Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS INTENSIF

ASUHAN KEPERAWATAN DAN PEMANTAUAN PASIEN DENGAN

ACUTE LIVER FAILURE

Dosen Pengampu :

Akhmad Rizani, S.Kp, M.Kes.

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Bayu Setiawan P07120217049

Maulidia Selfianie P07120217065

Muhammad Irfan Sidik P07120217070

Nur Aprilisa Wulandari P07120217074

Rustina Alvina Muslimah P07120217078

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

JURUSAN D IV KEPERAWATAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas izin, kuasa dan perlindungan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas

dengan judul “Asuhan Keperawatan dan Pemantauan Pasien dengan Acute Liver

Failure (ALF)”. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata

kuliah Keperawatan Kritis Intensif 1 yang diberikan oleh Bapak Akhmad Rizani,

S.Kp, M.Kes selaku dosen pembimbing kami.

Kami selaku penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini

masih belum sempurna. Oleh karena itu kami mohon saran dan kritik yang

membangun untuk perbaikan makalah ini.

Banjarbaru, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Acute Liver Failure ................................................... 3


1. Definisi........................................................................................... 3
2. Etiologi .......................................................................................... 3
3. Manifestasi .................................................................................... 4
4. Patofisiologi................................................................................... 5
5. Komplikasi .................................................................................... 5
6. Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 6
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Acute Liver Failure ............. 7
C. Konsep Pemantauan Pasien dengan Acute liver Failure................ 10

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................. 12
B. Saran ................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal hati akut adalah kondisi yang jarang terjadi di mana kerusakan
fungsi hati yang cepat menyebabkan koagulopati, biasanya dengan
international normalized ratio (INR) lebih dari 1,5 dan perubahan status
mental (ensefalopati) pada individu yang sebelumnya sehat. Gagal hati
akut seringkali menyerang orang muda dan menyebabkan kematian yang
sangat tinggi. Gagal hati akut adalah istilah luas yang mencakup baik
gagal hati fulminan (GHF) dan gagal hati subfulminant atau gagal hati
onset lambat. Gagal hati fulminan umumnya digunakan untuk
menggambarkan perkembangan ensefalopati dalam waktu 8 minggu sejak
timbulnya gejala pada pasien dengan hati yang sebelumnya sehat. Gagal
hati subfulminant disediakan untuk pasien dengan penyakit hati hingga 26
minggu sebelum perkembangan ensefalopati hepatik. Beberapa pasien
dengan penyakit hati kronis yang sebelumnya tidak dikenali mengalami
dekompensasi dan datang dengan gagal hati meskipun secara teknis ini
bukan GHF, pembedaan seperti itu pada saat presentasi mungkin tidak
dapat dilakukan. Pasien dengan penyakit Wilson, hepatitis B yang didapat
secara vertikal, atau hepatitis autoimun dapat dimasukkan meskipun ada
kemungkinan sirosis, jika penyakit mereka telah bermanifestasi selama
kurang dari 26 minggu. Langkah terpenting dalam penilaian pasien dengan
gagal hati akut adalah mengidentifikasi penyebabnya, karena penyebab
tertentu menuntut pengobatan segera dan spesifik. Hepatotoksisitas terkait
obat, terutama dari asetaminofen, adalah penyebab utama gagal hati akut
di Amerika Serikat. Aspek perawatan yang paling penting adalah
memberikan dukungan perawatan intensif yang baik. Perhatian yang
cermat harus diberikan pada manajemen cairan dan hemodinamik.
Pemantauan parameter metabolik, surveilans untuk infeksi, pemeliharaan

1
nutrisi, dan pengenalan cepat perdarahan gastrointestinal sangat penting
(Medscape, 2019).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar penyakit pada acute liver failure ?

2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada acute liver failure ?

3. Bagaimana konsep pemantauan pada pasien acute liver failure ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui konsep dasar penyakit pada acute liver failure ?

2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada acute liver failure ?

