1. PENDAHULUAN
Ada dua jenis rangkaian umpan balik, yaitu
rangkaian umpan balik positif dan rangkaian
umpan balik negatif. Rangkaian umpan balik positif
dapat digunakan untuk membentuk rangkaian
osilator. Rangkaian osilator mampu
membangkitkan sinyal tertentu secara konstan Gambar 2-1 Diagram Blok Sistem dengan Umpan Balik
dengan frekuensi dan amplitude tertentu. Pada
Blok A merupakan fungsi transfer maju dan blok β
percobaan ini akan diamati rangkaian osilator yang
merupakan fungsi transfer umpan baliknya. Pada
membangkitkan sinyal sinusoidal, sinyal segitiga,
sistem dengan umpan balik ini dapat diturunkan
dan sinyal persegi. Praktikan akan dikenalkan pada
penguatan tegangannya seperti ditunjukkan pada
rangkaian osilator menggunakan op-amp, transistor
persamaan berikut:
BJT, Kristal, serta perancangan rangkaian
pembangkit sinyal segitiga dan persegi dengan vo A
duty cycle osilator sesuai dengan pilihan yang Af ≡ =
dibuat.
v i 1+ Aβ
Adapun tujuan praktikum kali ini adalah sebagai Secara umum persamaan tersebut menunjukkan
berikut: adanya tiga keadaan yang ditentukan oleh
denominatornya. Salah satu keadaan tersebut
a. Mengamati dan mengenali prinsip adalah saat denominator menjadi nol. Saat itu nilai
pembangkitan sinyal sinusoidal dengan Af menjadi tak hingga. Secara matematis pada
rangkaian umpan balik keadaan ini bila diberikan sinyal input nol atau v i=0
1
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
ini, akan menjadikan tegangan vo dapat bernilai
berapa saja. Keadaan seperti inilah yang menjadi
prinsip pembangkitan sinyal atau osilator
sinusoidal dengan umpan balik yang disebut
sebagai Kriteria Barkhausen. Dalam rangkaian
kriteria tersebut dilihat dari total penguatan loop
terbuka L sebagai berikut:
Gambar 2-3 Rangkaian Osilator LC (a) Colpitts (b) Clapp
L ( j ωo ) = A ( jω ) β ( jω )=1 (c) Hartley
2
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
yang lebih rendah waktu tunda tiap inverter
dapat diperbesar dengan menambahkan
kapasitor yang terhubung dengan ground
pada output inverter.
2 R2 V s −V D D 3.1 OSILATOR RC
R B=
C R1 V s f Pengamatan Osilasi dan Kriteria Osilasi
dengan D duty cycle dan f frekuensi
Merangkai Osilator Jembatan Wien dengan
gelombang yang dibangkitkan. Nilai resistansi komponen sesuai pada modul
dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
D
RA=
2 ( R 1+ R 2) ( V s−V D ) Menghubungkan terminal Vo ke kanal 2 osiloskop
fCln
(
R1 V s−( R 1 + R2 ) V D )
1−D Mengatur Rf hingga output berosilasi dengan baik
RA= lalu mengukur resistansi Rf
2 ( R 1+ R 2) ( V s−V D )
fCln
(
R1 V s−( R 1 + R2 ) V D ) Memutus rangkaian pada simpul P dan
dihubungkan pada generator sinyal dengan
3. METODOLOGI frekuensi dan amplituda sesuai perhitungan
4
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
3.2 OSILATOR DENGAN RESONATOR 3.4 PEMBANGKIT GELOMBANG PERSEGI
Osilator LC Menyusun rangkaian seperti yang telah
dipersiapkan
Menyusun rangkaian seperti gambar 38 pada modul
dan nilai komponen seperti yang ditentukan
Melakukan kembali untuk rangkaian gambar 39 dan Memutuskan hubungan antara komparator dan
40 sesuai dengan modul integrator dan melihat hasil input komparator dan
output komparator dalam mode XY
5
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
Gambar 4-2 Dual Trace Input-Output Pengukuran Open Gambar 4-5 Mode XY Input-Vx Pengukuran Open Loop
Loop Osilator Jembatan Wien Osilator Jembatan Wien
Hasil seperti pada gambar 4-1 diperoleh dengan Rf
sebesar 19,86 kΩ dengan amplitudo output sebesar
13,2 V serta frekuensi sebesar 4,75 kHz.
