Anda di halaman 1dari 14

MODUL 4 OSILATOR

Hasbi Asshidiq (13213014)


Asisten: Fikri Abdul Azis (13212127)
Tanggal Percobaan: 9/11/2015
EL3109-Praktikum Elektronika II
Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Abstrak b. Mengamati dan menganalisa rangkaian-


rangkaian osilator umpan balik resistor dan
Praktikum modul keempat ini akan memberikan kapasitor (RC) dan induktor dan kapasitor
pemahaman praktis tentang osilator. Hal yang (LC)
harus dilakukan adalah menyusun dan mengamati
osilator RC, osilator dengan resonator, dan c. Mengamati dan menganalisa keadaan untuk
osilator cincin. Selain itu juga dilakukan menjamin terjadinya osilasi
perancangan pembangkit gelombang segitiga dan d. Mengamati dan menganalisa pengaturan
gelombang persegi. Terdapat dua percobaan pada amplituda output osilator.
pengamatan osilator RC, yaitu pengamatan osilasi
e. Mengamati dan mengenali prinsip
dan kriteria osilasi serta pengendalian amplituda.
pembangkitan sinyal sinusoidal dengan
Pada pengamatan osilator dengan resonator juga umpan balik rangkaian tunda dan komparator.
terdapat dua percobaan, yaitu pengamatan osilator
RC dan pengamatan osilator kristal (opsional). f. Merancang dan mengimplementasikan
Pada pengamatan osilator sinusoidal menggunakan pembangkit gelombang segitiga.
dua kit yaitu Kit Osilator Sinusoidal RC OpAmp g. Merancang dan mengimplementasikan
dan Kit Osilator Sinusoidal LC Transistor. pembangkit gelombang persegi.
Sedangkan pengamatan osilator nonsinusoidal
h. Mengamati dan menganalisa osilator cincin
menggunakan breadboard dan beberapa komponen
(ring oscillator).
sesuai yang telah dipersiapkan. Hasil yang
diharapkan dari praktikum kali ini adalah
2. STUDI PUSTAKA
praktikan mampu memahami beberapa hal sesuai
spesifikasi yang diberikan pada tujuan.
2.1 OSILATOR DAN UMPAN BALIK POSITIF
Kata kunci: Osilator, Resonator, RC, LC, Sistem dengan umpan balik secara umum dapat
Sinusoidal, Nonsinusoidal. digambarkan dengan diagram blok berikut:

1. PENDAHULUAN
Ada dua jenis rangkaian umpan balik, yaitu
rangkaian umpan balik positif dan rangkaian
umpan balik negatif. Rangkaian umpan balik positif
dapat digunakan untuk membentuk rangkaian
osilator. Rangkaian osilator mampu
membangkitkan sinyal tertentu secara konstan Gambar 2-1 Diagram Blok Sistem dengan Umpan Balik
dengan frekuensi dan amplitude tertentu. Pada
Blok A merupakan fungsi transfer maju dan blok β
percobaan ini akan diamati rangkaian osilator yang
merupakan fungsi transfer umpan baliknya. Pada
membangkitkan sinyal sinusoidal, sinyal segitiga,
sistem dengan umpan balik ini dapat diturunkan
dan sinyal persegi. Praktikan akan dikenalkan pada
penguatan tegangannya seperti ditunjukkan pada
rangkaian osilator menggunakan op-amp, transistor
persamaan berikut:
BJT, Kristal, serta perancangan rangkaian
pembangkit sinyal segitiga dan persegi dengan vo A
duty cycle osilator sesuai dengan pilihan yang Af ≡ =
dibuat.
v i 1+ Aβ
Adapun tujuan praktikum kali ini adalah sebagai Secara umum persamaan tersebut menunjukkan
berikut: adanya tiga keadaan yang ditentukan oleh
denominatornya. Salah satu keadaan tersebut
a. Mengamati dan mengenali prinsip adalah saat denominator menjadi nol. Saat itu nilai
pembangkitan sinyal sinusoidal dengan Af menjadi tak hingga. Secara matematis pada
rangkaian umpan balik keadaan ini bila diberikan sinyal input nol atau v i=0
1
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
ini, akan menjadikan tegangan vo dapat bernilai
berapa saja. Keadaan seperti inilah yang menjadi
prinsip pembangkitan sinyal atau osilator
sinusoidal dengan umpan balik yang disebut
sebagai Kriteria Barkhausen. Dalam rangkaian
kriteria tersebut dilihat dari total penguatan loop
terbuka L sebagai berikut:
Gambar 2-3 Rangkaian Osilator LC (a) Colpitts (b) Clapp
L ( j ωo ) = A ( jω ) β ( jω )=1 (c) Hartley

