Anda di halaman 1dari 4

[Resume Kajian Duha Masjid Nurul ‘Ashri]

Pertemuan ke : 8
Hari &Tanggal : Sabtu, 2 Mei 2020
Pemateri : Ust. Syatori Abdul Rauf
Pembahasan : kitab Al-Mukhtaar Al-Ahaadiits An-Nabawiyah Al-Hikam
Al-Muhammadiyah.
Link Youtube : https://www.youtube.com/watch?v=voniBTcNKKQ

Link Facebook : http://bit.ly/kajianDuha8 (Video lebih jelas melalui link ini)


Link Kitab : http://bit.ly/KajianDuha1441H

Bismillahirrahmanirrahim

Hadist ke 17

“Bertakwalah engkau kepada Allah dan jangan sekali-kali engkau meremehkan kebaikan sedikitpun,
walaupun engkau menuangkan air dari ember ke wadah orang yang ingin minum dan engkau
bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang cerah. Dan takutlah olehmu dengan mengisbalkan
izzar karena sesungguhnya mengisbalkan izzar itu termasuk dari kesombongan dan Allah tidak
menyukainya. Dan kalau seandainya ada seseorang yang mencaci dan mencela dengan sesuatu
yang sesuatu itu tidak ada pada dirimu maka jangan cela dia dengan sesuatu yang ada padanya,
tinggalkan Ia dengan semua keadaan itu dan pahalanya untukmu dan jangan sekali kali kamu
mencela siapapun”

Hadist ini bersumber dari Jabir bin Sulaim yang diriwayatkan oleh At Thayalisi. Pesan nabi dalam
hadist ini, yaitu:

1. Pesan untuk tidak meremehkan kebaikan meskipun kebaikan itu nampak kecil. Seperti
memberikan minum atau berwajah ceria(menyenangkan) tatkala bertemu dengan orang
lain. Dalam hadist yang lain disebutkan meskipun memberikan air kepada seekor anjing.
Karena boleh jadi hal itu bisa menjadi jalan kemuliaaan kita di sisi Allah.
Dari pesan Nabi yang pertama, kita bisa menarik kesimpulan bahwa kadar ketakwaan
seseorang tidak harus dilihat dari amalnya yang besar, namun kita juga bisa dilihat dari
kepeduliaan terhadap amal-amal yang kecil. Seperti memberi air minum, berwajah ceria
saat bertemu oranglain, merapikan parkir atau merapikan sendal.
2. Pesan untuk tidak Isbal tersebab kesombongan.
Izzar adalah gambaran kain bawah, bisa sarung, jubah, atau celana. Mengisbalkan adalah
memakai izzar melampaui mata kaki. Yang menjadi dasar kenapa rasulullah melarang bukan
semata-mata karena isbal, tapi karena isbal menjadi cermin akan kesombongan yang ada
kaitannya dengan sosio-kultural masyarakat ketika itu. Salah satu tanda seseorang sombong
di masa itu adalah memakai pakaian sampai menutup mata kaki. Memakai pakaian isbal
menjadi sebuah ungkapan bahwa yang memakainya adalah orang kaya dan terpandang.
Maka rasul menyuruh jangan sampai isbal, karena hal tersebut merupakan ciri
kesombongan. Dalam ilmu ushul fiqih ada kaidah bahwa hukum akan selalu berputar sesuai
dengan faktor yang menyebabkan hukum itu ada. Seperti pada kasus ini rasul melarang isbal
karena kesombongan. Sehingga seandainya seseorang Isbal namun bukan karena sombong,
maka isbal seperti itu bukan termasuk yang disebutkan oleh nabi dalam hadist ini.
Sebagaimana Abu Bakar yang memakai pakaian isbal, lalu Abu Bakar bertanya kepada
rasulullah dan rasul tidak melarang Abu Bakar karena rasul mengetahui Abu Bakar
mengenakannya bukan karena kesombongan. Begitu juga sebaliknya, hal tersebut bisa
berbalik ketika seseorang tidak isbal namun dengan ketidak isbalannya tersebut Ia
meremehkan/menghina orang dengan pakaian isbal sehingga ada kesombongan di dalam
hatinya.
Bab tentang isbal kembali kepada niat dan tujuannya, yaitu kesombongan. Kalau tidak
karena kesombongan maka tidak mengapa. Hukumnya kembali kepada hukum asal yaitu
mubah. Namun seandainya disuruh memilih, maka isbal tidak lebih baik dari pada tidak
isbal. Kalau bisa tidak isbal kenapa harus isbal?
3. Pesan untuk tidak mencela dan membalas celaan.
Dalam hadist ini nabi juga berpesan untuk tidak mencela siapapun. Dan apabila kita dicela
atau dihina oleh orang lain nabi berpesan agar jangan membalas dengan celaan. Karena
siapapun yang mencela atau menghina sesungguhnya celaan dan hinaan itu tidak akan ke
mana mana kecuali kembali kepada orang yang melakukannya. Hanya orang hina yang bisa
menghina, hanya orang tercela yang bisa mencela. Orang yang terpuji dan mulia tidak
mungkin menghina. Dalam hadist ini nabi juga menyampaikan bahwa apabila yang dicela
tidak membalas dengan celaan, maka ia akan mendapat pahala dari orang yang mencela.

