Anda di halaman 1dari 17

BOLA SALJU

1. Apa masalah yang melatar belakangi munculnya inovasi ini?


(maks. 500 kata)
Kehamilan bagi sebuah keluarga membawa dampak perubahan psikologis bagi sang
calon ibu. Perubahan emosi yang terjadi ini merupakan hal wajar akibat
perubahan hormon dalam tubuh ibuhamil. Berbagai macam macam reaksi yang
muncul silih berganti ,bahagia ,sensitif ,mudah sedih kecewa dan tersinggung.
Tidak semua ibu mengalami keluhan demikian. Namun ada beberapa ibu hamil
yang tiba – tiba menjadi sensitif ,misalnya tidak senang dengan aroma parfum
suami,serta menurunya rasa percaya diri sebagai calon ibu.
Selama melewati masa – masa kehamilan selama kurang lebih 40 minggu , peran suami
dalam memberikan dukungan psikologis saat istri sedang hamil merupakan hal
yang penting,mengapa? Kehamilan merupakan masa dimana tubuh seoarang ibu
hamil bukan saja mengalami perubahan fisisk namun juga mengalami perubahan
hormon kehamilan. Pada ibu yang mengalami tingkat stres atau tekanan mental
berlebihan dapat memicu terjadinya rangsangan kontraksi rahim dan
mengakibatkan keguguran, ketegangan mental dapat berakibat meningkatnya
tekanan darah,yang akan mengakibatkan keracunan dalam kehamilan dan
meningkatnya kasus pre eklamsia,kelahiran prematur juga sering terjadi pada ibu
hamil yang kurang mendapat dukungan mental. Oleh sebab itu para suami perlu
mengetahui perubahan psikologis apa saja yang terjadi pada ibu hamil.
Kegiatan bola salju adalah suatu kegiatan kelas suami. Kenapa kita membuat kelas
suami? Karena ibu hamil yang khususnya di kecamatan kwadungan kadang
kurang mendapat dukungan dari suami maupun keluarga. Tidak sedikit yang
mengalami komplikasi waktu hamil ,bersalin maupun melahirkan,itu dikarenakan
kurang pengetahuan suami dan keluarga tentang tanda – tanda bahaya
kehamilan,persalinan dan nifas. Untuk itu dengan diadakan BOLA SALJU suami
bisa menjadi suami Siaga
2. Siapa inisiator inovasi ini dan bagaimana inovasi berhasil memecahkan
masalah yang dihadapi?
(maks. 600 kata)
berawal pada beberapa tahun kebelakang ada kematian ibu bersalin dan ibu
nifas di lingkungan puskesmas kwadungan, dan akhir – akhir ini banyak terjadi
kelahiran prematur maka muncul ide dari bidan yang ada di Puskesmas untuk
megadakan kelas suami Hal ini sejalan dengan program Kesehatan Ibu dan Anak

1
untuk menurunkan Angka kematian Ibu dan Bayi. Setiap desa harus bisa menekan
Angka kematian Ibu dan Bayi.
Menjadi momentum yang tepat pada saat Puskesmas Kwadungan memiliki
permasalahan banyaknya kematian Ibu bersalin dan bayi. Dibutuhkan suatu
inovasi atau cara baru dalam menurunkan angka kematian Ibu dan bayi,serta
bayi lahir prematur.
Gagasan Bidan yang bertugas di puskesmas tersebut kemudian dibahas
bersama oleh bidan – bidan yang ada di wilayah puskesmas Kwadungan beserta
Kepala Puskesmas Kwadungan. Setelah semua pihak menyetujui, dengan
megadakan Bola Salju di Puskesmas dengan Dana diambil dari Bok maka
dilakukan pada saat bersamaan dengan jadwal pemeriksaan USG.
Dalam pelaksanaan inovasi BOLA SALJU,Puskesmas Kwadungan juga
mendapat dukungan penuh dari Dinas Kesehatan .Dukungan tersebut berupa
bantuan leaflet dan poster – poster tentang kehamilan,persalinan nifas serta cara
merawat bayi.
Inovasi BOLA SALJU merupakan upaya kreatif dari Puskesmas Kwadungan
menyampaikan ilmu – ilmu tentang kehamilan persalinan dan cara merawat
bayi.. Karena ini sangat penting sekali untuk menambah wawasan para suami
atau keluarga di sela – sela menunggu ibu di periksa.
Selain tujuan utama tersebut, manfaat BOLA SALJU antara lain:
1. Meningkatkan pengetahuan suami dan keluarga
2. Merubah cara pandang suami terhadap kesehatan tenaga medis atau fasilitas
kesehatan menjadi tertarik dan nyaman tanpa ada rasa takut untuk selalu
mendampingi saat proses persalinan.
3. Melatih suami untuk tidak Panik dan agar selalu sigap apabila terjadi sesuatu
pada ibu hamil
4. Menumbuhkan rasa empati, simpati terhadap ibu hamil

BOLA SALJU juga mudah diterima karena lebih disukai oleh para suami
atau keluarga karena pelaksanaan dilakukan pada saat menunggu diperiksanya
ibu hamil,sehingga tidak jenuh dan bosan,serta tidak meluangkan waktu lagi
untuk pertemuan BOLA SALJU ini.

