Anda di halaman 1dari 31

1

RENCANA KAJIWIDYA
Nomor : DM/03-Kw/ /VII/2015

Tanggal : 21 Agustus 2015

Mengamati pertumbuhan dan produksi tanaman Kubis Bunga


(Brassica oleraceea L.) dengan pemberian pupuk organik dari
limbah biogas dan penambahan MOL buah

OLEH

DANIEL MUTTAQIN, SP
NIP.19821124 200903 1 006
WIDYAISWARA PERTAMA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR


BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PROV. KALTIM
UPTB – BALAI PELATIHAN PERTANIAN
SAMARINDA
2015
2

LEMBAR JUDUL

Mengamati pertumbuhan dan produksi tanaman Kubis Bunga


(Brassica oleraceea L.) dengan pemberian pupuk organik dari
limbah biogas dan penambahan MOL buah

OLEH

DANIEL MUTTAQIN, SP
NIP.19821124 200903 1 006
WIDYAISWARA PERTAMA

BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PROVINSI


KALIMANTAN TIMUR
UPTB BALAI PELATIHAN PERTANIAN
SAMARINDA
2015
3

LEMBAR PERSETUJUAN KAJIWIDYA

1. Judul : Mengamati pertumbuhan dan produksi


tanaman kubis bunga (Brassica Oleaovera L.)
dengan pemberian pupuk organik dari limbah
biogas dan MOL buah

2. Nama : Daniel Muttaqin, SP

3. Waktu : 25 Agustus s.d 15 Oktober 2015

4. Disetujui pada Tanggal : 20 Agustus 2015


2. N

Samarinda,20 Agustus 2015

Mengetahui/Menyetujui Pengkaji
Kepala Balai,

Ir. H. Syarfiddin, M.Si Daniel Muttaqin, SP


NIP. 19611109 199003 1 011 19821124 200903 1 006
4

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kubis bunga (Brassica oleraceea L.) merupakan jenis tanaman

sayuran yang termasuk dalam keluarga tanaman kubis-kubisan

(Cruciferae) yang berasal dari Eropa, dan pertama kali ditemukan di

Cyprus, Italia Selatan dan Mediterania, masuk ke Indonesia pada abad ke

XIX. Di Indonesia masyarakat mengenal sayuran kubis bunga sebagai

bunga kol, kembang kol, atau dalam bahasa asing disebut cauliflower.

Bagian yang dikonsumsi dari sayuran ini adalah masa bunganya (curd).

Masa kubis bunga umumnya berwarna putih bersih atau putih kekuning-

kuningan (Rukmana, 1994 dan Cahyono, 2001).

Kubis bunga mempunyai peranan penting bagi kesehatan manusia,

karena mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan tubuh,

sehingga permintaan terhadap sayuran ini terus meningkat. Sebagai

sayuran, kubis bunga dapat membantu pencernaan, menetralkan zat-zat

asam dan memperlancar buang air besar. Menurut Rukmana (1994),

komposisi zat gizi dan mineral setiap 100 g kubis bunga adalah kalori

(25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0 mg), fosfor

(72,0 mg), zat besi (1,1 mg ), vitamin A (90,0 mg), vitamin B1 (0,1 mg),

vitamin C (69,0 mg) dan air (91,7 g).

Budidaya kubis bunga dilakukan di daerah dataran tinggi, namun

beberapa kultivar dapat membentuk bunga di dataran rendah sekitar


5

khatulistiwa. Hal ini dikarenakan kemajuan ilmu dan teknologi di bidang

pertanian yang telah menemukan varietas-varietas unggul kubis bunga

yang cocok ditanam di dataran rendah sampai menengah

(Rukmana,1994).

Di Kalimantan Timur sendiri sudah ada petani yang telah

membudidayakan Kubis Bunga akan tetapi belum begitu banyak hal ini

dikarenakan masih adanya anggapan tanaman ini memerlukan suhu

rendah dan lebih cocok ditanam di dataran tinggi, selain itu untuk

meningkatkan produksi yang berkualitas sudah tentu dibutuhkan benih

yang baik dan perawatan yang tepat termasuk pemupukan yang tepat

sesuai kondisi tanahnya.

Pemupukan dalam pemeliharaan kubis bunga merupakan salah

satu faktor yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan dan hasil

kubis bunga.

Belakangan ini terdapat tedensi kebutuhan konsumen yang

mengarah pada produk pertanian “organik” serta memperbaiki kondisi

tanah. Penggunaan pupuk organik dipercaya membawa manfaat lebih

baik produk-produk pertanian. Produk menjadi lebih sehat, lebih ramah

lingkungan dan sedikit banyak mengurangi dampak negatif dari bahan

kimia yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan.

Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan untuk budidaya

pertanian adalah limbah dari biogas. Limbah biogas, yaitu kotoran ternak

yang telah hilang gasnya (slurry) merupakan pupuk organik yang sangat
6

kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan, unsur-

unsur tertentu seperti protein, selulose, lignin, dan lain-lain tidak bisa

digantikan oleh pupuk kimia. Bahan organik makro yang terkandung ialah

nitrogen (N), kalium (K), fosfor (P) dan lainnya, sedangkan bahan mikro

yang terkandung adalah magnesium (Mg), kalsium (Ca), asam amino dan

lainnya. Komposisi pupuk yang dihasilkan bergantung pada keberbagaian

jenis bahan umpan biogas.

Selain penambahan pupuk organik untuk mengoptimalisasi

penyerapan pupuk tersebut maka hormon-hormon tanaman tersebut

dibuat dengan kondisi ideal sehingga proses fisiologis tanaman menjadi

lebih aktif.

MOL (Mikro Organisme Lokal) buah, merupakan Mikroorganisme

lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter

dalam pembuatan pupuk organik padat maupun untuk pupuk cair yang

berguna untuk dekomposer maupun perangsang tumbuh dan

pembungaan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka pengkaji tertarik

melakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

Kubis Bunga (Brassica oleraceea L.) dengan pemberian pupuk organik

dari limbah biogas dan penambahan MOL buah untuk meningkatkan

produksinya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut:
7

1. Bagaimana pengaruh pemberian pupuk limbah biogas dan


MOL buah terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman Kubis Bunga
(Brassica oleraceea L.)
2. Bagaimana penggunaan pupuk limbah biogas dan MOL
buah yang tepat pada tanaman Kubis Bunga (Brassica oleraceea L.)

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka

masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah perlakuan pemberian pupuk limbah biogas dan MOL


buah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
Kubis Bunga (Brassica oleraceea L.).
2. Bagaimana deskripsi penggunaan pupuk limbah biogas dan
MOL buah yang tepat pada tanaman Kubis Bunga (Brassica
oleraceea L.)

D. Tujuan

1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk limbah biogas dan MOL

buah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

Kubis Bunga (Brassica oleraceea L.).

2. Mengetahui cara penggunaan pupuk limbah biogas dan MOL


buah yang tepat pada tanam.an Kubis Bunga (Brassica oleraceea
L.)
8

II. KERANGKA TEORITIK

A. SYARAT TUMBUH

1. Media Tanam

- Tanah lempung berpasir lebih baik untuk budidaya Kubis Bunga

daripada tanah berliat. Tetapi tanaman ini toleran pada tanah

berpasir atau liat berpasir. Tanah yang bertekstur ringan, akan

sangat baik untuk pertumbuhan awal tanaman Kubis Bunga. Akan

tetapi sebaliknya pada pertumbuhan selanjudnya tanaman kubis

bunga membutuhkan media jenis tanah yang dapat mengikat air

lebih banyak adalah tanah berat/liat. Pada jenis tanah ini

pertumbuhan tanaman lambat akan tetapi komponen hasil yang di

dapat menghasilkan kualitas yang lebih baik, yaitu lebih padat,

keras dan tahan lama bila disimpan.

- Kemasaman tanah yang baik antara 5,5-6,5 dengan pengairan dan

drainase yang memadai.

- Tanah harus subur, gembur dan mengandung banyak bahan

organik. Tanah tidak boleh kekurangan Magnesium (Mg),

Molibdenum (Mo) dan Boron (Bo) kacuali jika ketiga unsur hara

mikro tersebut ditambahkan dari pupuk. Pada tanaman kubis-

kubisan banyak memerlukan fosfor dalam jumlah besar. Pupuk

fosfor yang diberikan bersama-sma denagn pupuk ammonium


9

(NH4+) di dalam larikan menyebabkan tanaman akan tumbuh

dengan pesat.

- Perakaran Kubis Bunga antara 70-80% berada pada permukaan

tanah sedalam 25cm-30cm. Terutama pada tanah yang kandungan

garamnya tinggi, pengerjaan tanah tidak boleh terlalu dalam.

2. Faktor Iklim.

- Kubis Bunga merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

daerah sub tropis. Di tempat itu kisaran temperatur untuk

pertumbuhan Kubis Bunga yaitu minimum 15.5-18 derajat C o dan

maksimum 24 derajat Co.

- Kelembaban optimum bagi tanaman Kubis Bunga antara 80-90%.