2.2 OSILATOR DENGAN OPAMP, RESISTOR, 2.4 PRINSIP PEMBANGKITAN GELOMBANG


DAN KAPASITOR (RC OSCILLATOR) NONSINUSOIDAL
Contoh implementasi rangkaian Osilator RC ini Secara umum osilator nonsinusoidal atau juga
antara lain adalah Osilator Jembatan Wien, Osilator dikenal sebagai astable multivibrator dapat
Penggeser Fasa, dan Osilator Kuadratur. memanfaatkan fungsi penunda sinyal, inverting,
dan/ atau komparasi dengan histeresis atau
bistable multivibrator. Bagian-bagian tersebut
dapat Bagian-bagian tersebut dirangkai dalam loop
tertutup dengan keseluruhan loop bersifat
inverting. Alternatif pembentukan loop tersebut
ditunjukkan berikut ini:

Gambar 2-4 Prinsip Dasar Pembangkitan Gelombang


Fungsi komparator dengan histeresis atau bistable
Gambar 2-2 Contoh Implementasi Rangkaian (a) Jembatan
multivibrator adalah mempertahankan keadaan
Wien (b) Penggeser Fasa (c) Kuadratur
pada status tertentu sehingga ada sinyal luar yang
Kriteria osilasi sangat ketat, bila L>1 maka maka memaksa perubahan status tersebut. Fungsi
rangkaian umpan balik menjadi tidak stabil dan penunda adalah untuk memberikan selisih waktu
bila L<1 osilasi tidak akan terjadi. Oleh karena itu, antara perubahan pada output komparator atau
penguat pada osilator menjamin L>1 saat mulai multivibrator kembali ke input komparator atau
dioperasikan dan kemudian dibatasi pada nilai L=1 multivibrator tersebut. Secara keseluruhan fungsi
saat beroperasi. Cara yang umum digunakan untuk dalam satu loop haruslah bersifat inverting atau
kendali tersebut adalah dengan rangkaian membalikkan sinyal.
pembatas amplituda (clipper) atau pengendali
penguatan otomatis (automatic gain control, AGC).

2.3 OSILATOR DENGAN RESONATOR


Osilator dapat pula dibuat menggunakan transistor
yang dikombinasikan dengan induktor dan
kapasitor. Induktor (L) dan kapasitor (C) akan
memengaruhi terjadinya fenomena self-resonance
sehingga didapatkan sinyal output tanpa adanya Gambar 2-5 VTC Komparator dengan Histeresis (kiri)
VTC Komparator dengan Histeresis Inverting (kanan)
sinyal input. Rangkaian tersebut disebut sebagai
resonator. Ada beberapa rangkaian osilator LC ini
yang terkenal, tiga diantaranya yaitu Collpitts,
2.5 RANGKAIAN PEMBANGKIT
Clapp, dan Hartley. Frekuensi osilasi rangkaian GELOMBANG NONSINUSOIDAL
tersebut ditentukan oleh rangkaian resonansinya. 1) Pembangkit Gelombang Segitiga
Rangkaian pembangkit gelombang segitiga
dapat dibangun dengan memanfaatkan
komparator dengan histeressis noninverting
dan rangkaian integrator.

2
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
yang lebih rendah waktu tunda tiap inverter
dapat diperbesar dengan menambahkan
kapasitor yang terhubung dengan ground
pada output inverter.