3. Apa saja aspek kreatif dan inovatif dari inovasi ini?

2
(maks. 200 kata)
Itstilah Sauami Siaga sebenarnya sudah ada pada masyarakat Indonesia
sejak dulu.Setiap Suami pasti sudah selalu memperhatikan Itri dan selalu siap
bila terjadi sesuatu pada istri,tapi tidak sedikit yang terlambat mengetahaui atau
tidak tahu sama sekali bahaya – bahaya dalam kehamilan. Keunikan inovasi ini
karena:
1. Metode penyampaian dan pertemuan dilakukan secara nyaman dan
menyenangkan
2. Materi yang disampaikan focus pada kehamilan sampai nifas beserta tanda
bahayanya
3. Merangsang minat suami dan
4. Seluruh pihak ikut terlibat dalam kegiatan BOLA SALJU para suami ,keluarga,
Kepala Puskesmas,bidan desa ,serta bidan induk dan juga lintas sektor.
5. Biaya kegiatan BOLA SALJU dari BOK

4. Bagaimana inovasi ini dilaksanakan?


(maks. 600 kata)
Pada awalnya, penyampaian gagasan BOLA SALJU dibicarakan oleh Bidan
Induk melalui rapat kecil bersama kepala Puskesmas Kwadungan pada tanggal
10 juli 2016 membahas pelaksanaanya Hasilnya antara lain:
1. Kegiatan kelas suami dilaksanakan sela - sela menunggu di periksa
2. sebelum pelaksanaan mencari sasaran atau peserta yang hadir mengantar
ibu hamil pada saat pelaksanaan jadwal USG di Puskesmas Kwadungan
3. Materi kelas suami yang disampaikan kepada peserta berasal dari buku
KIA ,dari programer Ibu dan programer - programer yang terkait.
4. Tempat pelaksanaan BOLA SALJU di Aula Puskesmas Kwadungan.
5. Sarana/alat yang digunakan adalah pengeras suara dan alat peraga
(menyesuaikan kebutuhan)

Adapun langkah-langkah kunci dari keberhasilan BOLA SALJU adalah


sebagai berikut:
1. Siapkan Dongengnya dengan cara SKSD yaitu Searching, Kreasikan, Simak,
Dongengkan. Searching yaitu mencari sumber dongeng yang relevan untuk
usia peserta didik. Kreasikan dongeng yang sudah dicari dengan
menghidupkan cerita, contoh penokohan cerita raksasa dikreasikan
semenarik mungkin seperti raksasa atau bisa juga bahasa pada dongeng kita

3
kreasikan kedalam bahasa anak-anak yang mudah untuk dipahami. Setelah
kita kreasikan simak dulu dengan membaca sambil meneliti mana
penggunaan kata yang kurang cocok untuk anak-anak atau mana bahasa
yang sulit untuk diterima anak-anak. Setelah semua tepat, barulah bersiap
untuk mendongeng di depan peserta didik.
2. Jadilah pendongeng yang hebat dengan cara BMDM (Berani Malu Demi
Muridku). Jadilah pendongeng yang baik dengan menjadi artis sehari.
Dongeng yang dibacakan tidak akan mendapat perhatian dari peserta didik
bila kita hanya sekedar membaca dongeng tanpa berperan menjadi pelaku
dalam dongeng tersebut. Hidupkan suasana DOPARI dengan cara berani
tampil memerankan tokoh dalam dongeng sesuai dengan perwatakannya
agar dapat nilai dongengnya.
3. Untuk menguji sampai dimana pemahaman siswa terhadap dongeng yang
dibacakan maka Siapkan Pertanyaan Dongengnya (SIIP DONG). Siapkan
beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan dongeng yangdibacakan,
mulai dari tema dongeng, penokohan dan lain-lain. Pertanyaan yang
diberikan bisa dijadikan tolak ukur untuk mengetahui tingkat pemahaman
peserta didik terhadap tema dongeng.
4. Selesai mendongeng jangan lupa selalu menginvetarisir dongeng sebagai
dokumen untuk kegiatan DOPARI SAKATU.
Dua hal yang juga harus menjadi perhatian bagi siswa yang ingin tampil
sebagai pendongeng diantaranya:
1. Siswa diberi kesempatan untuk mendaftarkan diri sebagai pembaca dongeng
ke wali kelas masing-masing.
2. Melatih dan membina peserta didik yang sudah terdaftar untuk membaca
dongeng setelah pembelajaran selesai. Peserta DOPARI untuk siswa dibatasi
dari kelas 1 sampai kelas 6.

5. Siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan?


(maks. 300 kata)
Pihak yang berkontribusi untuk DOPARI SAKATU adalah Kepala Sekolah
SDN 2 Mojorejo Kota Madiun, Bapak Drs. Yudi Santoso sebagai penggagas, yang
kemudian dibahas bersama dengan Dewan Guru dan Komite Sekolah. Sedangkan
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan DOPARI SAKATU adalah:

