2 3 2 2.25 2
Desa Pao pao 2 2 3 2.60 3
Desa Tellumpanua 2 4 3 3.10 3
Desa Lipukasi 2 3 2 2.25 2
Desa Garessi 2 3 3 2.85 3
Barru
Kel. S. Binangae 3 2 2 2.15 2
Kel. Coppo 2 2 2 2.00 2
Kel. Tuwung 2 3 2 2.25 2
Kel. Mangempang 2 1 2 1.75 2
Kelurahan SepeE 2 2 2 2.00 2
Desa Siawung 2 2 2 2.00 2
Desa Palakka 2 3 3 2.85 3
Desa Galung 2 3 4 3.45 3
Desa Tompo 2 3 4 3.45 3
Desa Anabanua 2 4 4 3.70 4
Soppeng Riaja
Kelurahan Mangkoso 3 2 2 2.15 2
Kelurahan Kiru-kiru 3 3 3 3.00 3
Desa Ajakkang 3 3 3 3.00 3
Desa Paccekke 3 3 4 3.60 4
Desa Lawallu 3 3 2 2.40 2
Desa Siddo 3 3 3 3.00 3
Desa Batupute 3 3 3 3.00 3

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


130 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Mallusetasi
Kelurahan Palanro 3 3 3 3.00 3
Kelurahan Mallawa 3 3 2 2.40 2
Desa Nepo 3 3 4 3.60 4
Desa Cillelang 3 3 2 2.40 2
Desa Manuba 3 4 3 3.25 3
Desa Kupa 3 4 3 3.25 3
Kelurahan Bojo Baru 3 4 2 2.65 3
Desa Bojo 3 4 2 2.65 3
Pujananting
Desa Bulo bulo 2 4 4 3.70 4
Desa Gattareng 2 4 4 3.70 4
Desa Pujananting 2 4 4 3.70 4
Desa Jangan jangan 2 3 1 1.65 2
Desa Patappa 2 4 4 3.70 4
Desa Bacu bacu 2 4 1 1.90 2
Balusu
Kelurahan Takkalasi 3 2 2 2.15 2
Desa Madello 2 3 2 2.25 2
Desa Binuang 2 3 2 2.25 2
Desa Kamiri 2 3 4 3.45 3
Desa Balusu 2 2 3 2.60 3
Desa Lampoko 2 3 3 2.85 3

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


131 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Gambar 5.1
Peta Area Berisiko Sanitasi Kabupaten Barru

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


132 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Tabel 5.2
Area Berisiko Sanitasi dan Penyebab Utamanya

NO AREA BERESIKO WILAYAH PRIORITAS PENYEBAB UTAMA RESIKO

Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah


1 Resiko 4 Desa Anabanua
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase). PHBS
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Desa Paccekke
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase).
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Desa Nepo Tangga (tdk ada SPAL/Drainase), Jamban
(Sarana), PHBS
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Desa Bulo Bulo
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase), PHBS
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Desa Gattareng Tangga (tdk ada SPAL/Drainase), Jamban
(Sarana), PHBS
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Desa Pujananting Tangga (tdk ada SPAL/Drainase), Jamban
(Sarana), PHBS
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Desa Patappa Tangga (tdk ada SPAL/Drainase), Jamban
(Sarana), PHBS
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
2 Resiko 3 Desa Palakka
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase),PHBS
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Desa Mattirowalie
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase),PHBS
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Desa Harapan
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase),PHBS
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Desa Libureng
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase),PHBS
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Desa Kading
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase),PHBS
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Desa Lompo Tengah
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase)
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Desa Lasitae
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase)
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Desa Pancana Tangga (tdk ada SPAL/Drainase), PHBS,
Jamban (Sarana)

Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah


Desa Pao pao
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase)

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


133 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah


Desa Tellumpanua
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase)
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Desa Garessi
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase)
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Kelurahan Kiru-kiru
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase)
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Desa Ajakkang
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase), PHBS
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Desa Siddo
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase), PHBS
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Desa Batupute
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase), PHBS
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Kelurahan Palanro
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase)
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Desa Manuba
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase), PHBS
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Desa Kupa
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase), PHBS
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Desa Lampoko
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase), PHBS
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Desa Balusu
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase), PHBS
Air Limbah Rumah Tangga (tdk ada
Kelurahan S. Binangae
SPAL/Drainase)
Akses Air Minum (PDAM), Air Limbah Rumah
Kelurahan Mallawa
Tangga (tdk ada SPAL/Drainase), PHBS

