Anda di halaman 1dari 3

Revolusi Akhlak, Bentuk Perlawanan Terhadap Kedzhaliman

Oleh: Nurdayanti (Aktivis Muslimah)

Kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab ke Indonesia, disambut
antusiasme yang luar biasa dari umat Islam. Mengenai sosok beliau, sering menjadi perbincangan terkait
dengan topik dari gagasan-gagasan yang beliau gaungkan. Apalagi soal mengkritisi terkait kebijakan yang
menimbulkan ketidakadilan bagi masyarakat, pelecehan terhadap ajaran Islam serta kriminalisasi
terhadap ulama.

Sekretaris Umum (Sekum) Front Pembela Islam (FPI) Munarman mengatakan bahwa reaksi umat
merupakan representasi simbol kerinduan umat akan keadilan. Menurutnya, inilah yang menjadi alasan
umat begitu antusias menyambut HRS. “Itu yang selama ini dirasakan oleh umat bahwa mereka sedang
mengalami ketidakadilan dan mereka sedang mengalami kezaliman,” ujarnya. (Mediaumat.news,
16/11/2020).

Meski demikian, gagasan yang beliau gaungkan sekembalinya dari Makkah mengenai revolusi akhlak
kerap diperdebatkan baik dari konsep gagasan, arah dari gerakan revolusi akhlak serta aplikasinya dalam
kehidupan bernegara. Dilansir dalam www.jpnn.com (14/11/2020), Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi
Research and Analysis (SUDRA), Fadhli Harahab berpendapat bahwa revolusi akhlak akan mendapat
tempat istimewa jika konsepnya jelas serta benar-benar bisa diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. "Saya meyakini revolusi akhlak akan membumi bahkan akan jadi prototipe perubahan,
jika benar-benar menjadi sebuah konsep yang nyata," tandas Fadhli.

Menjawab berbagai macam spekulasi tentang revolusi akhlak, Habib Rizieq Shihab pun kemudian
menjelaskan gagasannya. Beliau mengatakan, perubahan pola perjuangan bisa terjadi apabila kezaliman
tidak berhenti padahal ajakan perdamaian sudah digaungkan. Revolusi akhlak merupakan cerminan dari
tindakan Nabi Muhammad SAW. Revolusi jenis ini menawarkan dialog, perdamaian, dan rekonsiliasi.

"Begitu juga revolusi ahlak kita, tawarkan perdamaian, tawarkan dialog, tawarkan selesaikan persoalan
bangsa tanpa pertumpahan darah, setuju, tapi kalau mereka tak mau, terus menerus berbuat zalim,
terus menerus menindas rakyat, terus menerus merusak bangsa negara, terus menerus
mengkriminalisasi ulama, terus menerus ingin pertumpahan darah, maka apa boleh buat dari revolusi
akhlak bisa berubah menjadi jihad fi sabilillah. Takbir," tegasnya (nasional.okezone.com, 15/11/2020)

Revolusi akhlak sebenarnya lahir dari pemikiran yang mendalam terhadap fakta yang terjadi saat ini
hingga menimbulkan keresahan akibat berbagai permasalahan yang muncul dalam kehidupan umat
Islam. Sebagaimana pemikiran akan melahirkan tingkah laku dalam menyikapi sesuatu, keresahan ini
adalah bentuk sikap atau reaksi beliau selaku ulama menyikapi permasalahan yang terjadi di tengah-
tengah umat.

Mengamati realitas yang terjadi, nampak jelas bahwa umat merasakan ketidakadilan, diskriminasi,
pelecehan terdahap ajaran Islam, kriminalisasi, kemiskinan bahkan sampai pada serangan fisik di
sejumlah negeri-negeri Islam. Inilah bentuk-bentuk kedzhaliman yang nyata dihadapi oleh kaum
muslimin saat ini. Baik yang disebabkan oleh serangan dari luar negeri maupun berasal dari penerapan
kebijakan yang diambil oleh penguasa dzhalim dalam negeri.

