Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ILMU RESEP
KASUS 3

OLEH :

KELOMPOK 3
DESSY UL HIJRAH : F201902022
NI MADE SRI WAHYUNI : F201902015
NUNUNG FILDAYANTI : F201902024
I GUSTI KETUT PUTRA : F201902006
AFNI : F201902019
SURYANI : F201902017
C5NR

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Ilmu
Resep dengan judul “Analisis kasus Ulkus Peptikum”.

Dalam menyelesaikan tugas ini kami cukup mendapatkan kesulitan, tetapi berkat
bimbingan, pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya tugas ini dapat terselesaikan
dengan baik dan selesai pada waktu yang telah di temtukan.

Saya sebagai penulis makalah ini menyadari mash banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Oleh karena itu kami menerima kritik dan saran guna menyempurnakan
tulisan selanjutnya.

Harapan kami sebagai penulis, kiranya tulisan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kami, dan semua yang membaca.

Kendari, 25 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan ...................................................................................................................2
BAB II ISI.........................................................................................................................3

I. DESKRIPSI PENYAKIT

A. Definisi.........................................................................................................3
B. Patofisiologi...................................................................................................3
C. Manifestasi Klinik...........................................................................................4
D. Diagnosa.........................................................................................................4
E. Terapi Pnyakit..............................................................................................5
II. ANALISIS KASUS

A. Analisa SOAP..........................................................................................................6
B. Kategori DRP...........................................................................................................7
C. Tujuan Akhir (Goal Therapy)..................................................................................9
D. Terapi yang tepat , alternatif evaluasi outcome terapinya.........................................9
E. Saran-saran anda (sebagai apoteker ) untuk edukasi pasien pada ini.......................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan masalah utama di negara berkembang seperti Indonesia
salah satunya penyakit infeksi saluran pencernaan. Sistem pencernaan makanan
berhubungan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk di proses oleh
tubuh. Makanan adalah tiap zat atau bahan yang dapat digunakan dalam metabolism guna
memperoleh bahan-bahan untuk memperoleh tenaga atau energi, selama dalam proses
pencernaan makanan dihancurkan menjadi zat-zat sederhana dan dapat diserap oleh usus,
kemudian digunakan oleh jaringan tubuh. Sistem pencernaan adalah sistem organ dalam
hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta
mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur. Sistem pencernaan antara satu hewan
dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda.

Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia terjadi di sepanjang
saluran pencernaan (gastrointestinal tract) dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses
penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung. Selanjutnya adalah
proses penyerapan sari-sari makanan yang terjadi di dalam usus dan kemudian proses
pengeluaran sisa-sisa makanan melalui anus. Sistem pencernaan atau system
gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang
berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi kedalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak
dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari
mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan
anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan,
yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
B. Tujuan
Adapun tujuan praktikum farmakoterapi ini adalah :
1. Menjelaskan patofisiologi penyakit (Dari Literatur)
2. Menjelaskan terapi penyakit (Dari Literatur)
3. Mengraikan dengan baik permasalahan pasien (identifikasi problem terapi pasien,
informasi yang ada dan informasi tambahan lain jika ada 0 berdasarkan analisa SOAP
4. Tentukan kategori DRP
5. Menjelaskan tujuan akhir (gool therapy) farmakoterapi untuk pasien pada kasus ini
6. Menjelasan terapi yang tepat , alternatif, rencana optimal tatalaksana dan strategi
pengobatan serta evaluasi outcome terapinya
7. Berikan juga saran-saran anda (sebagai apoteker ) untuk edukasi pasien pada ini
BAB II