4
1. Kepala Sekolah, sebagai penggerak utama dalam pelaksanaan DOPARI
SAKATU. Ide merencanakan, mengembangkan, dan melaksanakan DOPARI
SAKATU di SDN 02 Mojorejo.
2. Guru sekolah, sebagai pendongeng utama dalam DOPARI SAKATU. Guru
sejumlah 24 orang menjadi pendongeng sesuai dengan jadwal yang telah
disusun.
3. Siswa
Selain sebagai penerima manfaat, siswa juga didorong sebagai pendongeng yang
dapat memberi inspirasi positif bagi siswa yang lain untuk mendongeng.
4. Orang tua atau Wali Murid.
Dalam pelaksanaan DOPARI SAKATU, tidak hanya melibatkan peserta didik dan
guru tetapi juga mengajak peran serta aktif orang tua untuk berpartisipasi
dalam membacakan dongeng. Dampak secara langsung yang dirasakan oleh
siswa adalah bangga karena orang tua mereka dapat tampil dan dilihat
teman-temannya. Kebanggaan yang sama juga akan dirasakan oleh orang
tua karena secara langsung dilibatkan dalam kegiatan DOPARI ini.
5. Dinas Pendidikan.
Sebagai Organisasi Perangkat Daerah yang menaungi SDN 2 Mojorejo mendukung
pelaksanaan kegiatan ini. Dinas Pendidikan memberikan bantuan berupa
buku besar bergambar yang bisa dijadikan sumber bacaan yang
menyenangkan dalam pelaksanaan DOPARI SAKATU. Selain itu Dinas
Pendidikan Kota Madiun juga menjadikan SDN 02 Mojorejo menjadi SD
rujukan bagi terselenggaranya gerakan literasi sebagai gerakan penumbuh
budi pekerti melalui dongeng.
6. Masyarakat
Siapa saja boleh berpartisipasi dalam DOPARI SAKATU. Masyarakat yang telah ikut
berpartisipasi selama inovasi ini berjalan adalah mahasiswa
magang/berkunjung ke SDN 2 Mojorejo sebagai pendongeng.
SDN 2 Mojorejo selalu membuka diri untuk partisipasi masyarakat dalam
rangka keberhasilan DOPARI SAKATU.

6. Sumber daya apa saja yang digunakan untuk melaksanakan inovasi ini
dan bagaimana sumber daya itu dimobilisasi? (Maks. 500 kata)
Sumber daya yang digunakan dalam pelaksanaan DOPARI SAKATU antara
lain:
1. Sumber daya keuangan

5
Tidak ada anggaran khusus untuk pelaksanaan DOPARI SAKATU. Tempat
pelaksanaan dengan memanfaatkan halaman tengah SDN 02 Mojorejo yang
sudah ada. Halaman terbuka tersebut telah dipaving dan biasa digunakan
untuk upacara sekolah, sehingga tidak memerlukan biaya renovasi atau
pembangunan lagi. Peralatan yang digunakan adalah pengeras suara yang
biasanya telah dimiliki oleh setiap sekolah dan alat peraga sederhana jika
dibutuhkan (seperti selendang, topeng, tongkat, dan sebagainya) yang
disiapkan secara swadaya oleh si pendongeng untuk menunjang penampilan
mereka. Pendongeng adalah berasal dari guru yang ada di SDN 2 Mojorejo,
siswa, serta wali murid dan masyarakat yang secara sukarela menjadi
pendongeng. Tidak ada honorarium khusus untuk pendongeng tersebut.
2. Sumber Daya Manusia
Pendongeng berasal dari guru yang ada di SDN 2 Mojorejo sejumlah 24
orang, siswa, Wali Murid dan Masyarakat. Dalam pelaksanaan DOPARI
SAKATU, pendongeng harus mempunyai keahlian bagaimana dongeng yang
disampaikan bisa mencuri perhatian siswa. Sebagai pendongeng mereka
harus berusaha agar siswa mau mendengarkan, memperhatikan dan bahkan
menghayati jalan cerita yang dibacakan. Para pendongeng harus bisa
menjadi artis dalam satu hari. Pendongeng harus bisa memerankan tokoh
yang ada pada dongeng tersebut. Tak jarang para pendongeng juga
membawa properti yang bisa dijadikan trik untuk mencuri perhatian siswa.
Mulai dari tongkat, topeng, bahkan selendang layaknya putri raja.
Penggunaan olahvokal yang juga menyesuaikan dengan jalan cerita juga
harus divariasikan sehingga siswa yang mendengarkan dongeng bisa
berimajinasi dan membayangkan seolah-olah mereka ada dalam peristiwa
tersebut. Untuk itu diperlukan Sumber daya manusia dalam hal ini adalah
guru, yang harus mampu menyajikan jalan cerita menjadi lebih hidup dan
lebih menarik sehingga kita seolah-olah ada dalam peristiwa dimana
dongeng itu terjadi. Pendongeng juga harus bisa memilah sumber cerita
sesuai dengan umur anak.Bahkan ke depan kami mempersiapkan
keterlibatan narasumber yang mengetahui secara langsung bagaimana
cerita dan dongeng itu terjadi.
3. Sumber Daya Teknis
Halaman sekolah/tempat yang mampu menampung seluruh siswa kelas satu
sampai dengan siswa kelas enam kurang lebih ukuran 40 x 20 m. Satu set
pengeras suara berupa mikrofon untuk dipakai oleh pendongeng. Materi

6
dongeng, dapat diambil dari buku cerita di perpustakaan sekolah, cerita-
cerita rakyat yang adadi internet (menggunakan fasilitas internet sekolah
yang telah ada) bahkan lingkungan sekolah dapat dijadikan bahan cerita,
tergantung dari kreatifitas dari si pendongeng. Selama inovasi ini
dilaksanakan telah mendapatkan bantuan buku cerita besar sebanyak empat
buah buku dari Dinas Pendidikan Kota Madiun. Sehingga pelaksanaan
DOPARI SAKATU telah mendapatkan dukungan dari Dinas Pendidikan Kota
Madiun. Alat peraga sederhana untuk menunjang DOPARI, misal tongkat,
selendang, topeng dan sebagainya.

