Anda di halaman 1dari 37

TISU DARI KULIT SINGKONG

Karya Tulis Ilmiah

Penyusun :

Allan Allasky (2)

Evelyn Jennis C. (8)

Jovina Theodorus (12)

Nixon Zhang (21)

SEKOLAH MENENGAH ATAS NATION STAR ACADEMY

SURABAYA

2020
HALAMAN JUDUL

TISU DARI KULIT SINGKONG

Karya ilmiah yang berjudul “TISU DARI KULIT SINGKONG” disusun sebagai
syarat untuk mengikuti ujian akhir tahun ajaran 2019/2020.

Penyusun :

Allan Allasky (2)

Evelyn Jennis C. (8)

Jovina Theodorus (12)

Nixon Zhang (21)

SEKOLAH MENENGAH ATAS NATION STAR ACADEMY

SURABAYA

2020

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang sudah

melimpahkan berkah dan karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan laporan penelitian ini yang merupakan syarat untuk

mengikuti ujian akhir tahun ajaran 2019-2020. Selain itu, laporan penelitian ini

juga bertujuan untuk menambah wawasan yang berjudul “Tisu dari Kulit

Singkong”.

Bagi penulis, penyusunan laporan penelitian ini merupakan tugas yang tidak

ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses

penyusunan laporan ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri.

Kalaupun pada akhirnya karya ini dapat terselesaikan tentulah karena beberapa

pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan penelitian ini. Oleh karena

itu penulis sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuannya, utamanya kepada yang terhormat :

1. Orangtua saya yang selama ini mendukung saya dan mendoakan saya agar

bisa memenuhi laporan penelitian ini.

2. Sonya Francien K.,S.S.,M.Pd selaku kepala sekolah SMA Nation Star

Academy.

3. Drs.Noerseto selaku guru Bahasa Indonesia yang telah membimbing saya

untuk menyusun laporan ini.

4. Yosaphat Yessy DP,ST selaku guru Kimia yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini.

iii
5. Helga Maria Djuarsa, M.Pd selaku wali kelas yang telah memberikan

dukungan dan pengarahan dalam laporan ini.

6. Sahabat-sahabat yang telah memberikan motivasi dan dukungan terhadap

terselesaikan laporan penelitian ini.

“Tidak ada mawar yang berduri” demikian pun laporan penelitian ini yang

pasti memiliki kekurangan. Tidak ada yang dapat penulis berikan kepada mereka

selain iringan do’a yang tulus dan ikhlas semoga amal baik mereka diterima dan

mendapat balasan yang lebih baik dari Tuhan Yang Maha Esa. Tidak lupa saran

dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca demi

kesempurnaan laporan penelitian ini.

Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi

pembaca pada umumnya. Amin.

Surabaya, 15 Mei 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

ABSTRAK vii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1


1.2 Ruang Lingkup Penelitian 2
1.3 Rumusan Masalah 2
1.4 Tujuan Pembahasan 2
1.5 Manfaat 3
1.6 Sistematika 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

2.1 Singkong 4
2.2 Kulit Singkong 6
2.3 Manfaat Kulit Singkong 7
2.4 Dampak Limbah Kulit Singkong terhadap Lingkungan 8
2.5 Komposisi Kulit Singkong 9
2.6 Gambaran Singkat Pembuatan Tisu dari Kulit Singkong
10

BAB III METODE PENELITIAN 12

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian 12


3.2 Peranan atau Kehadiran Peneliti 12
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 13
3.4 Sumber Data 13
3.5 Subjek dan Objek Penelitian 13
3.6 Sampel Penelitian 14

v
3.7 Desain Penelitian 14
3.8 Alat dan Bahan 16
3.9 Prosedur Kerja 17
3.10 Teknik Pengumpulan Data 20

BAB IV PEMBAHASAN 21

4.1 Hasil 21
4.2 Pembahasan 21

BAB V PENUTUP 25

5.1 Kesimpulan 25
5.2 Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 27

vi
ABSTRAK

Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk memaparkan sebuah alternatif


lain untuk membuat kertas tisu selain menggunakan kayu. Tisu sendiri merupakan
helaian kertas tipis dan lembut yang memiliki daya serap tinggi dan digunakan
oleh semua kalangan. Banyak pohon yang ditebangi untuk membuat kertas tisu,
padahal pertumbuhan pohon tidaklah cepat. Oleh karena itu, kami memutuskan
untuk membuat sebuah inovasi untuk mengurangi penggunaan kayu sebagai
kertas tisu dengan menggunakan kulit singkong. Kami memilih menggunakan
kulit singkong karena kulit singkong mudah ditemukan disekitar kita dan pastinya
tidak akan menimbulkan masalah dalam pengurangan jumlah pohon. Selain itu,
kulit singkong memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi, dimana selulosa
sendiri merupakan bahan dasar pembuatan kertas tisu.

Tahapan pembuatannya dimulai dengan pembuatan adonan pulp, dimana


adonan ini nantinya akan di campur dengan NaOh untuk menghilangkan HCL
yang terkandung di dalam kulit singkong. Pencampuran dengan NaOh ini akan
mempengaruhi peluang terbentuknya kertas tisu yang dihasilkan. Keberadaan
lignin pada kulit singkong akan terdegradasi dan juga mempengaruhi warna yang
akan dihasilkan. Penggunaan kaporit dipakai pada teknik bleaching agar warna
kertas tisu yang di dapat berwarna mendekati putih, bukan coklat tua.