Gambar 2-6 Rangkaian Pembangkit Gelombang


Segitiga
Rangkaian pembangkit gelombang segitiga ini
akan memberikan sinyal dengan frekuensi dan
amplituda pada persamaan berikut. Gambar 2-8 Rangkaian Osilator Cincin
R2 Frekuensi sinyal yang dihasilkan oleh osilator
f= cincin ini adalah
4 R 1 CR
1
R f=
Vm= 1 V s 2 nt d
R2
Dalam hal ini n adalah jumlah inverter dan td
Untuk memastikan komparator berfungsi baik adalah delay rata-rata inverter.
maka nilai harus dipenuhi resistansi R2 > R1.
Selain menghasilkan gelombang segitiga, 2.6 PENGATURAN DUTY CYCLE
rangkaian tersebut juga menghasilkan
gelombang persegi pada output Rangkaian osilator sebelumnya menghasilkan
komparatornya dengan tegangan +Vs dan -Vs. gelombang simetris dengan duty cycle 50%. Untuk
menghasilkan gelombang asimetris atau duty cycle
2) Pembangkit Gelombang Persegi bukan 50% dapat dilakukan dengan mengatur nilai
Rangkaian pembangkit gelombang segitiga waktu tunda yang berbeda saat naik dan saat turun.
dapat dibangun dengan memanfaatkan Cara ini dapat dilakukan dengan menggantikan
komparator dengan histeressis inverting dan resistor rangkaian tunda pada integrator atau
rangkaian RC orde 1. rangkaian RC orde 1 dengan dua buah resistansi
yang berbeda masing-masing terhubung seri
dengan dioda yang berlawanan arah. Resistansi RA
akan menentukan waktu tunda naik dan resistansi
RB menentukan waktu tunda turun.

Gambar 2-7 Rangkaian Pembangkit Sinyal Persegi


Rangkaian pembangkit gelombang segitiga ini
akan memberikan sinyal dengan frekuensi
sebagai berikut:
1
f=
R1
(
4 CRln 2
R2
+1
)
Gelombang persegi yang dihasilkan
mempunyai tegangan +Vs dan -Vs.
Gambar 2-9 Rangkaian Pembangkit Gelombang Asimetrik
3) Osilator Cincin (a) segitiga dan (b) persegi
Osilator cincin dapat dibangun dengan Pada rangkaian pembangkit segitiga resistor RA
sejumlah ganjil inverter CMOS dan penunda menentukan lama sinyal naik dan tegangan negatif
waktu yang disusun dalam satu loop. Secara pada output komparator. Sedangkan resistor RB
alamiah setiap inverter juga mempunyai menentukan lama sinyal turun atau tegangan
waktu tunda dengan demikian sejumlah ganjil positif pada komparator. Dengan merujuk duty
inverter yang disusun dalam satu loop juga cycle pada output sinyal persegi dari komparator
akan membentuk osilator seperti ditunjukkan rangkaian nilai resistansi tersebut dapat ditentukan
pada Gambar 5. Untuk memperoleh frekuensi dengan persamaan berikut:
3
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
2 R2 V s−V D 1−D
RA=
C R1 V s f Langkah Percobaan

2 R2 V s −V D D 3.1 OSILATOR RC
R B=
C R1 V s f  Pengamatan Osilasi dan Kriteria Osilasi
dengan D duty cycle dan f frekuensi
Merangkai Osilator Jembatan Wien dengan
gelombang yang dibangkitkan. Nilai resistansi komponen sesuai pada modul
dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
D
RA=
2 ( R 1+ R 2) ( V s−V D ) Menghubungkan terminal Vo ke kanal 2 osiloskop
fCln
(
R1 V s−( R 1 + R2 ) V D )
1−D Mengatur Rf hingga output berosilasi dengan baik
RA= lalu mengukur resistansi Rf
2 ( R 1+ R 2) ( V s−V D )
fCln
(
R1 V s−( R 1 + R2 ) V D ) Memutus rangkaian pada simpul P dan
dihubungkan pada generator sinyal dengan
3. METODOLOGI frekuensi dan amplituda sesuai perhitungan

Komponen dan peralatan:


Mencatat amplituda dan penguatan lalu pindah
a. Kit Praktikum Osilator Sinusoidal kanal 2 osiloskop ke Vx dan mengulangi lagi
b. Generator Sinyal langkah ini
c. Osiloskop
d. Multimeter Menyusun rangkaian seperti pada gambar 36 pada
modul dengan komponen yang sesuai lalu
e. Catu Daya Ter-Regulasi mengulangi langkah di atas kembali
f. Kabel dan asesori pengukuran
Gambar 3-1 Langkah Percobaan 1 Bagian Pertama
g. Aerosol udara terkompresi
 Pengendalian Amplituda
h. Breadboard
i. Komponen Aktif OpAmp 741 dan Inverter
CMOS 4007 Menggunakan susunan rangkaian osilator
penggeser fasa dan Rf diatur agar output 18Vpp
j. Komponen pasif resistor, dan kapasitor
k. Kabel AWG 22
l. Kabel dan asesori pengukuran
Menggunakan udara terkompresi untuk
mendinginkan OpAmp lalu mengamati apa yang
terjadi pada amplituda output osilator