7. Apa saja output/keluaran yang dihasilkan oleh inovasi ini?


(maks. 400 kata)
Terdapat tiga keluaran/output konkret yang dari inovasi DOPARI SAKATU,
yaitu:
1. Jadwal pelaksanaan dan pendongeng DOPARI SAKATU
Jadwal pelaksanaan DOPARI rutin dilaksanakan setiap hari Selasa, Kamis
dan Sabtu. Setiap harinya siswa SDN 02 Mojorejo berbaris di halaman
tengah dan dibiasakan menyanyikan lagu Indonesia Raya pukul 06.45 WIB.
Setelah itu baru dilaksanakan DOPARI selama kurang lebih 10 menit. Siswa
mulai melaksanakan proses pembelajaran di kelas pukul 07.15 WIB.
Sedangkan untuk jadwal pendongeng diutamakan dari guru yang ada di
SDN 2 Mojorejo. Jadwal telah ditetapkan oleh Kepala Sekolah dan semua
guru sejumlah 24 orang beserta siswa secara merata mendapatkan giliran
sebagai pendongeng. Siswa yang sudah mendongeng sampai saat ini
berjumlah 25 siswa terdiri dari 15 siswi dan 10 siswa pendongeng. Namun
jadwal bisa menyesuaikan jika ada sukarelawan pendongeng dari wali murid
atau masyarakat. Wali murid yang sudah mendongeng sampai saat ini
berjumlah tiga orang, sedang kan dari masyarakat sampai saat ini
berjumlah 10 orang sukarelawan pendongeng. DOPARI SAKATU sudah
dilaksanakan sekitar 147 kali sampai tahun 2017.
2. Pelaksanaan DOPARI SAKATU itu sendiri berupa dokumentasi video dan
foto.
Keluaran yang utama adalah pelaksanaan DOPARI SAKATU itu sendiri.
DOPARI SAKATU yang berhasil jika siswa merasa terhibur dan ikut larut
dalam dongeng yang disampaikan. Hal ini terlihat dari minat siswa dalam
mendengarkan dongeng saat itu. Juga tanggapan siswa ketika pendongeng

7
memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait dongeng tersebut. Siswa yang
aktif menjawab pertanyaan dari pendongeng rata – rata berjumlah tujuh
sampai dengan sembilan siswa. Penyampaian pendongeng yang menarik
dan komunikatif persuasif merupakan faktor utama keberhasilan DOPARI
SAKATU. Sebagian Pelaksanaan DOPARI SAKATU telah didokumentasikan
dalam bentuk video dan foto sebagai bukti nyata dan contoh rujukan bagi
sekolah dasar lainnya. Dokumen Inventarisasi Dongeng/materi cerita
DOPARI SAKATU dalam bentuk kliping. Setiap selesai mendongeng,
pendongeng wajib menyerahkan materi dongengnya kepada pihak sekolah.
Pihak sekolah akan mendokumentasikannya dalam bentuk kliping dan
menyimpannya di perpustakaan sekolah. Sehingga siswa dapat membaca
kembali jika menginginkannya.

7. Sistem apa yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan


mengevaluasi kegiatan dalam inovasi ini?
(maks. 400 kata)
Sistem yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan mengevaluasi
DOPARI SAKATU adalah rapat DOPARI tiga bulan Sekali. Kepala sekolah selaku
penanggung jawab inovasi ini membuat sebuah rapat khusus yang bernama
Rapat DOPARI Tiga Bulan Sekali. Rapat ini diadakan untuk berdiskusi mencari
solusi memperbaiki pelaksanaan DOPARI SAKATU. Mulai dari hal yang masih
dirasakan kurang, hal yang sudah baik sampai pada efek yang bisa dilihat.
Masing-masing wali kelas akan menceritakan berdasarkan catatan yang sudah
ada. Dari sini penyelenggara bisa melihat seberapa besar dampak yang
dihasilkan dalam pelaksanaan DOPARI SAKATU ini terhadap budi pekerti peserta
didik.
Rapat tiga bulanan ini secara berkala mengevaluasi catatan wali kelas
melalui buku penilaian Sikap dan Spiritual oleh wali kelas masing-masing. Sistem
pengawasan, pemantauan dan monitoring ini dilakukan oleh wali kelas masing-
masing mulai dari wali kelas satu sampai dengan wali kelas enam. Kenapa wali
kelas? Karena yang bersinggungan secara langsung terhadap perkembangan
sikap dan tingkah laku serta budi pekerti peserta didik adalah wali kelas.
Keberadaan guru BK atau bimbingan konseling di sekolah dasar memang tidak
ada, sehingga semua sistem penilaiaan, pemantauan, dan evaluasi dilakukan
sepenuhnya oleh wali kelas masing-masing.

8
Bagaimana sistematika pelaksanaan pengawasan dan monitoringnya? Yaitu
berdasarkan dua buku yang masing-masing berisi tentang penilaian sikap
spiritual dan sikap sosial. Sikap spiritual meliputi taat beribadah, selalu berdoa,
bersyukur dan toleransi sedangkan sikap sosial meliputi jujur, disiplin,
tanggungjawab, santun, peduli dan percaya diri.
Guru akan mencatat sikap positif dan pelanggaran-pelanggaran apa saja
yang pernah dilakukan peserta didik berdasarkan masing-masing kategori pada
buku tersebut. Dari sinilah pihak sekolah dapat melihat bagaimana dampak dari
DOPARI SAKATU ini dalam menumbuhkan budi pekerti peserta didik. Dari buku-
buku catatan inilah dapat diketahui seberapa besar jumlah peserta didik dalam
melakukan pelanggaran dan seberapa besar hal-hal positif yang sudah dilakukan
peserta didik sebagai dampak dari DOPARI SAKATU ini.