Kertas tisu yang baik akan berhasil di dapatkan melalui berbagai cara dan
bergantung pada keberhasilan proses-proses yang digunakan. Alat-alat yang
memadai sangat di perlukan agar dapat dilakukan pengujian kandungan-
kandungan dalam kulit singkong dan adonan pulp.

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tisu, helaian kertas tipis dan lembut yang memiliki daya serap tinggi ini
sangat erat dengan kehidupan kita sehari-hari. Akhir-akhir ini, tissue seakan
menjelma sebagai alat konsumsi yang digunakan pada semua kalangan, baik
dari bayi yang baru lahir, hingga orang dewasa yang telah lanjut usia. Selain
itu, produksi tissue telah berkembang dengan berbagai bentuk dan
pengemasan.

Begitu melekatnya tisu dalam kehidupan sehari-hari ini berdampak pada


konsumsi tisu yang tinggi. Menurut Koesnadi (2018) “Jika jumlah penduduk
Indonesia 200 juta orang dan setiap satu harinya 1 orang menggunakan ½
gulung kertas tisu, artinya penggunaan kertas tissue bisa mencapai 100 juta
gulung tissue per hari, berarti per bulannya pemakaian tissue di Indonesia
mencapai 3 milyar gulung. Bila berat kertas tisu 1 gulung itu mencapai ¼ kg,
maka 3 milyar dihasilkan angka kira-kira 750.000.000 kg setara dengan
750.000 Ton. Bila untuk menghasilkan 1 ton pulp diperlukan 5 m3 kayu bulat,
dengan asumsi kayu bulat 120 m3 per hektar (diameter 10 up) maka sudah bisa
ditebak penggunaan hutan untuk urus kebersihan mencapai ratusan ribu hektar
setiap bulannya”.

Pada kenyataannya, telah lebih dari 10.000 pohon di bumi diproduksi


menjadi kertas-kertas termasuk kertas tisu yang setiap harinya digunakan.
Padahal setelah digunakan, kertas tisu tersebut sudah tidak dapat lagi di daur
ulang. Pohon-pohon yang terus ditebangi dalam jumlah besar setiap harinya
tidak akan mungkin dapat diimbangi dengan pertumbuhan pohon yang
membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk tumbuh menjadi pohon-pohon yang
siap di tebang. Oleh karena itu, dimasa sekarang substitusi bahan tisu adalah

1
hal yang penting untuk dilakukan. Dimana bahan itu adalah bahan yang ramah
lingkungan dan bisa mengurangi penggunaann kayu sebagai bahan pembuatan
tisu.

Kulit singkong adalah solusi yang menguntungkan, karena kulit singkong


sangat mudah ditemukan disekitar kita. Biasanya kulit singkong dibuang begitu
saja padahal bisa dimanfaatkan dengan baik. Oleh karena itu, tim kami ingin
membuat inovasi yaitu tisu dari kulit singkong. Karena kulit singkong dapat
kita temukan dengan mudah dan pastinya tidak akan menimbulkan masalah
dalam pengurangan jumlah pohon.

1.2 Ruang Lingkup Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka bisa disimpulkan ruang
lingkup masalah :
1.2.1 Pada laporan ini, hanya membahas proses pembuatan tisu dari kulit
singkong, komposisi kulit singkong, produk akhir, dan manfaat
membuat tisu dari kulit singkong sebagai alternatif atau solusi untuk
mengurangi pemakaian kayu sebagai bahan tisu.
1.2.2 Metode penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kualitatif.

1.3 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi permasalahan dalam Karya Tulis Ilmiah ini
adalah :
1.3.1 Bagaimana pemanfaatan kulit singkong menjadi tisu ?
1.3.2 Apa keunggulan atau kelebihan tisu dari kulit singkong ?

1.4 Tujuan Pembahasan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pembahasan ini adalah :

2
1.4.1 Untuk mengetahui pemanfaatan tisu dari kulit singkong melalui
proses sederhana.
1.4.2 Untuk mengetahui kelebihan tisu dari kulit singkong.

1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah :
1.5.1 Memberikan alternatif atau solusi untuk mengurangi pemakaian kayu
sebagai bahan tisu.
1.5.2 Menambah nilai guna atas pemanfaatan kulit singkong menjadi tisu.
1.5.3 Memberikan contoh nyata mengenai penerapan 3R dengan
memanfaatkan kulit singkong untuk mengurangi global warming.

1.6 Sistematika
Dalam Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tisu dari Kulit Singkong” ini
terdapat beberapa bab yaitu :
Pada Bab I Pendahuluan terdapat latar belakang masalah, ruang lingkup
masalah, rumusan masalah, tujuan pembahasan, manfaat, dan sistematika
penelitian.
Pada Bab II Landasan Teori terdapat penjabaran teori atau pengaplikasian
teori.
Pada Bab III Metode Penelitian terdapat pendalaman teori yang terdiri atas
latar kerja teori dan sistematika kerja teori.
Pada Bab IV Hasil dan Pembahasan terdapat hasil penelitian serta
pembahasannya.
Karya Tulis Ilmiah ini kemudian diakhiri pada Bab V yaitu Penutup yang
terdiri dari kesimpulan dan saran.