Mengulangi kembali untuk nilai output 25Vpp

Gambar 3-2 Langkah Percobaan 1 Bagian Kedua

4
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
3.2 OSILATOR DENGAN RESONATOR 3.4 PEMBANGKIT GELOMBANG PERSEGI
 Osilator LC Menyusun rangkaian seperti yang telah
dipersiapkan
Menyusun rangkaian seperti gambar 38 pada modul
dan nilai komponen seperti yang ditentukan

Kanal 1 osiloskop untuk keluaran integrator dan


Mencatat amplituda dan frekuensi sinyal output kanal 2 untuk keluaran input komparator
osilator

Melakukan kembali untuk rangkaian gambar 39 dan Memutuskan hubungan antara komparator dan
40 sesuai dengan modul integrator dan melihat hasil input komparator dan
output komparator dalam mode XY

Mengamati efek beberapa komponen setelah Gambar 3-6 Langkah Percobaan 4


disemprot udara terkompresi

Gambar 3-3 Langkah Percobaan 2 Bagian Pertama


3.5 OSILATOR CINCIN

 Osilator Kristal(Optional) Membuat rangkaian Osilator Cincin dengan 3


inverter
Menyusun rangkaian osilator kristal pada gambar
41(a) pada modul dengan komponen yang telah
ditentukan pada modul
BNC dipasangkan pada beban kapasitif osiloskop
dan kanal osiloskop digunakan untuk mengamati
sinyal output dan kanal osiloskop lain untuk
Mengamati amplituda dan frekuensi sinyal mengamati inputnya
outputn lalu menyemprot dengan udara
terkompresi dan melihat hasilnya

Dengan satu sinyal dengan osiloskop, mencatat


frekuensi untuk osilator cincin dengan 3,5, hingga 7
Mengulangi langkah yang dilakukan untuk inverter
dosilator kristal pierce.
Gambar 3-7 Langkah Percobaan 5
Gambar 3-4 Langkah Percobaan 2 Bagian Kedua
4. HASIL DAN ANALISIS
3.3 PEMBANGKIT GELOMBANG SEGITIGA
4.1 OSILATOR RC
Menyusun rangkaian seperti yang telah dipersiapkan a. Pengamatan Osilasi dan Kriteria Osilasi
rancangannya pada TP
 Rangkaian Jembatan Wien
Hasil pengamatan yang diperoleh adalah sebagai
Kanal 1 osiloskop untuk keluaran integrator dan kanal 2 berikut :
untuk keluaran input komparator

Memutus hubungan antara komparator dan integrator


dan melihat hasil input komparator dan output
komparator dalam mode XY

Gambar 3-5 Langkah Percobaan 3

Gambar 4-1 Output Osilator Jembatan Wien Tanpa Input

5
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
Gambar 4-2 Dual Trace Input-Output Pengukuran Open Gambar 4-5 Mode XY Input-Vx Pengukuran Open Loop
Loop Osilator Jembatan Wien Osilator Jembatan Wien
Hasil seperti pada gambar 4-1 diperoleh dengan Rf
sebesar 19,86 kΩ dengan amplitudo output sebesar
13,2 V serta frekuensi sebesar 4,75 kHz.
Secara teori, frekuensi osilasi yang didapatkan dari
rangkaian osilator Jembatan Wien ini adalah :
1 1
f= =
2 π √ R 1 R2 R3 R 4 2 π √ (1,8 k )( 1,8 k )( 20 k ) ( 10 k )
f =4,9 kH z
Hasil pengamatan menunjukkan nilai yang
mendekati teori. Ada perbedaan sedikit karena
beberapa faktor seperti faktor resistansi kabel,
toleransi nilai resistor, maupun gangguan resistif
Gambar 4-3 Mode XY Input-Output Pengukuran Open dari osiloskop itu sendiri.
Loop Osilator Jembatan Wien
Beda fasa baik pada titik output maupun Vx
menunjukkan hasil tanpa penundaan terhadap
input yaitu sebesar 0O. Pada pengamatan di titik Vx
didapatkan :
β = 0,35 V/V
Untuk mencari nilai open loop gain Aβ harus dicari
nilai A terlebih dahulu. Nilai A dapat dihitung dari
Rf 19,86
A=1+ =1+
Ri 10
A=2. 986 .
Maka Aβ dapat diketahui sebesar Aβ = (2,986)
(0,35) = 1,0451. Nilai tersebut mendekati 1 seperti
Gambar 4-4 Dual Trace Input-Vx Pengukuran Open Loop yang telah dijelaskan sesuai kriteria Bakhausen
Osilator Jembatan Wien untuk menghasilkan sinyal output sinusoid yang
baik.