ISI

I. DESKRIPSI PENYAKIT
A. Definisi
Penyakit ulkus peptikus (tukak) merupakan pembentukan ulkus pada saluran
pencernaan bagian atas yang diakibatkan oleh pembentukan asam dan pepsin. Tukak
berbeda dari erosi mukosa supefisial dalam yang membuat luka lebih dalam pada
mukosa muskularis. Tiga bentuk umum dari tukak adalah ulcer yang disebabkan oleh
Helicobacter pylori, obat anti inflamasi non steroid (NSAID) dan kerusakan mukosa
yang berhubungan dengan stress (ulcer stress) (Sukandar E.Y, Dkk, 2009).
B. Patofisiologi
1. Patofisiologis dari tukak Duodenal (TD) dan tukak lambung (TL) merupakan faktor
refleksi dari kombinasi ketidak normalan patofisiologi dan lingkungan serta faktor
genetik.
2. Kebanyakan tukak terjadi disebabkan oleh asam dan pepsin dari H. pylori, NSAID
atau kemungkinan factor lain yang menggangu petahanan mukosa normal dan
mekanisme penyembuhan. Tingkat minimal dari sekresi asam lambung adalah
penting untuk pembentukan tukak. Basal dan sekresi asam pada malam hari
biasanya dapat memperparah pasien dengan penyakit TD.
3. Kebanyakan pasien dengan penyakit TD dan TL tidak mengkonsumsi NSAID
untuk pengobatan infeksi H. pylori dan gastritis antral. H.pylori dapat
menyebabkan penyakit ulcer dengan merusak pertahanan mukosa melalui
kolaborasi racun dan enzim, dengan mengubah imunitas dan dengan meningkatkan
pengeluaran antral gastrin yang dapat meningkatkan sekresi asam.
4. NSAID kronis (termasuk Aspirin) digunakan untuk penyakit yang berhubungan
dengan erosi hemoragic gastrik, TD, dan TL.NSAID dapat menyebabkan luka pada
gastroduodenal melalui dua cara yaitu :
1) Secara langsung atau iritasi topical dari jaringan epitel dan
2) Dengan menghambat system dari sintesis endogenous mukosa saluran cerna
prostaglandin.
5. Hubungan antara kortikosteroid dan tukak sendiri memiliki kontroversi.
Bagaimanapun yang menerima terapi Glukokortikoid dan NSAID secara bersama-
sama dapat meningkatkan resiko pada TL.
6. Merokok dapat mengakibatkan resiko tukak dan besar resikonya adalah sebanyak
rokok yang dihisap setiap harinya. Merokok dapat mengganggu proses
penyembuhan penyakit ulcer dan kemungkinan penyakit tersebut dapat kambuh
kembali.
7. Walaupun observasi klinik menyarankan agar pasien penyakit tukak menghindari
stress namun saran tersebut gagal dijalankan (G.Wells, Barbara;et all, 2009).
C. Manifestasi Klinik
1. Kebanyakan pasien dengan penyakit TD mengalami kesakitan pada malam hari
sehingga membangunkan mereka dari tidur, itu terjadi antara jam 12 malam dan
jam 3 pagi.
2. Kesakitan berlangsung selama 1 hingga 3 jam setelah makan dan biasanya rasa
sakit akan berkurang dengan makan. Antasida dapat cepat meringankan rasa sakit
pada kebanyakan pasien tukak.
3. Pasien dengan ulkus sering mendapatkan sindrom dispeptik seperti rasa panas
dalam perut dan perut kembung, mual, muntah, anoreksia, dan turun berat badan.
4. Beberapa penyakit yang ditimbulkan adalah dari pasien ke pasien dan beberapa dari
penyakit pasien tersebut adalah penyakit musiman biasanya terjadi pada musim
semi dan hujan.
5. Komplikasi dari penyakit ulcer disebabkan oleh H. pylori dan NSAID termasuk
pendarahan saluran cerna atas, peforasi ke dalam peritoneal, penetrasi ke dalam
bagian tubuh seperti pankreas dan hati (G.Wells, Barbara;et all, 2009).
D. Diagnosis
1. Pemeriksaan fisik menunjukan rasa sakit epigastik meliputi daerah dari bawah
tulang dada hingga daerah sekitar pusar, jarang melebar ke bagian belakang tubuh.
2. Tes laboratorium yang rutin tidak menolong menegakan diagnosis ulkus tanpa
komplikasi. Hematocrit, hemoglobin dan hemoccult test (tes untuk mendeteksi
darah di tinja) digunakan untuk mendeteksi perdarahan.
3. Diagnosis dari H. pylori dapat dengan digunakan tes invasive dan non invasive.