3
4
`BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Singkong

Singkong adalah tanaman tahunan sumber karbohidrat dari keluarga


Euphorbiaceae. Singkong (Manihot esculenta) kurang lebih 10 ribu tahun
yang lalu pertama kali dikenal di Amerika Selatan dan kemudian
dikembang di Brazil dan Paraguay selama masa prasejarah. Namun,
keberadaan singkong di Indonesia diperkenalkan oleh orang Portugis
pada abad ke-16 yang dibawa dari Brazil dan ditanam secara komersial di
wilayah Indonesia (watu itu Hindia Belanda) pada tahun 1810. Dalam
Politik Singkong Zaman Kolonial, menurut Haryono, pada abad ke 16
singkong masuk ke Maluku-Indonesia oleh Portugis. Semenjak
kedatangannya, tanaman singkong ini membutuhkan waktu yang lama
dalam penyebarannya terutama di pulau Jawa. Pada awal abad ke-20,
mulailah konsumsi singkong meningkat pesat diiringi dengan
pembudidayaannya yang kian meluas. Peningkatan penanaman singkong
ini sejalan dengan pertumbuhan penduduk pulau Jawa yang pesat.

Singkong tumbuh di daerah tropika dengan kemampuan adaptasi


terhadap lingkungan yang tinggi, tahan terhadap musim kemarau dan
mempunyai kelembaban yang tinggi, tetapi sensitif terhadap suhu rendah
(Allen, 1979). Taksonomi tanaman singkong menurut Grace (1977)
adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiosperma
Klas : Dicotiledoniae
Ordo : Geraniales
Famili : Eurphorbiaceae

5
Subfamili : Eurphorbiaceae(Contonoideae)
Tribe : Manihoteae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculante Crantz atau Manihot utilisima

Kelebihan tanaman singkong ini diantaranya dapat tumbuh di segala


tanah, tidak memerlukan tanah yang subur asal cukup gembur, tetapi
sebaliknya tidak tumbuh dengan baik pada tanah yang terlalu banyak
airnya (Ciptadi, 1980). Penyebab singkong dapat ditanam dimana-mana
dan dapat ditanam setiap waktu sepanjang tahun dengan resiko kegagalan
kecil adalah karena tanaman singkong mempunyai adaptasi yang luas.
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah sampai
tinggi, yaitu dari 0 sampai 2500 m diatas permukaan laut, maupun di
daerah kering dengan curah hujan sekitar 500 mm/tahun, asalkan air
tidak sampai tergenang diperakarannya (Soenarjo, 1979).

Tanaman ini juga merupakan salah satu jenis tanaman yang


serbaguna, karena hampir semua bagian dari tanaman ini dapat
dimanfaatkan, mulai dari umbi hingga daunnya. Daunnya dapat
dimanfaatkan sebagai obat untuk berbagai macam penyakit,di antaranya
sebagai obat rematik, sakit kepala, demam, luka, diare, cacingan, disentri,
rabun senja, beri-beri, dan bisa meningkatkan stamina. Batangnya
digunakan untuk mengatasi luka yang bernanah. Umbinya dimanfaatkan
sebagai bahan makanan pokok,bahan baku pembuatan bioethanol, bahan
baku starch tapioka yang diperlukan untuk percampuran untuk bubur
kertas untuk memproduksi berbagai macam kertas, dan lain-lain.

6
Komposisi nutrisi tanaman singkong dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Komposisi Kimia Singkong

2.2 Kulit Singkong

Kulit singkong merupakan limbah kupasan hasil pengolahan gaplek,


tapioka, tape, dan panganan berbahan dasar singkong lainnya yang sering
kali dianggap remeh oleh orang sehingga bahan ini masih belum banyak
dimanfaatkan dan dibuang begitu saja. Potensi kulit singkong di
Indonesia sangat melimpah, seiring dengan eksistensi negara ini sebagai
salah satu penghasil singkong terbesar di dunia dan terus mengalami
peningkatan produksi dalam setiap tahunnya.

Berdasarkan bentuknya sampah digolongkan menjadi sampah


organik, anorganik, dan sampah berbahaya. Maka kulit singkong ini
tergolong dalam sampah organik, karena sampah ini dapat terdegradasi
(membusuk/hancur) secara alami. Oleh karena pengolahan dari sampah
yang dapat terdegradasi ini sangat membantu dan meminimalisasi
sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir. Selama ini
pengolahan persampahan, terutama di perkotaan, tidak berjalan dengan

7
efisien dan efektif karena pengelolahan sampah bersifat terpusat.
Misalnya saja, seluruh sampah dari kota Jakarta harus dibuang di tempat
pembuangan akhir di daerah Bantar Gebang, Bekasi. Dapat dibayangkan
begitu banyak ongkos yang harus dikeluarkan untuk ini. Belum lagi,
sampah yang dibuang masih tercampur antara sampah organik dan
anorganik.

Berdasarkan data BPS tahun 2008, diketahui produksi umbi singkong


pada tahun 2014 adalah sebanyak 24,5 juta ton sedangkan untuk di
wilayah Sumatera Selatan, produksi singkong sebesar 203.920 ton
dengan luas panen 10.870 ha (Badan Pusat Statistik, 2014), artinya
potensi kulit singkong di Indonesia mencapai angka 3,92 juta ton/tahun

Kulit singkong dapat menjadi produk yang bernilai ekonomis tinggi


dengan presentase kulit singkong kurang lebih 20% dari umbinya
sehingga per kg umbi singkong dapat menghasilkan 0,2 kg kulit
singkong.

