0 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Barru
0 Buku Putih Sanitasi Kabupaten Barru
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sanitasi sebagai salah satu indikator dalam upaya mewujudkan Tujuan
Pembangunan Milenium, atau MDG masih merupakan hal yang sangat sulit
dicapai sampai tahun 2015. Millennium Development Goals atau Tujuan
Pembangunan Millenium mencanangkan pada 2015 sebanyak 77,2% persen
penduduk Indonesia ditargetkan telah memiliki akses air minum yang layak dan
minimal 59.1 persen penduduk Indonesia di Kota dan Desa sudah memperoleh
pelayanan sanitasi yang memadai (Status Millenium Development Goal Indonesia
2009).
Secara nasional permasalahan yang terjadi adalah cakupan Sanitasi yang
belum merata dan belum menggambarkan kualitas yang sebenarnya mengenai
fasilitas sanitasi tersebut. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya
kondisi ini, antara lain disebabkan lemahnya perencanaan pembangunan
sanitasi, yang ditandai dengan pembangunan sanitasi tidak terpadu, salah
sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan, serta kurangnya
perhatian masyarakat pada perilaku hidup bersih dan sehat.
salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat
kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,
kondisi lingkungan permukiman, estetika serta kenyamanan dalam kehidupan
sehari-hari. Sanitasi merupakan salah satu faktor terpenting dalam mewujudkan
layanan yang terkait dengan pengentasan kemiskinan dan peningkatan
produktivitas.
Namun masih sering dijumpai bahwa aspek-aspek pembangunan sanitasi yang
meliputi air limbah - yang tidak terpisahkan dari penyediaan air bersih -
persampahan dan drainase, masih berjalan sendiri-sendiri. Meskipun masuk
dalam satu bidang pembangunan yaitu sanitasi, tetapi masing-masing aspek
Untuk menghasilkan SSK yang demikian, maka kota atau kabupaten harus
mampu memetakan situasi sanitasi wilayahnya. Pemetaan situasi sanitasi yang
baik hanya bisa dibuat apabila kota atau kabupaten mampu mendapatkan
informasi lengkap, akurat, dan mutakhir tentang kondisi sanitasi, baik
menyangkut aspek teknis mapun non teknis. Dalam konteks ini Buku Putih
merupakan prasyarat utama dan dasar bagi penyusunan SSK.
Buku Putih Sanitasi merupakan pemetaan situasi sanitasi kota atau kabupaten
berdasarkan kondisi aktual. Pemetaan tersebut mencakup aspek teknis dan
aspek non-teknis, yaitu aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan
masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek-aspek lain seperti
keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. Buku Putih
merupakan database sanitasi kota atau kabupaten yang paling lengkap,
Visi pembangunan Kabupaten Barru 2010-2015 mengacu pada visi yang telah
disampaikan oleh Bupati/Wakil Bupati hasil pemilihan kepala daerah tahun 2010
yaitu;
Visi ini menjadi arah perjalanan pembangunan Kabupaten Barru selama tahun
2010-2015 dengan penjelasan makna visi sebagai berikut :
1. Lebih maju adalah kondisi dimana pada tahun 2015 Kabupaten Barru
menjadi lebih baik dalam hal kualitas sumberdaya manusia yang meliputi
angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah, angka melek huruf dan daya
beli masyarakat.
2. Sejahtera bermakna bahwa pembangunan Kabupaten Barru dilakukan untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial seluruh masyarakat Barru.
3. Taat azas dimaksudkan bahwa pembangunan Kabupaten Barru yang
dilakukan mengacu pada ketentuan hukum dan norma budaya/adat-istiadat
serta kearifan lokal dalam rangka terpeliharanya kebersamaan antar
berbagai unsur dalam tatanan daerah dan terjaminnya keberlanjutan
pembangunan.
4. Bermartabat dimaksudkan bahwa pembangunan di Kabupaten Barru
dilakukan dengan berlandaskan pada semangat menuju daya saing dan
kemandirian daerah.
5. Bernafaskan keagamaan bermakna bahwa seluruh aktivitas
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan
kemasyarakatan berlandaskan nilai-nilai keagamaan.
Berdasarkan visi tersebut di atas, maka misi pembangunan jangka menengah
daerah yang ditetapkan sebagai berikut:
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam proses penyusunan Buku Putih ini antara
lain adalah pembangunan kapasitas (capacity building) Pemerintah Kabupaten
Barru beserta stakeholder lainnya untuk mampu mengidentifikasi, memetakan,
menyusun rencana tindak dan menetapkan strategi pengembangan sanitasi
Kabupaten. Di samping itu, pembentukan Pokja Sanitasi diharapkan dapat
menjadi embrio entitas suatu badan permanen yang akan menangani dan
mengelola program pembangunan dan pengembangan sanitasi di tingkat
Kabupaten.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Barru merupakan dasar dan acuan dimulainya
pekerjaan sanitasi yang lebih terintegrasi dan komprehensif karena merupakan
hasil kerja berbagai komponen dinas atau kelembagaan lain yang terkait dengan
sanitasi. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Barru ini menyediakan data dasar yang
esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Barru,
yang nantinya menjadi panduan kebijakan Pemerintah Kabupaten Barru dalam
manajemen kegiatan sanitasi.
Buku putih yang berisi pemetaan situasi sanitasi kota merupakan gambaran awal
dan rencana dilakukannya zona-zona sanitasi di tingkat kota. Dengan adanya
zona sanitasi akan muncul kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan
pengembangan strategi sanitasi skala kota yang didalamnya mencakup strategi
sanitasi, rencana tindak dan anggaran perbaikan maupun peningkatan sanitasi di
Kabupaten Barru.
Pada masa mendatang strategi yang telah dirumuskan akan diterapkan dalam
tahap implementasi.Kemitraan dari berbagai pihak baik masyarakat, lembaga
non pemerintah, kalangan akademisi maupun pihak swasta, baik di level kota
maupun nasional sangat diperlukan dalam fase ini.
Metode yang digunakan dalam penyusunan ini adalah studi dokumen dan
pengumpulan data sekunder yang ada di masing-masing SKPD yang terkait, dan
didukung dengan observasi objek yang relevan.
Selain itu dilakukan beberapa jenis survey yaitu survey keterlibatan sektor
swasta, survey komunikasi dan pemetaan media, survey partisipasi masyarakat
jender dan kemiskinan kepada beberapa responden baik kalangan SKPD,
Pengusaha, Media maupun ke masyarakat langsung dan survey Environmental
Health Risk Assesment (EHRA) ke rumah tangga sample di 54 kelurahan/desa.
Analisa yang digunakan adalah analisa kualitatif dengan membandingkan data
dan informasi yang ada dikaitkan dengan kondisi yang seharusnya atau kondisi
ideal untuk mengetahui seberapa jauh kesenjangan (gap) yang ada. Untuk
penentuan area dengan resiko tinggi digunakan analisa kualitatif persepsi SKPD
dan analisa kuantitatif hasil EHRA.
Setiap tahun data yang ada akan dibuat “Laporan Sanitasi Tahunan” yang
merupakan gabungan antara Laporan Tahunan SKPD dan status
program/kegiatan sanitasi. Laporan Sanitasi Tahunan menjadi Lampiran Buku
Putih Sanitasi 2012 dan setelah 3 tahun, semua informasi tersebut dirangkum
dalam Revisi Buku Putih Sanitasi.
Sumber data sekunder untuk penyusunan buku putih sanitasi Kabupaten Barru,
diantaranya:
Kabupaten Barru dalam Angka 2011, BPS Kabupaten Barru
Rencana Pembangunan Jangka Menengah(RPJM) Kabupaten Barru , 2010-
2015 , Bappeda Kabupaten Barru
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barru 2012 -2032, Bappeda
Kabupaten Barru
Profil Kesehatan Kabupaten Barru tahun 2011, Dinas Kesehatan Kabupaten
Barru
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) Kabupaten Barru Tahun
2010, Pemerintah Kabupaten Barru tahun 2010
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) Kabupaten Barru Tahun
2011, Pemerintah Kabupaten Barru tahun 2011
Laporan Akhir Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak, Tim Teknis Program
Pengembangan Sanitasi Kota Pontianak tahun 2010
Laporan Akhir Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunung Kidul, Kelompok Kerja
Sanitasi Kabupaten Gunung Kidul, tahun 2009
Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tatakerja Dinas
Daerah Kabupaten Barru.
Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat, Badan Perencanan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis
Daerah Kabupaten Barru
Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tatakerja
Kecamatan/Kelurahan pada Kabupaten Barru
Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2010 Tentang Bangunan Gedung
Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2010 Tentang Irigasi
Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Kebersihan
Peraturan Bupati 34 tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok dan Fungsi SKPD
Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah, Pemerintah
Kabupaten Barru, Tahun 2011
Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah, Pemerintah
Kabupaten Barru, Tahun 2011
Laporan-laporan kegiatan tahunan SKPD
Aspek-aspek data yang dikumpulkan sebagai dasar informasi dalam Buku Putih
Sanitasi Kota adalah:
1. Umum dan Teknis: Diberikan daftar kebutuhan data yang perlu dikumpulkan
oleh anggota Pokja Sanitasi Kabupaten Barru. Data tersebut nantinya
terutama dibutuhkan dalam diskusi Manajemen dan Operasi Sistem Sanitasi.
2. Kebijakan Daerah dan Kelembagaan: Selain diberikan daftar kebutuhan
data yang perlu dikumpulkan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten, maka akan
dilakukan Focus Group Discussion (FGD) bersama anggota Pokja Sanitasi
Kabupaten. FGD dimaksudkan untuk membahas aspek tersebut lebih
mendalam dan bersama anggota Pokja Sanitasi Kabupaten melakukan
analisis terhadap aspek kelembagaan dan peraturan. Ini nantinya harus bisa
dibagi ke dalam beberapa fungsi (di antaranya fungsi perencanaan,
implementasi – fisik maupun non-fisik, operasi, pengawasan, serta
monitoring dan evaluasi). Termasuk juga keterkaitan kerja antar SKPD dalam
menjalankan fungsi-fungsi tersebut. Berdasarkan pengalaman, diskusi ini
sebaiknya dilakukan dengan dibantu oleh tenaga ahli sebagai nara sumber
yang memahami kebijakan daerah dan kelembagaan, serta berpengalaman
bekerja di bidang sanitasi. Data ini dibawa pada saat diskusi Manajemen dan
Operasi Sistem Sanitasi.
3. Keuangan: Pokja Sanitasi Kabupaten perlu memilah anggaran yang terkait
dengan sanitasi. Penting dipahami, Pokja Sanitasi Kabupaten harus memiliki
kesamaan pemahaman dan kesepakatan bagaimana memilah data keuangan
yang terkait dengan sanitasi. Selain biaya investasi infrastruktur sanitasi,
perlu dicatat juga besarnya biaya operasi dan pemeliharaan dalam beberapa
tahun terakhir.
4. Peran serta swasta dalam layanan sanitasi: Sebagian data diperoleh dari
pihak swastayang memiliki kontrak kerja sama dengan Pemerintah
Kabupaten ataupun informasi lain yang dimiliki oleh SKPD terkait. Pada
tahap ini, proses pengumpulan data dilakukan berdasarkan informasi lisan
atau tertulis yang dimiliki SKPD atau jika diperlukan dilakukan pencarian
data secara langsung di lapangan.