 Rangkaian Penggeser Fasa


6
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
Hasil pengamatan yang diperoleh adalah sebagai
berikut :

Gambar 4-9 Dual Trace Input-Vx Pengukuran Open Loop


Osilator Penggeser Fasa

Gambar 4-6 Output Osilator Penggeser Fasa Tanpa Input

Gambar 4-10 Mode XY Input-Vx Pengukuran Open Loop


Osilator Penggeser Fasa
Hasil seperti pada gambar 4-6 diperoleh dengan Rf
Gambar 4-7 Dual Trace Input-Output Pengukuran Open
Loop Osilator Penggeser Fasa sebesar 53,7 kΩ dengan amplitudo output sebesar
13,1 V serta frekuensi sebesar 1,92 kHz.
Secara teori, frekuensi osilasi yang didapatkan dari
rangkaian osilator Penggeser Fasa ini adalah :
1
f= =2 kHz
2 πRC √ 6
Hasil pengamatan menunjukkan nilai yang
mendekati teori. Ada perbedaan sedikit karena
beberapa faktor seperti faktor resistansi kabel,
toleransi nilai resistor, maupun gangguan resistif
dari osiloskop itu sendiri.
Beda fasa baik pada titik output sebesar 0 O terhadap
input sedangkan pada titik Vx memiliki beda fasa
sebesar 180O. Hal ini karena nilai β bernilai minus
Gambar 4-8 Mode XY Input-Output Pengukuran Open dan berdasarkan data yang diperoleh memiliki nilai
Loop Osilator Penggeser Fasa sebesar :
β = 0,046 V/V
Untuk mencari nilai open loop gain Aβ harus dicari
nilai A terlebih dahulu. Nilai A dapat dihitung dari
Rf 53,7
A= =
Ri 1 ,8

7
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
A=2 9,83. menghasilkan gelombang sinusoid dengan
pergeseran fasa 90˚ seperti yang terlihat pada
Maka Aβ dapat diketahui sebesar Aβ = (29,83) gambar 4-11 dimana puncak maupun lembah
(0,046) = 1,3723. Nilai tersebut sedikit jauh dari 1 output berada tepat ditengah-tengah antara puncak
dan dalam artian lain sedikit melenceng dari dan lembah Vx terdekat. Seperti kita ketahui bahwa
kriteria Bakhausen sehingga menghasilkan sedikit beda fasa antara gelombang sinus dan cosinus
ketidakstabilan sinyal output. adalah 90O yang nampak pada perbedaan fasa
 Rangkaian Kuadratur output dan Vx ini.
Praktikan tidak mampu menyelesaikan praktikum Frekuensi menunjukkan nilai 878,22 Hz sedangkan
bagian kuadratur dikarenakan beberapa faktor berdasarkan perhitungan seharusnya didapatkan :
salah satunya adalah adanya sambungan yang
1 R2 1
putus pada transistor. Maka dari itu dilakukan
simulasi dengan sebagai berikut :
f=
2π √ ×
R1 R3 C 3 R4 C 4

1 10 k 1
f=
2π √ ×
10 k (1.8 k )( 18 n)(56 k)(18 n)
f =880.68 Hz
Simulasi dengan open loop gagal mendapatkan
data.
b. Pengendalian Amplituda
 Tanpa Pembatas
Gambar 4-11 Rangkaian Kuadratur dengan Simulasi Pada percobaan kali ini, praktikan belum bisa
Multisim mengamati pengaruh pengendali amplituda secara
langsung

Gambar 4-14 Rangkaian Simulasi Penggeser Fasa Closed


Gambar 4-12 Dual Trace Vo sinus-Vo cosinus Rangkaian Loop Tanpa Pembatas
Osilator Kuadrator (Closed Loop)
Rangkaian tersebut ketika disimulasikan tidak
menampilkan sinyal AC sama sekali.
Saya akan mengulas melalui teori saja. Telah
diketahui bahwa pada percobaan pergesaran fasa
didapatkan output 26.2 Vpp sehingga untuk
mendapatkan nilai 18 Vpp atau yang lebih kecil
caru daya harus diturunkan. Penurunan nilai
output dengan mengubah-ngubah Rf akan
mengganggu kestabilan sinyal.
Penggunaan aerosol harusnya akan memberikan
osilasi yang stabil, terutama ketidaksabilan yang
disebabkan kenaikan suhu. Akan tetapi pada
percobaan penggunaan aerosol tidak berpengaruh
Gambar 4-13 Mode XY Vo sinus-Vo cosinus Rangkaian signifikan karena kemungkinan suhu aerosol yang
Osilator Kuadrator (Closed Loop) digunakan sudah sama dengan suhu kamar = suhu
Rangkaian ini dinamai kuadratur karena opamp.
menggunakan 2 buah integrator. Kuadratur  Dengan Pembatas
8
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
Pada percobaan kali ini, praktikan belum bisa
mengamati pengaruh pengendali amplituda secara
langsung

