0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
23 tayangan2 halaman
Pemindangan merupakan salah satu cara pengawetan ikan secara tradisional dengan merebus ikan dan garam. Jenis ikan yang digunakan meliputi ikan laut, air tawar, dan air payau. Proses ini membunuh bakteri melalui pemanasan dan garam, serta mengurangi kadar air daging ikan. Kualitas ikan mentah, garam, dan lingkungan memengaruhi keberhasilan proses pemindangan.
Pemindangan merupakan salah satu cara pengawetan ikan secara tradisional dengan merebus ikan dan garam. Jenis ikan yang digunakan meliputi ikan laut, air tawar, dan air payau. Proses ini membunuh bakteri melalui pemanasan dan garam, serta mengurangi kadar air daging ikan. Kualitas ikan mentah, garam, dan lingkungan memengaruhi keberhasilan proses pemindangan.
Pemindangan merupakan salah satu cara pengawetan ikan secara tradisional dengan merebus ikan dan garam. Jenis ikan yang digunakan meliputi ikan laut, air tawar, dan air payau. Proses ini membunuh bakteri melalui pemanasan dan garam, serta mengurangi kadar air daging ikan. Kualitas ikan mentah, garam, dan lingkungan memengaruhi keberhasilan proses pemindangan.
Pemindangan merupakan salah satu carapengawetan ikan secara tradisional
berupa kombinasi antara penggaraman dan perebusan. Proses tersebut dilakukan
dengan merebus ikan menggunakan campuran air dan garam selama waktu tertentu (Adawyah,2007). Jenis ikan yang biasa digunakan meliputi ikan air laut, seperti Tongkol (Euthynus sp.), Tenggiri (Scomberomorus sp.), Kembung (Scomber sp.), dan Layang (Decapterus sp.),ikan air tawar, seperti Mas (Cyprinus carpio) dan Nila (Tilapia nilatica) serta ikan air payau,seperti Bandeng (Chanos chanos) (Danitasari, 2010). Prinsip dasar pemindangan adalah: a. Membunuh atau mengurangi bakteri melalui pemanasan, b. Penambahan garam dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri yang tersisa pada ikan, dan c. Terjadinya pengurangan kadar air pada daging ikan. Keberhasilan proses pemindangan sangat dipengaruhi oleh tingkat kesegaran ikan sebagai bahan baku,mutu garam, dan kondisi lingkungan (Pandit, 2004) Metode pengolahan yang sering digunakan oleh masyarakat adalah penggunaan suhu tinggi. Panas digunakan untuk memasak makanan dengan tujuan membuat makanan tersebut mudah dicerna, lebih empuk dan mudah untuk dikunyah, menghasilkan aroma yang diinginkan, dan lebih bernutrisi, tetapi jika menggunakan panas yang berlebihan dapat menurunkan kandungan nutrisi yang terdapat di dalam pangan tersebut.Pengolahan pindang menggunakan aplikasi panas dari perebusan dan penggorengan. Faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat kerusakan pada proses panas adalah lama waktu dan temperatur pemanasan. Pengolahan dengan panas secara umum juga memiliki kelebihan diantaranya adalah mengurangi kerusakan pangan akibat mikroorganisme.Panas merupakan metode pengolahan yang paling destruktif, asam-asam amino yang paling terpengaruh adalah lisin (Apriyantono, 2002). Proses pengolahan ikan pindang harus dilakukan dengan tepat agar menghasilkan produk yang berkualitas. Ikan pindangdiolah dengan menggunakan proses perebusan yang ditambahkan dengan garam. Namun, selama ini masyarakat mengolah ikan pindang hanya untuk siap dikonsumsi tanpa memperhatikan nilai nutrisi yang terdapat dalam pindang tersebut, sehingga dalam melakukan pengolahan ikan pindang harus memperhatikan lama perebusan yang digunakan. Pada umumnya masyarakat menggunakan garam dapur dalam pembuatan ikan asin dan pindang. Hal ini disebabkan karena garam dapur memiliki daya pengawet yang tinggi, antara lain dapat mengurangi kadar air yang terkandung dalam daging ikan sehingga aktivitas bakteri dalam tubuh ikan menjadi terhambat, sehingga dapat menjadikan protein daging dan protein mikrobia menjadi lisis karena perubahan tekanan osmosa dan ion klorida yang terdapat dalam garam dapur yang memiliki daya toksisitas tinggi pada mikrobia serta dapat memblokir sistem respirasinya. Menurut Pandit (2016) garam yang baik umumnya mempunyai komposisi sebagai berikut: Natrium klorida (NaCl) 97,5 %, Kalsium 0,6 %, Magnesium 0,1 %, dan residu tak terlarut 0,5 %. Sedangkan berdasarkan Standar Nasional Indonesia ( SNI).
DAPUS BARU Adawyah, Rabiatul. 2007. Pengolahan dan pengawetan ikan. Jakatra : PT Bumi Aksara Danitasari, S. M. (2010). Karakterisasi Petis Ikan Dari Limbah Cair Hasil Perebusan Ikan Tongkol (Euthynnus Affinis). Institut Pertanian Bogor.