3. Mengetahui konsep pemantauan pada pasien acute liver failure ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit Acute Liver Failure

1. Pengertian
Gagal hati akut adalah hilangnya fungsi hati yang terjadi dengan
cepat dalam beberapa hari atau minggu biasanya pada orang yang
tidak memiliki penyakit hati yang sudah ada sebelumnya. Gagal hati
akut lebih jarang terjadi dibandingkan gagal hati kronis, yang
berkembang lebih lambat. Gagal hati akut, juga dikenal sebagai gagal
hati fulminan, dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk
perdarahan yang berlebihan dan peningkatan tekanan di otak. Gagal
hati akut terkadang dapat diatasi dengan pengobatan, namun dalam
banyak situasi transplantasi hati mungkin satu-satunya obat (Mayo
clinic, 2017).

2. Etiologi
Ada banyak penyebab gagal hati fulminan, tetapi
hepatotoksisitas akibat asetaminofen dan reaksi obat idiosinkratik
adalah penyebab paling umum di Amerika Serikat. Untuk hampir 15%
pasien, penyebabnya masih tidak pasti. Virus hepatitis dapat
menyebabkan gagal hati. Hepatitis A dan B merupakan penyebab
sebagian besar kasus ini. Di negara berkembang, infeksi virus
hepatitis B akut mendominasi sebagai penyebab gagal hati fulminan
karena prevalensi penyakit yang tinggi. Hepatitis C jarang
menyebabkan gagal hati akut. Hepatitis D, sebagai koinfeksi atau
superinfeksi virus hepatitis B, dapat menyebabkan gagal hati
fulminan. Hepatitis E (sering dijumpai pada wanita hamil) di daerah
endemis merupakan penyebab penting dari gagal hati fulminan.

3
Penyebab atipikal hepatitis virus dan gagal hati fulminan adalah
sebagai berikut:

a. Cytomegalovirus
b. Hemorrhagic fever viruses
c. Herpes simplex virus
d. Paramyxovirus
e. Epstein-Barr virus
f. Dengue virus

3. Manifestasi klinis
Gagal hati akut adalah istilah luas yang mencakup baik gagal
hati fulminan maupun gagal hati subfulminant (atau gagal hati onset
lambat). Istilah gagal hati fulminan umumnya digunakan untuk
menggambarkan perkembangan ensefalopati dalam waktu 8 minggu
setelah timbulnya gejala pada pasien dengan hati yang sebelumnya
sehat. Istilah gagal hati subfulminant digunakan untuk pasien dengan
penyakit hati hingga 26 minggu sebelum berkembangnya ensefalopati
hepatik. Gejala kegagalan hati akut sebagai berikut :

a. Ensefalopati.
b. Edema serebral: dapat menyebabkan tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial (TIK) (misalnya, papilledema, hipertensi,
bradikardia).
c. Penyakit kuning: Sering muncul tetapi tidak selalu
d. Asites: Potensi untuk trombosis vena hati dengan perkembangan
yang cepat dengan adanya gagal hati fulminan disertai dengan
nyeri perut.
e. Nyeri kuadran kanan atas: Hadir secara bervariasi.

4
f. Perubahan rentang hati: Mungkin kecil karena nekrosis hati atau
mungkin membesar karena gagal jantung, hepatitis virus, atau
sindrom Budd-Chiari.
g. Hematemesis atau melena: Akibat perdarahan gastrointestinal
bagian atas.
h. Hipotensi dan takikardia: Akibat penurunan resistensi pembuluh
darah sistemik

4. Patofisiologi
Patofisiologi tergantung pada etiologi acute liver failure (ALF).
Sebagian besar kasus ALF (kecuali perlemakan hati akut pada
kehamilan dan sindrom Reye) akan mengalami nekrosis hepatosit
masif dan / atau apoptosis yang menyebabkan gagal hati. Nekrosis
hepatosit terjadi karena penipisan ATP yang menyebabkan
pembengkakan sel dan gangguan membran sel. Patofisiologi edema
serebral dan ensefalopati hepatik terlihat pada ALF multi-faktorial dan
termasuk blood-brain barrier (BBB) yang berubah akibat mediator
inflamasi yang menyebabkan aktivasi mikroglial, akumulasi glutamin
sekunder akibat amonia yang melintasi BBB dan stres oksidatif
berikutnya yang menyebabkan penipisan adenosin trifosfat (ATP) dan
guanosin trifosfat (GTP). Hal ini pada akhirnya menyebabkan
pembengkakan astrosit dan edema serebral.