5. Pemberdayaan masyarakat dan jender: Informasi tentang pemberdayaan
masyarakat dalam bidang sanitasi dapat diperoleh melalui institusi lokal. Isu
jender sudah menjadi perhatian dalam program-program Pemerintah
Kabupaten, hanya saja kaitannya dalam bidang sanitasi serta kedalaman dari
isu tersebut masih bisa dipertanyakan lebih jauh. Tetapi informasi mengenai
isu jender tersebut umumnya sudah tersedia.
6. Komunikasi: Informasi yang dibutuhkan berhubungan dengan kegiatan-
kegiatan dan jenis media yang digunakan oleh Pemerintah Kabupaten,
Undang-Undang
1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya
Alami Hayati dan Ekosistemnya
2. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
4. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
6. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
7. Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
8. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
9. Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
10. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene
11. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman
12. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
13. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
15. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Antar Pemerintah Pusat dan Daerah.
Petunjuk Teknis
1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan
Perumahan.
2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi
Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur
10. Peraturan Bupati Barru 43 tahun 2008 tentang Uraian Tugas Pokok dan
Fungsi Kantor Rumah Sakit Umum Daerah
11. Peraturan Bupati Barru Nomor 22 tahun 2011 tentang Penjabaran Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Barru Tahun Anggaran 2012
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN BARRU
2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik
2.1.1. Geografis
Kabupaten Barru adalah salah satu kabupaten yang terletak dipesisir pantai barat
Provinsi Sulawesi Selatan dengan garis pantainya 78 Km. Secara geografis
terletak diantara koordinat 4⁰5’49” - 4⁰47’35” lintang selatan dan 119⁰35’00” -
119⁰49’16” bujur timur dan berada di sebelah utara Kota Makassar Ibukota
Provinsi Sulawesi Selatan yang dapat ditempuh melalui perjalanan darat ± 2,5
jam. Adapun batas administrasi dan batas fisik Kabupaten Barru adalah sebagai
berikut :
Sebelah Utara dengan Kota Pare-Pare dan Kabupaten Sidrap.
Sebelah Timur dengan Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Bone.
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Pangkajene Kepulauan.
Sebelah Barat dengan Selat Makassar.
Secara administratif kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.174,72 Km2 (117.472
Ha) sedangkan menurut peta administrasi kabupaten Barru dan peta rupa bumi
tahun 1999 seluas 1.191,10 Km2. Kabupaten Barru terbagi atas 7 Kecamatan
yaitu Kecamatan Tanete Riaja, Kecamatan Tanete Rilau, Kecamatan Barru
(Ibukota kabupaten), Kecamatan Soppeng Riaja, Kecamatan Mallusetasi,
Kecamatan Pujananting dan Kecamatan Ballusu dan terdiri dari 14 Kelurahan dan
40 Desa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
LUAS
No KECAMATAN DESA/KELURAHAN
Km2 %
1 TANETE RIAJA 7 174,29 14,84
2 TANETE RILAU 10 79,17 6,74
3 BARRU 10 199,32 16,97
4 SOPPENG RIAJA 7 78,90 6,71
5 MALLUSETASI 8 216,58 18,44
6 PUJANANTING 6 314,26 26,75
7 BALUSU 6 112,20 9,55
TOTAL 54 1174,72 100%
Sumber Data : Kabupaten Barru dalam Angka, Tahun 2011
2.1.2. Topografis
2.1.3. Iklim
Tipe Iklim dengan Metode Zone Agroklimatologi yang berdasarkan pada bulan
basah ( curah hujan lebih dari 200 mm/bulan ) dan bulan kering ( curah hujan
kurang dari 100 mm/bulan ) di Kabupaten Barru terdapat seluas 71,79 persen
Wilayah ( 84.340 Ha ) dengan Tipe Iklim C yakni mempunyai bulan basah
berturut-turut 5 – 6 bulan ( Oktober sampai dengan Maret ) dan bulan kering
berturut-turut kurang dari 2 bulan ( April sampai dengan September ).
1. Jenis Tanah Aluvial Muda, dari bahan induk Aluvium, tekstur beraneka
ragam dengan kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebaran jenis tanah ini
di daerah daratan Aluvial Sungai, daratan Aluvial Pantai dan di daerah
cekungan (depresi). Jenis tanah ini meliputi 12,48 persen dari luas wilayah
Kabupaten Barru dan terdapat di Kecamatan Tanete Riaja.
2. Jenis tanah Litosol merupakan tanah mineral dari bahan induk batuan
beku atau batuan sedimen keras, solum dangkal, tekstur beraneka dan
umumnya berpasir. Jenis tanah Litosol didapati umumnya di wilayah
dengan tofografi berbukit, pegunungan. Di Kabupaten Barru jenis tanah
ini terdapat di Kecamatan Tanete Rilau dan Tanete Riaja yang meliputi
24,72 persen dari luas wilayah Kabupaten Barru.
3. Jenis tanah Regosol meliputi 38,20 persen dari luas wilayah Kabupaten
Barru dan tersebar di seluruh kecamatan. Jenis tanah ini masih muda
dengan tekstur pantai, kesuburan sedang berasal dari bahan induk
vulkanis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng volkan muda
dan di daerah beting pantai atau gumuk– gumuk pasir.
4. Jenis tanah Mediteran berasal dari bahan induk batuan kapur keras
(Limestone) dan Tufa Vulkanis bersifat basa. Tekstur umumnya lempung
permeabilitas sedang dan peka erosi. Di Kabupaten Barru jenis tanah
mediteran ini meliputi 24,60 persen terdapat di semua kecamatan kecuali
di Kecamatan Tanete Rilau.
Dari ke 4 (empat) jenis tanah tersebut, dapat digambarkan dalam Tabel
berikut: :
2.1.5. Hidrologi
Air merupakan sumberdaya alam untuk memenuhi hayat hidup manusia maupun
makhluk hidup lainnya. Potensi sumber air di Kabupaten Barru yang dapat
dimanfaatkan untuk kehidupan adalah air hujan, air permukaan dan aliran sungai
atau limpasan.
Sungai merupakan sumber air terbesar di Kabupaten Barru yaitu Sungai Lipukasi,
Sungai Jampue, Sungai Lakepo, Sungai Lampoko, Sungai Manuba, Sungai
Lipukasi, Sungai Kiru-kiru, Sungai Bungi dan diantara sungai-sungai tersebut
terdapat Sungai yang terbesar adalah Sungai Sikapa yang berhulu di daerah
Kecamatan Tanete Riaja yang mengalir melalui daerah persawahan serta
bermuara ke Selat Makassar. Sungai-sungai yang ada selain airnya dimanfaatkan
untuk keperluan irigasi, industri, rumah tangga juga sungai-sungai yang ada
berpotensi untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan untuk budidaya
perikanan.
Tabel 2.7
Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten
Sungai Lisu - -
Sungai Barru/Jampue 131,52 -
Sungai S.Kepo/Nepo 108,40 -
Sungai Lampoko 111,24 -
Sungai Manuba 96,80 -
Sungai Lipukasi 516,14 -
2. Banjir
Penyebab utama bencana banjir adalah curah hujan yang cukup tinggi,
penggundulan hutan di hulu sungai, penyumbatan aliran atau saluran, tidak
berfungsinya tanggul, selokan air yang tidak dapat menampung derasnya/
besarnya debit air pada musim hujan. Adapun lokasi di Kabupaten Barru
yang rawan terhadap banjir adalah; Kecamatan Mallusetasi (Desa
Cilellang), Kecamatan Soppeng Riaja (Desa Batupute, Lawallu, Kelurahan
Mangkoso dan Desa Ajakkang), Kecamatan Balusu (Desa Lampoko, Balusu,
Kelurahan Takkalasi dan Desa Binuang), Kecamatan Barru (Kelurahan
Mangempang, Sumpang Binangae, Tuwung dan Coppo), Kecamatan Tanete
Riaja (Desa Lompo Tengah dan Kelurahan Lompo Riaja), Kecamatan Tanete
Rilau (Kelurahan Tanete dan Desa Lalabata).
3. Angin Kencang/Topan
Bencana alam angin kencang/topan sangat susah diprediksi dan hampir
semua kecamatan dalam lima tahun terakhir pernah mengalaminya,
namun kerusakan yang terjadi atau akibat yang ditimbulkan tidaklah terlalu
besar dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Sulawesi Selatan. Adapun
daerah yang rawan akan terjadinya bencana angin kencang adalah :
Kecamatan Mallusetasi (Desa Bojo, Kupa, Kelurahan Mallawa dan Palanro),
Kecamatan Balusu (Desa Kamiri), Kecamatan Barru (Desa Tompo, Galung,
Palakka dan Anabanua), Kecamatan Tanete Rilau (Desa Lipukasi, Corawalie
dan Pancana), Kecamatan Tanete Riaja (Desa Lompo Tengah, Kelurahan
Lompo Riaja dan Mattirowalie), Kecamatan Pujananting (semua desa).
4. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan terjadi pada musim kemarau yaitu antara bulan April
sampai bulan Oktober. Hal ini biasanya terjadi kurangnya kesadaran
masyarakat yang melakukan pembabatan hutan atau pembukaan lahan
oleh masyarakat serta musim kemarau yang berkepanjangan. Adapun
lokasi yang rawan terjadi kebakaran hutan: Kecamatan Mallusetasi (Desa
Kupa, Nepo dan Manuba), Kecamatan Soppeng Riaja (Desa Siddo dan
Paccekke), Kecamatan Balusu ( Desa Kamiri, Binuang dan Balusu),
Kecamatan Barru (Desa Palakka, Anabanua, Galung dan Tompo),
Kecamatan Tanete Rilau (Desa Lalabata), Kecamatan Tanete Riaja (Desa
Lempang, Mattirowalie dan Harapan), Kecamatan Pujananting ( Desa
Jangan-jangan, Bacu-bacu dan Pujananting).
persen pada tahun 2011, luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik tidak
mengalami perubahan dari 65,00 persen pada tahun 2010 dan tahun 2011.
Tabel 2.9
Perkembangan Kondisi Capaian Indikator Pembangunan Bidang Urusan
Pekerjaan Umum di Kabupaten Barru Tahun 2008 S/D Tahun 2011
Tahun
No Uraian
2008 2009 2010 2011
Tabel 2.10
Perkembangan Kondisi Capaian Indikator Pembangunan
Bidang Urusan Perumahan di Kabupaten Barru
Tahun 2008 S/D Tahun 2011
Tahun
No Uraian
2008 2009 2010 2011
Tabel 2.11
Jumlah Rumah Per Kecamatan
No Kecamatan Jumlah Rumah Persentase
Tabel 2.12
Perkembangan Kondisi Capaian Indikator Pembangunan
Bidang Urusan Lingkungan Hidup di Kabupaten Barru
Tahun 2008 S/D Tahun 2011
Tahun
No Uraian
2008 2009 2010 2011
2.2. Demografi
2.2.1. Struktur penduduk menurut jenis kelamin
Jumlah penduduk pada tahun 2011 sebesar 166.027 jiwa , meningkat sebesar
0,05 persen dibanding tahun 2010 sebesar 165.947 jiwa. Jumlah penduduk
terbesar berada pada kecamatan Barru mencapai 38.319 jiwa dan terendah
pada kecamatan Pujananting dengan jumlah 12.789 jiwa. Sementara dari segi
kepadatan, kecamatan Tanete Rilau tingkat kepadatannya paling tinggi yakni
sebesar 415 jiwa/km2 dan paling rendah pada kecamatan Pujananting yakni 41
jiwa/ km2.