Gambar 4-15 Rangkaian Simulasi Penggeser Fasa Closed Gambar 4-17 Output Hasil Simulasi Osilator Collpitts
Loop dengan Pembatas Frekuensi resonansi berdasarkan teori adalah
Dengan menggunakan pembatas amplitudo, berapa sebagai berikut :
pun besarnya L yang diakibatkan karena frekuensi
1 1 1 1
sinyal input, akan dibatasi menjadi L=1 sehingga f= = =10.116 kHz
terjamin terjadi osilasi. Cara kerja pembatas ini 2π √ LC T 2 π √ 2.5 m(99 n)
adalah : saat puncak output vo, tegangan pada
Nilai tersebut tidak berbeda jauh dengan nilai hasil
dioda D2 akan melebihi tegangan pada node input
simulasi sebesar 10,3 kHz. Didapatkan pula nilai
inverting OpAmp, sehingga dioda D2 akan
konduksi dan menyebabkan tegangan output C T sebagai berikut :
terpotong (clamped) menjadi tegangan yang nilainya C1 C2 (180 n)(220 n)
diatur oleh tegangan R5 dan R6, yang menjadi C T= = =99 nF
resistansi beban. Hal yang sama terjadi ketika C 1+C 2 180 n+220 n
puncak tegangan negative, yang menyebabkan Osilator dengan resonator memanfaatkan resonansi
dioda D1 konduksi dan memotong tegangan output yang terjadi akibat adanya penjumlahan dua osilasi
menjadi nilai yang diatur oleh resistansi R3 dan R4. yang berosilasi pada frekuensi yang sama pada
pengumpan balik. Umpan balik diperlukan untuk
4.2 OSILATOR DENGAN RESONATOR menjaga resonansi bersama secara berkelanjutan
OSILATOR LC yaitu dengan mencegah peredaman akibat sifat
a. Osilator Collpitts resistansi pada induktor dan konduktansi pada
kapasitor.
Praktikan tidak sanggup menyelesaikan
pengamatan secara langsung bagian ini karena Pada hasil simulasi osilator colpitts didapat pada
output tidak menampakkan hasil terus walaupun awalnya L>1 hal tersebut terlihat dengan amplitudo
sudah berganti kit sekalipun. Maka dari itu, perlu yang membesar. Selanjutnya L menurun dan
dilakukan simulasi seperti berikut : gelombang output menjadi stabil. Penurunan ini
terjadi akibat adanya umpan balik yang mengoreksi
input dan menurunkan penguatan L.

Gambar 4-16 Rangkaian Simulasi Osilator Collpitts

9
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
b. Osilator Clapp c. Osilator Hartley
Praktikan tidak sanggup menyelesaikan Hasil yang diperoleh pada saat praktikum adalah
pengamatan secara langsung bagian ini karena sebagai berikut :
output tidak menampakkan hasil terus walaupun
sudah berganti kit sekalipun. Maka dari itu, perlu
dilakukan simulasi seperti berikut :

Gambar 4-20 Hasil Output Pada Rangkaian Osilator


Hartley
Frekuensi resonansi berdasarkan teori adalah
sebagai berikut :
1 1 1 1
Gambar 4-18 Rangkaian Simulasi Osilator Clapp f= = =219.53 kHz
2π √ C LT 2 π √ 18 n(2.2 u+27 u)
Nilai tersebut tidak berbeda jauh dengan nilai hasil
simulasi sebesar 225,18 kHz. Frekuensi resonansi
hartley terjadi pada frekuensi tinggi tidak seperti
pada osilator collpitts yang terjadi pada frekuensi
rendah. Didapatkan pula nilai LT sebagai berikut :