5. Komplikasi
Gagal hati akut seringkali menyebabkan komplikasi, antara lain:

a. Cairan berlebihan di otak (edema serebral). Terlalu banyak cairan


menyebabkan tekanan terbentuk di otak.
b. Gangguan perdarahan, hati yang gagal tidak dapat membuat
cukup faktor pembekuan, yang membantu darah membeku.
c. Perdarahan di saluran pencernaan sering terjadi

5
d. Infeksi seseorang dengan gagal hati akut lebih mungkin
terinfeksi, terutama di darah dan di saluran pernapasan dan
saluran kemih.
e. Gagal ginjal, gagal ginjal sering terjadi setelah gagal hati,
terutama jika seseorang mengalami overdosis asetaminofen, yang
merusak hati dan ginjal.

6. Pemeriksaan penunjang

Tes dan prosedur yang digunakan untuk mendiagnosis gagal hati


akut meliputi:

a. Tes darah.

Tes darah dilakukan untuk menentukan seberapa baik hati


seseorang bekerja. Tes waktu protrombin mengukur berapa lama
darah membeku. Dengan gagal hati akut, darah tidak
menggumpal secepat yang seharusnya.

b. Tes pencitraan.

Dokter mungkin merekomendasikan pemeriksaan


ultrasonografi untuk melihat hati pasien. Pengujian semacam itu
mungkin menunjukkan kerusakan hati dan membantu dokter
menentukan penyebab masalah hati. Dokter mungkin juga
merekomendasikan pemindaian tomografi terkomputerisasi (CT)
perut atau pencitraan resonansi magnetik (MRI) untuk melihat
hati dan pembuluh darah. Tes ini dapat mencari penyebab tertentu
dari gagal hati akut, seperti sindrom Budd-Chiari atau tumor.
Mereka dapat digunakan jika dokter mencurigai adanya masalah
dan pengujian USG negatif.

6
c. Pemeriksaan jaringan hati.

Dokter mungkin merekomendasikan pengangkatan


sepotong kecil jaringan hati (biopsi hati). Melakukannya dapat
membantu dokter memahami mengapa hati anda gagal. Karena
orang dengan gagal hati akut berisiko mengalami perdarahan
selama biopsi, dokter mungkin melakukan biopsi hati
transjugular. Dokter membuat sayatan kecil di sisi kanan leher
dan kemudian memasukkan tabung tipis (kateter) ke pembuluh
darah leher, melalui jantung dan ke pembuluh darah yang keluar
dari hati. Dokter kemudian memasukkan jarum melalui kateter
dan mengambil sampel jaringan hati.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Acute Liver Failure


1. Pengkajian Tanda dan Gejala
- Manifestasi tergantung pada komplikasi yang terkait dengan
disfungsi hati.
- Perilaku pasien dapat berkisar dari agitasi hingga koma .
- Bukti pendarahan GI, gagal ginjal, atau gangguan pernapasan
juga dapat ada.
- Manifestasi awal dalam FHF umumnya berasal dari koagulopati.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
- BP: < 90 mm Hg (dengan shock)
- HR: > 120 denyut/menit (dengan shock)
- Suhu mungkin sedikit meningkat
- RR: takipnea awalnya berkembang menjadi depresi
pernapasan yang terkait dengan ensefalopati.
b. Neurologis
- Sedikit bingung untuk koma
- Perubahan kepribadian
- Asterixis