Tabel 2.13
Jumlah Penduduk Dan Luas Wilayah Per Kecamatan Tahun 2011
Tabel 2.14
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Per Kecamatan
Tahun 2011
Berdasarkan jumlah rumah tangga, maka jumlah rumah tangga terbesar berada
di Kecamatan Barru yaitu 9.457 rumah tangga. Sementara itu yang paling rendah
di kecamatan Pujananting yaitu 2.859 rumah tangga.
Tabel 2.15
Jumlah Rumah Tangga Per Kecamatan Tahun 2011
1 2 3
2 PUJANANTING 2.859 7
4 B AR R U 9.457 23
6 BALUSU 4.439 11
7 MALLUSETASI 6.187 16
Tabel 2.16
Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
1. Pertumbuhan PDRB
Adapun perkembangan hasil-hasil pembangunan dengan indikator kinerja
perkembangan nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
(Hb) menunjukkan bahwa secara nominal sektor pertanian, pertambangan dan
penggalian, industri pengolahan, konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran,
pengangkutan dan komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan serta sektor
jasa-jasa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan adanya dinamika dalam
pertumbuhan sektoral. Demikian pula total PDRB atas dasar harga berlaku
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
Tabel 2.17
Perkembangan Nilai Per Sektor Dalam PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
(Hb) Di Kabupaten Barru Tahun 2008 S.D Tahun 2011
Tahun
Sementara itu, dari segi kontribusi per sektor menunjukkan adanya variasi dari
tahun ke tahun. Sektor pertanian merupakan sektor kontribusi yang dominan
tapi secara signifikan kontribusinya semakin menurun. Sedangkan sektor jasa-
jasa dan konstruksi menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini menunjukkan
Tabel 2.18
Perkembangan Kontribusi Sektor Dalam PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku (Hb) Di Kabupaten Barru Tahun 2008 S/D Tahun 2011
Tahun
% % % %
Tabel 2.19
Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektor Tahun 2008-2011
2. Laju Inflasi
Salah satu analisis kinerja pembangunan ekonomi di kabupaten adalah
perubahan harga barang dan jasa (inflasi). Di Kabupaten Barru nilai inflasi rata-
rata mengalami dinamika dari 9,06 persen pada tahun 2010 menjadi 8,24 persen
pada tahun 2011. Secara lebih rinci nilai inflasi rata-rata dari tahun ke tahun
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.20
Nilai Inflasi Rata-Rata Di Kabupaten Barru
Tahun 2008 S.D Tahun 2011
Tahun
Uraian
2008 2009 2010 2011*
3. PDRB Perkapita
Perkembangan hasil-hasil pembangunan dapat dilihat dari indikator kinerja PDRB
Perkapita Atas dasar Harga Berlaku (HB) dan Atas Dasar Harga Konstan.
Perkembangan PDRB perkapita Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) mengalami
peningkatan dari Rp. 10.041.601,66 pada tahun 2010 menjadi Rp. 10.617.689,33
pada tahun 2011 (perkiraan) dengan rata-rata pertumbuhan 5,73 persen,
perkembangan PDRB perkapita Atas Dasar Harga Konstan (Hk) mengalami
peningkatan dari Rp. 4.377.401,49 pada tahun 2010 menjadi Rp. 4.638.486,06
pada tahun 2011 (perkiraan) dengan rata-rata pertumbuhan 5,96 persen. Secara
lebih rinci capaian-capaian kinerja PDRB perkapita atas dasar harga berlaku (Hb)
dan harga konstan (Hk) dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.21
PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku (HB) Dan Harga
Konstan (HK) Di Kabupaten Barru Tahun 2008 S.D Tahun 2011
Rata-rata
Tahun Pertumbuhan
Uraian (%)
PDRB Perkapita
Atas Dasar Harga 3.944.046 4.147.075 4.377.401,49 4.638.486,06 5,96
Konstan (HK)
4. Realisasi APBD
Kebijakan keuangan daerah berkaitan dengan pendapatan daerah, pembiayaan
daerah, dan belanja daerah, dapat digambarkan dengan terjadinya peningkatan
jumlah pendapatan daerah baik dari PAD, Dana Perimbangan serta lain-lain
pendapatan daerah yang sah sampai pada tahun 2011 mencapai
Rp. 481.974.831.764,-. Sedangkan untuk jumlah pembiayaan dalam APBD dari
tahun 2008 sampai tahun 2011 juga mengalami peningkatan yang signifikan dan
pada tahun 2011 mencapai Rp. 529.689.691.464,-. Secara lebih rinci nilai realisasi
APBD dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.22
Ringkasan Realisasi APBD Tahun 2008 S.D Tahun 2011
NO URAIAN TAHUN
2008 2009 2010 2011
A Pendapatan
1 Pendapatan Asli Daerah 14.390.370.950 15.278.466.407 14.233.509.180 16.413.509.000
2 Dana Perimbangan 317.284.610.000 345.086.470.000 328.360.126.164 364.597.550.164
3 Lain – lain Pendapatan 8.962.500.000 11.800.000.000 117.577.412.600 100.963.772.600
yang Sah
Jumlah Pendapatan 340.637.480.950 472.164.936.407 460.171.047.944 481.974.831.764
B Belanja
1 Belanja Tidak Langsung 140.211.539.287 173.669.025.539 246.846.618.629 295.816.532.934
2 Belanja Langsung 215.661.767.063 314.845.910.869 240.762.136.164 233.873.158.530
Jumlah Biaya 355.873.360.350 488.514.936.407 487.608.754.793 529.689.691.464
Surplus/ (15.235.879.400) (16.350.000.000) (27.437.706.849) (47.714.859.700)
(Defisit Anggaran)
Tabel 2.23
Ringkasan Anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi
per penduduk 4 Tahun Terakhir
Tabel 2.24
Data Mengenai Ruang Fiskal 5 Tahun Terakhir
Dalam konteks wilayah Kabupaten Barru, dilakukan suatu kajian secara spesifik
pada kawasan-kawasan strategis di wilayah Kabupaten Barru. Kawasan Strategis
Kabupaten Barru yang dimaksud adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Berdasarkan
kriteria kawasan strategis dan potensi wilayah, maka rencana kawasan strategis
kabupaten yang layak ditetapkan dalam RTRW Kabupaten diarahkan pada:
Berdasarkan sistem pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Barru maka sistem
pusat kegiatan terbagi atas Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal
(PKL), Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp), Pusat Pengembangan Kawasan (PPK),
dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), diantaranya :
Untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan di Kabupaten Barru, akan
diarahkan pada kawasan lindung, seperti :
Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya di Kabupaten Barru akan
diarahkan pada kawasan;
Perkampungan Suku Tobalo;
Rumah Adat Saoraja Lapinceng;
Kawasan Pendidikan Kota Barru;
Monumen Pacekke; dan
Monumen Garongkong.
Kawasan pendidikan Kota Barru.
Angka melek huruf mengalami peningkatan dari 89,2 pada tahun 2010 menjadi
93,26 pada tahun 2011. Secara lebih rinci capaian-capaian kinerja perkembangan
angka melek huruf dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.25
Perkembangan Angka Melek Huruf
Di Kabupaten Barru Tahun 2008 S/D Tahun 2011
TAHUN
No Uraian
2008 2009 2010 2011
Tabel 2.26
Rata-Rata Lama Sekolah (MYS) Di Kabupaten Barru
Tahun 2008 S/D Tahun 2011
Tahun
No Kabupaten
2008 2009 2010 2011*
Rata-Rata Lama
7,2 7,3 7,6 7,67
1 Sekolah (Tahun)
Tabel 2.27
Angka Partisipasi Kasar (APK) Di Kabupaten Barru
Tahun 2008 S/D Tahun 2011
TAHUN
No Jenjang Pendidikan
2008 2009 2010 2011
1 2 6 7 6 6
Angka pendidikan yang ditamatkan tingkat SD/MI untuk jenis kelamin laki-laki
dan perempuan mengalami peningkatan dari 1.680 dan 1.725 pada tahun 2010
menjadi 1.722 dan 1.766 pada tahun 2011, angka pendidikan yang ditamatkan
tingkat SMP/MTs untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan mengalami
peningkatan dari 1.332 dan 1.485 pada tahun 2010 menjadi 1.448 dan 1.556
pada tahun 2011, angka pendidikan yang ditamatkan tingkat SMA/SMK/MA
untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan mengalami peningkatan dari 672
dan 710 pada tahun 2010 menjadi 769 dan 952 pada tahun 2011. Secara lebih
rinci capaian-capaian kinerja angka pendidikan yang ditamatkan dari tahun ke
tahun dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.28
Angka Pendidikan Yang Ditamatkan Di Kabupaten Barru Tahun 2008
S.D Tahun 2011
TAHUN
L P L P L P L P
2 Tingkat SMP / MTs 1.102 1.230 1.312 1.334 1.332 1.485 1.448 1.556
Angka partisipasi murni SD/MI mengalami peningkatan dari 95,95 pada tahun
2010 menjadi 96,92 pada tahun 2011, angka partisipasi murni SMP/MTs
mengalami peningkatan dari 75,40 pada tahun 2010 menjadi 79,19 pada tahun
2011, angka partisipasi murni SMA/SMK/MA mengalami peningkatan dari 46,00
pada tahun 2010 menjadi 47,71 pada tahun 2011. Secara lebih rinci capaian-
capaian kinerja angka partispasi murni dari tahun ke tahun dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.29
Angka Partisipasi Murni (APM) Di Kabupaten Barru
Tahun 2008 S/D Tahun 2011
TAHUN
No Jenjang Pendidikan
2008 2009 2010 2011
1 2 3 4 5 6
Tabel 2.30
Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kab. Barru
Jumlah Sarana Pendidikan
1 Barru 35 4 2 3 4 1 1
2 Tanete Rilau 37 4 1 2 11 4 3
3 Soppeng Riaja 21 5 2 - 1 3 2
4 Mallusetasi 26 4 1 1 4 1 -
5 Balusu 22 5 1 - 2 2 3
6 Tanete Riaja 32 4 1 - 4 3 3
7 Pujananting 25 4 - - 1 - -
JUMLAH 198 30 8 5 27 14 12
2.4.6. Kesehatan
Capaian posyandu per satuan balita mengalami peningkatan dari 1,76 pada
tahun 2010 menjadi 1,91 pada tahun 2011, capaian puskesmas, poliklinik, pustu
per satuan penduduk dipertahankan sebesar 0,026 pada tahun 2010 dan tahun
2011, capaian Rumah Sakit per satuan penduduk mengalami peningkatan dari
0,001 pada tahun 2010 menjadi 0,006 tahun 2011, capaian dokter per satuan
penduduk mengalami peningkatan dari 0,023 pada tahun 2010 menjadi 0,126
pada tahun 2011, capaian tenaga medis per satuan penduduk mengalami
peningkatan dari 0,032 pada tahun 2010 menjadi 0,175 pada tahun 2011. Secara
lebih rinci berbagai kondisi capaian indikator pembangunan bidang urusan
kesehatan dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.31
Perkembangan Kondisi Capaian Indikator Pembangunan
Bidang Urusan Kesehatan di Kabupaten Barru Tahun
2008 s/d Tahun 2011
Tahun
No Uraian
2008 2009 2010 2011
3 Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk 0,001 0,001 0.001 0.006
penurunan dari 1.084 orang pada tahun 2005 menjadi 1.005 orang pada tahun
2010, persentase penduduk di atas garis kemiskinan Kecamatan Tanete Riaja
mengalami penurunan dari 1.654 orang pada tahun 2005 menjadi 1.434 orang
pada tahun 2010, penduduk miskin di Kecamatan Pujananting mengalami
penurunan dari 1.608 orang pada tahun 2005 menjadi 1.435 orang pada tahun
2010. Secara lebih rinci capaian-capaian kinerja penduduk miskin dari tahun ke
tahun dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.32
Persentase Penduduk diatas Garis Kemiskinan
di Kabupaten Barru Tahun 2005 s.d Tahun 2009
TAHUN
2011-2013
No. Kecamatan
2005-2007 2008-2010
Paling Hampir
Miskin
Miskin Miskin
1 Barru 2.728 2.158 451 1.368 2.165
Dasar keberadaan dinas yang ada di Kabupaten Barru adalah Peraturan Daerah
No 5 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tatakerja Dinas Daerah Kab. Barru,
dimana didalam Peraturan Daerah ini dinas-dinas yang ada di lingkungan
Kabupaten Barru adalah:
a. Dinas Pendidikan,;
b. Dinas Kesehatan;
c. Dinas Pertanian dan Perkebunan;
d. Dinas Peternakan;
e. Dinas Kelautan dan Perikanan;
f. Dinas Kehutanan;
g. Dinas Pekerjaan Umum;
h. Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi;
i. Dinas Koperasi , UMKM , Perindustrian dan Perdagangan;
j. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;
k. Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika;
l. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga; dan
m. Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
n. Dinas Pertambangan dan Energi
BUPATI
WAKIL BUPATI
STAF AHLI
DINAS/LEMBAGA TEKNIS DAERAH
SEKRETARIS DAERAH
BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN
PEMERIN- PEM KEC, PERTANAH- ADM PEREKO- ADM KESEJAHTERAA ORGANISASI HUMAS DAN
TAHAN- KEL & DESA AN NOMIAN PEMBANGUNAN N RAKYAT PROTOKOL
UMUM HUKUM UMUM
BAB III
PROFIL SANITASI KABUPATEN BARRU
3.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) & Promosi Higiene
3.1.1. Tatanan Rumah Tangga
Hasil survey yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Barru untuk
pembuatan Profil Kesehatan Kabupaten Barru tahun 2011 menunjukkan bahwa
jumlah rumah yang dikategorikan sebagai rumah sehat sebanyak 62,1% dari
29.562 rumah yang diperiksa. Dimana untuk jumlah rumah tangga yang
mempunyai jamban adalah 77,4% dari 35.286 yang diperiksa Sedangkan jumlah
rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih 66,5%.
Dalam Pelaksanaan program PPSP, pembahasan PHBS dalam Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Barru dibatasi pada 3 (tiga) indikator prilaku hidup bersih dan sehat,
yaitu :
Adapun waktu kebiasaan Anggota RT untuk mencuci tangan dapat dilihat pada
tabel berikut ini;
Grafik 3.1
Penggunaan sabun pada lima waktu penting
F. Mencuci C. Menceboki
peralatan panta anak
18% 9%
E. Mencuci D. Mencuci
tangan anak tangan sendiri
9% 15%
Secara umum, waktu cuci tangan pakai sabun yang paling banyak dipraktikkan
oleh responden di Kabupaten Barru adalah dijelaskan bahwa kebiaaan anggota
keluarga untuk CTPS di waktu di 5 waktu penting ternyata lebih banyak
dilakukan pada saat mandi yang dapat dilihat pada klaster 0 (100%), klaster 1
(96,2%), klaster 2 (96,8%),klaster 3 (99,4%, dan klaster 4 (100%). Dibanding
dengan pada aktivitas yang lain yakni memandikan anak, menceboki pantat bayi,
mencuci tangan sendiri, tangan anak, peralatan, pakaian,dan yang lainnya.
Sedangkan pada skala Kabupaten diagram Kebiasaan Anggota keluarga untuk
CTPS di 5 waktu penting klaster kabupaten.Dari dijelaskan bahwa Kebiasaan
Anggota keluarga untuk CTPS di 5 waktu penting dengan data survey klaster
kabupaten didapatkan bahwa aktivitas mencuci tangan lebih tinggi pada saat
mandi (20%), mencuci peralatan dapur (18%), mencuci pakaian (18%), mencuci
tangan sendiri (15%), memandikan anak (11%), mencci tangan anak (9%),
sedangkan untuk aktivitas lainnya tidak dlakukan (0%)
Dari hasil wawancara perilaku responden dalam pelaksanaan CTPS pada lima
waktu penting dapat disimpulkan dalam grafik berikut, rangkuman grafik ini
hanya menghitung yang benar benar melakukan seluruh rangkaian CTPS pada
lima waktu penting yang diakumulasikan, sedangkan yang tidak kelima limanya
dijawab ya tergabung dalam kelompok responden yang tidak melakukan CTPS
pada lima waktu penting, hasilnya cukup menyedihkan buat Kabupaten Barru
karena hanya sekitar 5 % yang benar benar melakukan CTPS di lima waktu
penting tersebut, sedangkan sebagian besar yakni 95 % tidak melakukan kegiatan
CTPS pada lima waktu penting seperti yang diuraikan dibawah ini.
Grafik 3.2
Praktek CTPS pada lima waktu penting
5%
95%
yang tidak memadai bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka seperti di
sungai/ danau/laut/ saluran drainase/kebun, tetapi bisa juga termasuk
sarana jamban yang nyaman di rumah tetapi memakai tangki septik tetapi
tidak memenuhi syarat, sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak
memadai, misalnya karena tidak kedap air, maka risiko cemaran patogen
akan tetap tinggi.
Pada bagian ini akan diuraikan fasilitas sanitasi di tingkat rumah tangga
beserta beberapa perilaku yang terkait dengannya. Fasilitas sanitasi
difokuskan pada fasilitas buang air besar (BAB) yang mencakup jenis yang
tersedia, penggunanya, pemeliharaannya, dan kondisinya.
Tidak punya
kloset
Cemplung 21%
2%
Plengsengan
0%
Kloset jongkok
Kloset duduk leher angsa
siram leher 76%
angsa
1%
Dari hasil studi EHRA di Kabupaten Barru , melalui survey yang dilakukan dan
hasil pengamatan langsung ke lokasi survey diperoleh bahwa klaster 1
merupakan klaster dengan jumlah kepemilikan jamban paling rendah,
dengan jumlah rumah tangga yang tidak memiliki jamban sebesar 31,3%.
Sedangkan pada klaster kabupaten menunjukkan kloset jongkok leher angsa
paling banyak digunakan (76%), kemudian masih banyak yang tidak memiliki
kloset yaitu sebanyak (21%), cemplung (2%), kloset duduk leher angsa (1%),
dan plengsengan (0%).
Hal ini lebih banyak terjadi di daerah perdesaan. Mereka lebih memilih
mengalirkan limbah tinjanya ke cubluk/lubang tanah (17%),
sungai/danau/pantai (6%), pipa sewer (2%), kebun/tanah lapang (1%),
kolam/sawah (0%), langsung ke drainase (0%) dan tidak tahu (11%).
Sedangkan yang memilih lainnya pada umumnya adalah rumah tangga yang
menggunakan tangki namun tidak septic (lantai yang tidak diberi lapisan
kedap air).
Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan
kesehatan di institusi pendidikan. Indikator institusi pendidikan adalah Sekolah
Dasar negeri maupun swasta (SD/MI). Sasaran PHBS tatanan institusi pendidikan
adalah sekolah dan siswa dengan indikator :
Berdasarkan Hasil survey yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Barru
Dari 214 SD yang terdata hanya 36 SD yang memiliki ruang UKS atau 18,27 %.
Sementara untuk penyediaan Ruang WC/Jamban bagi anak SD sudah tersedia
secara memadai dengan jumlah ruang WC sebanyak 258 dan untuk ruang WC
bagi guru sebanyak 210.
Tabel 3.4
Rekapitulasi Kondisi fasilitas Sanitasi di Sekolah/Pesantren di Kota Barru
Tingkat : SD/MI (toilet dan tempat cuci tangan)
Jumlah Sumber Air Bersih Jml Tempat Fas. Cuci Persediaan Siapa yang membersihkan Toilet
JUMLAH Jumlah Siswa Jml Toilet/WC Sabun
KECAMATAN Guru PDAM SPT SGL Kencing Tangan Siswa Guru Pesuruh
SEKOLAH
L P L P S K T S K T S K T Murid L P Guru L P Y T Y T L P L P L P
Barru 34 1842 2096 48 39
Soppeng Riaja 29 685 793 36 33
Mallusetasi 40 852 890 64 45
Tanete Rilau 37 1332 1379 49 43
Tanete Riaja 32 1041 855 31 31
Pujananting 25 612 679 30 19
Balusu 17 354 396
JUMLAH 214 6718 7088 258 210
Tabel 3.5
Kondisi Sarana Sanitasi di Sekolah
(Tingkat Sekolah:SD/MI) (Pengelolaan sampah dan pengetahuan higiene)
Apakah pengetahuan ttg higiene dan Apakah ada dana Tempat buangan air
Cara Pengelolaan Sampah
sanitasi diberikan utk air bersih / kotor
Ya, saat sanitasi / pend. Kapan tangki Kondisi
JUMLAH Ya, saat
KECAMATAN mata Higiene Dari septik higiene
SEKOLAH pertemuan / Tidak Dibuat Dari
pelajaran Dikumpulkan Dipisahkan kamar dikosongkan sekolah
penyuluhan pernah kompos toilet
PenJas di Ya Tidak mandi
tertentu
kelas
JUMLAH 214
Instansi yang terkait dengan pengelolaan air limbah di Kabupaten Barru adalah:
Tabel 3.6
Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan Air Limbah Domestik
PEMANGKU KEPENTINGAN
Pemerintah
FUNGSI Swasta Masyarakat
Kab.
Perencanaan
Menyusun Target Pengelolaan Air Limbah
x x
domestik skala kabupaten
Menyusun rencana program air limbah
x x
domestik dalam rangka pencapaian target
Menyusun rencana anggaran program air
limbah domestik dalam rangka pencapaian x x
target
Pengadaan Sarana
Menyediakan sarana pembuangan awal air
x x
limbah domestik
Membangun sarana pengumpulan dan
x x
pengelolaan awal (tangki septik)
Menyediakan sarana pengangkutan dan tangki
x x x
septik ke IPLT (truk Tinja)
Membangun jaringan dan saluran pengaliran
x x x
limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor)
Membangun sarana IPLT dan atau IPAL x x x
Pengelolaan
Menyediakan layanan pengelolaan lumpur tinja x x x
Mengelola IPLT dan atau IPAL x x x
Melakukan penarikan retribusi pengelolaan
x X x
lumpur tinja
Mengelola IPLT dan atau IPAL x X x
Melakukan Penarikan retribusi penyedotan
x X x
lumpur tinja
Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah
domestik dan atau penyedotan air limbah x X x
domestik
Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas
teknis bangunan (tangki septik, dan saluran
x x x
drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB
Tabel 3.7
Peta Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Barru
Ketersediaan Pelaksanaan
Peraturan Tdk Efektif Belum efektif Tidak efektif
Ada dilaksanakan dilaksanakan dilaksanakan
Keterangan
Ada
Air Limbah Domestik
Target Capaian Pelayanan
Pengelolaan Air Limbah x √ - - -
Domestik
Kewajiban dan sanksi bagi
Pemerintah Kab/Kota dalam
x √ - - -
penyediaan layanan pengelolaan
Air Limbah Domestik
Sampai saat ini, Kabupaten Barru belum memiliki sistem pengolahan air limbah
terpusat baik berupa IPAL maupun IPLT.
b. Sistem Komunal
Sejak Tahun 2010 di beberapa lokasi di Barru telah dibangun sistem pengolahan
air limbah komunal. Lokasi tersebut ditunjukkan pada Tabel berikut ini.