LT =L1+ L 2=29,2 µH
Osilator Hartley menggunakan prinsip dasar yang
sama dengan osilator LC sebelumnya, yaitu
memanfaatkan self resonance dengan mengguna-kan
rangkaian umpan balik untuk menstabilkan
gelombang sinusoidal output.
Gambar 4-19 Output Hasil Simulasi Osilator Clapp
4.3 PEMBANGKIT GELOMBANG SEGITIGA
Frekuensi resonansi berdasarkan teori adalah
sebagai berikut : Praktikan belum mengerjakan bagian ini saat
praktikum. Maka dari itu, perlu dilakukan simulasi
1 1 1 1 seperti berikut :
f= = =9.915 kHz
2π √ LC T 2 π √ 2.5 m(103.056 n)
Nilai tersebut tidak berbeda jauh dengan nilai hasil
simulasi sebesar 9,73 kHz. Didapatkan pula nilai
C T sebagai berikut :
C1C2C3
C T= =103.056 nF
C 1 C 2+C 2 C 3 +C1 C3
Osilator Clapp pada dasarnya adalah osilator
Colpitts yang diberi tambahan kapasitor yang diseri
dengan induktornya. Hasil simulasi menunjukkan
pada awal osilasi sinyal yang ditunjukkan tidak Gambar 4-21 Rangkaian Simulasi Pembangkit Sinyal
stabil hingga selanjutnya umpan balik memerkecil Segitiga (Kanal 1 Output Integrator Kanal 2 Output
penguatan dan membuat osilasi stabil. Komparator)

10
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
4.4 PEMBANGKIT GELOMBANG PERSEGI
Praktikan belum mengerjakan bagian ini saat
praktikum. Maka dari itu, perlu dilakukan simulasi
seperti berikut :

Gambar 4-22 Hasil Simulasi Pembangkit Sinyal Segitiga


(Kanal 1 Output Integrator Kanal 2 Output Komparator)

Gambar 4-25 Rangkaian Simulasi Pembangkit Sinyal


Persegi (Kanal 1 Input Komparator Kanal 2 Output
Komparator)

Gambar 4-23 Rangkaian Simulasi Pembangkit Sinyal


Segitiga (Kanal 1 Input Komparator Kanal 2 Output
Komparator)

Gambar 4-26 Hasil Simulasi Pembangkit Sinyal Persegi


Gambar 4-24 Hasil Simulasi Mode XY Pembangkit Sinyal (Kanal 1 Input Komparator Kanal 2 Output Komparator)
Segitiga (Kanal 1 Input Komparator Kanal 2 Output
Komparator) Berdasarkan pengamatan yang diperoleh bentuk
Vout adalah trapesium padahal bentuk Vout yang
Ketika percobaan bagian kedua menggunakan
semestinya adalah persegi. Hal ini terjadi karena
osiloskop biasa karena dengan agilent oscilloscope
opamp memiliki slewrate dan transien yang
menampilkan hasil yang terganggu oleh sinyal
menyebabkan bentuk gelombang tidak persegi
lainnya.
sempurna. Nilai Vc didpat mirip gelombang
Rangkaian Pembangkit Sinyal segitiga ini terdiri segitiga. Hal ini sesuai dengan teori karena Vc
atas pembangkit sinyal persegi yang kemudian merupaka tegangan output dari rangkaian tunda
tahap kedua dilakukan dipasang rangkaian RC orde satu dengan input merupaka Vout
integrator terhadap response transien dari komparator.
rangkaian pertama sehingga pada port output
Setelah hubungan rangkaian RC orde 1 diputus
terakhir diperoleh sinyal segitiga. Pada gambar 4-
sesuai gambar 4-27 maka didapat mode xy seperti
24 didapat VTC yang mirip dengan gambar 2-5.
gambar 4-28
Gambar ini mendekati VTC rangkaian komparator
namun dengan bentuk yang tidak kotak.

11
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
Gambar 4-27 Rangkaian Simulasi Pembangkit Sinyal
Persegi (Kanal 1 Input Komparator Kanal 2 Output
Komparator)
Gambar 4-29 Pengamatan Osilator cincin dengan 3 inverter

Gambar 4-28 Hasil Simulasi Mode XYPembangkit Sinyal


Persegi (Kanal 1 Input Komparator Kanal 2 Output
Komparator)
Didapatkan gambar 4-28 yang menampakkan hasil
yang tidak sesuai harapan. Seharusnya didapat
VTC rangkaian komparator seperti halnya
ditunjukkan pada gambar 2-5. Gambar 4-30 Pengamatan Osilator cincin dengan 5 inverter