Gambar 2.1. Bentuk Fisik Kulit Singkong

2.3 Manfaat Kulit Singkong

8
Kulit singkong selama ini memang sering disepelekan dan dianggap
sebagai limbah dari tanaman singkong. Tetapi jika kita pandai
memanfaatkannya, kulit singkong mempunyai manfaat yang lebih.
Adapun pengolahan limbah kulit singkong yang dapak kita manfaatkan
antara lain :

a. Kompos

Menurut penelitian (Ankabi, 2007), kompos kulit singkong


bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tumbuhan dan berpotensi sebagai
insektisi dan tumbuhan. Kulit singkong dapat diproses menjadi pupuk
organik yang kemudian disebut sebagai pupuk kompos.

b. Pakan Ternak

Kulit singkong bisa kita gunakan sebagai pengganti rumput lapang.


Karena kulit singkong yang mengandung karbohidrat tinggi akan
menggemukan hewan ternak dengan cepat.

c. Bioenergi

Kulit singkong bisa berpotensi untuk diproduksi menjadi bietanol


yang digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak. Teknologi
pembuatan bioethanol dari limbah kulit singkong melalui proses hidrolisa
asam dan enzimatis merupakan suatu alternatif dalam rangka mendukung
program pemerintah tentang penyediaan bahan bakar nonmigas yang
terbarukan yaitu BBN ( bahan bakar nabati ) sebagai pengganti bensin.

2.4 Dampak Limbah Kulit Singkong terhadap Lingkungan

Walaupun sampah kulit singkong banyak memiliki manfaat dan dapat


diolah menjadi kompos, pakan ternak, dan bioenergi bukan berarti
limbah ini tidak memiliki dampak negatif. Dampak negatif yang dapat
timbul adalah jika kita membakar sampah secara asal-asalan akan

9
mengganggu kesehatan. Masalah lain dari sampah kulit singkong adalah
kelembabannya. Sampah basah mengakibatkan partikel-partikel yang
tidak terbakar beterbangan dan dapat berakibat terjadinya reaksi yang
menghasilkan hidrokarbon berbahaya. Partikel-partikel yang tak terbakar
akan terlihat sebagai awan dalam asap. Limbah kulit singkong memiliki
kandungan sianida (toksik) yang tinggi sehinga dapat mencemari tanah.
Paparan sianida dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan
otak, hati, bahkan koma dan kematian dalam jangka waktu yang pendek.
Namun, sianida ini dapat rusak oleh panas, sehingga dalam pemanfaatan
limbah kulit singkong, digunakan proses pemanasan. Pemanfaatan kulit
singkong juga jarang digunakan, sehingga sampah kulit singkong banyak
menumpuk di beberapa tempat khusunya daerah disekitar industri yang
menggunakan bahan baku singkong.

2.5 Komposisi Kulit Singkong

Singkong mempunyai kandungan protein yang rendah serta serat


kasar yang tinggi yang menjadi sumber kendala pemanafaatan kulit
singkong, terdapat pula kendala lainnya yaitu keberadaan HCN yang ada
di dalamnya. HCN merupakan zat anti nutrisi dan dapat berperan sebagai
racun bagi ternak yang mengkonsumsinya. HCN ada dalam semua bagian
tanaman singkong. HCN atau glukosida sianogenat berupa linamarin dan
lotaustralin. Glukosida ini disintesa pada daun dan kemudian hasilnya
dibawa ke umbi dan bagian lain dari tanaman tersebut. Senyawa
linamarin dan lotaustralin akan menghasilkan racun HCN bila senyawa
tersebut bereaksi dan dipecah oleh enzim linamarase atau ßglukosidase.
Enzim linamarase dan ßglikosidase akan aktif pada saat tanaman
singkong mengeluarkan getah akibat perlakuan pematahan, penyayatan,
pemotongan, dan pengupasan.

10
Kulit singkong memiliki kandungan HCN yang sangat tinggi yaitu
sebesar 18,0 – 309,4 ppm untuk per 100 gram kulit singkong (Nur
Richana, 2013). HCN atau asam sianida merupakan zat yang bersifat
racun baik dalam bentuk bebas maupun kimia, yaitu glikosida, sianogen
phaseulonathin, linamarin dan metillinamarin/lotaustrain (Coursey, 1973).
Kadar HCN dalam singkong tidak konstan, tetapi berubah-ubah
dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Sosrosoedirjo, 1992). Jika tanaman
singkong mengalami musim kering yang sangat panjang selama
pertumbuhannya, kadar HCN-nya meningkat. Disamping itu juga zat N
yang terdapat di dalam pupuk dapat mempertinggi kadar HCN singkong.

Komponen kimia kulit singkong adalah sebagai berikut: protein 8,11


%, serat kasar 15,20 %, pektin 0,22 %, lemak kasar 1,44 %, karbohidrat
16,72 %, kalsium 0,63 %, air 67,74 % dan abu 1,86 %. Selain komponen
tersebut kulit singkong juga mengandung tanin, enzim peroksida, glukosa,
alsium oksalat, serat dan HCN.