Tabel 3.8
Kondisi Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Kabupaten Barru
Tahun
No Nama Kelompok Alamat Dana Sumber Limbah
Operasi
1. KSM Tirodeceng Jalange, Kel DAK 2011 Limbah domestik
malawwa Rp. 289juta
2. KSM Masagenae Joncongan, Kel. DAK 2011 Limbah domestik
Mallawa Rp. 289juta
3. KSM Mattirotasi Labuange, Desa DAK 2011 Limbah domestik
Kupa Rp. 317juta
4. KSM Al- Muhdar Palie, Desa DAK 2011 Limbah domestik
Sagoni Madello Rp. 317juta
5. KSM Tariqulhuda Temmireng, kec DAK 2011 Limbah domestik
takkalasi Rp. 317juta
Sumber: Dinas PU Kabupaten Barru
Untuk melihat secara jelas sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestic serta
sistem sanitasi pengelolaan air limbah yang ada di Kabupaten Barru dapat
digambarkan pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.9
Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kabupaten Barru
Input User Interface Penampungan Pengaliran Pengolah Pembuan Nama Aliran
Awal an Akhir gan
Akhir
Gray Water Kamar Mandi/ - - Pipa tertutup Belum ada Saluran Sungai/
(Mandi, Cuci) Tempat Cuci - Saluran (Belum Laut
terbuka ada IPAL)
Tabel 3.6
Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah yang ada di Kabupaten Barru
Kelompok Fungsi Teknologi yang Jenis Perkiraan Sumber Data
digunakan Data Sekunder
User Interface WC kk 28.745 Dinkes 2011
Penampungan Awal Tangki Septik kk 4.249 Dinkes 2011
Pembuangan/Daur - - - -
Ulang
Sumber : Dinkes Kabupaten Barru, 2011
Tabel 3.10
Kondisi Saluran Drainase Lingkungan di Tingkat Kecamatan/Desa/Kelurahan
Tabel 3.11
Daftar Program/Proyek Layanan Drainase Yang Berbasis Masyarakat
Keterangan :
PM : Pemberdayaan Masyarakat
JDR : Jender
MBR : Masyarakat berpenghasilan rendah
Kegiatan Komunikasi serta media komunikasi yang ada di kabupaten Barru untuk
sektor pengelolaan air limbah dapat digambarkan pada tabel berikut :
Tabel 3.12
Kegiatan Komunikasi yang ada di Kabupaten Barru : Pengelolaan Air Limbah
No. Kegiatan Tahun Dinas Tujuan Khalayak Pesan Pembelajaran
Pelaksana Kegiatan Sasaran Kunci
1. Deklarasi Feb- Bappeda Mewujudkan SKPD, Sanitasi.... Peningkatan
Pembentukan 2012 kab. Visi Sanitasi Camat, Dari, Oleh Hidup Bersih
POKJA AMPL Barru Kab. Barru Kepala dan Untuk dan sehat
Kab. Barru Desa, masyarakat
Masyarakat
Tabel 3.13
Media Komunikasi yang ada di Kabupaten Barru : Pengelolaan Air Limbah
No. Nama Media Jenis Acara Isu yang Pesan Kunci Pendapat
Terkait Air Limbah Diangkat Media
A. Media Elektronik
1. Belum Ada - - - -
B. Media Cetak
1. Fajar, Tribun Timur, Liputan Berita terkait PHBS, Peningkatan Bersih adalah -
Berita Kota, Pare Sanitasi dan Air Bersih layanan sehat
Pos, dll sanitasi, air
bersih, atau
PHBS
Sumber : Bagian Humas Protokol Setda Barru/berbagai sumber 2011
Untuk kerjasama serta mitra potensial yang terkait kegiatan sektor pengelolaan
air limbah di kabupaten barru sampai tahun 2012 belum ada yang tertarik
sehingga perlu untuk menjadi perhatian dimasa yang akan datang.
Tabel 3.14
Kerjasama yang terkait Sanitasi : Air Limbah
No. Kegiatan Jenis Kegiatan Sanitasi Mitra Kerjasama Bentuk Kerjasama
1. Belum ada - - -
Tabel 3.15
Daftar Mitra Potensial : Air Limbah
No. Nama Mitra Jenis Kegiatan Sanitasi Bentuk Kerjasama
1. Belum ada - -
2.
Permasalahan yang dihadapi oleh Kabupaten Barru dalam pengelolaan air limbah
adalah :
Limbah cair di Kota Barru secara umum dapat dikategorikan atas limbah rumah
tangga dan limbah industri. Kota Barru belum memiliki Instalasi Pengelolaan Air
Limbah (IPAL) sehingga pembuangan limbah cair rumah tangga yang berasal dari
dapur dan kamar mandi serta air hujan disalurkan dalam satu saluran yang akan
bermuara ke badan air berupa anak sungai. Pembuangan limbah cair rumah
tangga menyangkut kebiasaan dan lahan yang ada di sekitar pekarangan masih
dianggap layak dan bisa dimanfaatkan untuk membuang limbah cair rumah
tangga tanpa memperhatikan dan melihat dampak dari limbah tersebut terhadap
kesehatan dan kebersihan orang lain ( tetangga ) dan lingkungan sekitar. Tempat
pembuangan limbah yang ada juga tergolong sangat sederhana sekali sehingga
langsung di buang ke permukaan tanah, yang nantinya akan menimbulkan bau
yang tidak sedap di lingkungan dan pekarangan disekitar hunian. Ada juga
sebagian masyarakat yang sadar dan mengerti akan pentingnya arti hidup sehat
itu, mengumpulkan sisa limbah rumah tangga tersebut dalam kantong plastic
atau ember dan kemudian di buang ke tempat penampungan sampah yang
berada jauh dari permukiman mereka. Keemudian diangkut oleh truk
pengangkut sampah.
Limbah cair rumah tangga hasil pencucian dan mandi terkadang biasanya di
gelontorkan juga langsung melalui sungai sehingga berselang waktu saja akan
akan menimbulkan pendangkalan pada parit atau sungai itu sendiri. Masalah
limbah sampah dan lain -lain yang terkait kesehatan dan lingkungan perlu adanya
kesadaran yang tulus dan iklas yang timbul dari masyarakat itu sendiri dan itu
adalah tanggung jawab kita bersama untuk mengaplikasikan nya dalam
kehidupan bermasyakat sejalan terciptanya kehidupan yang sehat dan ramah
lingkungan. Sebagian masyarakat ada juga yang sudah menggunakan dan
memanfaatkan saluran/sarana yang ada di rumah nya untuk mengalirkan dan
pembuang hasil limbah rumah tangga tersebut bias mengalir dari hasil limbah
tadi dibuang ke tempat penampungan, sehingga hal positif tersebut perlu
ditanggapi positif. Kesadaran itu timbul dari masyarakat pengguna dan
pemanfaat sarana tersbut serta mereka menyadari penatan lingkungan yang
nyaman serta arti hidup sehat yang sesungguh nya.
Tabel 3.16
Penyedia Layanan Air Limbah Domestik Yang Ada Di Kabupaten Barru
No. Nama Provider Tahun Mulai Operasi Jenis Kegiatan
1. - - -
Alokasi APBD untuk sector air limbah khususnya air limbah domestik mengalami
fluktuasi dari tahun ke tahun sehingga tingkat perkembangan nya tidak dapat di
ukur secara konstan. Pengelolaan air limbah domestik juga masih terbatas pada
pembangunan MCK baik MCK Plus maupun MCK Cubluk, sebagaimana tergambar
dalam 3 tabel di bawah ini :
Tabel 3.17
Ringkasan Pendapatan dan Belanja
Dari Subsektor Air Limbah Domestik Tahun 2012
Realisasi anggaran (Rp) Rata-rata Pertum
No. Sub Sektor 2008 2009 2010 2011 2012 buhan
(%)
1. Belanja : - - - -
- Pembangunan - - - 930.510.000 834.438.000 882.474.000 -
MCK/MCK Plus
- Pembangunan - - 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000
MCK Cubluk
2. Retribusi : - - - - - - -
Sumber : Bappeda Kab. Barru, 2012
Tabel 3.18
Realisasi Anggaran Pengelolaan Air Limbah
Di Kabupaten Barru Tahun 2009-2012
No. Sub Sektor 2009 2010 2011 2012
1. Anggaran APBN (DAK/DAU) - - - 834.438.000
400.000.000 (APBN)
2. Anggaran APBD Prov. 40.905.000 90.000.000 100.000.000 -
3. Anggaran APBD Kab - - - 30.000.000
4. Anggaran Swasta - - - -
Sumber : Bappeda Kab. Barru, 2012
Tabel 3.19
Realisasi Anggaran Pengelolaan Air Limbah Per SKPD
Di Kabupaten Barru Tahun 2009-2012
No. SKPD 2009 2010 2011 2012
1. Bappeda - - - -
2. Dinas PU - 30.000.000 960.510.000 864.438.000
3. Dinas Kesehatan - - - -
4. Badan Lingkungan Hidup - - - -
5. RSUD Barru - - - -
Sumber : Bappeda Kab. Barru, 2012
Tabel 3.20
Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan
Persampahan
PEMANGKU KEPENTINGAN
Pemerintah Swasta Masyarakat
FUNGSI
Kab.
Perencanaan
Menyusun Target Pengelolaan Sampah skala √ x x
kabupaten
Menyusun rencana program persampahan dalam √ x X
rangka pencapaian target
Menyusun rencana anggaran program √ x X
persampahan dalam rangka pencapaian target
Pengadaan Sarana √
Menyediakan sarana pewadahan sampah di √ x X
sumber sampah
Membangun sarana pengumpulan dari sumber √ x X
sampah ke TPS
Tabel 3.21
Peta Peraturan Persampahan Kabupaten Barru
Ketersediaan Pelaksanaan
Peraturan Ada Tdk Efektif Belum efektif Tidak Keterangan
Ada dilaksanakan dilaksanakan efektif
dilaksana
kan
Tabel 3.22
Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Barru
Input User Interface Penampungan Pengangkutan Pengolah Pemrose Nama Aliran
Setempat an Antara/ san
Akhir Akhir/
Daur
Ulang
Sampah Tong Sampah Container Dump Truck TPST Kompos\ -
Rumah Motor sampah Arm Roll TPA
Tangga Gerobak
Sampah
Sumber : Dinas PU Barru Kabupaten Barru, 2012
Tabel 3.23
Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan yang ada di Kabupaten Barru
Kelompok Fungsi Teknologi yang Jenis Perkiraan Sumber Data
digunakan Data Sekunder
User Interface Penimbunan m3 4.412 Dinas PU
Program pemerintah tentang persampahan atau limbah padat ini sangat gencar
sekali baik di tingkat pusat sampai ke tingkat desa bahkan sampai ke level
dipilah berdasarkan jenisnya kemudian dijual. Adapun jenis kegiatan daur ulang
sampah masih sebatas pembuatan pupuk organik dari sampah organik .
Selain kegiatan daur ulang sampah kering dan plastik yang dikumpulkan oleh
pemulung untuk selanjutnya di jual, saat ini Tim Penggerak PKK Kabupaten Barru
menggalakkan pelatihan bagi para kaum wanita untuk membuat kerajinan
tangan yang dapat digunakan dirumah masing-masing ataupun disalurkan
melalui DEKRANASDA Kabupaten Barru.