Secara teori, frekuensi osilasi yang didapatkan dari
rangkaian osilator Jembatan Wien ini adalah :
1 1
f= =
2 π √ R 1 R2 R3 R 4 2 π √ (1,8 k )( 1,8 k )( 20 k ) ( 10 k )
f =4,9 kH z
Hasil pengamatan menunjukkan nilai yang
mendekati teori. Ada perbedaan sedikit karena
beberapa faktor seperti faktor resistansi kabel,
toleransi nilai resistor, maupun gangguan resistif
Gambar 4-3 Mode XY Input-Output Pengukuran Open dari osiloskop itu sendiri.
Loop Osilator Jembatan Wien
Beda fasa baik pada titik output maupun Vx
menunjukkan hasil tanpa penundaan terhadap
input yaitu sebesar 0O. Pada pengamatan di titik Vx
didapatkan :
β = 0,35 V/V
Untuk mencari nilai open loop gain Aβ harus dicari
nilai A terlebih dahulu. Nilai A dapat dihitung dari
Rf 19,86
A=1+ =1+
Ri 10
A=2. 986 .
Maka Aβ dapat diketahui sebesar Aβ = (2,986)
(0,35) = 1,0451. Nilai tersebut mendekati 1 seperti
Gambar 4-4 Dual Trace Input-Vx Pengukuran Open Loop yang telah dijelaskan sesuai kriteria Bakhausen
Osilator Jembatan Wien untuk menghasilkan sinyal output sinusoid yang
baik.
7
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
A=2 9,83. menghasilkan gelombang sinusoid dengan
pergeseran fasa 90˚ seperti yang terlihat pada
Maka Aβ dapat diketahui sebesar Aβ = (29,83) gambar 4-11 dimana puncak maupun lembah
(0,046) = 1,3723. Nilai tersebut sedikit jauh dari 1 output berada tepat ditengah-tengah antara puncak
dan dalam artian lain sedikit melenceng dari dan lembah Vx terdekat. Seperti kita ketahui bahwa
kriteria Bakhausen sehingga menghasilkan sedikit beda fasa antara gelombang sinus dan cosinus
ketidakstabilan sinyal output. adalah 90O yang nampak pada perbedaan fasa
Rangkaian Kuadratur output dan Vx ini.
Praktikan tidak mampu menyelesaikan praktikum Frekuensi menunjukkan nilai 878,22 Hz sedangkan
bagian kuadratur dikarenakan beberapa faktor berdasarkan perhitungan seharusnya didapatkan :
salah satunya adalah adanya sambungan yang
1 R2 1
putus pada transistor. Maka dari itu dilakukan
simulasi dengan sebagai berikut :
f=
2π √ ×
R1 R3 C 3 R4 C 4
1 10 k 1
f=
2π √ ×
10 k (1.8 k )( 18 n)(56 k)(18 n)
f =880.68 Hz
Simulasi dengan open loop gagal mendapatkan
data.