7
c. Paru
- Crackles
- Otot bantu pernafasan
d. Pencernaan
- Hematemesis dan melena
- Ascites
- Hepatomegaly mungkin hadir
- Splenomegaly mungkin ada
- Faktor hepaticus
- Diare
e. Kulit
- Ikterus
- Ecchymosis dan petechiae
- Pruritus
- Edema
3. Diagnosis dan Intervensi Keperawatan
Volume cairan yang kekurangan terkait dengan ascites secondaryto
hypoalbumineia, pendarahan sekunder hingga faktor pembekuan menurun
atau perdarahan varises, dan terapi diuretik.
Kriteria Hasil :
• BP 90 - 120 mm Hg
• Tekanan berat pusat 2 hingga 6 mm Hg
• Album serumin 3,5 hingga 5 mg/dl
• Jumlah trombosit >50.000/mm3
• Urin keluaran 30 ml/jam Serum natrium 135 hingga 145 mEq/L
• Serum kalium 3,5 hingga 5 mEq/L
• Output perkiraan asupan

Pemantauan Pasien

- Dapatkan tekanan arteri paru, tekanan berat badan pusat, dan tekanan
darah sampai kondisi pasien stabil, lalu per jam.

8
- Terus memantau EKG untuk disritmia mematikan yang dapat
mengakibatkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam-dasar.
- Pantau status volume cairan. Ukur asupan dan output per jam.

Penilaian Pasien

- Menilai status hidrasi. Perhatikan turgor kulit pada paha bagian dalam
atau dahi, kondisi memranes buccal, dan perkembangan edema dan
crackles.
- Menilai tanda dan gejala pendarahan.
- Ukur ketebalan perut setelah setiap shift untuk menentukan
perkembangan asites.
- Menilai status pernapasan.

Penilaian Diagnostik

- Tinjau serum serial amonia, albumin, bilirubin, jumlah trombosit, PT,


PTT dan ALT untuk mengevaluasi fungsi hati.
- Tinjau elektrolit serum serial.
- Tinjau elektrolit urin, BUN, dan kreatinin untuk mengevaluasi fungsi
ginjal.

Manajemen Pasien

- Berikan kristal intravena seperti yang diperintahkan.


- Berikan kalium seperti yang dipesan. Validasi output urin yang
memadai sebelum pemberian kalium.
- Pembatasan natrium 0, 5 g/hari dan pembatasan cairan hingga 1000
ml/hari dapat dipesan.
- Vitamin K atau plasma beku segar (FFP) mungkin diperlukan untuk
mempromosikan proses pembekuan.

9
C. Konsep Pemantauan pada Pasien Acute Liver Failure
Pasien ALF idealnya harus dirawat di unit intensif, terutama saat
terjadi ensefalopati hepatikum (≥Grade 3) dimana pasien membutuhkan
perlindungan jalan nafas, kardiovaskular, paru, ginjal, atau dukungan otak.
Mempertahankan homeostasis metabolik melalui kontrol tekanan darah,
oksigenasi, gizi, kadar glukosa, dan pemeliharaan elektrolit serum, sangat
penting dilakukan.

Terdapat kontroversi dalam penggunaan pemantauan tekanan


intrakranial. Pemantauan sistem saraf pusat secara invasif dan optimalisasi
otak dianggap gagal dalam meningkatkan kelangsungan hidup. Keays et al
dikutip dalam Privitera et al menunjukkan menurunnya kematian otak
pada pasien ensefalopati hepatikum kelas 4 yang dikelola dengan
pemantauan invasif dengan kelangsungan hidup meningkat 6 kali lipat dari
10-60 jam.

Kateter vena sentral (CVP) harus dipertimbangkan pada setiap


pasien ALF dengan hipotensi, asidosis atau gagal ginjal. Pasien dengan
gagal ginjal dipasang kateter urin. Analisa gas darah dan kadar laktat
berguna dalam menentukan prognosis. Kadar amonia arteri (> 150 umol/L)
dan tekanan oksigen vena jugularis (<65 mmHg atau> 85 mmHg) dapat
membantu untuk mengidentifikasi pasien berisiko terjadinya hipertensi
intrakranial. Hitung darah lengkap, waktu pembekuan dan kimia klinik
harus diperiksa setidaknya setiap 12 jam dan glukosa darah dimonitor
setiap 2 jam. Jika riwayat yang jelas untuk hepatotoksisitas parasetamol
kurang, skrining imunologi, mikrobiologi dan toksikologi harus dilakukan.