8. Apa saja kendala utama yang dihadapi dalam pelaksanaan inovasi dan
bagaimana kendala tersebut diatasi?
(maks. 300 kata)
Dalam pelaksanaannya, DOPARI SAKATU menghadapi tiga kendala, yaitu:
1. Faktor cuaca
DOPARI SAKATU yang dilaksanakan di halaman sekolah yang memang
sudah dirancang sedemikian rupa, dicat dan merupakan tempat duduk yang
nyaman dan bersih bagi siswa. Namun dalam beberapa hal kegiatan ini
tidak bisa dilakukan karena adanya faktor cuaca yaitu hujan. Dengan
kondisi seperti ini pelaksanaan DOPARI SAKATU urung diadakan.
2. Perlengkapan
Kendala yang sering sekali muncul dalam kegiatan DOPARI SAKATU adalah
adanya pelantang suara yang terkadang tidak berfungsi misalnya karena
aliran listrik padam atau terjadi kerusakan pelantang. Faktor seperti ini
merupakan faktor yang sering dihadapai mengingat pelantang yang
digunakan dipakai secarabergantian sehingga alat tersebut sering rusak.
Faktor seperti ini tidak lantas membuat kegiatan DOPARI SAKATU gagal
dilaksanakan.
3. Sumber Daya Manusia
Membaca dongeng tidak hanya sekedar menyampaikan jalannya cerita
kepada siswa, tapi membaca dongeng berarti membangun daya imajinasi
siswa untuk menghadirkan peristiwa yang seolah-olah siswa mengalami
peristiwa tersebut. Disinilah kendala yang sering dihadapi karena

9
kemampuan si pendongeng berbeda. Ada yang mampu membawakan
dongeng seperti mengalami peristiwa itu secara langsung ada juga yang
hanya sekedar membaca tanpa bisa menghadirkan peristiwa yang
sesungguhnya.
Kendala-kendala tersebut di atas diatasi dengan:
1. Faktor cuaca
Jika terjadi hujan pelaksanaan DOPARI SAKATU dilakukan di dalam kelas
masing-masing.
2. Perlengkapan
Jika sering terjadi masalah teknis seperti kerusakan pelantang maka kita
harus mensetting ulang pelantang agar bisa digunakan untuk kegiatan
DOPARI SAKATU selanjutnya. Kegiatan DOPARI SAKATU tetap bisa
dilaksanakan menggunakan peralatan yang lain seperti Megaphone.
3. Sumber daya manusia
Memotivasi pendongeng untuk mampu menghadirkan sajian yang apik dan
persuasive agar makna cerita bisa ditangkap dan bisa mempengaruhi sikap
siswa dengan cara memberikan contoh video mendongeng yang baik dan
menarik perhatian siswa.

9. Apa saja manfaat utama yang dihasilkan dari inovasi ini?


(maks. 700 kata)
Manfaat utama dari kegiatan DOPARI SAKATU ini adalah menumbuhkan
karakter dan budi pekerti pada peserta didik dengan kegiatan yang
menyenangkan yaitu mendengarkan cerita/dongeng. Sekolah sebagai taman
belajar menjadi tempat yang inspiratif bagi mereka dalam menumbuhkan hal-
hal positif salah satunya adalah penumbuhan karakter dan budi pekerti. Dampak
dari DOPARI SAKATU ini antara lain:
1. Berkurangnya angka kenakalan pada anak
Sebelum diadakannya DOPARI SAKATU tingkat kenakalan pada anak dalam
satu hari dalam satu kelas bisa mencapai 5 sampai 6 tingkat kenakalan
yang berbeda-beda. Dalam satu bulan bisa mencapai 156 kasus, untuk
setiap kelasnya. Setelah diadakannya DOPARI SAKATU, dari buku
pembinaan terhadap peserta didik terlihat hasil yang menunjukkan bahwa
tingkat kenakalan pada peserta didik dalam satu bulan berkurang menjadi