b. Pengendalian Amplituda
Tanpa Pembatas
Gambar 4-11 Rangkaian Kuadratur dengan Simulasi Pada percobaan kali ini, praktikan belum bisa
Multisim mengamati pengaruh pengendali amplituda secara
langsung
Gambar 4-15 Rangkaian Simulasi Penggeser Fasa Closed Gambar 4-17 Output Hasil Simulasi Osilator Collpitts
Loop dengan Pembatas Frekuensi resonansi berdasarkan teori adalah
Dengan menggunakan pembatas amplitudo, berapa sebagai berikut :
pun besarnya L yang diakibatkan karena frekuensi
1 1 1 1
sinyal input, akan dibatasi menjadi L=1 sehingga f= = =10.116 kHz
terjamin terjadi osilasi. Cara kerja pembatas ini 2π √ LC T 2 π √ 2.5 m(99 n)
adalah : saat puncak output vo, tegangan pada
Nilai tersebut tidak berbeda jauh dengan nilai hasil
dioda D2 akan melebihi tegangan pada node input
simulasi sebesar 10,3 kHz. Didapatkan pula nilai
inverting OpAmp, sehingga dioda D2 akan
konduksi dan menyebabkan tegangan output C T sebagai berikut :
terpotong (clamped) menjadi tegangan yang nilainya C1 C2 (180 n)(220 n)
diatur oleh tegangan R5 dan R6, yang menjadi C T= = =99 nF
resistansi beban. Hal yang sama terjadi ketika C 1+C 2 180 n+220 n
puncak tegangan negative, yang menyebabkan Osilator dengan resonator memanfaatkan resonansi
dioda D1 konduksi dan memotong tegangan output yang terjadi akibat adanya penjumlahan dua osilasi
menjadi nilai yang diatur oleh resistansi R3 dan R4. yang berosilasi pada frekuensi yang sama pada
pengumpan balik. Umpan balik diperlukan untuk
4.2 OSILATOR DENGAN RESONATOR menjaga resonansi bersama secara berkelanjutan
OSILATOR LC yaitu dengan mencegah peredaman akibat sifat
a. Osilator Collpitts resistansi pada induktor dan konduktansi pada
kapasitor.
Praktikan tidak sanggup menyelesaikan
pengamatan secara langsung bagian ini karena Pada hasil simulasi osilator colpitts didapat pada
output tidak menampakkan hasil terus walaupun awalnya L>1 hal tersebut terlihat dengan amplitudo
sudah berganti kit sekalipun. Maka dari itu, perlu yang membesar. Selanjutnya L menurun dan
dilakukan simulasi seperti berikut : gelombang output menjadi stabil. Penurunan ini
terjadi akibat adanya umpan balik yang mengoreksi
input dan menurunkan penguatan L.
9
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
b. Osilator Clapp c. Osilator Hartley
Praktikan tidak sanggup menyelesaikan Hasil yang diperoleh pada saat praktikum adalah
pengamatan secara langsung bagian ini karena sebagai berikut :
output tidak menampakkan hasil terus walaupun
sudah berganti kit sekalipun. Maka dari itu, perlu
dilakukan simulasi seperti berikut :
LT =L1+ L 2=29,2 µH
Osilator Hartley menggunakan prinsip dasar yang
sama dengan osilator LC sebelumnya, yaitu
memanfaatkan self resonance dengan mengguna-kan
rangkaian umpan balik untuk menstabilkan
gelombang sinusoidal output.
Gambar 4-19 Output Hasil Simulasi Osilator Clapp
4.3 PEMBANGKIT GELOMBANG SEGITIGA
Frekuensi resonansi berdasarkan teori adalah
sebagai berikut : Praktikan belum mengerjakan bagian ini saat
praktikum. Maka dari itu, perlu dilakukan simulasi
1 1 1 1 seperti berikut :
f= = =9.915 kHz
2π √ LC T 2 π √ 2.5 m(103.056 n)
Nilai tersebut tidak berbeda jauh dengan nilai hasil
simulasi sebesar 9,73 kHz. Didapatkan pula nilai
C T sebagai berikut :
C1C2C3
C T= =103.056 nF
C 1 C 2+C 2 C 3 +C1 C3
Osilator Clapp pada dasarnya adalah osilator
Colpitts yang diberi tambahan kapasitor yang diseri
dengan induktornya. Hasil simulasi menunjukkan
pada awal osilasi sinyal yang ditunjukkan tidak Gambar 4-21 Rangkaian Simulasi Pembangkit Sinyal
stabil hingga selanjutnya umpan balik memerkecil Segitiga (Kanal 1 Output Integrator Kanal 2 Output
penguatan dan membuat osilasi stabil. Komparator)
10
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
4.4 PEMBANGKIT GELOMBANG PERSEGI
Praktikan belum mengerjakan bagian ini saat
praktikum. Maka dari itu, perlu dilakukan simulasi
seperti berikut :
11
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
Gambar 4-27 Rangkaian Simulasi Pembangkit Sinyal
Persegi (Kanal 1 Input Komparator Kanal 2 Output
Komparator)
Gambar 4-29 Pengamatan Osilator cincin dengan 3 inverter
5. KESIMPULAN
Rangkaian osilator dapat berupa rangkaian
pembangkit sinusoidal maupun non-
sinusoidal.