Tabel 3.24
Pengelolaan Persampahan di Tingkat Desa/Kelurahan/Kecamatan
No Jenis Kegiatan Dikelola Oleh
Masyaraka Lurah/Desa/Ke Swasta Keterang
t c. an
1. Pengumpulan Sampah dari x
Rumah
2. Pemilahan Sampah di TPS X x
3. Pengangkutan Sampah ke TPS x X x
4. Pengangkutan Sampah ke TPA x x x
5. Pemilahan Sampah ke TPA x x
6. Para Penyapu Jalan x x
Sumber: Dinas PU Kabupaten Barru, 2012
Keterangan :
+ = ada
X = tidak ada
Tabel 3.25
Pengelolaan Persampahan di Tingkat Kabupaten/Kota
No Jenis Kegiatan Dikelola Oleh
Pemkab/Pem Masyarakat Sektor Swasta
kot Formal
1. Pengumpulan Sampah dari X x
Rumah
2. Pemilahan Sampah di TPS x x
3. Pengangkutan Sampah ke TPS X x x
4. Pengangkutan Sampah ke TPA x x x
5. Pemilahan Sampah ke TPA x x
6. Para Penyapu Jalan x x x
Sumber: Dinas PU Kabupaten Barru, 2012
Keterangan :
+ = ada
x = tidak ada
Tabel 3.26
Daftar Program/Proyek Layanan Persampahan yang Berbasis Masyarakat
Kondisi Sarana Saat ini Aspek PMJK
No. Sub Sektor Nama Pelaksa Tahun Fungsi Tidak Rusak PM JDR MBR
Program/Proy na Mulai Fungsi
ek/Layanan
- Persampah Daur Ulang PKK/ 2011 + - - - +-
an DEK
RANAS
DA
Catatan: BPMD Barru, 2011
Kegiatan Komunikasi serta media komunikasi yang ada di kabupaten Barru untuk
sektor pengelolaan persampahan dapat digambarkan pada tabel berikut :
Tabel 3.27
Kegiatan Komunikasi di Kabupaten Barru : Pengelolaan Sampah
No. Kegiatan Tahun Dinas Tujuan Kegiatan Khalayak Pesan Pembelajaran
Pelaksana Sasaran Kunci
1. Sosialisasi Mempertahankan Piala masyarakat Pengelolaan Tumbuhnya
2011
Kantor Adipura/ Meningkatkan sampah kesadaran
Lingkungan kesadaran dan kepedulian yang baik dan
Hidup masyarakat dalam dan benar kepedulian
pengelolaan sampah
Tabel 3.28
Media Komunikasi yang ada di Kabupaten Barru : Pengelolaan Sampah
No. Nama Media Jenis Acara Isu yang Pesan Kunci Pendapat Media
Terkait Sampah Diangkat
A. Media Elektronik
1. Radio IGA FM Iklan Adipura Pengelolaan Meningkatkan -
Radio HIBRIDAH FM sampah yang kesadaran
baik dan benar dan
kepedulian
masyarakat
dalam
pengelolaan
sampah
B. Media Cetak
1. Fajar, Tribun Timur, Berita Umum Umum Meningkatkan -
Kota, UPEKS, Pare Pos kesadaran
dan
kepedulian
masyarakat
dalam
pengelolaan
sampah
Sumber : Dishub Infokom & Humas dan Protokol Setda Barru
Pada tahun 2008 telah dibangun 1 unit pengolah sampah menjadi pupuk organik
di Pasar Mattirowalie melalui bantuan Yayasan Danamon Peduli. Sampah yang
dikelola diutamakan pada sampah yang berasal dari pasar, terminal dan sampah
dari perumahan sekitarnya.
Pada tahun 2009 diharapkan alat pengolah sampah tersebut telah dapat
memenuhi kebutuhan pupuk organik untuk pertanian, perkebunan, tanaman
hias, dan perikanan. Lewat fasilitas pengolahan pupukyang telah dibangun
Pemerintah Daerah mengupayakan pemenuhan kebutuhan pupuk organik untuk
pembibitan, baik pembibitan pohon maupun pembibitan tanaman buah-buahan
seperti mangga, sukun, nangka dan kelapa. Prioritas utama penggunaan pupuk
kompos dari hasilpengolah sampah tersebut adalah untuk pembibitan tanaman
hias/penghijauan yang dikembangkan oleh masyarakat dan untuk tanaman hias
yang dikelola oleh Pemerintah Daerah di area perkotaan. Hal ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan tanaman pada median dan pulau jalan sebagai dampak
pelebaran jalan negara sepanjang kurang lebih 70 km.
Hambatan yang dialami oleh pemerintah daerah dalam program ini diantaranya
kurangnya sumber daya manusia baik dari pihak masyarakat maupun aparatur
dalam pengolahan sampah menjadi kompos, serta perilaku petani yang masih
sangat tergantung pada pupuk kimia sehingga pada tahun 2012 hampir seluruh
pengelolaan sarana unit pengolahan kompos tersebut tidak dapat lagi berfungsi
secara efektif.
Tabel 3.29
Kerjasama yang terkait Sanitasi : Pengelolaan Persampahan
No. Kegiatan Jenis Kegiatan Sanitasi Mitra Kerjasama Bentuk Kerjasama
1. Penyedian Pemilahan Sampah Kerjama sama Kemitraan
Wadah dengan BRI
2 Penyedian Pemilahan Sampah Kerjama sama Kemitraan
Wadah dengan PLN
3 Penyedian Motor Sampah Kerjama sama Kemitraan
Kendaraan dengan Bank Sul Sel
Sumber: Dinas PU Kabupaten Barru, 2012
Tabel 3.30
Daftar Mitra Potensial untuk Pengelolaan Sanitasi : Pengelolaan Persampahan
No. Nama Mitra Jenis Kegiatan Sanitasi Bentuk Kerjasama
1. Yayasan Danamon Peduli Daur Ulang Sampah Penyediaan TPST
Tabel 3.31
Ringkasan Pendapatan dan Belanja dari Sub Sektor Pengelolaan Persampahan
No. Tahun Belanja Retribusi
(Rp) (Rp)
1. 2008 64.750.000,-
2. 2009 66.750,000,-
3. 2010 102.000.000,-
4. 2011 247.159.000,-
5. 2012 91.059.000,-
Rata-rata 114.343.600,-
Tabel 3.32
Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan
dan Pengelolaan Drainase Lingkungan
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI Pemerintah Kab. Swasta Masyarakat
Perencanaan
Menyusun target pengelolaan drainase x x
lingkungan skala kab/kota
Menyusun rencana program drainase x x
lingkungan dalam rangka pencapaian target
Menyusun rencana anggaran program drainase x x
lingkungan dalam rangka pencapaian target
Pengadaan Sarana
Menyediakan / membangun sarana drainase x x
lingkungan
Pengelolaan x x
Membersihkan saluran drainase lingkungan x x
Memperbaiki saluran drainase lingkungan yang x x
rusak
Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas x x x
teknis bangunan (saluran drainase lingkungan)
dalam pengurusan IMB
Pengaturan dan Pembinaan
Menyediakan advis planning untuk x x
pengembangan kawasan permukiman,
termasuk penataan drainase lingkungan di
wilayah yang akan dibangun
Memastikan integrasi sistem drainase x x
lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase
sekunder dan primer
Tabel 3.33
Peta Peraturan Drainase Kabupaten Barru
Ketersediaan Pelaksanaan
Peraturan Ada Tdk Ada Efektif Belum efektif Tidak efektif Keterangan
dilaksanakan dilaksanakan dilaksanakan
Air Limbah Domestik
Target Capaian Pelayanan -
Pengelolaan Drainase
Lingkungan kab/kota saat ini
Kewajiban dan sanksi bagi -
Pemerintah Kab/Kota dalam
menyediakan drainse lingkungan
Kewajiban dan sanksi bagi -
pemerintah Kab/Kota dalam
memberdayakan masyarakat
dan badan usaha dalam
pengelolaan drainse lingkungan
Kewajiban dan sanksi bagi -
masyarakat dan atau
pengembang untuk
menyediakan sarana
drainase lingkungan, dan
menghubungkannya dengan
sistem drainase sekunder
Kewajiban dan sanksi bagi -
masyarakat untuk
memelihara sarana drainase
lingkungan sebagai saluran
pematusan air hujan
Sumber : Dinas PU Kab. Barru, 2012
Data eksisting drainase di Kabupaten Barru masih sangat terbatas (hanya untuk
wilayah Kota Barru). Dari data tersebut panjang drainase mikro di wilayah
Kabupaten Barru sepanjang ± 34,84 km, yang terdiri dari saluran primer
sepanjang ±27,45 km dan saluran sekunder ± 12,92 km.
Dari kondisi topografi wilayah yang berbukit dan kemiringan lahan yang sangat
besar, maka masalah drainase wilayah bukan menjadi masalah utama. Kawasan
Barru berusaha mempertahankan limpasan air hujan dengan memperbanyak
tampungan – tampungan atau tandon. Air ini akan dapat dimanfaatkan pada
musim kemarau.Sedangkan saluran drainase yang ada di Kabupaten Barru
kebanyakan memiliki tipe konstruksi saluran berupa saluran pasangan batu.
Dimana dimensi saluran yang ada lebar bawah antara 30 – 40 cm, lebar atas
antara 40 – 60 cm, serta kedalaman (H) sekitar 50 cm.
Untuk melihat secara jelas sistem Sanitasi pengelolaan Drainase Lingkungan serta
sistem sanitasi pengelolaan Drainase Lingkungan yang ada di Kabupaten Barru
dapat digambarkan pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.34
Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan
Di Kabupaten Barru
Input User Penampungan Pengaliran Pengolahan Pembuangan/ Nama Aliran
Interface Awal Akhir daur Ulang
Air Hujan/ Talang/ Saluran Saluran Saluran Sungai/Laut
Air Limbah Pipa Tersier Tersier Primer
Rumah Saluran
Tangga Sekunder
Tabel 3.33
Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase yang ada di Kabupaten Barru
Kelompok Fungsi Teknologi yang Jenis Perkiraan (km) Sumber Data
digunakan Data Sekunder
Saluran Tersier Sederhana – Semi Panjang Saluran 101.295 Dinas PU
Teknis
Saluran Sekunder Sederhana – semi Panjang Saluran 42.498 Dinas PU
Teknis
Saluran Primer Alam/Sederhana Panjang Saluran 11.067 Dinas PU
Jumlah
Sumber : Dinas PU Kab. Barru , 2012
Tabel 3.34
Kondisi Saluran Drainase Di Kabupaten Barru Tahun 2011
No. Saluran Per Panjang Dimensi Rata-Rata Luas Tingkat Konstruksi (%) Kondisi (%)
Kecamatan (km) (m) Catchmen Layanan
Area (km2) (%)
Tinggi Lebar Perma Tanah Baik Buruk
nen
A. Saluran Primer 11.067 1,50 3
B. Saluran Sekunder 42.498 1 2
C. Saluran Tersier 101.295 0,50 0,50
Sumber : Dinas PU 2011 100 75 25
Tabel 3.35
Kondisi Saluran Drainase Lingkungan di Tingkat Kecamatan/Desa/Kelurahan
No. Kecamatan Jumlah Kondisi Drainase Pembersihan Pengelola
Saat ini Drainase
RW RT Lanca Mampet Tidak Desa/
r /Tidak Rutin Rutin Pemerint Lurah Masy Swast
lancar ah a
1. Barru 130
2. Soppeng Riaja 61
3. Mallusetasi 125
4. Tanete Rilau 107
5. Tanete Riaja 89
6. Pujananting 82
7. Balusu 62
Tabel 3.36
Daftar Program/Proyek Layanan Drainase Yang Berbasis Masyarakat
Kondisi Sarana Saat ini Aspek PMJK
No Sub Nama Pelaks Tahun Mulai Fung Tidak Rusa PM JDR MBR
. Sektor Program/Pro anaan si Fungsi k
yek/Layanan
1. Drainase PNPM Masyar 2007 – 2012 Ya - - Ya Ya Ya
2. Drainase PPIP akat 2011-2012 Ya - - Ya Ya Ya
Keterangan :
PM : Pemberdayaan Masyarakat
JDR : Jender
MBR : Masyarakat berpenghasilan rendah
Kegiatan Komunikasi serta media komunikasi yang ada di kabupaten Barru untuk
sektor pengelolaan Drainase Lingkungan dapat digambarkan pada tabel berikut :
Tabel 3.37
Kegiatan Komunikasi di Kabupaten Barru : Drainase Lingkungan
No. Kegiatan Tahun Dinas Tujuan Khalayak Pesan Pembelajaran
Pelaksana Kegiatan Sasaran Kunci
1. Tidak ada - - - - - -
Catatan : belum ada kerjasama kegiatan komunikasi terkait pengelolaan drainase lingkungan.