Kulit dari singkong memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi,


dimana selulosa merupakan bahan pembuatan tisu.

2.6 Gambaran Singkat Pembuatan Tisu dari Kulit Singkong

Menurut penelitian, ubi kayu memiliki kandungan racun yang bisa


membuat pemakannya pusing atau bahkan mengalami kematian. Untuk
pengolahan ubi kayu supaya kandungan racunnya tidak terlalu banyak
dapat dilakukan dengan meletakkan terlebih dahulu selama 24 - 48 jam
hingga kering pada saat selesai dicabut, setelah itu baru bisa di masak.
Salah satu tanda bahwa ubi kayu masih mengandung racun adalah rasa
pahit dan ini perlu diingat untuk mencegah hal yang tidak diinginkan.

Membuat tisu dengan kulit singkong dapat dilakukan dengan cara


melarutkan sisa-sisa HCN yang terkandung dalam kulit singkong,
kemudian diiris kecil-kecil menggunakan teknik chipping. Setelah

11
dikeringkan, jemur dengan sinar matahari agar terjadi penguapan HCN.
HCN sendiri bisa menguap atau rusak apabila terkena panas. Lalu rendam
dengan larutan kaporit selama 1 jam dan cuci bersih agar bau kaporit
hilang. Lalu kita bisa menghaluskan adonan dengan blender dan
menyaring campuran memakai screen sablon. Jika tisu telah jadi, harus
dilakukan uji ketahanan tarik dan uji ketebalan. Bisa tambahkan parfum
sebagai aromaterapi atau sebagai penyegar tisu.

12
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan eksperimen. Para pakar seperti


Sugiyono metode penelitian eksperimen adalah "Metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendali.” Selain itu menurut Solso & Maclin mengatakan “Suatu
penelitian yang di dalamnya ditemukan minimal satu variable yang dimaniplasi
untuk mempelajari hubungan sebab-akibat.” .

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu literatur dan
eksperimen. Literatur yaitu metode dengan membaca sumber ilmu pengetahuan
dari internet, untuk mengumpulkan data-data yang terkait dengan penelitian ini.
Sedangkan ekperiman merupakan metode dengan melakukan percobaan secara
langsung, untuk membuktikan keabsahan dari hipotesis yang ada.

3.2 Peranan atau Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri merupakan instrument kunci,


baik dalam pengumpulan data maupun dalam analisis data. Manusia sebagai
instrument telah lama digunakan, misalnya dalam penelitian Antropoligi klasik
dan masih digunakan sampai sekarang dan dalam Sosiologi modern. Kendatipun
manusia bersifat subjektif, tetapi manusia sebagai instrumen dapat menghasilkan
data ataupun informasi yang reliabilitasnya hampir sama dengan penelitian
kuantitatif yaitu data yang dihasilkan oleh instrument yang dibuat secara objektif.
Keadaan ini diakui oleh para pakar penelitian kuantitatif sendiri, seperti Cronbach,
Thorndike, dan Campbell (Lincoln & Guba, 1985:192)

13
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Waktu Penelitian

Penelitian “Tisu Dari Kulit Singkong” dilakukan pada hari Minggu, 5


April 2020, pukul 13.00 hingga pukul 17.00. Penelitian yang kedua penulis
lakukan pada hari Jumat, 1 Mei 2020, pukul 10.35 hingga pukul 15.00. Penelitian
yang ketiga dilakukan pada hari Rabu, 6 Mei 2020, pukul 13.00 hingga pukul
15.00. Dan penelitian yang keempat dilakukan pada hari Rabu,13 Mei 2020,
pukul 10.00 hingga pukul 13.00.

3.3.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini penulis lakukan di rumah penulis. Penelitian ini hanya bisa
dilakukan di rumah dikarenakan kondisi yang mengharuskan semua orang harap
berada di rumah dan melakukan karantina diri sendiri guna untuk menghindari
dari Covid-19 sehingga penelitian tidak bisa dilakukan secara bersama-sama
murid lain dan tidak bisa melakukan penelitian dalam laboratorium sekolah.

3.4 Sumber Data

Pengertian sumber data menurut Suharsimi Arikunto (2010:172) adalah


“Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh.” Penulis mendapatkan berbagai data melalui informan pada internet,
dari materi-materi yang telah diberikan oleh guru kimia juga dari hasil eksperimen
yang penulis telah lakukan.

3.5 Subjek dan Objek Penelitian

Penelitian ini terdiri dari satu tahap, yang berarti hanya terdapat satu
subjek serta sebuah objek. Subjek yang akan melakukan penelitian tentunya

14
adalah peneliti sendiri yang hanya terdiri dari satu orang, sedangkan objek yang
digunakan adalah kulit singkong yang telah dihaluskan dengan blender.

3.6 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah limbah kulit singkong yang sudah tidak
digunakan Karena kulit singkong ini tergolong dalam sampah organik, yang mana
sampah ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Oleh karena itu
saya menggunakan limbah kulit singkong untuk membuat tisunya. Ada banyak
sekali jenis singkong tetapi yang saya gunakan sebagai sampel ini adalah Adira 1
yang mempunyai ciri-ciri seperti tinggi batang 1-2 cm, batang berwarna hijau
muda, dan batang tua berwarna coklat kekuningan. Warna kulit luar coklat dan
bagian dalam berwarna kuning, warna daging umbi kuningnya rasanya manis
biasanya digunakan untuk jajanan tradisional. Singkong pun gampang dicari di
pasar tradisional.