- Dengan diciptakannya kultivar baru yang lebih tahan terhadap

temperatur tinggi, budidaya tanaman Kubis Bunga juga dapat

dilakukan di dataran rendah (0-200 m dpl dan menengah (200-700

m dpl). Di dataran rendah, temperatur malam yang terlalu rendah

menyebabkan terjadinya sedikit penundaan dalam pembentukan

bunga dan umur panen lebih panjang.

B. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

1. Pembibitan

- Persyaratan Benih

Benih yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a) Benih utuh, artinya tidak luka atau tidak cacat.


10

b) Benih harus bebas hama dan penyakit.

c) Benih harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau

benih lain serta bersih dari kotoran.

d) Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.

e) Mempunyai daya kecambah 80 % sehingga untuk satu hektar kebin

diperlukan 100-250 g tergantung pada ukuran benih.

f) Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.

- Penyiapan Benih

Penyiapan benih dimaksudkan untuk mempercepat perkembahan

benih dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan

penyakit. Cara-cara penyiapan adalah sebagai berikut:

1. Sterilisasi benih, dengan merendam benih dalam larutan

fungisida dengan dosis yang dianjurkan atau dengan merendam

benih dalam air panas 55 derajat Co selama 15-30 menit.

2. Penyeleksian benih, dengan meredam biji dalam air, diama

benih yang baik akan tenggelam.

3. Rendam benih selama ± 12 jam atau sampai benih terlihat

pecah agar benih cepat berkecambah.

Benih harus disemai dan dibumbun sebelum dipindah tanam ke

lapangan. Penyemaian dapat dilakukan di bedengan atau

langung di bumbung (koker). Bumbung dapat dibuat dari daun

pisang, kertas makan berplastik atau polybag kecil.


11

2. Persemaian

Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi persemaian

antara lain: (1) tanah tidak mengandung hama dan penyakit atau

faktor-faktor lain yang merugikan; (2) lokasi mendapat penyinaran

cahaya matahari cukup; dan (3) dekat dengan sumber air bersih.

Penyemaian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut;

- Penyemaian di bumbung (koker atau polybag)

Dengan cara ini, satu persatu benih dimasukan ke dalam bumbung

yang dibuat dengan cara seperti di atas. Bumbung dapat terbuat

dari daun pisang atau daun kelapa dengan ukuran diameter dan

tinggi 5 cm atau dengan polybag kecil yang berukuran 7-8 cm x 10

cm. Media penyemaian adalah campuran tanah halus dengan

pupuk kandang (2:1) sebanyak 90%. Sebaiknya media semai

disterilkan dahulu dengan mengkukus media semai pada suhu

udara 55-100 derajat Co selama 30-60 menit atau dengan

menyiramkan larutan formain 4% ditutup lembar plastik (24 jam),

lalu diangin-anginkan. Cara lain dengan mencampurkan media

semai dengan zat fumigant Basamid-G (40-60 g.m -2). Sedalam 10-

15 cm, disiram air sampai basah dan ditutup dengan lembaran

plastik (5 hari), lalu plastik dibuka, dan lahan diangin-aginkan (10-

15 hari)
12

3. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

1. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi hari dan sore hari

tegantung cuaca

2. Pengatur naungan persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul

10.00 dan sore mulai pukul 15.00. Diluar waktu diatas, cahaya

matahari terlalu panas dan kurang menguntungkan bagi bibit.

3. Penyiangan dilakukan terhadap tanaman lain yang dianggap

mengganggu pertumbuhan bibit, dilakukan dengan mencabuti

rumput-rumput/gulma lainnya yang tumbuh disela-sela tanaman

pokok.

4. Dilakukan pemupukan larutan urea dengan konsentrasi 0,5 g.lt -1

dan penyemprotan pestisida ½ dosis jika di perlukan

5. Hama yang menyerang biji yang belum tumbuh dan tanaman

muda adalah semut, siput, bekicot, ulat tritip, ulat pucuk,

molusca dan cendawan. Sedangkan penyakit adalah penyakit

layu. Pencegahan dan pemberantasan digunakan insektisida

dan fungisida nabati.

4. Pemindahan Bibit

Bibit dipindah tanam kelapangan setelah memiliki 3-4 helai daun

atau kira-kira berumur 1 bulan.

5. Pengolahan Tanah
13

Tanah harus dibalik menggunakan traktor, bajak atau cangkul,

kemudian digemburkan sebagai perbaikan tekstur tanah dan agar

ada pergantian udara dalam tanah. Kedalaman cangkulan untuk

tanaman Kubis Bunga kurang lebih 30 cm. Sebelum pembuatan

tanah dibiarkan, supaya terkena sinar matahari sebagi pencegahan

terhadap timbulnya hama/penyakit dan jamur. Bedengan dibuat

dengan lebar 125 cm, tinggi 15 cm. Jarak antara bedengan 30 cm,

sebagai saluran air. Permukaan atas bedengan digemburkan dan

diratakan.

Pengapuran hanya dilakukan jika pH tanah lebih rendah dari 5,5

dengan dosis kapur yang sesuai dengan nilai pH tanah tetapi

umumnya berkisar antar 1-2 ton.ha-1 dalam bentuk dolomite atau

kalsit. Kapur dicampurkan merata dengan tanah pada saat

pembuatan bedengan. Pada saat pembuatan bedengan

berlangsung, campurkan 125-17,5 ton.ha-1 pupuk kandang matang

ditambahkan dengan asumsi populasi tanaman per hektar antara

25.000-35.000. Selain itu juga diberikan pupuk dasar berupa ZA,

Urea, TSP dan KCl dengan dosis masing-masing 250 kg disebar

dan dicampur dengan tanah bedengan. Setelah itu lubang tanam

dibuat dengan menggunakan cangkul.

6. Teknik Penanaman

- Penentuan Pola Tanaman


14

Jarak tanam Kubis Bunga adalah 50x50 cm untuk kultivar yang

tajuknya melebar dan 45x65 cm untuk kultivar tegak. Waktu tanam

terbaik di pagi hari antara jam 06.00-09.00 atau sore hari antara

jam 15.00-17.00.

- Cara Penanaman

Bibit di dalam bumbung kertas berplastik atau polybag, dikeluarkan

dengan cara membalikan bumbung dan mengeluarkan bibit dengan

hati-hati tanpa merusak akar. Satu bibit ditanam di dalam lubang

tanam dan segera disiram sampai tanah menjadi basah benar.

7. Pemupukan

Pemupukan dilakuakan secara organik dengan

menggunakan limbah dari bigas yang akan diberikan pada saat 15 ,

30 dan 45 hst. Sedangkan penggunaan MOL buah digunakan

denngan cara disemprotkan pada tanaman pada saat 10, 20, 30

dan 45 hst.

Untuk kajiwidya ini akan digunakan pupuk petroganik

dengan rekomendasi. 2 ton/ha untuk pemupukan dasar atau pada

saat pengolahan lahan. Akan tetapi karena akan digunakan juga

pupuk kandang maka dosis pemakaian untuk pupuk petroganik

sebesar 1 ton/ha dan pupuk kandang 1 ton/ha.

8. Pemeliharaan

- Penyulaman
15

Jika ada tanaman yang rusak atau mati, penyulaman dapat

dilakukan sampai sebelum tanaman berumur kira-kira 2 minggu.

- Penyiangan

Penyiangan yang bersamaan dengan penggemburan dilakukan

bersama-sama dengan pemupukan susulan yaitu pada 7-10 hari

setelah tanam (hst), 20 hst dan 30-35 hst. Penyiangan dan

penggemburan harus dilaksanakan dengan hati-hati dan jangan

terlalu dalam agar tidak merusak akar Kubis Bunga yang dangkal.

Pada akhir pertumbuhan vegetatif (memasuki masa berbunga)

penyiangan dihentikan.

- Perempalan

Perempelan tunas cabang dilakukan seawal mungkin supaya

ukuran dan kualitas massa bunga yang terbentuk optimal. Segera

setelah terbentuk massa bunga, daun-daun tua diikat sedemikian

rupa sehingga massa bunga ternaungi dari cahaya matahari.

Penutupan ini berfungsi untuk mempertahankan warna bunga

supaya tetap putih.

- Pengairan dan penyiraman

Pengairan dilakukan secara rutin I pagi atau sore hari. Pada musim

kemarau penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari terutama pada saat

tanaman berada pada fase pertumbuhan awal dan pembentukan

bunga.
16

9. Pengendalian Hama dan Penyakit

- Hama

1. Ulat Plutella (Pluttela xylostella L.)

Hama ini banyak menyerang pada pertanaman kubis dataran

tinggi. Namun bukan tidak mungkin juga menyerang pada

tanaman dataran rendah. Ulat yang berwarna hijau ini memakan

permukaan daun bagian bawah dengan meninggalkan tulang-

tulang daun sehingga daun berlubang.

2. Ulat Croci (Crocidolomia binotalis zeller)

Ulat berwarna hijau bergaris punggung hijau muda dan

berwarna kuning di sisi perut. Akibat serangan ulat ini, massa

bunga atau daun di sekelilingnya menjadi bolong-bolong.

3. Ulat Tanah ( Agrotisypsilon Hufn)

Ulat berwarna kehitam-hitaman, lebih senang hidup di dalam

tanah.Ulat menyerang tanama kubis dengan cara memotong

titik tumbuh atau pangkal batang tanaman sehingga tangkai

daun atau batang rebah dan layu terutama di siang

hari.Pengendaliannya dilakukan pada malam hari, jika

menggunakan insektisida. Kerugian yang dicapai dari serangan

ulat ini dapat mencapai 75-90 % dari seluruh bibit yang ditanam.

4. Kutu Daun (Aphis brassicae)

Kutu daun menghisap cairan sel sehingga daun menguning dan

massa bunga berbintik-bintik kotor. Biasanya, kutu ini hidup


17

berkelompok di permukan bawah daun atau pada massa bunga.

Serangan yang hebat biasanya terjadi di musim kemarau.

5. Ulat Jengkal (Trichoplusiana sp.) dan Ulat Grayak (Spodoptera

sp.)

Ulat jengkal berukuran 4 cm, hijau pucat dan berpita merah

muda pada tiap sisi badannya sedangkan ulat grayak memiliki

bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis

kekuning-kuningan pada sisinya. Keduanya menyerang daun

pada musim kemarau sehingga daun rusak, bolong-bolong

meninggalkan tulang daunnya saja. Ulat grayak menyerang

tanaman beramai-ramai dalam satu kelompok besar.

6. Pieris rapea

Ulat ini merupakan larva dari kupu-kupu yang kecil, mempunyai

panjang kira-kira 3.17 cm dan warnanya hijau beludru.Hama ini

makan dan melubangi daun, sering membenam dalam bunga,

bahkan merusak seluruh tanaman.Ulat pieris menyerang daun

dengan meninggalkan bekas yang berlubang besar tidak teratur

bentuk dan ukurannya. Jika Kubis Bunga dibelah, diantara

sudut daunnya akan terdapat kotoran dari ulat tersebut.

Pengendalian hama dilakukan dengan cara terpadu: melakukan

pergiliran tanaman dengan tanaman selain famili Cruciferae,

pengaturan waktu tanam, menyebarkan mikroba yang menjadi

musuh alami, menggunakan tanaman/varietas tanaman yang tahan


18

terhadap jenis hama tertentu dan menggunakan pestisida baik

yang biologis maupun kimiawi.

- Penyakit

1. Busuk Hitam

Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Dows. Penyakit ini

bersifat tular benih (seed born) yang menyerang semua fase

pertumbuhan Kubis Bunga. Infeksi di lapangan melalui bekas

gigitan serangga atau luka. Gejala: terdapat bercak coklat

kehitam-hitaman pada daun, batang, tangkai, bunga maupun

massa bunga. Batang dan massa bunga menjadi busuk

sehingga tidak dapat dipanen.

2. Busuk Lunak

Penyebab: bakteri Erwinia carotovora Holland. Penyakit ini

menyebabkan busuk lunak pada tanaman di kebun dan pasca

panen. Infeksi terjadi setelah busuk hitam melalui luka pada

pangkal bunga yang hampir dipanen atau melalui akar yang

terluka. Gelaja: busuknya batang atau pangkal bunga dengan

tiba-tiba.

3. Akar Bengkak

Penyebab: jamur Plasmodiophora brassicae Wor. Gejala:

tanaman layu seperti kekurangan air dan segar kembali di

malam hari, lama-lama pertumbuhan terhambat dan kerdil serta


19

tidak bisa berbunga. Selain akar tanaman membengkak terlihat

pula ada bercak hitam di akar tersebut.

4. Bercak Hitam

Penyebab: jamur Alternaria sp. Penyakit tular benih ini

menyerang daun dan bagian tanaman lainnya. Gejala: daun

menjadi berbercak coklat muda atau tua bergaris konsentris.

Pada akar, batang dan tangkai terdapat bercak bergaris

berwarna kehitam-hitaman.

5. Semai Roboh (damping off)

Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. dan Phytium sp. Penyakit ini

biasanya menyerang persemaian menyebabkan busuknya

pangkal batang. Pengendalian: dapat dilakukan dengan

melakukan bibit yang bebas penyakit, merendam benih di air

panas (50 derajat Co) atau di dalam fungisida/bakterisida

selama 15 menit, sanitasi kebun, rotasi tanaman, menanam

kultivar tahan penyakit, menghindari tanaman dari kerusakan

mekanis atau gigitan serangga, melakukan sterilisasi media

semai atau lahan kebun (khusus untuk akar bengkak),

pengapuran pada tanah masam dan mencabut tanaman yang

telah terserang penyakit.

Untuk mencegah serangan hama dan penyakit, penyemprotan

pestisida telah dilakukan walaupun belum ada gejala serangan.

Penyemprotan dilakukan setiap 2 minggu.


20

10. Panen

- Ciri dan Umur Panen

Pemanenan dilakukan saat massa bunga mencapai ukuran

maksimal dan mampat. Umur panen antara 55-100 hari tergantung

dari kultivar. Kubis Bunga dapat dipanen 50-70 hari setelah tanam

untuk dataran rendah dan 70-90 hari setelah tanam untuk dataran

tinggi. Dengan kuntum bunga kompak berwarna putih, jika

terlambat panen maka bunga berubah kuning yang akan

menurunkan kualitas. Untuk menghindari perubahan warna

tersebut biasanya 3-4 hari sebelum panen bunga ditutup dengan

daun-daunnya yang lebar, sebagai pelindung dari terik matahari.

- Cara Panen

Sebaiknya panen dilakukan di pagi atau sore hari dengan cara

memotong tangkai bunga bersama sebagian batang dan daunnya

sepanjang 25 cm. Jika terjadi pelukaan atau bagian yang busuk,

agar supaya tidak menular ke bagian lain atau bunga kubis yang

lain, maka bagian yang membusuk tersebut segera dibuang atau

dikeringkan.

- Perkiraan Produksi

Hasil panen per hektar antara 15-35 ton tergantung dari kultivar,

populasi tanaman dan pemeliharaan.

11. Pasca panen

- Pengumpulan
21

Setelah bunga kubis dipanen, hasil panen disimpan di tempat yang

teduh untuk dilakukan sortasi.

- Penyortiran

Sortasi dilakukan berdasarkan diameter kepala bunga yang dibagi

menjadi 4 kelas yaitu > 30 cm, 25-30 cm, 20-25 cm dan 15-20 cm.

- Penyimpanan

Penyimpanan terbaik di ruang gelap pada temperatur 20 derajat C o,

kelembaban 75-85% atau kamar dingin dengan temperatur 4.4

derajat Co dengan kelembaban 85-95%. Pada ruangan-ruangan

tersebut kubis akan tetap segar selama 2-3 minggu.

Pengemasan dan pengangkutan

Pengemasan dilakukan dalam peti kayu dengan kapasitas 25-30

kg. Untuk transportasi jarak jauh, sertakan kira-kira 6 helai daun

dan daun yang berada di atas massa bunga dipatahkan untuk

menutupi bunga. Untuk transportasi jarak dekat ujung-ujung daun

dipotong.

C. PUPUK ORGANIK DARI LIMBAH BIOGAS (SLURRY)

Buangan dari sebuah instalasi biogas yang biasa kita sebut

sebagai slurry dapat kita manfaatkan sebagai pupuk organik. Slurry

biogas mengandung bahan organik makro dan mikro yang sangat

diperlukan oleh tanaman. Terlebih lagi jika bahan umpan biogas yang

kiata gunakan lebih bervariasi, misalnya kotoran sapi (sumber utama),

kotoran manusia, sampah organik rumah tangga, kotoran ternak lain


22

(ayam, bebek, kambing), sampah organik lain dari sawah atau kebun,

limbah rumah potong hewan dan limbah pelelangan ikan.

Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya

(slurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur

yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan, unsur-unsur tertentu seperti

protein, selulose, lignin, dan lain-lain tidak bisa digantikan oleh pupuk

kimia. Bahan organik makro yang terkandung ialah nitrogen (N), kalium

(K), fosfor (P) dan lainnya, sedangkan bahan mikro yang terkandung

adalah magnesium (Mg), kalsium (Ca), asam amino dan lainnya.

Komposisi pupuk yang dihasilkan bergantung pada keberbagaian jenis

bahan umpan biogas.

  Pupuk yang didapat dari slurry biogas dapat berupa pupuk organik

cair dan pupuk kompos organik padat. Pembuatan pupuk dari slurry

biogas sangat mudah yaitu hanya dengan memisahkan antara padatan

dan cairan dari slurry biogas. Padatan slurry kemudian dijemur dan atau di

angin-anginkan hingga kering untuk mendapatkan pupuk padat.

Sedangkan untuk menghasilkan pupuk cair, cairan slurry dikontakan

dengan udara menggunakan pompa udara seperti yang digunakan dalam

aquarium selama 24 jam untuk menghilangkan gas dan menstabilkan

cairan.

  Proses pemisahan cairan dengan padatan dapat dilakukan dengan

beberapa cara, yaitu:


23

1. Cara yang paling mudah adalah dengan pemerasan manual. Dulu

kami melakukannya dengan memasukan slurry biogas kedalam

karung goni, lalu karung diikat bagian atasnya. Kemudian karung

tersebut dinjak-injak untuk mengeluarkan cairannya.

2. Cara yang kedua adalah dengan membuat saringan dari kawat ram

dengan ukuran 20 mesh. Mesh artinya jumlah lubang dalam

panjang 1 inch, jadi 20 mesh berarti dalam panjang 1 inch terdapat

20 lubang. Kawat dibingkai dengan ukuran 1 x 2 meter. Saringan

kawat diletakan pada tempat lubang overflow slurry biogas. Slurry

yang keluar dari bak fermentasi biogas diratakan di atas

permukaan saringan dan ditekan-tekan hingga airnya keluar.

Cairan ditampung dibagian bawah saringan menggunakan plastik

yang dibingkai dan diberi lubang di tengahnya. Cara ini yang kami

terapkan di tempat kami.

3. Cara yang ketiga adalah dengan menggunakan alat yang disebut

dengan belt press. Alat ini terdiri dari beberapa roller dan belt yang

berfungsi untuk menekan slurry yang keluar dari bak fermentasi

sehingga padatan dan cairanya terpisah. Alat ini cocok untuk

produksi dengan skala tinggi.

 Pupuk organik dari limbah biogas memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Meningkatkan kesuburan tanah

2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah


24

3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah

4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah

5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah

panen)

6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman

7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman

8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah diantaranya

merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan

kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis

tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada

fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan S. Peran

bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas

tukar kation sehingga mempengaruhi serapan hara oleh tanaman. Dengan

seluruh manfaat diatas maka pupuk organik dari limbah instalasi biogas

sangat baik untuk digunakan menggantikan pupuk kimia.

D. MOL BUAH

Upaya peningkatan produksi terus gencar dilakukan. Pemupukan

berimbang, pengairan teratur, penyemprotan, dan masih banyak lagi

tindakan budidaya yang diterapkan petani dengan satu tujuan, hasil panen

meningkat. Tidak salah memang, banyak yang berhasil dengan langkah

itu. Namun, tidak sedikit pula yang merasa teknik budidaya intensif

tersebut tidak efektif karena produksi tak kunjung meningkat.


25

Optimalisasi penyerapan nutrisi seharusnya ikut menjadi fokus

dalam upaya peningkatan produksi. Bukan hanya menambah dosis

pupuk, tetapi juga menjamin bahwa nutrisi yang diberikan akan

sepenuhnya diserap tanaman. Bukan tidak mungkin, dosis pemupukan

yang selama ini diaplikasikan jauh lebih besar ketimbang seharusnya.

MOL buah, Merupakan pupuk organik dan pembenah tanah yang dapat
dibuat secara sederha. Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang
berbahan dasar dari berbagai sumberdaya yang tersedia setempat.
Larutan MOL mengandung unsur mikro dan makro dan juga mengandung
bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang
tumbuhan, dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit tanaman,
sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai pendekomposer pupuk
hayati dan sebagai pestisida organic terutama sebagai fungisida. Salah
satu activator yang cukup murah adalah larutan MOL (Mikro Organisme
Lokal). Tiga bahan utama dalam larutan MOL:

 Karbohidrat. Bahan ini dibutuhkan bakteri/ mikroorganisme sebagai


sumber energi. Untuk menyediakan karbohidrat bagi
mikroorganisme bisa diperoleh dari air cucian beras, nasi bekas/
nasi basi, singkong, kentang, gandum, dedak/ bekatul dll

 Glukosa. Bahan ini juga sebagai sumber energi bagi


mikroorganisme yang bersifat spontan (lebih mudah dimakan
mereka). Glukosa bisa didapat dari gula pasir, gula merah,
molases, air gula, air kelapa, air nira dll

 Sumber Bakteri (mikroorganisme lokal). Bahan yang mengandung


banyak mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman antara lain
buah-buahan busuk, sayur-sayuran busuk, keong mas, nasi,
rebung bambu, bonggol pisang, urine kelinci, pucuk daun labu,
26

tapai singkong dan buah maja. Biasaya dalam MOL tidak hanya
mengandung 1 jenis mikroorganisme tetapi beberapa
mikroorganisme diantaranya Rhizobium sp, Azospirillium sp,
Azotobacter sp, Pseudomonas sp, Bacillus sp dan bakteri pelarut
phospat.

MOL buah bukan zat pengatur tumbuh (ZPT) atau pupuk pelengkap

cair (PPC). Berbeda dengan ZPT yang terfokus pada satu hormon, MOL

buah menyeimbangkan fungsi dan jumlah hormon tanaman.

Selain sebagai energizer tanaman, mol ini juga terbukti dapat

memperbaiki pertumbuhan akar, merangsang pertumbuhan bunga,

mencegah kerontokan bunga, meningkatkan faktor organoleptik (rasa,

aroma, warna, bentuk, ukuran), hingga merangsang pemasakan buah.


27

III. METODOLOGI

A. Rancangan Kajiwidya
Kajiwidya dilakukan dilahan praktek Balai Pelatihan Pertanian Prov.

Kaltim, pengamatan dilakukan dengan 2 faktor yaitu:

 Faktor pupuk dari limbah biogas:

B1: Dosis limbah biogas 250 ml/1 liter air dan mol buah 60 ml/1 l air

B2: Dosis limbah biogas 500 ml/1 liter air dan mol buah 60 ml/1 l air

B3: Dosis limbah biogas 750 ml/1 liter air dan mol buah 60 ml/1 l air

B4: Dosis limbah biogas 1000 ml/1 liter air dan mol buah 60 ml/1 l

Masing-masing perlakuan diulang 2 kali. Jadi percobaan terdiri dari

4 kombinasi. Kombinasi perlakuan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Kode Limbah Biogas MOL buah


B1A1 Dosis limbah biogas 250 ml Dosis MOL buah 60 ml
B1A2 Dosis limbah biogas 250 ml Dosis MOL buah 60 ml
B2A1 Dosis limbah biogas 500 ml Dosis MOL buah 60 ml
B2A2 Dosis limbah biogas 500 ml Dosis MOL buah 60 ml
B3A1 Dosis limbah biogas 750 ml Dosis MOL buah 60 ml
B3A2 Dosis limbah biogas 750 ml Dosis MOL buah 60 ml
B4A1 Dosis limbah biogas 1000 ml Dosis MOL buah 60 ml
B4A2 Dosis limbah biogas 1000 ml Dosis MOL buah 60 ml

B. Ruang Lingkup Kajiwidya


28

Gagasan dari perencanaan penelitian ini adalah mengamati pengaruh

pemberian pupuk limbah biogas dan MOL buah terhadap pertumbuhan

dan produksi tanaman Kubis Bunga (Brassica oleraceea L.). Objek

kajiwidya ini meliputi:

1. Pupuk organik dari limbah biogas

2. MOL buah

3. Bibit Kubis Bunga Panah Merah

C. Populasi Sampel dan Besaran Sampel

Populasi sampel yang diambil adalah untuk masing-masing

perlakuan akan diamabil 5 sampel. Sedangkan untuk besaran sampel

dilakukan sebanyak 2 x ulangan untuk masing-masing perlakuan tersebut.

D. Instrumen Kajiwidya

Kajiwidya ini menggunakan instrumen Rancangan Acak Lengkap

(RAL), dengan 2 faktorial.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara mengamati langsung pada objek

yang dikerjakan berupa:

3. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diamati pada tanaman berumur 15, 30 dan 45 HST,

dengan cara mengukur tanaman mulai dari pangkal batang sampai

ujung daun tertinggi, dengan menggunakan meteran .

4. Jumlah daun (helai)


29

Perhitungan jumlah daun dilakukan pada tanaman berumur 15, 30

dan 45 HST, dihitung mulai dari daun paling bawah sampai daun

teratas (pucuk).

5. Bobot basah bunga per tanaman (gr).

Pengukuran bobot basah bunga per tanaman dilakukan segera

setelah panen, yaitu dengan menimbang seluruh bagian kubis bunga

yang telah dipotong pada pangkal bunga.

G. Biaya dan Sumber Biaya

Biaya kegiatankajiwidya ini bersumber dari APBD Prov.Kaltim Tahun

Anggaran 2015.
30

RENCANA ANGGARAN BIAYA KAJIWIDYA


Mengamati pertumbuhan dan produksi tanaman kubis bunga
(Brassica Oleoceaae.L) dengan pemberian pupuk organik dari
limbah biogas dan MOL buah

N Jumla Satua
Harga (@
Bahan Jumlah (Rp)
o h n Rp)
           
Benih 12
1 Kembang kol 5 Sachet 0.000 600.000
55
2 Plastik Mulsa 1 rol 0.000 550.000
Pupuk 1
3 Kandang 60 krg 5.000 900.000
1
4 Dolomit 50 kg 2.000 600.000
35
5 Drum Plastik 2 buah 0.000 700.000
5
6 Jerigen 3 buah 0.000 150.000
2
7 EM4 3 buah 5.000 75.000
4
8 Aerator 2 buah 0.000 80.000
Buah- 15
9 buahan 1 paket 0.000 150.000

10 Kelapa Tua 10 btr 8.000 80.000

11 Gula Merah 5 kg 15.000 75.000

12 Gembor 2 buah 50.000 100.000


Hand
13 Sprayer 1 buah 350.000 350.000

14 Ember 2 buah 45.000 90.000


           

  Jumlah       4.500.000
31

Anda mungkin juga menyukai