4.5 OSILATOR CINCIN


Untuk VDD sebesar 10 V dan C L sebesar 15 pF dapat
diketahui dari datasheet nilai tamin = 20 ns dan tamax =
50 ns.
Berdasarkan persamaan berikut dapat diperoleh
tabel 4-1
1
f=
2 nt d

Tabel 4-1 Frekuensi Osilator Cincin

Jumlah Inverter Fmin (MHz) Fmax (MHz)


Gambar 4-31 Pengamatan Osilator cincin dengan 7 inverter

3 3.33 8.33 Pada simulasi tidak terlihat faktor slewrate yang


diakibatkan oleh beban kapasitif karena dianggap
5 2 5 rangkaian inverter ideal. Berdasarkan hasil
percobaan maupun perhitungan semakin banyak
7 1.429 3.57 jumlah inverter maka akan didapat frekuensi yang
semakin rendah. Namun, rentang nilai frekuensi
akan semakin kecil dengan bertambahnya jumlah
inverter.
Namun yang dapat diamati disini ialah osilasi pada
rangkaian ini diakibatkan oleh delay rangkaian
inverter. Namun pada simulator nilai delay tidak
12
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
sesuia dengan yang ada pada data sheet hal ini
mengakibatkan perbedaan hasil perhitungan
dengan hasil simulasi yang cukup besar dimana
semua frekuensi hasil simulasi berada dibawah
frekuensi minimum.

5. KESIMPULAN
 Rangkaian osilator dapat berupa rangkaian
pembangkit sinusoidal maupun non-
sinusoidal.
 Kriteria Barkhausen adalah syarat osilasi
dengan Aβ = 1.
 Rangkaian pembangkit nonsinusoidal dapat
berupa rangkaian pembangkit gelombang
segitiga dan rangkaian pembangkit persegi
 Osilator cincin merupakan salah satu jenis
osilator yang digunakan untuk menghasilkan
output sesuai input dengan perubahan
frekuensi tertentu.
 Nilai frekuensi output osilator cincin semakin
rendah ketika semakin banyak inverter yang
digunakan.
 Secara umum rangkaian osilator nonsinusoid
bekerja berdasarkan prinsip slew rate dan
delay komponen Op amp. Kedua parameter
ini dipengaruhi oleh beban kapasitif induktif
dan resistif pada rangkaian.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Adel S. Sedra dan Kennet C. Smith,
Microelectronic Circuits 6th Edition, Oxford
University Press, USA, 2013.
[2] Mervin T.Hutabarat, Petunjuk Pratikum
Elektronika II , Laboratorium Dasar Teknik
Elektro STEI - ITB, 2015.

13
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
Lampiran Persiapan
1. F = 1 kHz A = 10 Vpp
Vm = ½ A = 5 V
Vm = (R1/R2 )Vs
R1/R2 = 1/3
Maka didapat R1 10 kΩ dan R2 30 kΩ atau R1 1,8 kΩ dan R2 5,4 kΩ
C = 18 nF x 2 = 36 nF
F = (R2/R1)(1/CR)/4
R = 20,933 kΩ
2. F = 7 kHz
C = 18 nF
R = 20 kΩ
Maka R1/R2 ≈ 0,1
R1 = 5,6 kΩ dan R2 = 56 kΩ
3. Amplituda yang diinginkan 12 Vpp maka Vin = Amplituda/2 = 6 Vpp
(R1/R2) Vs = Vin
Vs adalah Vcc – 1,5 = 13,5 V
R1/R2 = 6/13,5
Bisa dipilih kombinasi R1 = 12 kΩ dan R2 = 27 kΩ
Duty Cycle yang kami inginkan adalah 40%
RB/(RA+RB) = 0,4
RB = 0,4 RA + 0,4 RB
RB/RA = 2/3
Bisa dipilih kombinasi RB = 22 kΩ dan RA = 33 kΩ
F = 2R2(VS-VD)/(C.R1.VS(RA+RB))
F = 5 kHz dan VD adalah 0,7 V
Maka bisa didapatkan nilai C = 15 nF
4. R1, R2 dan C seperti pada nomor 3
Kami memilih Duty Cycle sebesar 40%
D
RA=
2 ( R 1+ R 2 ) ( V S −V D )
f . C . ln( )
R 1. V S −( R 1+ R 2 ) V D
R A ≈ 3,8 k Ω
1−D
R B=
2 ( R 1+ R 2 ) ( V S −V D )
f . C . ln( )
R 1.V S−( R 1+ R 2 ) V D
R B ≈ 1,6 k Ω

14
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB

Anda mungkin juga menyukai