3.7 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Dimana


memiliki pengertian yaitu metode penelitian dengan manipulasi
(perlakuan) peneliti terhadap subjek penelitian, kemudien efek manipulasi
diobservasi. Contohnya adalah mencari pengaruh diklat yang diberikan
kepada para pegawai terhadap prestasi kerjanya. Terdapat beberapa bentuk
desain eksperimen yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu : Single-
Factor Pre-Exsperimental Design, Single-Factor Randomized
Experimental Design, Single-Factor Quasi-Experimental
Design, Factorial Experimental Design, dan Single-Subject Design. Hal
ini dapat digambarkan seperti diagram berikut.

15
Gambar 3.1 Diagram Macam-Macam Desain Eksperimen

Jenis desain penelitian eksprimental yang akan saya gunakan untuk


mengetahui pengaruh NaOh terhadap tisu dari kulit singkong yang telah diteliti
sebanyak dua kali adalah Nonequivalent Group Posttest-Only Design dimana
untuk mendukung kemurnian nilai posttest dari kebocoroan preest yang mungkin
mempengaruhi hasil dari posttest. Penelitian ditujukan untuk sesuatu yang bersifat
baru terhadap objek penelitian. Yang dapat digambarkan sebagai berikut.

16
Gambar 3.2 Gambaran Nonequivalent Group Posttest-Only Design

Adapun gambaran umum desain penelitian ini adalah:

Gambar 3.3 Gambaran Umum Desain Penelitian

3.8 Alat dan Bahan

3.8.1 Alat

17
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Ayakan atau screen sablon.


2. Plastik bekas.
3. Sendok sebagai pengaduk adonan.
4. Panci yang telah tidak digunakan.
5. Baskom atau mangkok s.ebagai tempat mengaduk adonan.
6. Sarung tangan

3.8.2. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kulit singkong sebagai bahan utama yang diiris tipis-tipis.


2. NaOh untuk melarutkan zat lignin.
3. Kaporit untuk menghilangkan warna dari kulit singkong.
4. Air secukupnya.
5. Tepung Maizena sebagai perekat.

3.9 Prosedur Kerja

3.9.1.Mengupas kulit singkong.

3.9.2. Kulit singkong dicuci untuk melarutkan sisa-sisa HCN.

3.9.3. Kulit singkong dipotong kecil-kecil agar mudah dihaluskan.

3.9.4. Keringkan semua irisan kulit singkong dengan sinar matahari di atas nyiru
atau wadah.

3.9.5. Setelah dijemur maka irisan kulit singkong dihaluskan menggunakan


blender.

3.9.6. Siapkan NaOh, panci besar, sendok kayu, juga timbangan.

3.9.7. Campurkan NaOH dan air terlebih dahulu dengan perbandingan 3:1 dalam
panci besar menggunakan sendok kayu. Pastikan selama prosedur ini hingga

18
selesai wajib menggunakan sarung tangan agar tidak terjadinya iritasi terhadap
kulit.

3.9.9. Campurkan kulit singkong dengan campuran air dan NaOH dalam panci
menggunakan sendok.

3.9.10. Rebus campuran bahan-bahan tersebut selama 3 menit.

3.9.11. Setelah menjadi adonan, didinginkan terlebih dahulu sekitar 10 menit.

3.9.12. Selanjutnya, mencampurkannya dengan bubuk kaporit dan air secukupnya


selama 1 jam hingga adanya perubahan warna dalam adonan.

3.9.13. Siapkan tepung Maizena dan air secukupnya sebelum menjemur adonan.

3.9.14. Campurkan tepung maizenda dan air kepada adonan guna sebagai perekat
agar setelah dijemur tidak retak.

3.9.15. Tuang dan ratakan adonan tersebut di atas plastik bekas sebagai alasnya
agar mudah untuk mengambil adonan.

3.9.16. Jemur di bawah sinar matahari.

19
20
3.10 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data didapatkan melalui anggota rumah peneliti
dikarenakan penelitian ini hanya bisa dilakukan di rumah mengetahui
kondisi yang mengharuskan semua orang harap berada di rumah dan
melakukan karantina diri sendiri guna untuk menghindari dari Covid-19
sehingga penelitian tidak bisa dilakukan secara bersama-sama murid lain
dan tidak bisa melakukan penelitian dalam laboratorium sekolah. Dan
sebenarnya untuk mengumpulkan data tidak perlu menggunakan data dari
luar rumah dikarenakan bisa mengumpulkan data sendiri. Data diambil
beberapa kali yaitu dari empat kali percobaan agar bisa mengetahui
pengaruh NaOH dan jumlah air terhadap tisu yang dibuat dari kulit
singkong apakah gagal atau tidak dan kondisinya.