10
78 kasus setiap bulannya dengan rata-rata per hari 3 kenakalan dalam
setiap kelasnya.
2. Meningkatkan minat baca
Data dari buku pengunjung Perpustakaan pada tahun 2015 di bulan Juli
data jumlah pengunjung dalam satu bulan 100 sampai dengan 130 siswa.
Dengan rata-rata perhari jumlah yang datang dan meminjam buku hanya 5
sampai 6 siswa. Di bulan Agustus malah justru hanya sedikit sekitar 78
dengan rata-rata per hari 3siswa saja. Setelah DOPARI dilaksanakan
kurang lebih 6 bulan jumlah pengunjung perpustakaan di bulan Juli 2016
menjadi 260 sampai dengan 390 siswa, dengan rata-rata perhari ada 10
sampai dengan 15 orang yang datang dan meminjam buku. Bulan Agustus
meningkat dari 390 sampai dengan 520 dengan rata-rata per hari
kedatangan 15 sampai 20 orang setiap harinya, diikuti dengan peningkatan
di bulan–bulan selanjutnya.
3. Meningkatnya tingkat kedisiplinan
Jika sebelum diadakannya DOPARI tingkat kedisiplinan siswa yang kurang
yaitu ditandai dengan terlambatnya masuk sekolah rata-rata perhari 15
sampai dengan 20 siswa setiap harinya. Setelah ada DOPARI SAKATU
tingkat kedisiplinan anak semakin meningkat dengan jumlah keterlambatan
menjadi 2 sampai dengan 3 siswa per hari, bahkan tidak ada sama sekali.
4. SDN 02 Mojorejo di jadikan sekolah rujukan
Program DOPARI ini disambut baik oleh Dinas Pendidikan Kota Madiun
dengan memberikan bantuan buku bacaan. Selain itu SDN 02 Mojorejo
dijadikan rujukan bagi SD yang lain dalam menumbuhkan karakter dan
budi pekerti peserta didik melalui dongeng.
5. Meningkatnya prestasi dalam bidang akademik dan non akademik
Untuk bidang akademik SDN 02 Mojorejo berhasil meraih juara pertama
dalam lomba cerdas cermat tingkat Kota Madiun tahun 2016/2017. Untuk
bidang non akademik yaitu bidang olahraga berhasil meraih 2 kali juara
umum pada Porkot Pelajar Kota Madiun dan juara satu taekwondo tingkat
propinsi dan tingkat nasional.
6. Kebanggaan Tersendiri bagi Orang Tua dan Siswa
Hal inilah yang perlu kita sadari bahwa pengorbanan sekecil apapun akan
memberikan manfaat yang luar biasa untuk semua. Orang tua yang ikut
berpartisipasi dalam mendongeng akan mempunyai kebanggaan tersendiri
karena mereka bisa unjuk diri dan berani dalam mendongeng, sehingga

11
menimbulkan kebanggaan bagi anak-anaknya. Anak-anak merasa bangga
dan senang karena orang tua mereka bisa tampil dan menjadi artis di
sekolah hari itu. Begitu bangganya mereka sehingga pengalaman tersebut
akan terus terkenang dalam ingatan siswa.

Begitu besar manfaat yang bisa dirasakan pada kegiatan DOPARI SAKATU
ini. Tidak sedikit orang tua yang berkonsultasi tentang kenakalan anaknya
menceritakan hal yang sebaliknya. Bagaimana anak-anak mereka yang tadinya
hanya suka melihat TV menjadi tertarik untuk membuka buku. Yang biasanya
jarang berkunjung ke perpustakaan sekarang mulai sering mengunjungi
perpustakaan. Yang akhirnya banyak siswa yang tertarik untuk meminjam buku
dan membacanya di rumah. Menurut pengakuan beberapa orang tua, anak-
anak yang terbiasa bermain game sudah mulai berkurang dan lebih tertarik
dengan buku sejarah. Berkurangnya angka kenakalan dan ketergantungan pada
game merupakan manfaat DOPARI SAKATU di sekolah.

10. Apa bedanya sebelum dan sesudah inovasi? (Maks. 700 kata)
Sebelum inovasi DOPARI SAKATU dilaksanakan tingkat kedisiplinan siswa
sangat rendah, hal ini ditandai dengan jumlah siswa yang datang terlambat
mencapai 20 siswa setiap harinya. Jumlah kasus kenakalan siswa juga tinggi.
Berdasarkan buku catatan wali kelas dari kelas satu sampai kelas enam rata-
rata 156 kasus perbulan. Masalah kenakalan siswa pun variatif, mulai dari
kebiasaan siswa mengolok-olok teman karena pengaruh dari TV, perkelahian
antara sesama siswa, menggantung sepeda siswa yang lain, melepas sedel
sepada temannya, menggunting kabel speaker aktif gurunya dan masih banyak
kasus yang lainnya. Minat baca siswa juga sangat kurang, hal ini dapat dilihat
dari rendahnya jumlah pengunjung perpustakaan pada jam istirahat dan
minimnya jumlah buku yang dipinjam oleh siswa. Alasan siswa juga bervariasi
mulai dari malas karena wali kelas tidak memberi tugas untuk mencari sumber
bacaan dari perpustakaan, sampai pada tidak ada minat baca terhadap buku
karena buku dianggap sebagai hal yang membosankan.
DOPARI SAKATU memberikan manfaat bagi siswa. Siswa mulai sadar
pentingnya disiplin waktu hal ini ditandai dengan mulai berkurangnya jumlah
siswa yang tidak disiplin. Siswa mulai mengerti pentingnya budi pekerti, hal ini
ditandai dengan berkurangnya jumlah kasus kenakalan siswa pada buku catatan
wali kelas.

12
DOPARI SAKATU yang sudah diterapkan di SDN 02 Mojorejo memberikan
manfaat bukan hanya bagi siswa melainkan juga bagi sekolah terlebih bagi
guru. Guru yang tidak begitu ekspresif dalam menyampaikan dongeng mulai
tertantang untuk lebih ekspresif dalam menyampaikan dongeng kepada siswa-
siswa. Guru yang biasanya hanya sekedar membaca dongeng saja kini berani
memainkan intonasi sesuai jalannya cerita. Hal ini memotivasi guru yang lain
untuk melakukan cara yang sama atau bahkan mendorong semangat guru yang
lain untuk mendongeng lebih baik dan ekspresif.
Kegiatan DOPARI SAKATU yang rutin dilaksanakan juga memberikan
manfaat bagi SDN 02 Mojorejo, Dinas Pendidikan memberikan perhatian khusus
dan mengapresiasi DOPARI SAKATU sebagai kegiatan positif yang biasa ditiru
oleh sekolah-sekolah lainnya.
Perbedaan sebelum dan sesudah adanya DOPARI SAKATU dapat dilihat
dari tabel berikut:

SEBELUM ADA DOPARI SAKATU SESUDAH ADA DOPARI SAKATU


1. Tingkat kedisiplikan siswa rendah, 1. Tingkat kedisiplinan siswa tinggi,
siswa yang datang terlambat siswa yang datang terlambat
sebanyak 15 sampai dengan 20 menjadi 2 sampai 3 siswa per
siswa tiap harinya. hari, bahkan tidak ada sama
2. Tingkat kenakalan siswa tinggi, sekali.
jumlah kasus kenakalan bisa 2. Tingkat Kenakalan siswa rendah,
mencapai 156 kasus per jumlah kasus kenakalan menjadi
bulannya. 78 kasus per bulannya.
3. Minat baca siswa rendah, data 3. Minat baca siswa meningkat, data
pengunjung perpustakaan pengunjung perpustakaan rata-
sekolah rata-rata 3 sampai 6 rata per hari 10 sampai 15 siswa
orang per hari per hari.
4. Buku cerita hanya yang tersedia 4. Bertambahnya sumber
di perpustakaan sekolah. cerita/dongeng anak yang
5. Kemampuan mendongeng guru merupakan hasil DOPARI SAKATU
sekolah belum terasah. sebanyak 12 dongeng/cerita per
6. Belum menjadi sekolah rujukan bulannya
5. Kemampuan mendongeng guru
sekolah terasah dan meningkat
6. Menjadi sekolah rujukan dalam

13
menumbuh kembangkan karakter
dan budi pekerti siswa melalui
DOPARI SAKATU.

11. Apa saja pembelajaran yang dapat dipetik dari penerapan inovasi ini?
(maks. 500 kata)
Pengalaman umum dan pembelajaran yang diperoleh dalam
melaksanakan DOPARI SAKATU ini antara lain:
1. Dukungan Kepala Sekolah
Inovasi DOPARI SAKATU adalah merupakan suatu kegiatan yang
memerlukan kreatifitas tinggi. Tidak semua guru bisa menjadi pendongeng
yang asyik. Kepala Sekolah sebagai pimpinan di sekolah harus mampu
menggerakkan dan memotivasi guru-guru di sekolahnya untuk berkreasi
dalam mendongeng, karena mendongeng bukan sekedar menyampaikan
cerita tapi menghadirkan peristiwa seolah-olah nyata. Menumbuhkan
kesadaran pada setiap guru untuk mau mengikuti kegiatan DOPARI
SAKATU juga diperlukan karena kegiatan ini sudah menjadi komitemen
bersama sehingga tidak ada lagi guru yang beralasan tidak bisa
mendongeng.

2. Dukungan Dinas Pendidikan


Sebagai Organisasi Perangkat Daerah yang menaungi SDN 02 Mojorejo,
fungsi pembinaan dan kontrol harus tetap dijalankan. Tidak lupa dukungan
anggaran atau memberikan lebih banyak buku cerita sebagai referensi
mendongeng bagi SDN 02 Mojorejoterkait DOPARI SAKATU juga menjadi
hal terpenting. Hal yang tidak kalah pentingadalah Dinas Pendidikan
sebagai Organisasi Perangkat Daerah yang menaungi SDN 02 Mojorejo
diharapkan dapat menjembatani SDN 02 Mojorejo dengan Perpustakaan
Daerah agar dapat bekerjasama dalam pendistribusian buku, sehingga
koleksi buku bacaan dan buku cerita akan semakin banyak.
3. Kemampuan SDM dalam mendongeng belum merata
Tidak semua guru memiliki kemampuan mendongeng yang bagus,
beberapa guru hanya membaca cerita tanpa memperhatikan cerita yang
dibacakannya menarik atau tidak bagi siswa. Evaluasi terhadap guru
sebagai pendongeng mulai dari cara mendongeng, ekspresi pendongeng,
intonasi, gaya, mimik wajah hingga respon yang diberikan siswa terhadap

14
pendongeng sangat diperlukan. Perlunya kesadaran bagi tiap-tiap guru
untuk meningkatkan kualitas dirinya dalam mendongeng. Setiap guru
diharapkan terus berlatih dan belajar mendongeng melaluikursus singkat
baik secara mandiri maupun kelompok kepada ahli pendongeng atau
lembaga kesenian tertentu.Mencari referensi pendongeng yang asyik di
media on line juga dibutuhkan sehingga bisa direplikasikan pada saat
mendongeng.
4. Pentingnya kerja sama Sekolah, Wali Murid dan Masyarakat
Pembentukan karakter dan budi pekerti anak adalah tanggung jawab
bersama antara orang tua, guru dan masyarakat. Menumbuhkan budi
pekerti pada siswa bukan sepenuhnya tanggung jawab sekolah, peran
keluarga dalam membentuk karakter dan pribadi anak lebih besar.
Diperlukan kesadaran untuk berpartisipasi lebih besar pada setiap kegiatan
sekolah khususnya mendongeng sebagai program yang wajib diikuti oleh
semua guru dan siswa. Kesadaran untuk bekerjasama dengan sekolah
dalam membentuk karakter siswa melalui DOPARI SAKATU harus didukung
oleh Wali Murid dan Masyarakat. diharapkan lebih banyak lagi orang tua
yang sukarela mendongeng sehingga program DOPARI SAKATU sebagai
program penumbuh budi pekerti bisa terus berlanjut dan lebih baik.
Rekomendasi untuk masa depan adalah meningkatkan kualitas DOPARI
SAKATU dengan meningkatkankemampuan pendongeng terutama guru
sekolah SDN 2 Mojorejo melalui pendidikan/ kursus singkat/ diskusi kepada
ahli dongeng atau lembaga kesenian, dapat menjalin kerja sama dengan
Dinas Perpustakaan Kota Madiun terkait koleksi buku cerita dan dapat
diadakannya lomba-lomba DOPARI oleh siswa-siswi SDN 02 Mojorejo
sehingga siswa menjadi lebih termotivasi dalam literasi.