Terapi invasive dengan melakukan endoskopi dan biopsy mukosa atas lambung
untuk histologi, kultur bakteri dan mendeteksi aktivitas urease. Tes non invasive
meliputi uji pernafasan urea dan tes deteksi antibody. Uji pernafasan urea,
berdasarkan produksi urease oleh H. pylori. Deteksi antibody berguna untuk
mendeteksi IgG yang mengatasinya H. pylori, tetapi tes tidak biasa dilakukan untuk
mengetahui teratasinya H. pylori, karena titer antibody memerlukan waktu 0,5-1
tahun untuk kembali ke kisaran tidak terinfeksi.
4. Tes diteksi antiobodi adalah awal dari tes skrinning karena prosesnya cepat, tidak
mahal, dan kurang invasive dibandingkan tes biopsy endoskopi.
5. Diagnosis ulkus tergantung dari visualisasi dari lubang tukak melalui radiografi
saluran cerna atas. Radiografi lebih dipilih sebagai prosedur diagnosis awal pada
pasien yang dicurigai menderita tukak tanpa komplikasi. Jika penyakit tukak
ditemukan pada radiografi, maka keganasan harus dipastikan dengan visualisai
endoskopi langsung dan histologi (Sukandar E.Y, Dkk, 2009).
E. Terapi Penyakit
Farmakoterapi:
1. Antagonis reseptor histamin seperti simetidin (Tagamet), ranitidin (Zantac),
famotidin (Pepcid), Nizatidin (Axid).
2. Antasida seperti antasida magnesium hidroksida (Maalox atau Mylanta), atau
antasida aluminium hidroksida (Amphojel atau Alternangel).
3. Sukralfat (Carafate).
4. Antikolinergik seperti propantelin bromida (Pro-Banthinne).
1) Penurunan atau penghilangan faktor ulserogenik, seperti merokok penghentian
obat ulserogenik sementara ulkus masih aktif.
2) Modifikasi diet.
3) Penatalaksanaan stres.
4) Pembedahan bila komplikasi terjadi
5. Gastrektomi subtotal (pengangkatan bagian lambung).
6. Vagotomi (memotong saraf vagus untuk mengurangi sekresi asamhidroklorik)
dengan piroloplasti (pembesaran bedah terhadap sphincter pilorik untuk
memungkinkan peningkatan pengosongan lambung pada adanya penurunan
motilitas gastrik, yang terjadi setelah vagotomi).
Medis
1. Pemberian cairan.
2. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
1) Obat-obatan.
2) Obat anti sekresi.
3) Obat anti spasmolitik.
4) Obat antibiotik.
II. ANALISA KASUS
A. Bagaimana Rencana Pelayanan Kefarmasian yang akan dilakukan? (Gunakan Metode
SOAP)?
Problem Subjek Objek Assesment Plan
pharmacology Non Monitoring
Medik
Pharmacology
 Ulkus  Perut atas  Terinfeksi  Metformin  Sebaiknya  Hindari  Menghilangkan
Peptiku terasa bakteri 500 mg PO 2 penggunaan stress yang gejala, tidak
m terbakar hyplori ×1 sehari. aspirin berlebihan. kambuh, dan
 Diabetes selama ¿2  BP =  Aspirin 325 dihentikan  Hindari menghindari
 PPOK bulan. 120/60 mg PO 1×  Penggunaan mengkonsu penyakit-
 ostearthr  Epigastiu  N= 109 sehari ipratropium msi rokok penyakit yang
itis m sebelah  P = 18  Ipratropium dan dan bir. berkaitan
kanan KG MDI 2 Puff albuterol  Hindari dengan
terasa  S= 37,9 4 × sehari tetap makanan lambung.
sakit ℃  Albuterol dilanjutkan yang pedas  Rasa nyeri
 Nyeri saat  BM = 102 MDI 2 puff  Penggunaan dan hilang
masuk Kg PRN ibuprofen minuman  Dilakukan
makanan  TB = 172,  Ibuprofen selanjutnya yang terapi non
 Sering 5 200 mg 2 dihentikan mengandun farmakokinetik
sendawa tab dan diganti g kaffein yaitu diet
 Kembung  Maalox 1 engan agar tidak makanan pedas,
 Lemas Sdm PRN penggunaan memperpar asam dan kafein
 Mual PCT tablet ah PUD
 Tinja atau obat  Mencuci
berwarna golongan tangan
hitam penghambat sebelum
COX-2 makan dan
sebagai sesudah
terapi OA BAB.
 Penggunaan  Menghindar
Maalox i makanan
dilanjutkan tinggi
dan garam
sebaiknya  Makan
dikombinas teratur
ikan dengan  Istirahat
penggunaan cukup
sucralfat
suspensi
B. Masalah yang muncul (DRP) Pada resep tersebut (tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis,
dan regimen)

