Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN SIKAP PERAWAT TENTANG KESELAMATAN PASIEN

DENGAN KEPATUHAN MELAKSANAKAN


PRINSIP PEMBERIAN OBAT
(Di Ruang Shafa Dan Arafah RSI ORPEHA Tulungagung)

PROPOSAL

Oleh :

VIVIO RICHA ARIYATI


NIM. A2R16047

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
TULUNGAGUNG
TAHUN 2019
HUBUNGAN SIKAP PERAWAT TENTANG KESELAMATAN PASIEN
DENGAN KEPATUHAN MELAKSANAKAN
PRINSIP PEMBERIAN OBAT
(Di Ruang Shafa Dan Arafah RSI ORPEHA Tulungagung)

PROPOSAL

Oleh :

VIVIO RICHA ARIYATI


NIM. A2R16047

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
TULUNGAGUNG
TAHUN 2019
HUBUNGAN SIKAP PERAWAT TENTANG KESELAMATAN PASIEN
DENGAN KEPATUHAN MELAKSANAKAN
PRINSIP PEMBERIAN OBAT
(Di Ruang Shafa Dan Arafah RSI ORPEHA Tulungagung)

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan


Pada Pendidikan Program Studi Sarjana Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
“Hutama Abdi Husada”
Tulungagung

Oleh :

VIVIO RICHA ARIYATI


NIM. A2R16047

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
TULUNGAGUNG
TAHUN 2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..................................................................................4
1. Tujuan Umum...................................................................................4
2. Tujuan Khusus..................................................................................5
D. Manfaat Penelitian................................................................................5
1. Manfaat Teoritis...............................................................................5
2. Manfaat Praktis.................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Santri merupakan sebutan


untuk
murid yang bertempat
tinggal di suatu
pondok pesantren.
Santriwati sebutan
untuk murid di pondok
pesantren yang
berjenis kelamin
perempuan. Sebagian
besar santri merupakan
remaja usia 11-

1
2

18 tahun. Usia remaja


merupakan usia
dimana terdapat
perubahan-perubahan
hormonal yang
mengakibatkan
perubahan struktur fisik
dan psikologis
yang drastis. Pada masa
puncak
pertumbuhan, remaja
membutuhkan
nutrisi dua kali lebih
banyak dari pada
tahun-tahun yang lain
(Kusharisupeni,
3

2010).
Santri merupakan sebutan
untuk
murid yang bertempat
tinggal di suatu
pondok pesantren.
Santriwati sebutan
untuk murid di pondok
pesantren yang
berjenis kelamin
perempuan. Sebagian
besar santri merupakan
remaja usia 11-
18 tahun. Usia remaja
merupakan usia
4

dimana terdapat
perubahan-perubahan
hormonal yang
mengakibatkan
perubahan struktur fisik
dan psikologis
yang drastis. Pada masa
puncak
pertumbuhan, remaja
membutuhkan
nutrisi dua kali lebih
banyak dari pada
tahun-tahun yang lain
(Kusharisupeni,
2010).
5

Santri merupakan sebutan


untuk
murid yang bertempat
tinggal di suatu
pondok pesantren.
Santriwati sebutan
untuk murid di pondok
pesantren yang
berjenis kelamin
perempuan. Sebagian
besar santri merupakan
remaja usia 11-
18 tahun. Usia remaja
merupakan usia
dimana terdapat
perubahan-perubahan
6

hormonal yang
mengakibatkan
perubahan struktur fisik
dan psikologis
yang drastis. Pada masa
puncak
pertumbuhan, remaja
membutuhkan
nutrisi dua kali lebih
banyak dari pada
tahun-tahun yang lain
(Kusharisupeni,
2010).
Rumah sakit merupakan organisasi padat karya dikarenakan

banyaknya jenis tenaga profesional maupun tenaga non-profesional yang

terlibat dalam pelayanan di rumah sakit. Hampir di setiap tindakan medik di

rumah sakit terdapat potensi risiko. Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan

dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf rumah sakit yang cukup besar,
7

merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical

errors). Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap pengobatan seperti

kesalahan pada prosedur pengobatan, pelaksanaan terapi dan metode

penggunaan obat (DepKes RI, 2008).

Dalam UU nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit telah

dimasukkan materi tentang Sistem Keselamatan Pasien. Dengan masuknya

materi sistem keselamatan pasien di dalam undang-undang tersebut, maka

implementasi sistem keselamatan pasien di rumah sakit di Indonesia

diharapkan menjadi lebih kuat dan lebih meluas.