12. Apakah inovasi ini berkelanjutan dan sedang atau sudah direplikasi di
tempat lain? (maksimal 500 kata)

Kegiatan penumbuhan budi pekerti pada peserta didik melalui DOPARI


SAKATU ini merupakan kegiatan yang berlangsung kurang lebih satu tahun tujuh
bulan. Kegiatan ini melibatkan semua stake holder yang ada mulai dari siswa, guru,
kepala sekolah, orang tua bahkan masyarakat hingga Dinas Pendidikan Kota Madiun.
Kegiatan ini merupakan program inovasi yang diberikan pihak sekolah kepada siswa
dan orang tua dengan tujuan menumbuhkan budi pekerti dan hal-hal positif lainnya.

15
Karena DOPARI SAKATU merupakan produk inovasi dari SDN 02 Mojorejo yang
bertujuan untuk menumbuhkan inspirasi berbuat baik dengan cara yang inspiratif
dalam suasana yang menyenangkan. Yakni melalui pembacaan dongeng, fabel, cerita
rakyat, legenda, sejarah bahkan mata pelajaran tertentu serta dongeng yang
mengandung nilai religi seperti kisah nabi-nabi dan lain-lain sebagai sarana untuk
menumbuhkan budi pekerti,kepercayaan diri, serta membangun sikap sosial,
menghargai, menghormati sehingga tercipta budi pekerti pada setiap peserta didik.

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang berkelanjutan yang terus akan


dipantau, diawasi dan dimonitoring untuk nantinya dievaluasi keberlanjutannya.
Kegiatan DOPARI SAKATU ini sudah disosialisasikan ke sekolah-sekolah di lingkungan
SDN 02 Mojorejo. Sosialisasi DOPARI SAKATU sudah dilakukan pada tujuh sekolahan,
yaitu SDN 01 Taman, SDN 01 Mojorejo, SDN 01 Manisrejo, SDN 02 Manisrejo, SDN
03 Manisrejo, SDN Kejuron, dan SD Kartika kota Madiun. Tujuan mensosialisasikan
kegiatan DOPARI SAKATU adalah agar sekolah-sekolah yang sudah dikunjungi dapat
menerapkan, mereplikasikan atau memodifikasi kegiatan DOPARI SAKATU untuk
menumbuhkan budi pekerti dan karakter positif pada siswa.
Selanjutnya ketika inovasi ini sukses diaplikasikan melalui best practice SDN 02
Mojorejo mendapat perhatian khusus dari Dinas pendidikan Kota Madiun yang pada
waktu itu menjadi penyelenggara kegiatan best practice. Dinas pendidikan
menjadikan kegiatan DOPARI SAKATU sebagai kegiatan rujukan bagi sekolah-sekolah
lain dalam melakukan penumbuhan budi pekerti pada peserta didik. Hal ini ditandai
dengan:

1. SDN 02 Mojorejo menjadi Sekolah rujukan dalam kegiatan DOPARI SAKATU


untuk menumbuhkan budi pekerti pada paserta didik. Pada saat kegiatan
lesson study yang diadakan oleh Dinas Pendidikan KotaMadiun, sekolah kami
berkesempatan untuk menunjukkan kegiatan DOPARI SAKATU kepada
beberapasekolah di kota Madiun yang pada saat itu hadir di sekolah kami.
2. Dukungan dari Dinas pendidikan kota Madiun
Kegiatan DOPARI SAKATU untuk menumbuhkan budi pekerti pada peserta
didik didukung oleh Dinas Pendidikan Kota Madiun dengan datang langsung
untuk menyaksikan kegiatan DOPARI ini sekaligusmemberikan empat buku
besar bergambar. Dinas Pendidikan Kota Madiun begitu mengapresiasi
kegiatan DOPARI SAKATU agar menjadi kegiatan yang berkelanjutan dan
bahkandapat direplikasi oleh sekolah-sekolah yang lain. Kegiatan DOPARI

16
SAKATU tidak hanya sebagai gerakan literasi tetapi juga sebagai gerakan
penumbuhan budi pekerti.

Kebutuhan literasi di era global ini menuntut pemerintah untuk menyediakan


dan memfasilitasi sistem danpelayanan pendidikan sesuai dengan UUD 1945,Pasal
31, Ayat 3, “Pemerintah mengusahakan danmenyelenggarakan satu system
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan sertaakhlakmulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-
undang.” Ayat inimenegaskan bahwa program literasi juga mencakup upaya
mengembangkan potensi kemanusiaan yangmencakup kecerdasan intelektual, emosi,
bahasa, estetika, sosial, spiritual, dengan daya adaptasi terhadapperkembangan arus
teknologi dan informasi. Upaya ini sejalan dengan inovasi kami untuk
menumbuhkanBudi Pekerti melalui DOPARI SAKATU.

17

Anda mungkin juga menyukai