Untuk mengumpulkan data peneliti sendiri telah melakukan


percobaan dengan perbandingan 3 : 1 dan untuk mengetahui apakah
perbandingan tersebut bisa mempengaruhi hasil tisu yang telah dibuat.
Untuk percobaan pertama peneliti mengambil data pertama jika adonan
tersebut tidak menggunakan tepung maizena sebagai perekat tetapi
menggunakan perbandingan 3 : 1. Untuk data kedua peneliti mencoba
menggunakan tepung maizena dan menggunakan perbandingan 3 : 1.
Untuk pengambilan data ketiga peneliti menggunakan tepung maizena
tetapi tidak menggunakan perbandingan 3 : 1. Untuk pengambil data
keempat peneliti menggunakan tepung maizena tetapi dipanaskan dan
menggunakan perbandingan 3 : 1.

21
22
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil dari pemanfaatan limbah kulit singkong menjadi kertas tisu dapat
kita lihat pada gambar dibawah ini.

4.2 Pembahasan

Pembuatan kertas tisu dari kulit singkong mengalami dua tahap, pertama
tahap persiapan dan yang kedua tahap pelaksanaan. Tahap persiapan terdiri
dari persiapan alat dan bahan, pembersihan singkong dengan air, pemilihan
kulit singkong yang masih layak digunakan, dan proses pencampuran larutan
NaOH dengan air untuk proses penguapan HCL yang terkandung dalam kulit
singkong. Sementara untuk tahap pelaksanaan terdiri dari proses perebusan
dengan NaOH, proses pemutihan menggunakan kaporit, dan proses
pengeringan.

a. Proses Pembuatan Adonan Pulp


Singkong yang telah dibersihkan, dikupas dengan hati-hati untuk
mendapatkan kulitnya. Pastikan kulit yang nanti akan digunakan masih

23
layak digunakan. Setelah itu, kulit singkong dipotong-potong dan
dibersihkan kembali menggunakan air. Lalu, haluskan dengan
menggunakan blender. Selama proses ini, tekstur kulit singkong yang
awalnya kasar akan perlahan berubah menjadi adonan pulp.
Setelah proses penghalusan selesai, siapkan campuran air dan
NaOH yang sudah dicampurkan dengan perbandingan 3 : 1.
Campurkan larutan tersebut dengan dua sendok makan adonan pulp,
lalu panaskan. Proses perebusan ini merupakan proses yang penting
karena dalam tahap ini HCL yang terkandung didalam kulit singkong
akan menguap, juga sebagai proses pemisahan selulosa dan lignin.
Suhu perebusan dijaga agar tidak melebihi 100oC agar selulosa yang
terkandung dalam kulit singkong tidak rusak karena selulosa sangat
dibutuhkan untuk pembuatan tisu.
Jika diperhatikan, selama proses perebusan terjadi perubahan
warna pada adonan kulit singkong yang awalnya berwarna coklat
muda menjadi coklat tua. Perubahan karakteristik warna adonan kulit
singkong ini terjadi karena proses perebusan memiliki suhu yang
tinggi. Setelah proses perebusan selesai, proses selanjutnya adalah
proses pemutihan atau bleaching. Pemutihan ini bertujuan untuk
menghilangkan kandungan lignin yang tersisa didalam pulp agar dapat
dihasilkan warna putih yang mana itu merupakan warna tisu. Dalam
proses pemutihan ini, kami menggunakan kaporit dan
mencampurkannya ke dalam adonan pulp. Aduk terus hingga adonan
pulp berubah warna mendekati putih atau sampai warna yang
diinginkan.
Dalam proses bleaching ini akan terjadi perubahan warna dari
warna coklat tua menjadi warna mendekati putih, sampai warna putih.
Setelah itu, masukkan maizena ke dalam adonan. Maizena ini
diperlukan sebagai perekat adonan agar adonan nantinya dapat kering
dengan baik.

24
b. Proses Pencetakan dan Pengeringan
Dalam proses ini, adonan pulp yang telah siap akan dicetak
menjadi kertas tisu. Langkah awal yaitu dengan menumpahkan adonan
pulp ke atas plastik. Ratakan adonan pulp dan usahakan agar adonan
pulp tersebar dengan rata agar tisu yang dihasilkan memiliki
permukaan yang rata dan tidak terlalu tebal. Kemudian lakukan proses
pengeringan dengan menjemur adonan pulp ini dibawah terik
matahari.

c. Karakteristik Kertas Tisu dari Kulit Singkong


Kertas tisu yang dihasilkan dari proses-proses yang telah
dilakukan bergantung pada keberhasilan dan ketepatan proses
perebusan dan proses pemutihan. Kertas tisu akan memiliki warna
mendekati putih, atau putih jika dalam proses pemasakan berhasil
dengan sempurna karena selulosa dan lignin akan terpisah. Keberadaan
lignin dalam adonan pulp akan mempengaruhi warna yang akan
dihasilkan. Tetapi, dapat dilihat bahwa terdapat keretakkan pada kertas
tisu yang dihasilkan oleh kulit singkong tersebut. Namun, kertas tisu
yang dihasilkan memiliki tekstur yang halus.

d. Pengaruh NaOh dalam Pembuatan Kertas Tisu


Hasil penelitian dari dua kali percobaan terbentuknya tisu dari
kulit singkng berdasarkan jumlah NaOH dan air yang berbeda yang
menggunakan perbandingan 3 : 1 pada proses penjemuran selama 3
jam. Hal ini dapat dibuktikan pada Tabel 4.1:

No. Waktu penjemuran Air (ml) NaOH (ml) Hasil

1. 5 April 2020, 15ml 5ml Gagal


14.00-17.00 dikarenakan
( tanpa Maizena ) tidak

25
kering.