a. Tepat Indikasi

Dalam resep diatas, obat-obatnya sudah tepat untuk indikasi pengobatan ulkus
peptic dan diabetes. Sehingga tidak ada masalah yang muncul untuk tepat indikasi.

b. Tepat Obat
a) Tidak tepat pada pemberian obat Aspirin, Aspirin bekerja menghambat sintesis
prostaglandin yang bersifat sitoproktektif terhadap mukosa lambung (Sofidiya et
al, 2012). Obat golongan antiinflamasi non steroid dapat menyebabkan luka pada
lambung melalui dua cara, yaitu secara langsung atau iritasi topikal dari jaringan
epitel dan menghambat sistem endogenous mukosa saluran cerna prostaglandin.
Dalam hal ini penghambatan sintesis prostaglandin merupakam faktor dominan
penyebab ulkus peptik oleh NSAIDs (Tarigan, 2005).
b) Tidak tepat pemberian obat ibuprofen, Ibuprofen merupakan golongan obat anti
inflamasi non steroid derivat asam propionat yang mempunyai aktivitas
analgetik. Mekanisme ibuprofen adalah menghambat isoenzim siklooksigenase-
1 dan siklooksigenase-2 dengan cara mengganggu perubahan asam arakidonat
menjadi prostaglandin. Ada banyak interaksi obat berkaitan dengan ibuprofen.
Seperti dapat efek komarin, sulfonamide banyak dari sefalosporif dan fenintoin.
Jika dipakai bersama aspirin efeknya dapat berkurang. Dapat terjadi
hipoglikemia jika ibuprofen dipakai bersama-sama insulin atau hipoglikemia
oral. (Kee dan Evelyn, 1996).
c) Penggunaan obat aspirin dan ibuprofen diganti dengan obat Acetaminophen
direkomendasikan oleh ACR sebagai terapi obat lini pertama untuk penanganan
nyeri OA. Asetaminophen biasanya dapat ditoleransi dengan baik, namun
hepatoksisitas yang berpotensi fatal dengan overdosis terdomunetasi dengan
baik. Pemilihan asetaminofen dalam menangani OA dikarenakan asetaminofen
merupakan pemilihan lini pertama menurut ACR (American College of
Rheumatology) (Dipiro et al, 2009). Pemilihan asetaminofen sebagai obat
pertama dalam penatalaksanaan nyeri, karena relative aman, efikasi, dan harga
murah disbanding NSAID. (Hansen, 2005).
c. Tepat Dosis
 Metformin
 Diberikan 2x sehari 1 tablet (Tepat dosis)
 jumlah dosis harian metformin sebesar 2000 mg/hari, yang dibagi menjadi
2-3 dosis yang biasanya diberikan setelah makan.
 Ipratropium MDI 2 puff 4 x sehari
 Diberikan 4 x sehari 1 tablet (tepat dosis)
 Anjuran :Dewasa (diatas 12 tahun ) dan lansia 250-500 mikrogram sebanyak
3-4 kali sehari. Jadi dalam pemakain resep Ipratropium tepat dosis.
 Albuterol MDI 2 puff
 Diberikan 1 atau 2 hisapan hingga 4 hisapan dalam sehari bila diperlukan,
ketika sesak napas dan mengi (tepat dosis)
 Anjuran : 1- 2 kali hirup, 4 x sehari.
 Maalox Maalox 1 sendok makan PRN sakit perut
 Diberikan 1 sendok makan ketika sakit perut (tepat dosis)
 Anjuran : Kondisi asam lambung, Dewasa: 5-30 ml suspense setelah makan
dan sebelum tidur, atau menurut anjuran dokter.
C. Apakah tujuan akhir (gool therapy) farmakoterapi untuk pasien pada kasus ini

Tujuan pengobatan mengurangi rasa sakit maag, menyembuhkan ulkus,


mencegah kambuh berulang, dan mengurangi komplikasi terkait ulkus, dan
menyembuhkan ulkus, membasmi infeksi, dan menyembuhkan penyakit. . Pengobatan
harus efektif, dapat ditoleransi dengan baik, mudah disesuaikan, dan efektif.

Pasien dengan PUD harus menghilangkan atau mengurangi tekanan psikologis,


merokok, dan penggunaan NSAID nonselektif (termasuk aspirin). Jika mungkin, agen
alternatif seperti asetaminofen, salisilat yang tidak dilarutkan (misalnya, salsal), atau
inhibitor selektif COX-2 harus digunakan untuk menghilangkan rasa sakit. Meskipun
tidak memerlukan diet khusus, pasien harus menghindari makanan dan minuman yang
menyebabkan dispepsia atau memperburuk gejala maag (misalnya, makanan pedas,
kafein, alkohol).

Penggunaan obat aspirin diganti dengan obat Acetaminophen direkomendasikan


oleh ACR sebagai terapi obat lini pertama untuk penanganan nyeri OA. Asetaminophen
biasanya dapat ditoleransi dengan baik, namun hepatoksisitas yang berpotensi fatal
dengan overdosis terdomunetasi dengan baik. Pemilihan asetaminofen dalam
menangani OA dikarenakan asetaminofen merupakan pemilihan lini pertama menurut
ACR (American College of Rheumatology) (Dipiro et al, 2009). Pemilihan
asetaminofen sebagai obat pertama dalam penatalaksanaan nyeri, karena relative aman,
efikasi, dan harga murah dibanding NSAID. (Hansen, 2005).

D. Berikan penjelasan terapi yang tepat , alternatif, rencana optimal tatalaksana dan strategi
pengobatan serta evaluasi outcome terapinya.
Tujuan terapi
Sasaran terapi adalah menghilangkan nyeri tukak, mengobati tukak, mencegah
kekambuhan dan mengurangi komplikasi yang beraitan dengan tukak. Pada penderita
dengan H. Pylori positif, tujuan terapi adalah mengatasi mikroba dan menyembuhkan
penyakit dengan obat yang efektif (Sukandar E.Y, Dkk, 2009). Pengobatan tukak
peptik ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, menghilangkan keluhan,
menyembuhkan tukak, mencegah kekambuhan dan komplikasi (Sanusi, 2011).
Kombinasi dua jenis antibiotik dengan PPI (Proton Pump Inhibitor) atau
bismuth digunakan untuk terapi eradikasi H. pylory, sedangkan kombinasi H2 reseptor
antagonis, PPI atau sukralfat dapat digunakan untuk terapi yang disebabkan NSAID.
Saran Terapi
Manfaat terapi kombinasi pada pasien tukak peptik geriatrik adalah dapat
meminimalisir terjadinya komplikasi tukak, selain itu juga bagus untuk pengobatan
tukak peptik yang disebabkan karena mengkonsumsi obat obat dari golongan NSAID
(Astuti, 2012). Golongan dari obat tersebut dapat memperparah tukak peptik karena
dapat mengiritasi lambung bahkan menyebabkan perforasi pada tukak peptik (Astuti,
2012). Kombinasi yang paling banyak digunakan adalah Proton Pump Inhibitor +
Sukralfat + Antasida. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa terapi
dengan kombinasi PPI lebih efektif dan cepat penyembuhannya dibandingkan dengan
penggunaan H2RA (Dipiro, 2008).
Kombinasi yang paling banyak digunakan adalah Proton Pump Inhibitor +
Sukralfat + Antasida. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa terapi
dengan kombinasi PPI lebih efektif dan cepat penyembuhannya dibandingkan dengan
penggunaan H2RA (Dipiro, 2008).
Untuk menjaga efek obat antidiabetes tetap dapat mengontrol gula darah pasien,
maka diperlukan pemeriksaan gula darah pasien secara berkala, dan apabila diperlukan
dosis antidiabetes dapat ditingkatkan (Baxter, 2008).
a. Terapi Non Farmakaologi
a) Pasien dengan tukak harus mengurangi stress, merokok dan penggunaan
NSAID (termasuk Aspirin), Jika NSAID tidak dapat dihentikan
penggunaannya, maka harus dipertimbangkan pemberian dosis yang lebih
rendah atau diganti dengan Acetaminophen, COX2 inhibitor yang relatif
selektif.
b) Walaupun tidak ada kebutuhan untuk diet khusus, pasien harus menghindari
makanan dan minuman yang menyebabkan dispepsia atau yang dapat
menyebabkan penyakit tukak seperti; makanan pedas, kafein, dan alkohol
(Sukandar E.Y, Dkk, 2009).
b. Terapi Farmakologi
Pengobatan ulkus sangat tergantung pada penyebabnya, sehingga dibutuhkan
diagnosa yang tapat (Nathan T, Dr; et all).
a) Meskipun demikian, untuk pertolongan pertama, umumnya pasien diberi Obat
Antasid untuk menetralkan kadar asam yang berlebihan atau dengan obat PPI
dan atau R2AH untuk mengurangi yang dilepaskan kedalam saluran
pencernaan, sehingga dapat membantu mengurangi rasa sakit yang disebabkan
oleh ulkus, bersama dengan mengambil beberapa langkah-langkah seperti:
menghindari merokok, hindari minum alkohol, kopi, dan teh, dan menghindari
penggunaan aspirin dan NSAID (Pendegraft J.S).
b) Terapi di atas tidak bertujuan untuk menyembuhkan tetapi untuk membantu
pasien dalam mengurangi rasa perih dan tidak nyaman.
c. Evaluasi terapi
a) Pasien harus dipantau untuk redanya rasa sakit dan efek yang tidak diinginkan
yang potensial dan interaksi obat yang berhubungan dengan terapi obat.
b) Rasa sakit dapat dipulihkan dalam beberapa hari bila NSAID sebagai penyebab
dan dalam 7 hari pada awal terapi. Sebagian besar pasien tukak tanpa
komplikasi akan bebas dari gejala setelah diterapi dengan anti tukak yang
disarankan.
c) Gejala yang menetap atau kambuh setelah beberapa minggu pengobatan,
menunjukkan kegagalan penyembuhan tukak atau adanya penyakit alternatif
seperti penyakit gastroesopageal refluks.
d) Kebanyakan pasien dengan H.Pylori ulcer positif yang tanpa komplikasi tidak
membutuhkan konfirmasi kesembuhan tukak atau radikasi H.pylori.
e) Pasien tukak khususnya orang tua atau pasien yang memiliki resiko tinggi
NSAID yang lain harus dipantau dengan intensif terhadap gejala dan tanda
perdarahan, obstruksi, penetrasi, dan perforasi.
f) Pelaksanaan endoskopi untuk menentukan ada tukak atau adanya H.pylori di
tetapkan untuk pasien dengan kekambuhan yang sering, penyakit yang
refrakter, komplikasi atau dicurigai pada kondisi hipersekresi (G.Wells,
Barbara;et all, 2009).
E. Berikan juga saran-saran anda (sebagai apoteker ) untuk edukasi pasien pada ini ?
Karena infeksi H.pylori adalah penyebab tersering dari ulkus peptikum, maka
pencegahan infeksi menjadi unsur yang penting. Nutrisi merupakan aspek yang juga
harus diperhatikan untuk menciptakan suasana yang baik bagi lambung
a. Pencegahan Infeksi
b. Pola Makan
c. Omega 3 Polyunsaturated Fatty Acid
d. Gaya Hidup
DAFTAR PUSTAKA

Anand BS, MD; Julian K, MD. Peptic Ulcer Disease Treatment & Management,
http://emedicine.medscape.com/article/181753-treatment#aw2aab6b6b 1aa , diakses
pada tanggal 1 oktober 2012.

Anonim, Treatment Of Peptic Ulcer Disease, http://ww2.iehp.org/NR/rdonlyres/ 7B8FCC3C-


5055-4472-A52F-6020C7FCFE5D/0/PepticUlcer.pdf, diakses pada tanggal 2 oktober
2012.

Green B.D, MD; et all. 2004. The Washington Manual of Medical Therapeutics 31st Ed.
Washington University School of Medicine. Lippincott Williams & Wilkins
Publishing , diakses pada tanggal 2 oktober 2012.

G.Wells, Barbara;et all. 2009. Pharmacotherapy Handbook 7st Ed. The Mc-Graw Hill
Companies,Inc. Page 314-320.

Nathan T, Dr; Brandt C.J, Dr; De Muckedell O.S, Dr, dr. Peptic Ulcers Treatment,
http://www.netdoctor.co.uk/diseases/facts/pepticulcertreatment.htm, diakses pada
tanggal 1 oktober 2012.

Anda mungkin juga menyukai