Angka kematian akibat Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) termasuk

medical eror pada pasien rawat inap berkisar 44.000-98.000 per tahun dari

seluruh pasien di Amerika yang berjumlah 33,6 juta per tahun. Publikasi

WHO pada tahun 2004, mengumpulkan angka penelitian rumah sakit di

berbagai Negara yaitu Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan

KTD dengan rentang 3,2-16,6%. Dengan data-data tersebut, berbagai negara

mulai berkonsentrasi melakukan penelitian dan mengembangkan Sistem

Keselamatan Pasien (Depkes RI, 2008).

Organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2011 mengembangkan

dan mempublikasikan Kurikulum Panduan Keselamatan Pasien (Patient

Safety Curriculum Guide), yang menyoroti kebutuhan di seluruh dunia untuk

meningkatkan keselamatan pasien (patient safety) dan untuk mengajarkan

keterampilan yang berorientasi pada keselamatan pasien, sikap dan perilaku

untuk semua profesional kesehatan, begitu juga bagi perawat (Tingle, 2011).
8

Dalam menjalankan perannya, perawat bisa melakukan kesalahan,

kekeliruan dalam proses perawatan (nursing errors). Kasus kesalahan dalam

pemberian obat merupakan kesalahan utama dalam perawatan dan kejadian

ini sering tidak dilaporkan oleh perawat (Cheragi, 2013). Dampak dari

kekeliruan dalam pelayanan kesehatan bisa berupa terjadinya cedera pada

pasien dari cedera ringan sampai ireversibel, bahkan kematian, dampak

psikologis dan ekonomi/finansial, baik pada pasien dan keluarganya,

dokter/perawat (praktisi), maupun sistem/organisasi (RS) dan profesi

(Santoso, 2012).

Penelitian yang dilakukan pada beberapa rumah sakit di Sydney yang

dikumpulkan pada bulan September 2006 sampai dengan Maret 2008

menunjukkan akan tingginya kesalahan dalam pemberian obat yang

khususnya adalah obat yang diberikan melalui injeksi intra vena. Dari 568

pemberian obat intravenous, 69,7% memiliki sedikitnya satu masalah

kesalahan klinis dan 25,5% dengan masalah serius. Terdapat 4 tipe kesalahan

dalam pemberian obat intravena yang dilaporkan yaitu kesalahan

pencampuran, kesalahan jumlah/dosis, kesalahan inkompaktibilitas obat dan

kesalahan rata-rata waktu pemberian obat. Penelitian ini pula

mempublikasikan bahwa pemberian obat melalui intravena memiliki risiko

yang paling tinggi bila dibandingkan dengan pemberian obat melaui akses

atau rute yang lain (Westbrook dkk, 2010).

Di Indonesia data tentang Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan

Kejadian Nyaris Cedera (KNC) masih sulit didapatkan. Laporan insiden

keselamatan pasien berdasarkan provinsi pada tahun 2007, ditemukan


9

provinsi DKI Jakarta menempati urutan tertinggi yaitu 37,9% di antara

delapan provinsi lainnya, yaitu Jawa Tengah 15,9 %, D.I. Yogyakarta 18,8%,

Jawa Timur 11,7%, Sumatera Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%,

Aceh 10,7% dan Sulawesi Selatan 0,7%. Keselamatan pasien telah menjadi

perhatian serius. Dari penelitiannya terhadap pasien rawat inap di 15 rumah

sakit dengan 4500 rekam medik menunjukkan angka KTD yang sangat

bervariasi, yaitu 4,1% hingga 91,6% untuk medication error (Utarini, 2012).

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus memiliki

pengetahuan yang benar, dan sikap untuk menangani kompleksitas perawatan

kesehatan. Tanpa pengetahuan dan sikap yang memadai, tenaga kesehatan

termasuk perawat tidak bisa menerapkan dan mempertahankan budaya

keselamatan pasien (Myers, 2012). Perawat harus menunjukkan sikap yang

positif dalam mendukung program patient safety sehingga melaksanakan

praktik keperawatan secara aman. Dalam Permenkes RI No.11 Tahun 2017

Bab III pasal 5 ayat 5 disebutkan bahwa setiap rumah sakit wajib menerapkan

sikap Sasaran Keselamatan Pasien. Sasaran Keselamatan Pasien meliputi

tercapainya hal-hal sebagai berikut : 1) Ketepatan identifikasi pasien, 2)

Peningkatan komunikasi yang efektif, 3) Peningkatan keamanan obat yang

perlu diwaspadai (high alert), 4) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan

kesehatan, 5) Pengurangan risiko pasien jatuh, dan 6) Kepastian tepat-lokasi,

tepat-prosedur, tepat-pasien operasi.