Hadist ke 18:

“bertakwalah kalian semua kepada Allah dan bersikap adillah terhadap anak-anak”

Wujud dari takwa dalam hadist ini adalah dengan bersikap adil kepada anak-anak.Bersikap
adil bukan berarti memberi sama rata. Adil terhadap anak yang dimaksud dalam hadist ini yaitu
memberikan kepada anak sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhannya. Misalnya mencukupi
kebutuhan dalam rangka mengembangkan potensi yang ada pada anak terutama potensi yang bisa
memberi manfaat bagi orang lain. Semisal anak memiliki potensi hafalan yang kuat, maka orangtua
bisa membantu agar kekuatan hafalannya bisa bermanfaat seperti menghafal al quran dan al hadist.
Anak yang memiliki bakat menulis maka bisa dibantu mengembangkan bakat menulisnya. Sehingga
anak akan tumbuh dengan sama meskipun potensinya berbeda.

Hadist ke 19

“Takutlah terhadap firasatnya seorang mukmin karena sesungguhnya seorang mukmin melihat
dengan cahaya Allah”

Pengertian takut bukan berarti kemudian kita lari, tapi jangan kita remehkan firasat seorang
mukmin. Karena seorang mukmin akan melihat sesuatu dengan cahaya Allah. Mukmin di sini adalah
mukmin yang memiliki kekhususan, yang dengan kekhususannya itu ia bisa sangat dekat dengan
Allah. Bisa dilihat dari amal, fikiran,kata-kata, akhlak, dan aqidahnya. Maka perhatikanlah firasatnya,
karena firasatnya itu bisa jadi akan menjadi kenyataan. Hal tersebut mungkin tidak bisa dipahami
oleh seorang mukmin yang awam.

Salah satu kisah kita ambil dari Sultan Muhammad Al Fatih 2. Sultan Muhammad Al Fatih 2 adalah
pemimpin yang adil dan bijak. Salah satu wujud adil dan bijaknya yaitu beliau hanya menempatkan
orang-orang yang baik untuk membantunya. Suatu saat, Turki dilanda paceklik. Beliau meminta
kepada ulama kerajaan untuk melaksanakan shalat istisqa. Ulama tersebut adalah ulama yang
sangat dekat dengan Allah. Ketika shalat Istisqa akan dimulai, ternyata sang Sultan belum datang.
Ulama tersebut tidak berani memulai sebelum Sultan datang. Setelah lama menunggu dan Sultan
belum juga datang, Ulama tersebut meminta seseorang untuk menjemput Sultan. Utusan tersebut
lalu menemui Sultan namun setelah kembali ke tempat shalat istisqo’ beliau tidak kembali bersama
Sultan. Utusan itu menyampaikan bahwa Sultan sedang bersujud dan belum selesai dengan sujudnya
hingga utusan tersebut memutuskan untuk kembali. Mendengar hal itu, ulama mengatakan kepada
jamaah shalat istisqo “Wahai jamaah sediakan payung karena sebentar lagi akan turun hujan”
Orang-orang merasa heran karena shalat istisqo belum dimulai namun sang ulama meminta untuk
bubar dan menyediakan payung. Tentu hal ini adalah sesuatu yang tidak bisa dipahami. Tapi beliau
sangat meyakini bahwa hujan akan segera turun tanpa melakukan istisqo, kenapa begitu? Ulama itu
mengatakan:

“Kalau seorang pemimpin sudah sujud begitu lama kepada Allah


itu tandanya Allah segera akan memberikan keberkahan kepada
kita”
Dan beberapa lama setelahnya hujan akhirnya turun. Hal itu adalah salah satu contoh firasat seorang
mukmin yang begitu dekat dengan Allah.