Maka dari itu, Kesadaran akan kedzhaliman yang terjadi haruslah dibarengi dengan segera mengambil
sikap untuk melakukan perubahan yang mendasar dan menyeluruh menyentuh segala aspek kehidupan.
Sebab, kedzhaliman yang terjadi saat ini lahir akibat dari kebijakan yang diterapkan oleh penguasa.
Tentu kebijakan yang diambil oleh penguasa negeri-negeri kaum muslimin tidak lepas dari sistem yang
dianut dan dijadikan acuan dalam menetapkan aturan yang mengikat masyarakat dan bernegara.

Pada umumnya, negeri-negeri Islam termasuk Indonesia menganut sistem pemerintahan sekuler
demokrasi yang diusung oleh Barat. Asas yang dibangun berdasarkan pada pemisahan agama dari
kehidupan, sehingga aturan dalam mengatur kehidupan diambil alih oleh manusia. Manusia merasa
berhak membuat aturan sendiri, bebas dalam berperilaku selama tetap dalam koridor norma yang
berlaku ditengah-tengah mereka yang disepakati bersama. Sehingga hal ini pula yang menyebabkan
kebijakan yang lahir dari rahim sistem sekuler ini sarat akan kepentingan Negara yang berpengaruh dan
segelintir oknum tertentu yang berkuasa atas negeri-negeri Islam tersebut. Pemimpin negeri kaum
muslimin pun ikut serta dalam menyelenggarakan agenda-agenda yang dicetuskan asing hingga
mengabaikan kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakatnya. Sekaligus mengabaikan fakta bahwa
segala kebijakan yang lahir dari sistem ini sekaligus penerapannya bertolak-belakang dengan Islam.

Menyikapi hal ini, umat haruslah menyambut baik atas gagasan yang mengarahkan kepada kebaikan
yang dicetuskan oleh ulama. Sehingga yang perlu dilakukan adalah mendukung setiap usaha yang
dikerahkan para ulama selama sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Itupun tidak cukup hanya
mengemukakan ide atau gagasan menuju perubahan yang bersifat parsial. Tetapi yang diperlukan
adalah revolusi pemikiran yang sifatnya menyeluruh, menyentuh seluruh aspek kehidupan karena
permasalahan yang dihadapi umat pun sifatnya menyeluruh.

Kemudian, perlu dilakukan realisasi atas ide atau gagasan perubahan yang menyeluruh tersebut dengan
metode yang jelas sesuai dengan metode yang dicontohkan Rasulullah, hingga bermuara pada
penggantian sistem sekuler yang telah terbukti gagal dalam mengatur dan menjaga kemaslahatan umat
menuju sistem Islam.

umat membutuhkan pemimpin yang bersandar pada syariat dan berani melawan kedzhaliman dengan
sistem kepemimpinan dalam bernegara yang bersandar pada syariat (khilafah), sehingga melahirkan
para pemimpin yang kebijakannya adil.

revolusi (perubahan menyeluruh) akhlak akan menjadi hasil pemberlakuan sistem khilafah. Hal ini
terlihat pada fakta sejarah terkait didikan Rasulullah kepada para sahabatnya tercermin dalam
keteladanan kepimpinan khalifah sepeninggal beliau. Pendidikan Rasulullah yang berpijak pada dasar
akidah dan contoh nyata menjadikan peradaban Islam sebagai peradaban yang revolusioner. Akhlak
yang dibangun dari akidah Islam dan pelaksanaan syariat Islam secara menyeluruh dalam pemerintahan
menjadi cerminan kepemimpinan yang menerapkan aturan Sang Pencipta. Rasulullah membangun
masyarakat Islam agar selalu berpegang pada wahyu yang datang dari Allah SWT. Hal ini juga diteruskan
oleh para khalifah setelah beliau wafat.

Demikian, Umat haruslah memandang bahwa revolusi akhlak yang diinisiasi oleh HRS adalah titik awal
bagi umat untuk mengubah diri dan perilaku dari maksiat menuju ketaatan total serta melawan
kedzhaliman. Revolusi akhlak sejatinya adalah merevolusi diri dan masyarakat agar bersungguh-sungguh
menjadi hamba Allah yang benar-benar taat dan tunduk pada syariat-Nya secara keseluruhan dalam
kehidupannya.

Wallahu'alam bish-shawwab.

Anda mungkin juga menyukai