Berdasarkan data diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti dengan

judul hubungan sikap perawat tentang keselamatan pasien dengan kepatuhan


10

melaksanakan prinsip pemberian obat (Di Ruang Shafa Dan Arafah RSI

ORPEHA Tulungagung).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “apakah ada hubungan

sikap perawat tentang keselamatan pasien dengan kepatuhan melaksanakan

prinsip pemberian obat (Di Ruang Shafa Dan Arafah RSI ORPEHA

Tulungagung) ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sikap perawat tentang keselamatan

pasien dengan kepatuhan melaksanakan prinsip pemberian obat (Di Ruang

Shafa Dan Arafah RSI ORPEHA Tulungagung).

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasikan sikap perawat tentang keselamatan pasien di

Ruang Shafa Dan Arafah RSI ORPEHA Tulungagung.

b. Mengidentifikasikan kepatuhan melaksanakan prinsip pemberian obat

di Ruang Shafa Dan Arafah RSI ORPEHA Tulungagung.

c. Menganalisa hubungan sikap perawat tentang keselamatan pasien

dengan kepatuhan melaksanakan prinsip pemberian obat di Puskesmas.


11

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan

tambahan referensi baru sebagai bahan pembelajaran ilmu keperawatan

selanjutnya, dan dalam rangka mensukseskan pengembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) untuk lebih baik lagi.

3. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Dapat menambah pemahaman tentang hubungan sikap perawat

tentang keselamatan pasien dengan kepatuhan melaksanakan prinsip

pemberian obat di Ruang Shafa Dan Arafah RSI ORPEHA

Tulungagung.

b. Bagi Masyarakat

1) Menambah pengetahuan dan informasi dalam sikap perawat tentang

keselamatan pasien di Ruang Shafa Dan Arafah RSI ORPEHA

Tulungagung.

2) Menambah wawasan tentang kepatuhan perawat dalam

melaksanakan prinsip pemberian obat di Ruang Shafa Dan Arafah

RSI ORPEHA Tulungagung.

c. Bagi Mahasiswa

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan referensi untuk menambah informasi dan bahan bacaan serta

untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa dalam hal sikap perawat


12

tentang keselamatan pasien dengan kepatuhan melaksanakan prinsip

pemberian obat.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat dikembangkan lagi

oleh peneliti selanjutnya guna mencapai hasil yang lebih akurat dan

bertambahnya sumber yang didapat dalam mengetahui hubungan sikap

perawat tentang keselamatan pasien dengan kepatuhan melaksanakan

prinsip pemberian obat.


DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2008. Panduan Nasional Keselamatan Rumah Sakit (Patient safety).
Edisi 2. Jakarta.

Depkes RI. 2008. Pedoman pelaporan insiden keselamatan pasien (IKP). Edisi 2.
Jakarta

Tingle, J. 2011. The WHO patient safety curriculum guide. British Journal of
Nursing . Vol. 20. No. 22. Hal: 1456–1457.

Santoso, B. 2012. Nursing Errors Di Unit Perawatan Intensif. Jurnal Manajemen


Pelayanan Kesehatan. Vol. 15. No. 04 Desember 2012

Cheragi MA, Manoocheri H, Mohammadnejad E, Ehsani SR. 2013. Types and


causes of medication errors from nurse’s viewpoint. Iranian Journal of
Nursing and Midwifery Research. Vol. 18. No. 3. Hal: 228-231.

Westbrook JI, Woods A, Rob MI, Dunsmuir WTM, Day RO. 2010. Association
of Interruptions With an Increased Risk and Severity of Medication
Administration Errors. Arch Intern Med. Vol. 170 No. 8. Hal: 683-690.

Utarini, A. 2012. Keselamatan pasien dan mutu pelayanan kesehatan. Jurnal


Manajemen Pelayanan Kesehatan. Vol. 15. No. 4. Hal: 3-7.

Myers, S.A. 2012. Patient safety and hospital accreditation: a model for ensuring
success. New York: Springer Publishing Company.

Anda mungkin juga menyukai