Tabel 3.38
Media Komunikasi yang ada di Kabupaten Barru: Pengelolaan Drainase
No. Nama Media Jenis Acara Isu yang Diangkat Pesan Kunci Pendapat
Terkait Drainase Media
A. Media Elektronik
1. Radio IGA FM Tidak Ada, hanya Umum - -
Radio HIBRIDAH FM acara-acara umum
dan berita daerah
B. Media Cetak Tidak Ada, hanya Umum
Fajar, Tribun Timur, Berita acara-acara umum
Kota, UPEKS, Pare Pos dan berita daerah
1. -
Catatan : Dinas Perhubungan & Infokom, Humas & Protokol Setda Kab. Barru
Tabel 3.39
Kerjasama yang terkait Sanitasi : Drainase Lingkungan
No. Kegiatan Jenis Kegiatan Mitra Bentuk
Sanitasi Kerjasama Kerjasam,a
1. Belum ada - - -
2. - - - -
Catatan : kerjasama pengelolaan drainase lingkungan belum ada
Tabel 3.40
Daftar Mitra Potensial untuk Pengelolaan Sanitasi Drainase Lingkungan
No. Nama Mitra Jenis Kegiatan Sanitasi Bentuk Kerjasama
1. Tidak ada - -
Sumber : Dinas PU Kab Barru, 20112
Tabel 3.41
Penyedia Layanan Drainase Lingkungan Yang Ada Di Kabupaten Barru
No. Nama Provider Tahun Mulai Operasi Jenis Kegiatan
1. Tidak ada - -
2. - - -
Khusus untuk APBD Kabupaten Barru rata-rata telah dianggarkan sekitar Rp.
50.000.000,- khusus untuk drainase lingkungan, terutama untuk penanggulangan
Tabel 3.42
Ringkasan Pendapatan dan Belanja
dari Sub Sektor Pengelolaan Drainase Lingkungan
No. Sub Sektor/SKPD 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata Pertum
buhan
(%)
A. Belanja Drainase
Pembangunan 4.833.802 4.206.138 1.536.550 56.932.700 186.750.000 50.851.838 -
Drainase Lingkungan
APBD PROP 120.000.000 90.900.000 90.000.000 64.400.000 73.060.000
DAK 803.900.000 790.195.000 577.940.000 144.485.000 579.140.000
B. Retribusi Drainase - - - - - - -
Lingkungan
Sumber : Dinas PU Kabupaten Barru, 2012
Pada saat ini akses air minum rumah tangga di Kabupaten Barru berasal dari air
ledeng (PDAM), sumur gali (SGL), penampungan air hujan (PAH) dan lain-lain.
Akses air bersih pada tahun 2010 seluruhnya sebesar 37.162 rumah tangga dari
39.628 rumah tangga yang diperiksa. Pemakaian tertinggi dengan menggunakan
air ledeng (PDAM) sebesar 11.845 rumah tangga dan terendah dengan
menggunakan air kemasan sebesar 7 rumah tangga.
Tabel 3.43. Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum Tahun 2010
Kabupaten Barru merupakan daerah pesisir pantai yang cukup panjang. Garis
pantai mencapai 87 Km sehingga merupakan kabupaten dengan pesisir pantai
terpanjang di Sulawesi Selatan. Selain itu Kabupaten Barru memiliki hutan alam
yang masih terjaga kelestariannya. Kedua hal tersebut berkolerasi dengan
ketersediaan air yang cukup banyak.
Tabel 3.44
Sistem penyediaan dan pengelolaan air bersih di Kabupaten Barru
(Data Tahun 2010)
No. Uraian Satuan Volume Keterangan
1. Pengelola PDAM Kab. Barru
2. Tingkat Pelayanan % 53,45
3. Kapasitas Produksi Lt/Detik 161
4. Kapasitas Terpasang Lt/Zdetik 161
5. Jumlah Sambungan Rumah Unit 7.183
6. Jumlah Kran air Unit
7. Kehilangan air (UFW) % -
8. Retribusi/Tarif (rumah tangga) M3 2.100
9. Jumlah Pelanggan : Per
Kecamatan
Barru Pelanggan 4,101
Pujananting Pelanggan 859 -
Tanete Riaja Pelanggan 311 -
Tanete Rilau Pelanggan 2,218 -
Balusu Pelanggan 882 -
Soppeng Riaja Pelanggan 217 -
Mallusetasi Pelanggan 3,257 -
Jumlah Pelanggan 11,845 -
Sumber : BPS 2010 Kabupaten Barru
Selain sungai, juga terdapat cukup banyak embung di Kabupaten Barru, yaitu
embung labottoa, embung galung, embung bojo, embung fajar, embung
aratange, embung tamarleteng, embung abberungnge, embung mamminasae,
embung matunru-tunruE, embung mattirotasi, embung mattirowaliE. Sebagian
besar embung terdapat di Kecamatan Barru sedangkan lainnya tersebar di
Kecamatan Pujananting, Kecamatan Tanete Riaja, Kecamatan Tanete Rilau,
Kecamatan Balusu, Kecamatan Soppeng Riaja, Kecamatan Mallusetasi. Luas
embung secara keseluruhan terbilang kecil sekitar + 2 Ha.
Sejak januari 2010 dilakukan pemantauan kualitas air sungai Sumpang BinangaE
yang dianalisa langsung di laboratorium Kantor lingkungan hidup Kabupaten
Barru, namun masih terbatas pada beberapa parameter. Pemantauan sungai
Sumpang BinangaE dilakukan di 4 (empat) titik yaitu hulu, tengah, hilir dan
sungai buntu. Dari hasil pemantauan tersebut residu terlarut dan residu
tersuspensi pada hilir dan sungai buntu serta DO pada hulu, tengah dan hilir
melampaui baku mutu yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air kelas IV. Hasil analisa laboratorium DO hulu 6,4 mg/L, tengah 8
mg/L, hilir 8,4 mg/L. Sedangkan hasil analisa residu terlarut pada hilir 3380 mg/L,
sungai buntu 21450 mg/L dan residu tersuspensinya 2570 mg/L. Pemantauan
Sungai Sumpang BinangaE akan dilakukan setiap tahunnya.
Gambar 3.45
Pengambilan Sampel Air Sungai Sumpang BinangaE Tahun 2010
Gambar 3.6.
Grafik Hasil Analisa Laboratorium Sungai Sumpang BinangaE, Tahun 2010
25000
20000
15000
hulu
10000
tengah
5000
hilir
0
sungai buntu
Gambar 3.46
Pengambilan Sampel Air Sumur di lingkungan JampuE Kel. Mangempang,
Tahun 2009
Dengan kondisi daerah Barru yang seringkali mengalami kekurangan air di musim
kemarau, maka masyarakat Kabupaten Barru berupaya untuk menampung air
pada musim hujan. Sistem penampungan air hujan (PAH) telah lama
dipergunakan oleh sebagian besar masyarakat Barru khususnya yang bermukim
di wilayah pulau. Unit PAH yang dipergunakan masih berbentuk sederhana, yaitu
mereka membuat tempat penampungan yang terbuat dari beton dimana air
hujan yang jatuh di atap rumah langsung dialirkan ke PAH tersebut. Namun
seringkali volume air yang ditampung tidak memenuhi kebutuhan untuk satu
keluarga terutama ketika musim kemarau cukup panjang. Sehingga untuk
mengatasinya, mereka membeli air dari PDAM.
Di pulau Puteangin, Desa Lasitae Kec. Tanete Rilau telah dibangun 86 PAH yang
setiap PAH mampu menampung air hujan sebesar kurang lebih 6 Kubik
a. Jumlah sumber air seperti mata air dan sungai sangat terbatas, hal ini
disebabkan kondisi daerah berupa pegunungan karst yang menyebabkan
air mudah meresap dalam tanah dan membentuk sungai bawah tanah
sehingga menyulitkan masyarakat untuk mengambil air.
b. Letak pemukiman yang berjauhan dan kondisi daerah yang berbukit-bukit
menyulitkan di dalam pengaliran air bersih
c. Sistem pengaliran air bersih dengan mempergunakan pompa
menyebabkan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk operasional PDAM
Tirta Dharma
d. Debit air bersih yang diproduksi untuk musim kemarau mengalami
penurunan yang cukup banyak sehingga banyak pelanggan PDAM yang
tidak teraliri air bersih sedangkan untuk masyarakat yang tidak memiliki
sumber air, mereka terpaksa harus membeli air untuk kebutuhan sehari-
hari.
Limbah industri yang sudah mulai ditangani di Kabupaten Barru adalah industri
tahu dengan dibangunnya IPAL komunal. Sedangkan untuk industri yang lain
belum ada penanganan limbahnya
Tabel 3.47
Pengelolaan Limbah Industri Rumah Tangga Kabupaten Barru Tahun 2010
No. Jenis Industri Rumah Lokasi Jumlah Industri Jenis Kapasitas
Tangga RT Pengolahan (m3/hari)
1. Industri Pengolahan Tersebar di semua 16 On site sistem Data Tidak
Makanan Ringan kecamatan Tersedia
2. Industri Pengolahan Tersebar di semua 16 On site sistem Data Tidak
Minuman`Ringan kecamatan Tersedia
Di Kabupaten Barru terdapat satu rumah sakit yaitu RSUD Barru. Selain itu juga
terdapat 10 Puskesmas, 33 Puskesmas Pembantu, 13 Apotik, 30 Toko obat, dan 1
rumah bersalin. Dari sejumlah sarana kesehatan tersebut dipastikan
menghasilkan limbah medis yang mengandung bahan kimia maupun limbah
infeksius yang berbahaya bagi lingkungan. Untuk menangani limbah medis,
diperlukan IPAL di lingkungan rumah sakit. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
kemungkinan pencemaran yang disebabkan oleh limbah tersebut.
menjadi dua, yaitu limbah medis dan limbah non medis. Limbah medis adalah
limbah yang dihasilkan langsung dari kegiatan medis. Limbah ini tergolong dalam
kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B-3) sehingga berpotensi
membahayakan komunitas rumah sakit. Jika pembuangan limbah medis tidak
memenuhi syarat akan menimbulkan bahaya terhadap masyarakat di sekitar
lokasi pembuangan. Limbah non-medis adalah limbah domestik yang dihasilkan
di RS tersebut. Sebagian besar limbah ini merupakan limbah organik dan bukan
merupakan limbah B-3, sehingga pengelolaannya dapat dilakukan bersama-sama
dengan sampah kota yang ada.