2. 1 Mei 2020, 11.50- 30ml 15ml Berhasil ,


15.00 Retak tetapi
tidak
lengket dan
lumayan
kuat.

3. 6 Mei 2020, 13.00- 20ml 15ml Gagal tidak


15.00 (2 jam) kering dan
retak.

4. 13 Mei 2020, 30ml 10ml Gagal tidak


11.00-13.00 kering dan
( Maizena yang retak. Juga
dipanaskan ) lengket-
lengket

Tabel 4.1 Pengaruh NaOh dalam Pembuatan Kertas Tisu

Semakin tinggi konsentrasi NaOh yang digunakan pada proses


perebusan mempengaruhi peluang terbentuknya tekstur kertas tisu yang
dihasilkan. Hal ini dapat terjadi karena banyak serat selulosa dari kulit
singkong yang terbentuk menjadi pulp sehingga kadar lignin pada kulit
singkong semakin terdegradasi.

26
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tisu Dari Kulit
Singkong” adalah sebagai berikut.

1. Semakin tinggi konsentrasi NaOh yang digunakan pada proses


perebusan mempengaruhi peluang terbentuknya tekstur kertas tisu
yang dihasilkan.
2. Mengetahui pemanfaatan tisu dari kulit singkong melalui proses
sederhana.
3. Mengetahui kelebihan tisu dari kulit singkongmanfaat membuat tisu
dari kulit singkong sebagai alternatif atau solusi untuk mengurangi
pemakaian kayu sebagai bahan tisu.
4. Tidak dapat terkena air dikarenakan tisu bisa hancur dan menjadi
tepung.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan agar :

1. Perlu dilakukan proses lebih lanjut dan mendetail tentang pemanfaatan


kulit singkong sebagai pengganti kayu untuk membuat kertas tisu.
2. Perlu adanya peralatan modern yang lebih memadai agar pengujian
kandungan dalam adonan lebih spesifik.
3. Perlu adanya percobaan lagi untuk mengatasi tisu yang dapat
digunakan di kulit.
4. Diharapkan untuk menggunakan pengharum dikarenakan tisu dari kulit
singkong ini memiliki bau naOH dan kaporit yang sangat kuat.

27
5. Perlu dilakukan proses lebih lanjut pengolahan tisu dengan tambahan
zat-zat aditif yang biasa digunakan agar dihasilkan tisu yang lebih baik
dan berkualitas.

28
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. Ketela pohon. Dikutip Maret 2020 dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Ketela_pohon.

Widya Wahyu. Sekilas Sejarah Singkong. Dikutip Maret 2020 dari


https://widyawahyublog.wordpress.com/2017/09/13/sekilas-sejarah-
singkong/.

Romulus Waluyo. Kulit Singkong. Dikutip Maret 2020 dari


https://www.academia.edu/8676704/Kulit_singkong.

Elizato. 4+ Manfaat Kulit Singkong Untuk Ternak & Tumbuhan. Dikutip Maret
2020 dari https://elizato.com/kandungan-kulit-singkong/.

Indra Achmadi (2013, 28 April). PENGOLAHAN LIMBAH KULIT SINGKONG


MENJADI BIOETANOL part 1. Dikutip Maret 2020 dari
http://indraachmadi.blogspot.com/2013/04/pengolahan-limbah-kulit-
singkong.html

Novianti, Putrid dan Widiastuti Agustina Eko Setyowati (2016, 22 Oktober).


PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG KEPOK SEBAGAI
BAHAN BAKU PEMBUATAN KERTAS ALAMI DENGAN METODE
PEMISAHAN ALKALISASI. Dikutip April 2020 dari
https://media.neliti.com/media/publications/172806-ID-pemanfaatan-
limbah-kulit-pisang-kepok-se.pdf

Andini, Meutia Aulia. PENGARUH KONSENTRASI NAOH TERHADAP


PEMBUATAN KERTAS TISU DAUN SIRIH HIJAU. Dikutip April
2020 dari http://eprints.ums.ac.id/78837/1/NASKAH%20PUBLIKASI
%20MEUTIA.pdf

Haditya, Ramadanthy Putri. PEMANFAATAN KULIT PISANG AMBON


SEBAGAI PENGGANTI ELEKTROLIT BATERAI KERING RAMAH

29
LINGKUNGAN. Dikutip April 2020 dari
https://www.slideshare.net/ramadhantyph/pemanfaatan-kulit-pisang-
ambon-sebagai-pengganti-elektrolit-baterai-kering-ramah-lingkungan?
from_action=save

Rahmania, Dhiniari Rizki. Dian Meuthia, dan Raghib Filhaq (2014, 26


September). PENELITIAN EKSPERIMEN. Dikutip April 2020 dari
https://pt.slideshare.net/damth/penelitian-eksperimen-39586806?
from_action=save

Pujianti, Ainur. Biastira Rachma, dan Cista Astri Aqnata (2015, 6 November).
METODE PENELITIAN EKSPERIMENTAL. Dikutip April 2020 dari
https://www.slideshare.net/takayumelenciel/metode-penelitian-
eksperimental

http://eprints.polsri.ac.id/856/3/11.%20bab2.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/539/4/4.%20Chapter2.doc.pdf

30

Anda mungkin juga menyukai