Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PERCOBAAN 5
“UJI AKTIVITAS ENZIM ALFA AMILASE PADA SALIVA”

OLEH
NAMA : RUSNIATI HALA TAMU
NIM : 1806070076
KELAS : B
NAMA ASISTEN PRAKTIKUM : MARTA FALION

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
I. Judul
Uji aktivitas enzim alfa amilase pada saliva.
II. Tujuan
Untuk mengetahui kerja enzim alfa amilase dalam hidrolisis pati dan
faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas atau kerja enzim amilase.
III. Dasar Teori
Enzim adalah molekul protein yang berperan sebagai biokatalisator dan
berfungsi untuk mengkatalis reaksi-reaksi metabolisme yang berlangsung pada
makhluk hidup. Kinerja suatu enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
substrat, suhu, pH, kovaktor dan inviktor. Pada kondisi optimum laju reaksi
enzimatik akan bertambah seiring bertambahnya konsentrasi enzim. Sebaliknya
laju reaksi dapat mencapai konstan bila jumlah bertambah terus sampai
melewati batas kemampuan enzim.
Pada kondisi optimum laju reaksi enzimatik akan bekerja secara optimum
sehingga diperoleh produk yang lebih banyak.
Enzim amilase merupakan enzim yang mempunyai kemampuan untuk
menghidrolisis pati, amilosa. Dapat menghidrolisis pati untuk menghasilkan
produk bervariasi seperti maltosa, dekstrim dan terutama molekul glukosa
sebagai unit terkecil.
IV. Alat dan Bahan
1. Alat
 Kompor dan panci
 Sendok
 3 buah gelas
 1 buah baskom
 Alu
2. Bahan
 Nasi
 Betadin
 Saliva
 Air.

IV. Prosedur kerja


 Dihaluskan nasi dengan ditambahkan sedikit air.
 Dimasukkan 2 sendok larutan amilum kedalam masing-masing gelas.
 Ditambahkan saliva kedalam masing-masing gelas
 Diletakkan gelas pertama pada suhu ruang, gelas kedua pada air dingin,
dan gelas ketiga dipanaskan.
 Ditambahkan beberapa tetes betadine pada menit kelima lalu
dihomogenkan.
Setelah itu diamati perubahan warna yang terjadi setelah 20 menit.
V. Hasil pengamatan
No Gelas Perlakuan Hasil
.
1. Gelas 1 2 sdm amilum + 1 sdm saliva + Ungu muda
diletakkan disuhu ruang + betadine
(menit kelima) + dibiarkan selama 20
menit.
2. Gelas 2 2 sdm amilum + 1 sdm saliva + Ungu
direndam dengan air es + betadine kemerahan
(menit kelima) + dibiarkan selama 20
menit.
3. Gelas 3 2 sdm amilum + 1 sdm saliva + Tidak ada
dipanaskan + betadine (menit kelima) perubahan
+ dibiarkan selama 20 menit. warna

VI. Pembahasan
Pada praktikum ini digunakan sampel nasi, amilum, dan saliva. Ketiga
sampel ini diberikan perlakuan yang berbeda. Yaitu yang pertama diletakkan
pada suhu ruang, kedua direndam dengan air dingin, dan yang ketiga
dipanaskan. Tiga sampel ini diberi perlakuan sealama 20 menit dan indikator
yang digunakan adalah betadine sebagai iodin yang ditambahkan pada menit
kelima. Pada sampel pertama yang diletakkan pada suhu ruang kuang lebih
300C ketika ditambahkan iodin pada menit kelima dan diaduk larutannya akan
berubah menjadi ungu muda. Hal ini menunjukkan bahwa enzim alfa amilase
dapat bekerja atau glukosa mulai terbentuk. Pada sampel yang kedua yaitu
yang direndam dengan air dingin ketika ditambahkan betadine/ iodin dan
diaduk larutan akan berubah menjadi ungu kemerahan. Hal ini menunjukkan
bahwa enzim alfa amilase bekerjanya terlambat atau belum bekerja. Lalu pada
sampel yang ketiga yaitu yang dipanaskan, ketika ditambahkan betadine pada
menit kelima lalu diaduk, larutannya tidak berubah warna. Seharusnya sampel
ini berubah warna menjadi biru tua. Karena perubahan warna menjadi biru tua
menunjukkan bahwa enzim alfa ailase tidak berhasil mengubah amilum
menjadi glukosa. Namun pada praktikum ini tidak berubah warna dikarenakan
terdapat kesalahan teknis dalam praktikumnya.

VII. Kesimpulan
Enzim alfa amilase dapat bekerja maksimal pada suhu optimal 38 0C.
Sedangkan pada suhu ruang 300C enzim belum bekerja secara maksimal
karena ditandai dengan larutan yang berwarna putih keunguan/ungu muda
setelah 20 menit. Sedangkan pada suhu yang rendah atau yang direndam dalam
air es, enzim ini bekerja secara terhambat dengan ditandai dengan adanya
perubahan warna menjadi ungu pekat atau ungu kemerahan. Sedangkan pada
percobaan terakhir yaitu pada suhu tinggi yang dipanaskan seharusnya enzim
ini terdaniturasi dengan ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi
warna biru tua. Namun pada praktikum kali ini pada percobaan suhu tinggi
enzimnya tidak berubah warna. Mungkin karena adanya kesalahan pada
praktikum yang menyebabkan tidak adanya perubahan warna.

DAFTAR PUSTAKA
Despal, dkk. 2007. Pengantar Ilmu Nutrisi. Bogor: Departemen Ilmu dan
Teknologi Pakan FakultasPeternakan IPB.
Frank B. 1995. Buku Ajar Biokimia Edisi ketiga. EGC: JakartaGilvery
Goldstein. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional Edisi 3. Airlangga
University Press:Surabaya
Riawan, S. 1990. Kimia Organik Edisi 1. Binarupa Aksara: Jakarta
Winarno FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.ap

Anda mungkin juga menyukai