Dari Sebelas Sarana Pelayanan Kesehatan Lanjutan tersebut belum ada yang
memiliki dan melakukan proses pengolahan limbah cair medis dengan
menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) standar. RSUD dan ke-10
Puskesmas lainnya dalam penanganan limbahnya masih menggunakan Sarana
Pembuangan Air Limbah (SPAL) berupa septic Tank.
Dari Penanganan limbah non medis pada umumnya dibuang di TPS untuk
kemudian dibakar. Hal ini sebenarnya tidak diperkenankan terutama pada musim
kemarau.
Secara Umum Limbah medis yang dihasilkan dari fasilitas kesehatan seperti
rumah sakit dan puskesmas masih belum semuanya tertangani secara efektif.
Dan untuk mendukung pengelolaan limbah medis padat di sarana kesehatan
telah tersedia 5 Incenerator, masing-masing di puskesmas Palanro, Mangkoso,
Padongko, Pekkae dan RSUD. Diharapkan dengan adanya Incenerator yang
Tabel 3.48
Pengelolaan Limbah Medis
Pada Masing-Masing Fasilitas Kesehatan Tahun 2012
No. Nama Fasilitas Kesehatan Lokasi Jenis Kapasitas (m3/hari)
Pengolahan
Limbah Medis
1. Incenerator Portable RSUD Barru On site system -
2. PKM Bojo Baru On site system -
3. PKM Palanro On site system -
4. PKM Mangkoso On site system -
5. PKM Madello On site system -
6. PKM Padongko On site system -
7. PKM Pekkae On site system -
8. PKM Palakka -
On site system
9. PKM Lisu On site system -
10. PKM Pujananting On site system -
11 PKM Ralla On site system
Sumber : Dinas Kesehatan.Barru, 2012
BAB IV
RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN
SANITASI YANG SEDANG BERJALAN
4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan semua perilaku kesehatan
yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan di masyarakat. rekomendasi rencana kegiatan untuk
peningkatan kampanye PHBS, peningkatan kesehatan masyarakat dan
lingkungan yang akan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan adalah :
Tabel 4.1
Rencana program dan kegiatan PHBS dan Promosi Higiene tahun 2013
Tabel 4.2
Kegiatan PHBS dan Promosi Higiene yang sedang berjalan
Total 25.120.000
Tabel 4.3
Rencana Program Dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik tahun 2013
Tabel 4.4
Kegiatan Pengelolaan air limbah domestik yang sedang berjalan (tahun 2012)
Sumber
Nama Biaya
pendanaan/ Lokasi Pelaksana
Sat. Vol.
No Kegiatan kegiatan
Program/kegiatan (Rp)
pembiayaan
Tabel 4.6
Kegiatan Pengelolaan Persampahan Yang Sedang Berjalan
Dalam hal jaringan irigasi, baik Jaringan irigasi non teknis, maupun setengah
teknis, dimanfaatkan seluruhnya untuk kepentingan pengairan lahan-lahan
pertanian. Sumber–sumber air untuk sistem irigasi ini dapat dilakukan dengan
mengalirkan air dari waduk dan cekdam dan embung yang ada. Jaringan irigasi ini
dapat dibedakan menjadi saluran primer dan sekunder. Saluran primer dialirkan
untuk pemerataan distribusi untuk kebutuhan dalam areal yang lebih luas,
sedangkan pendistribusian air untuk wilayah yang lebih kecil dapat menggunakan
saluran sekunder yang merupakan percabangan dari saluran primer.
Pengembangan saluran irigasi (primer dan sekunder) ini mengikuti
perkembangan luasan lahan pertanian yang harus dialiri air dan lebih khusus lagi
dalam rangka mendukung lahan pertanian berkelanjutan .
Upaya pengembangan pelayanan pengairan dilakukan dengan cara :
1. Melakukan perlindungan terhadap sumber-sumber mata air.
2. Melakukan perlindungan terhadap daerah aliran air, baik itu saluran irigasi,
serta daerah aliran sungai.
3. Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi.
4. Pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air.
Tabel 4.7
Rencana Program Dan Kegiatan Pengelolaan drainase lingkungan
Sumber
Pendanaan SKPD Sumber
Nama Indikasi Biaya
No Sat Vol / Penanggung Dokumen
Program/Kegiatan (Rp)
Pembiayaa Jawab Perencanaan
n
Rehab. Drainase Jl. Sunu Kel.
1 Paket 1 150.000.000 APBD DINAS PU RKA -SKPD
Sumpang Binangae
Rehab. Drainase Jl. Ladulla Kel.
2 Paket 1 150.000.000 APBD DINAS PU RKA -SKPD
Sumpang Binangae
3 Pembangunan Drainase Tinco Paket 1 200.000.000 APBN DINAS PU RKA -SKPD
Pembangunan Drainase Desa
4 Paket 1 360.000.000 APBN DINAS PU RKA -SKPD
Siddo
Rehab drainase Jl.
Pramuka,johan Dg. Mangun
5 Paket 1 95.000.000 APBN DINAS PU RKA -SKPD
dan Jl. R.A. Kartini kel. Sumpang
Binangae
Tabel 4.8
Kegiatan Pengelolaan Drainase Yang Sedang Berjalan
Potensi air baku yang ada berupa air sumur, sungai, dan air pegunungan yang
merupakan air bersih utama bagi masyarakat perdesaan, sedangkan pada
kawasan perkotaan sebagian besar memanfaatkan air yang bersumber dari
PDAM. Dalam upaya peningkatan pelayanan akan air bersih maka direncanakan:
1. Pelestarian air baku dan peningkatan proses pengolahan menjadi air bersih
yang memiliki sanitasi tinggi yang sesuai dengan standar kesehatan;
2. Kebutuhan air bersih di Kabupaten Barru dapat dikategorikan dalam 2 (dua)
jenis pemakaian yaitu domestik (rumah tangga) dan non-domestik seperti
industri, perkantoran pemerintahan, hotel dan restoran, perdagangan, dan
lain-lain, pada setiap kecamatan adalah sebagai berikut:
a. Sistem pelayanan air bersih perkotaan dengan penduduk minimal 10.000
jiwa, dilayani melalui sistem penyediaan air bersih perpipaan dengan
Instalasi Pengolahan Air Lengkap oleh PDAM; dan
b. Sistem pelayanan air bersih pedesaan dilayani melalui Sistem Instalasi
Pengolahan Air Sederhana (IPAS). Sambungan langsung dari PDAM di
pedesaan, dengan sumber air baku dari mata air dari sungai atau air
tanah. Kemudian, masyarakat dapat memenuhi sendiri kebutuhannya
melalui sumber air lainnya atau membuat sistem penampungan air hujan
(PAH) yang memadai untuk setiap rumah tangga.
Adapun Program dan Kegiatan yang dilaksanakan saat ini adalah :
Tabel 4.9
Rencana Program Dan Kegiatan Pengelolaan Air Bersih
Tabel 4.10
Kegiatan Pengelolaan Air BersihYang Sedang Berjalan
BAB V
INDIKASI PERMASALAHAN &
POSISI PENGELOLAAN SANITASI
Tabel 5.1
Analisa Penetapan Area Beresiko
Mallusetasi
Kelurahan Palanro 3 3 3 3.00 3
Kelurahan Mallawa 3 3 2 2.40 2
Desa Nepo 3 3 4 3.60 4
Desa Cillelang 3 3 2 2.40 2
Desa Manuba 3 4 3 3.25 3
Desa Kupa 3 4 3 3.25 3
Kelurahan Bojo Baru 3 4 2 2.65 3
Desa Bojo 3 4 2 2.65 3
Pujananting
Desa Bulo bulo 2 4 4 3.70 4
Desa Gattareng 2 4 4 3.70 4
Desa Pujananting 2 4 4 3.70 4
Desa Jangan jangan 2 3 1 1.65 2
Desa Patappa 2 4 4 3.70 4
Desa Bacu bacu 2 4 1 1.90 2
Balusu
Kelurahan Takkalasi 3 2 2 2.15 2
Desa Madello 2 3 2 2.25 2
Desa Binuang 2 3 2 2.25 2
Desa Kamiri 2 3 4 3.45 3
Desa Balusu 2 2 3 2.60 3
Desa Lampoko 2 3 3 2.85 3
Gambar 5.1
Peta Area Berisiko Sanitasi Kabupaten Barru
Tabel 5.2
Area Berisiko Sanitasi dan Penyebab Utamanya
II Pemeliharaan Pertumbuhan I
Agresif Stabil
Pemeliharaan Pertumbuhan
Selektif Cepat
Internal Lemah (-) Internal Kuat (+)
Diversifikasi
Berputar Besar-besaran
Ceruk Diversifikasi
Terpusat
IV
III
Lingkungan Kurang Mendukung (-)
Berdasarkan pada hasil analisis SWOT, maka posisi sanitasi sub sektor drainase
lingkungan berada pada kuadran IV (empat) dan pada posisi sanitasi
”Diversifikasi Besar-besaran” dimana posisi pembangunan pada
penganekaragaman/ diversifikasi program dan kegiatan yang sangat banyak dan
beberapa sudah keluar dari program dan kegiatan lama
II Pemeliharaan Pertumbuhan I
Agresif Stabil
Pemeliharaan Pertumbuhan
Selektif Cepat
Internal Lemah (-) Internal Kuat (+)
Diversifikasi
Berputar Besar-besaran
Ceruk Diversifikasi
Terpusat
IV
III
Lingkungan Kurang Mendukung (-)
Berdasarkan pada hasil analisis SWOT, maka posisi sanitasi sub sektor Persampahan
berada pada kuadran IV (empat) dan pada posisi sanitasi ”Diversifikasi Besar-
besaran” dimana posisi pembangunan pada penganekaragaman/ diversifikasi
program dan kegiatan yang sangat banyak dan beberapa sudah keluar dari
program dan kegiatan lama
II Pemeliharaan Pertumbuhan I
Agresif Stabil
Pemeliharaan Pertumbuhan
Selektif Cepat
Internal Lemah (-) Internal Kuat (+)
Berputar
Diversifikasi
Besar-besaran
Ceruk Diversifikasi
Terpusat
IV
III
Lingkungan Kurang Mendukung (-)
Berdasarkan pada hasil analisis SWOT posisi sanitasi sub sektor Air limbah
berada pada kuadran III (tiga) dan pada posisi sanitasi ”Berputar” dimana posisi
pembangunan jalan ditempat meskipun banyak program dan kegiatan yang
dilakukan, sehingga perlu rasionalisasi dan mencari strategi baru.
II Pemeliharaan Pertumbuhan I
Agresif Stabil
Pemeliharaan Pertumbuhan
Selektif
Cepat
Internal Lemah (-) Internal Kuat (+)
Berputar
Diversifikasi
Besar-besaran
Ceruk Diversifikasi
Terpusat
IV
III
Lingkungan Kurang Mendukung (-)
Berdasarkan pada hasil analisis SWOT posisi sanitasi sub sektor PHBS berada
pada kuadran III (tiga) dan pada posisi sanitasi ”berputar” dimana posisi
pembangunan pada jalan ditempat meskipun banyak program dan kegiatan yang
dilakukan, sehingga perlu rasionalisasi dan mencari strategi baru.