Bernal et al (2004) menunjukkan 25-50% pasien ALF dengan


ensefalopati kelas 3-4, mengalami hipertensi intrakranial akut karena
edema otak terutama pasien dengan hiperakut dan akut yang berusia <35
tahun. Jika skor ensefalopati memburuk sampai kelas 3/4, intubasi trakea
elektif dan ventilasi buatan dengan pasien dirawat pada posisi head-up 20º.

10
Perkembangan ketidakstabilan hemodinamik dan kegagalan organ multipel
dapat terjadi dengan cepat, dan tekanan arteri harus dipantau invasif pada
pasien ini.

Pemantauan tekanan intrakranial harus juga dipertimbangkan jika


fasilitas dan tenaga ahli tersedia. Sebuah studi multicenter Vaquero et al
(2005) menunjukkan bahwa monitor tekanan intrakranial hanya digunakan
pada 28% pasien dengan ALF dan ensefalopati berat; Sepuluh persen
memiliki perdarahan intrakranial, dan dapat mengakibatkan kematian.

Pemantauan atau penilaian yang dilakukan pada pasien dengan gagal


hati akut yaitu :

1. Segera: FBC, skrining koagulasi, glukosa darah, U & Es, kadar


parasetamol, kultur darah dan urin.
2. Mendesak (dalam 24 jam): LFT, serologi hepatitis (IgM anti-HAV,
HBsAg, IgM anti-HBc dan anti-HCV).
3. Rontgen dada, USG (US) hati dan pankreas.

Selain yang tertera diatas, jika diperlukan dapat juga dilakukan


pemeriksaan :

1. Caeruloplasmin serum, tembaga urin 24 jam, cincin Kayser Fleischer


akan dinilai oleh Dokter Spesialis Mata untuk penyakit Wilson.
2. Doppler US dari vena hepatik jika dicurigai Budd-Chiari.
3. EEG jika meragukan etiologi disfungsi serebral.

11
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Gagal hati akut adalah hilangnya fungsi hati yang terjadi dengan
cepat dalam beberapa hari atau minggu biasanya pada orang yang tidak
memiliki penyakit hati yang sudah ada sebelumnya. Penyebab gagal hati
fulminan yaitu hepatotoksisitas akibat asetaminofen dan reaksi obat
idiosinkratik dan virus hepatitis. Adapun gejala kegagalan hati akut yaitu
Ensefalopati, Edema serebral, Penyakit kuning, Asites disertai dengan
nyeri perut, hematemesis atau melena, hipotensi dan takikardi serta
perubahan ukuran hati. Gagal hati akut seringkali menyebabkan
komplikasi, antara lain: edema serebral, Gangguan perdarahan di saluran
pencernaan, Infeksi dan Gagal ginjal terutama jika seseorang mengalami
overdosis asetaminofen. Pemeriksaan yang dilakukan pada gagal hati
meliputi tes darah, tes pencitraan dan penilaian jaringan hati.

B. Saran
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Oleh karena itu mohon kritik dan saran yang
membangun dari pembimbing dan pembaca gunakesempurnaan pada
pembuaan makalah selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mayoclinic. “Acute Liver Failure”. 2017.


https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/acute-liver-failure/symptoms-
causes/syc-20352863. [diakses : 30 September 2020]

Medscape. “Acute Liver Failure”. 2019.


https://emedicine.medscape.com/article/177354-overview#a3. [diakses : 30
September 2020]

Rnpedia. “Hepatic Failure Nursing Management”. 2015.


https://www.rnpedia.com/nursing-notes/medical-surgical-nursing-notes/hepatic-
failure/. [diakses : 5 Oktober 2020]

Bernal W, Wendon J. Acute liver failure. The New England Journal of


Medicine 2013; 369: 2525-34.

Vaquero J, Fontana RJ, Larson A, Bass N, Davern T, Shakil AO, et al.


Complications And Use Of Intracranial Pressure Monitoring In Patients With
Acute Liver Failure And Severe Encephalopathy. Liver Transplantation 2005;
11:1581-9

13

Anda mungkin juga menyukai