4.2. Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat Ini


Penentuan posisi pengelolaan sanitasi Kabupaten Barru dilakukan dengan
mengidentifikasi isu-isu strategis dalam pengelolaan sanitasi pada empat sub
sector yaitu Sub Sektor Air Limbah, Sub Sektor Persampahan, Sub Sektor
Drainase dan Sub Sektor PHBS. Kemudian isu-isu tersebut dianalisis berdasarkan
lingkungan internal dan lingkungan eksternal sesuai perencanaan strategis.
Adapun hasil untuk posisi pengelolaan sanitasi dari empat sub sektor tersebut
adalah sebagai berikut :

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


134 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

4.2.1. Sub sektor Drainase

Kuadran Posisi Pengelolaan Sub Sektor Drainase Lingkungan

Lingkungan Mendukung (+)

II Pemeliharaan Pertumbuhan I
Agresif Stabil

Pemeliharaan Pertumbuhan
Selektif Cepat
Internal Lemah (-) Internal Kuat (+)
Diversifikasi
Berputar Besar-besaran

Ceruk Diversifikasi
Terpusat
IV
III
Lingkungan Kurang Mendukung (-)

Gambar 5.2 Posisi Sanitasi Sub Sektor Drainase Lingkungan

Berdasarkan pada hasil analisis SWOT, maka posisi sanitasi sub sektor drainase
lingkungan berada pada kuadran IV (empat) dan pada posisi sanitasi
”Diversifikasi Besar-besaran” dimana posisi pembangunan pada
penganekaragaman/ diversifikasi program dan kegiatan yang sangat banyak dan
beberapa sudah keluar dari program dan kegiatan lama

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


135 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

4.2.2. Sub Sektor Persampahan


Kuadran Posisi Pengelolaan Sub Sektor Persampahan

Lingkungan Mendukung (+)

II Pemeliharaan Pertumbuhan I
Agresif Stabil

Pemeliharaan Pertumbuhan
Selektif Cepat
Internal Lemah (-) Internal Kuat (+)
Diversifikasi
Berputar Besar-besaran

Ceruk Diversifikasi
Terpusat
IV
III
Lingkungan Kurang Mendukung (-)

Gambar 5.3 Posisi Sanitasi Sub Sektor Persampahan

Berdasarkan pada hasil analisis SWOT, maka posisi sanitasi sub sektor Persampahan
berada pada kuadran IV (empat) dan pada posisi sanitasi ”Diversifikasi Besar-
besaran” dimana posisi pembangunan pada penganekaragaman/ diversifikasi
program dan kegiatan yang sangat banyak dan beberapa sudah keluar dari
program dan kegiatan lama

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


136 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

4.2.3. Sub Sektor Air Limbah

Kuadran Posisi Pengelolaan Sub Sektor Air Limbah

Lingkungan Mendukung (+)

II Pemeliharaan Pertumbuhan I
Agresif Stabil

Pemeliharaan Pertumbuhan
Selektif Cepat
Internal Lemah (-) Internal Kuat (+)

Berputar
Diversifikasi
Besar-besaran

Ceruk Diversifikasi
Terpusat
IV
III
Lingkungan Kurang Mendukung (-)

Gambar 5.4 Posisi Sanitasi Sub Sektor Air Limbah

Berdasarkan pada hasil analisis SWOT posisi sanitasi sub sektor Air limbah
berada pada kuadran III (tiga) dan pada posisi sanitasi ”Berputar” dimana posisi
pembangunan jalan ditempat meskipun banyak program dan kegiatan yang
dilakukan, sehingga perlu rasionalisasi dan mencari strategi baru.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU


137 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BARRU

4.2.4. Sub Sektor PHBS

Kuadran Posisi Pengelolaan Sub Sektor PHBS

Lingkungan Mendukung (+)

II Pemeliharaan Pertumbuhan I
Agresif Stabil

Pemeliharaan Pertumbuhan
Selektif
Cepat
Internal Lemah (-) Internal Kuat (+)

Berputar
Diversifikasi
Besar-besaran

Ceruk Diversifikasi
Terpusat
IV
III
Lingkungan Kurang Mendukung (-)

Gambar 5.5. Posisi Sanitasi Sub Sektor PHBS

Berdasarkan pada hasil analisis SWOT posisi sanitasi sub sektor PHBS berada
pada kuadran III (tiga) dan pada posisi sanitasi ”berputar” dimana posisi
pembangunan pada jalan ditempat meskipun banyak program dan kegiatan yang
dilakukan, sehingga perlu rasionalisasi dan mencari strategi baru.

POKJA AMPL KABUPATEN BARRU

Anda mungkin juga menyukai