Mukmin yang mendapat karunia firasat ini adalah mukmin yang betul-betul dekat dengan Allah.
Seandainya kita bertemu dengan orang seperti ini, maka jangan abaikan apa yang mereka katakan
karena bisa jadi apa yang dikatakan adalah bagian dari firasat mereka. Meskipun bagi kita yang
awam hal itu tidak mungkin.

Hadist ke 20

“Takutlah kepada doanya orang yang teraniaya/ terdzolimi karena sesungguhnya doanya tidak ada
hijab ”

Hadist ini ditujukan kepada orang yang suka menganiaya/mendzolimi orang lain yang juga
merupakan peringatan bagi orang tersebut bahwa tidak ada hijab antara Allah dengan doa orang
yang Ia dzolimi. Menganiaya memiliki banyak wujud, tidak hanya sebatas fisik tapi juga seperti
mengambil hak orang lain, fitnah, dan menyebarkan hoax yang akan menyebabkan seseorang
menjadi terdzolimi.

Sekali lagi, hadist ini adalah peringatan bagi yang menganiyaya/mendzholimi. Bukan untuk dipakai
bagi orang yang dizhomili, sebab kalau hadist ini dipakai oleh orang yang didzolimi maka hal itu tidak
pada tempatnya. Bagi yang dizholimi ada pesan yang lebih baik yaitu membalas keburukan dengan
kebaikan sebagaimana yang Allah sampaikan dalam Q.S. Fussilat ayat 34. Kalaupun berdoa,
berdoalah dengan doa yang baik.

Semoga kita bisa mengamalkan hadis-hadist yang sudah kita ketahui 


Pertanyaan Jamaah
Jamaah : Imam shalat seharusnya bacaan Al Qurannya nya benar, jika suami istri shalat
berjamaah namun bacaan suami ada salah panjang pendek, sejauh mana istri sebagai makmum
harus membenarkan?

Ustaz Syatori : Seorang imam logikanya harus benar, untuk benar berarti Ia harus paham. Kalau
benar dalam gerakan shalat, berarti dia perlu tau bagaimana gerakan shalat yang benar. Begitupun
dengan bacaan Al Quran. Masalahnya ada imam yang bacaannya tidak benar. Lalu bagaimana? Ini
tergantung sejauh mana kesalahannya, jika salah satu atau dua mungkin beliau lupa atau tidak
sadar. Jika seperti itu solusinya adalah dibenarkan di tengah-tengah shalat. Tapi kalau kesalahannya
terlalu banyak bisa jadi karena tidak tau (karena belum belajar), jika seperti itu maka
pembenarannya tidak di dalam shalat, tapi di luar shalat. Ketika di luar shalat istri bisa memberitahu
suaminya. Lalu bagaimana jika suami belum bisa dalam sekali belajar? Ketentuan berjamaah jika
kaitannya dengan kondisi tadi, maka makmum terbagi dua, (1) makmum dan imam awam, makmum
awam adalah ia yang tidak paham tentang segala yang ada kaitannya dengan shalat termasuk
tentang bacaan, begitupun dengan Imam awam. Jika ini yang terjadi (karena ketidaktahuan)maka
insyaAllah shalat makmum sah. (2) makmum tidak awam dan imam awam. Makmum ini adalah
makmum yang tahu hukum bacaan, tau apabila terdapat kesalahan bacaan maka akan merubah
makna. Maka makmum yang seperti ini tidak boleh bermakmum pada imam yang awam. Tidak juga
lantas istri boleh mengimami suami. Kalaulah itu terjadi dalam keluarga, mudah-mudahan
menguatkan suami untuk terus belajar.

Wallahu ‘alam bishowab

InsyaAllah kajian Duha akan berlangsung setiap hari senin sampai sabtu mulai pukul
06.30 sd 07.30 wib dibersamai Ustadz Syatori Abdul Ra'uf.

@masjidnurulashri menerima donasi untuk kegiatan Ramadhan melalui rekening BRI


Syariah 1048-7358-98 atas nama Kamus Masjid Nurul 'Ashri. Konfirmasi transfer ke
whatsapp 0857-2979-0165 (MNA CENTER)

Follow us on:
Fanspage FB: nurulashrideresan
IG: @masjidnurulashri
Podcast: Masjid Nurul 'Ashri
Youtube: NURUL ASHRI

Anda mungkin juga menyukai