Kriteria Barkhausen adalah syarat osilasi
dengan Aβ = 1.
Rangkaian pembangkit nonsinusoidal dapat
berupa rangkaian pembangkit gelombang
segitiga dan rangkaian pembangkit persegi
Osilator cincin merupakan salah satu jenis
osilator yang digunakan untuk menghasilkan
output sesuai input dengan perubahan
frekuensi tertentu.
Nilai frekuensi output osilator cincin semakin
rendah ketika semakin banyak inverter yang
digunakan.
Secara umum rangkaian osilator nonsinusoid
bekerja berdasarkan prinsip slew rate dan
delay komponen Op amp. Kedua parameter
ini dipengaruhi oleh beban kapasitif induktif
dan resistif pada rangkaian.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Adel S. Sedra dan Kennet C. Smith,
Microelectronic Circuits 6th Edition, Oxford
University Press, USA, 2013.
[2] Mervin T.Hutabarat, Petunjuk Pratikum
Elektronika II , Laboratorium Dasar Teknik
Elektro STEI - ITB, 2015.
13
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
Lampiran Persiapan
1. F = 1 kHz A = 10 Vpp
Vm = ½ A = 5 V
Vm = (R1/R2 )Vs
R1/R2 = 1/3
Maka didapat R1 10 kΩ dan R2 30 kΩ atau R1 1,8 kΩ dan R2 5,4 kΩ
C = 18 nF x 2 = 36 nF
F = (R2/R1)(1/CR)/4
R = 20,933 kΩ
2. F = 7 kHz
C = 18 nF
R = 20 kΩ
Maka R1/R2 ≈ 0,1
R1 = 5,6 kΩ dan R2 = 56 kΩ
3. Amplituda yang diinginkan 12 Vpp maka Vin = Amplituda/2 = 6 Vpp
(R1/R2) Vs = Vin
Vs adalah Vcc – 1,5 = 13,5 V
R1/R2 = 6/13,5
Bisa dipilih kombinasi R1 = 12 kΩ dan R2 = 27 kΩ
Duty Cycle yang kami inginkan adalah 40%
RB/(RA+RB) = 0,4
RB = 0,4 RA + 0,4 RB
RB/RA = 2/3
Bisa dipilih kombinasi RB = 22 kΩ dan RA = 33 kΩ
F = 2R2(VS-VD)/(C.R1.VS(RA+RB))
F = 5 kHz dan VD adalah 0,7 V
Maka bisa didapatkan nilai C = 15 nF
4. R1, R2 dan C seperti pada nomor 3
Kami memilih Duty Cycle sebesar 40%
D
RA=
2 ( R 1+ R 2 ) ( V S −V D )
f . C . ln( )
R 1. V S −( R 1+ R 2 ) V D
R A ≈ 3,8 k Ω
1−D
R B=
2 ( R 1+ R 2 ) ( V S −V D )
f . C . ln( )
R 1.V S−( R 1+ R 2 ) V D
R B ≈ 1,6 k Ω
14
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB