Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN INDIVIDU

ANALISIS SOP PERSALINAN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI BIDAN


PRAKTEK MANDIRI KECAMATAN CIBADAK
ASUHAN KEBIDANAN PRAKTIK KOLABORASI INTERPERSONAL
24 NOVEMBER – 30 DESEMBER 2020

Disusun oleh :
FAUZIAH NUR SAADAH
07190400004

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


DEPARTEMEN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN INDIVIDU
ANALISIS SOP ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI PUSKESMAS KEDIRI
ASUHAN KEBIDANAN PRAKTIK KOLABORASI INTERPROFESIONAL
24 NOVEMBER – 30 DESEMBER 2020

Telah disetujui pada tanggal

………,……………………

Menyetujui

Dosen Koordinator Kelompok Dosen Penanggung Jawab Stase

(Shinta Mona Lisca, S.ST, M.KM) (Meinasari Kurnia Dewi, S.St.M.Kes)


LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN INDIVIDU
ANALISIS SOP ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI PUSKESMAS KEDIRI
ASUHAN KEBIDANAN PRAKTIK KOLABORASI INTERPROFESIONAL
24 NOVEMBER – 30 DESEMBER 2020

Telah Disahkan Pada Tanggal

___________, ________________________

Mengetahui,
Koordinator Kebidanan Program Sarjana Terapan,

(_______________________________)

DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................9
1.2 Tujuan Umum................................................................................................................9
1.3 Tujuan Khusus...............................................................................................................9
BAB II SOP.....................................................................................................................................3
BAB III ANALISA SOP..................................................................................................................5
2.1 Analisa SOP..................................................................................................................9
2.2 Rekomendasi SOP ........................................................................................................9
BAB IV PENUTUP.........................................................................................................................9
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................9
4.2 Saran .............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

SOP (Standard Operating Procedure) pada dasarnya adalah pedoman yang berisi
prosedur-prosedur operasional standar yang ada di dalam suatu organisasi yang
digunakan untuk memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan, serta penggunaan
fasilitas-fasilitas proses yang dilakukan oleh orang – orang di dalam organisasi yang
merupakan anggota organisasi agar berjalan efektif dan efisien, konsisten, standar dan
sistematis (Tambunan, 2013: 86). Standard Operating Procedure (SOP) menjelaskan
peran dan tugas bagi setiap petugas, seperti siapa penanggung jawab dan pelaksananya,
kapan melaksanakannya, bagaimana proses pekerjaannya, dokumen apa yang diperlukan,
serta siapa yang memberikan persetujuan (Setiawati, 2015). Saat prosedur itu terbentuk
dan diterapkan dengan baik oleh seluruh elemen perusahaan, dalam hal ini adalah instansi
pelayanan kesehatan, maka akan sangat membantu aktivitas pelayanan kesehatan dengan
baik dan mencapai tujuan yang ditetapkan. Oleh karena itu, SOP merupakan suatu hal
yang sangat penting di dalam sebuah instansi. Bagian penting dalam instansi seperti
beberapa departemen atau centre, harus diperhatikan SOPnya (Setiawati, 2015).
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017 Angka Kematian ibu ( AKI ) di indonesia
tahun 2015 adalah 305 dari 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kelahiran Bayi (AKB) di
Indonesia tahun 2017 adalah 24 dari 1000 Kelahiran Hidup, Salah satu upaya untuk
menurunkan AKI dan AKB yaitu tenaga kesehatan yang kompeten untuk penatalaksanaan
kasus kegawatdaruratan ,tata laksana kasus kegawatdaruratan diwujudkan dalam bentuk
standar operasional prosedur (SOP). Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor
utama mortalitas wanita muda pada puncak masa reproduksinya. Angka kematian Ibu
(AKI) merupakan indikator dari suatu sistem kesehatan. Penyebab Angka kematian Ibu
(AKI) di Indonesia adalah perdarahan 42%, eklamsia 13%, aborsi 11%, Infeksi 10%,
partus lama 9% dan lain-lain 15%. Hasil sensus Kependudukan tahun 2017 menunjukan
bahwa 90% kematian ibu terjadi saat atau segera setelah proses persalinan salah satu
penyebabnya adalah infeksi. Infeksi pada ibu bisa terjadi pada masa antenatal, intranatal
dan postnatal. Infeksi pada masa intranatal sebagian besar disebabkan oleh ketuban pecah
dini sebanyak 65% (Jannah, 2018).
Ketuban pecah dini atau PROM (Premature Rupture Of Membran) adalah pecahnya
ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah 1 jam tetap tidak
diikuti dengan proses inpartu sebagaimana mestinya. Ketuban pecah dini (KPD)
merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran premature
terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan
mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi pada ibu.. Ketuban pecah dini dapat
menyebabkan berbagai macam komplikasi pada neonates meliputi prematuritas,
respiratory distress syndrome, pendarahan intraventrikel, sepsis, hipoplasia paru serta
deformitas skeletal. Kebanyakan ibu dengan ketuban pecah dini akan mengalami
persalinan spontan dan hasilnya baik. Meskipun saat ini masih banyak pertentangan
mengenai penatalaksanaan KPD yang bervariasi dari “doing nothing” sampai pada
tindakan yang berlebih – lebihan. Namun beberapa institusi menganjurkan
penatalaksanaan KPD untuk umur kehamilan lebih dari 36 minggu yaitu dengan
melakukan induksi persalinan, bila induksi persalinan gagal maka perlu dilakukan
tindakan operatif . ( Legawati, 2018)
Berdasarkan studi analisis yang dilakukan di PMB Bd. Ade Solihat S.Tr, Keb
didapatkan rata – rata kasus kegawatdaruratan ibu bersalin dengan kejadian Ketuban
Pecah Dini sebanyak 53% dari angka ibu yang bersalin di PMB tersebut. Ada beberapa
hal yang menjadi kendala dalam penanganan kegawatdaruratan dari sisi tenaga,
diantaranya, jika terdapat kasus yang berkaitan dengan kegawatdaruratan petugas medis
harus berfikir dan bertindak dengan cepat. Sebab petugas lupa SOP yang harus ditempuh
dalam kasus tersebut, dan butuh waktu untuk mendapatkan informasi SOP tersebut
dikarenakan SOP hanya dipublikasikan di tempat tertentu saja. Untuk solusinya mereka.
Maka dari itu, penulis tertarik untuk menganalisa SOP yang ada di PMB tersebut.

1.2 Tujuan Umum


Sebagai pedoman petugas untuk melaksanakan penanganan kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal.
1.3 Tujuan Khusus
1. Menjadikan sebuah pedoman untuk petugas kesehatan dalam melaksanakan
penangganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal
2. Sebagai acuan petugas kesehatan dalam penerapan langkah-langkah dalam
penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
BAB II
SOP PENATALAKSANAAN KETUBAN PECAH DINI

KETUBAN PECAH DINI

No. Kode :
Terbitan :
No. Revisi :

SOP Tgl mulai berlaku :


Halaman :

PMB Bd. Ade Solihat


S.Tr,Keb

1. Pengertian KPD atau Ketuban Pecah Dini adalah ketuban yang pecah
sebelum persalinan di mulai.diantaranya:

a. Umur kehamilan lebih dari 20 minggu


b. Keluar cairan jernih dari vagina
c. Pada pemeriksaan fisik : suhu normal bila tidak
infeksi
d. Pada pemeriksaan obstetrik bunyi jantung janin
biasanya normal Pada pemeriksaan inspekulo kertas
lakmus merah menjadi biru
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah langkah untuk
penatalaksanaan penanganan prarujukan kasus ketuban
3. Kebijakan SK Pelayanan Kasus-Kasus Pra
Rujukan di Bidan Praktek Mandiri
4. Referensi Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta :
Bina Pustaka.

5. Langkah-langkah : 1) Petugas menerima pasien di Ruang


pemeriksaan.
2) Bidan melakukan Anamnesa :
3) Menanyakan Identitas. Menanyakan riwayat
kehamilan yang sekarang dan yang lalu.
4) Menanyakan riwayat menstruasi.
5) Menanyakan riwayat persalinan yang lalu dan
pemakaian alat kontrasepsi.
6) Menanyakan riwayat penyakit yang diderita dan
riwayat penyakit keluarga.
7) Menanyakan keluhan pasien
a. Lakukan pemeriksaan :
1) Keadaan Umum
2) Kesadaran
3) Tekanan darah
4) Tinggi Fundus Uteri
5) Palpasi Abdomen
6) DJJ dan lamaya kontraksi
b. Bidan mempersiapkan alat alat yang digunakan
seperti handscoon untuk melakukan lakmus dan
pemeriksaan dalam/VT
c. Informed concent ibu untuk melakukan pemeriksaan
dalam/VT
d. Kemudian lakukan pemeriksaan lakmus, apabila
lakmus merah berubah warna menjadi lakmus biru
berarti ketuban sudah keluar
e. Apabila terdapat mules lakukan pemeriksaan dalam,
apabila ibu demam periksa adanya tanda tanda
infeksi.
f. Bidan Segera lakukan pemasangan infus 20
tetes/menit.
g. Segera rujuk pasien dengan infus tetap terpasang.
h. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada status ibu,
i. Buku KIA, Kohort Hamil
Bagan Alur

BUMIL DATANG

PENDAFTARAN

RUANG PEMERIKSAAN

ANAMNESA:
- IDENTITAS
- HAMIL INIDAN HAMIL YANG LALU
- MENSTRUASI
- PERSALINAN LALU DAN KONTRASEPSI
- KELUHAN SAAT INI

PEMERIKSAAN UMUM :
1) Keadaan Umum
2) Kesadaran
3) Tekanan dara
4) Tinggi Fundus Uteri
5) Palpasi Abdomen
6) DJJ dan lamaya
kontraksi

PERSIAPKAN HANDSCOON

INFORMED CONCENT UNTUK


LAKUKAN PEMERIKSAAN LAKMUS
DAN PEMERIKSAAN DALAM/VT
KETUBAN
LAKMUS
BELUM
BIRU KELUAR

KETUBAN
SUDAH
KELUAR MUL

TIDAK AS

TIDAK
DI VT
YA

DI VT

PEMASANGAN

INFUS 20

RUJUK

PENCATATAN
DAN PELAPORAN

Unit Terkait Bidan dan Keluarga Pasien


BAB III
ANALISA SOP
3.1 Analisa SOP
ITEM SOP PKM ANALISA ALASAN

Pengertian KPD atau Ketuban Ketuban pecah dini atau PROM (Premature Referensi lebih
Pecah Dini adalah Rupture Of Membran) adalah pecahnya ketuban terbaru
ketuban yang pecah sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan
sebelum persalinan setelah 1 jam tetap tidak diikuti dengan proses
di inpartu sebagaimana mestinya.
mulai.diantaranya:

a. Umur
kehamilan
lebih dari 20
minggu
b. Keluar cairan
jernih dari
vagina
c. Pada
pemeriksaan
fisik : suhu
normal bila
tidak infeksi
Pada pemeriksaan
obstetrik bunyi
jantung janin
biasanya normal
Pada pemeriksaan
inspekulo kertas
lakmus merah
menjadi biru
Kebijakan SK Pelayanan 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebijakan
Kasus-Kasus Pra Kebidanan berdasarkan
2. PMK. No. 28 th 2017 tentang izin dan sumber yang
Rujukan di Bidan
penyelenggaraan praktek bidan lebih legal
Praktek Mandiri
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
HK.01.07/Menkes/320/2020 tentang Standar
profesi Bidan.
Referensi Prawirohardjo, Legawati, Riyanti. 2018. Determinan Kejadian Sumber lebih
Sarwono. 2011. Ketuban Pecah Dini (KPD) terbaru
Ilmu Kebidanan. Di Ruang Cempaka RSUD dr Doris Sylvanus
Jakarta : Bina Palangkaraya. Jurnal Surya Medika Volume 3
Pustaka. No. 2

Langkah – Pemberian amoxicillin 250 mg Sesuai advice


langkah dokter pra
rujukan
Bagan alir Terlampir yang Lebih ringkas dan
dulu di SOP ANAMNESA
mudah dilihat
BUMIL RUANG - IDENTITAS saat ada
DATANG PEMERIKSAAN
- Keluhan saat ini
- Riwayat kehamilan,
kegawatdaruratan
HPHT dan TP

PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN UMUM - WAJAH
- KEADAAN UMUM - MATA
PEMERIKSAAN
- KESADARAN - ABDOMEN
LAKMUS BIRU
- TTV - GENETALIA
MENJADI MERAH
- ANUS

MELAKUKAN ADVICE
DOKTER YAITU PENCATATA
MEMBERIKAN
AMOXICILLIN 250MG RUJUK N DAN
DAN MEMASANG INFUS
RL 20 TPM PELAPORAN

Unit terkait Bidan dan keluarga Bidan, Rumah sakit rujukan melalu call center dan Rumah sakit
pasien keluarga pasien rujukan ( Call
Center) untuk
mencarikan
rumah sakit yang
dapat menerima
pasien dan
pemberian terapi
pra rujukan oleh
dokter di rumah
sakit itu.
Dokumen Tidak ada Rekam Medis, Surat Rujukan dan Partograf Partograf
Terlampir (Sebagai catatan
grafik mengenai
kemajuan
persalinan dalam
memantau
keadaan ibu dan
bayi)
Surat Rujukan
(Sebagai
pengantar tenaga
medis yang
bertujuan sebagai
petunjuk
pengobatan
maupun lanjutan
dan ditujukan
kepada dokter
yang lebih
kompeten)
Rekam Medis
untuk catatan apa
saja yang telah
dilakukan oleh
tenaga kesehatan.
3.2 Rekomendasi SOP

KETUBAN PECAH DINI


No. Kode :
Terbitan :
No. Revisi :
Tgl mulai berlaku :
SOP Halaman :

Ade Solihat S.Tr, Keb


PMB Bd. Ade Solihat S.Tr,Keb
NIP : 19680605 1989012001

1. Pengertian Ketuban pecah dini atau PROM (Premature Rupture Of Membran) adalah
pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah 1
jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu sebagaimana mestinya.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah langkah untuk penatalaksanaan penanganan


prarujukan kasus ketuban
3. Kebijakan 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan
2. PMK. No. 28 th 2017 tentang izin dan penyelenggaraan praktek bidan
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.01.07/Menkes/320/2020 tentang
Standar profesi Bidan.
4. Referensi Legawati, Riyanti. 2018. Determinan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD)
Di Ruang Cempaka RSUD dr Doris Sylvanus Palangkaraya. Jurnal Surya
Medika Volume 3 No. 2

5. Langkah-langkah : a. Melakukan Anamnesa


1. Petugas menerima pasien di Ruang pemeriksaan.
2. Bidan melakukan Anamnesa :
3. Menanyakan Identitas. Menanyakan riwayat kehamilan yang sekarang dan
yang lalu.
4. Menanyakan riwayat menstruasi.
5. Menanyakan riwayat persalinan yang lalu dan pemakaian alat kontrasepsi.
6. Menanyakan riwayat penyakit yang diderita dan riwayat penyakit
keluarga.
7. Menanyakan keluhan pasien
b. Lakukan pemeriksaan :
1. Keadaan Umum
2. Kesadaran
3. Tekanan darah
4. Tinggi Fundus Uteri
5. Palpasi Abdomen
6. DJJ dan lamaya kontraksi
7. Bidan mempersiapkan alat alat yang digunakan seperti handscoon untuk
melakukan lakmus dan pemeriksaan dalam/VT
8. Informed concent ibu untuk melakukan pemeriksaan dalam/VT
9. Kemudian lakukan pemeriksaan lakmus, apabila lakmus merah berubah
warna menjadi lakmus biru berarti ketuban sudah keluar
10. Apabila terdapat mules lakukan pemeriksaan dalam, apabila ibu demam
periksa adanya tanda tanda infeksi.
11. Berikan antibiotik amoxicillin per 8 jam / 250 mg
12. Bidan Segera lakukan pemasangan infus 20 tetes/menit.
13. Segera rujuk pasien dengan infus tetap terpasang.
14. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada status ibu,
15.Buku KIA, Kohort Hamil

Bagan Alur

Unit Terkait Bidan, Rumah sakit rujukan melalu call center dan keluarga pasien

Dokumen Terlampir Rekam Medis, Surat Rujukan dan Partograf


BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan SOP Penanganan Preeklampsi Di BPM Bd. Ade Solihat S.Tr, Keb terdapat 7
point di dalamnya yaitu berhasil dianalisis . yaitu :
1. Pengertian
Dalam pengertian ketuban pecah dini didalam SOP BPM Bd. Ade Solihat S.Tr, Keb
masih dari sumber yang lama, lalu diperbaharui dengan referensi yang baru yaitu
tahun 2014
2. Referensi
Saifuddin, A. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharohardjo
3. Unit terkait
Dalam point ini terdapat penambahan Rumah sakit rujukan melalui call center
4. Dokumen terlampir
Penambahan rekam medis, Lembar partograf dan surat rujukan agar terpantau
keadaan ibu dan Janin , dan sebagai pertanggung jawaban.

4.2 SARAN
Dalam meningkatkan pelayanan kegawatdaruratan di Puskemas Sekarwangi, maka
penulis menyarankan beberapa hal yaitu :
a. Pengertian , dapat diperbaharui dengan referensi yang baru
b. Referensi, dapat diperbarahui dengan referensi sumber yang terbaru
c. Unit terkait : Dalam point ini terdapat penambahan Rumah sakit rujukan melalui
call center
d. Dokumen terlampir: Penambahan rekam medis, Lembar partograf dan surat
rujukan agar terpantau keadaan ibu dan Janin , dan sebagai pertanggung jawaban.

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Keputusan Menteri kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta
Legawati, Riyanti. 2018. Determinan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD)
Di Ruang Cempaka RSUD dr Doris Sylvanus Palangkaraya. Jurnal Surya Medika
Volume 3 No. 2
Jannah, N. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: ANDI
Setiawati, Wiwien. 2015. Penyususnan Standard Operating Prosedur (SOP) Pada PT Sketsa
Cipta Graha di Surabaya. Agora Vol.3, No.1
Tambunan, Rudi M.. 2013. Standart Operating Procedures (SOP). Jakarta: Maiestas
Publishing.
Lampiran

Pukul : 06.00 WIB


Tanggal Pengkajian : 20 Agustus 2020
Tempat : PMB Bd. Ade Solihat S.Tr, Keb

Pengkajian
Identitas
Nama klien :Ny.N Nama suami : Tn. A
Umur :23 Thn Umur :24 th
Agama :Islam Agama :Islam
Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA
Kebangsaan :Indonesia Kebangsaaan :Indonesia
Pekerjaan :Karyawan Pekerjaan : Karyawan
Alamat rumah : Kp. Sekarwangi RT.04/28
DATA DASAR :
A. Subjektif
Ibu mengatakan ini kehamilan pertama kali dan belum pernah keguguran
Ibu mengatakan umurnya 23 tahun
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan Alat kontrasepsi
Ibu mengatakan sudah keluar air – air seperti pipis dari pukul 21.00 tanggal 19
Agustus 2020 ,tidak ada lender dan darah. tetapi tidak merasakan mulas.
Ibu mengatakan HPHT 3 Desember 2019, HPHT : 10 September 2020

B. Objektif
Pemeriksaan fisik :
KU : Baik, Kesadaran : Compos Mentis,
Keadaan Emosional : Stabil
TD : 100/70 mmHg, Nadi : 85x/mnt, Rr : 22x/mnt, S : 36,6Oc
N : 81 x/m Suhu : 36,5 0 C

1. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
1) Wajah : Tidak ada oedema pada wajah dan terdapat choasma
gravidarum
2) Mata : Konjungtiva pucat, sklera putih

b. Abdomen
1) Palpasi : TFU : 2 jari di bawah processus xhyphoideus (Mc. Donald
30 cm)
Leopold 1 : Bokong
Leopold 2 : Punggung Kiri
Leopold III : Presentasi kepala, sudah masuk PAP
Leopold IV : Konvergen
2) Auskultasi : DJJ 140 x/menit teratur
c. Genetalia : VT : Tak, terlihat basah dibagian vulva , tidak ada varises dan
kelenjar bartholin, pembukaan : 1 cm, ketuban : negatif, presentasi kepala ,
Hodge 1 , tidak ada molase.
d. Anus : tidak ada hemoroid
e. Pemeriksaan penunjang  : Test Nitrazin : merah menjadi biru
: HB : 11 gr/dl

C. Analisa

Ny. N usia 23 tahun G1P0A0 Usia kehamilan 37 minggu inpartu kala 1 fase laten
dengan Ketuban pecah dini 8 jam. Janin tunggal hidup intrauterin Presentasi Kepala.

D. Penatalaksanaan
1. Melakukan informed consent
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan bayinya dalam keadaan
baik. Usia kehamilan menginjak 37 minggu Ibu mengerti
3. Memberi konseling kepada ibu dan keluarga bahwa ibu harus dirujuk karena
ketuban sudah pecah lebih dari 8 jam. Agar meminimkan resiko gawat darurat
untuk ibu dan bayi. Ibu dan keluarga mengerti dan bersedia dirujuk untuk
kebaikan bersama. Terutama ibu dan bayinya.
4. Memberitahu ibu untuk menunggu sebentar untuk memberi waktu bidan
mencari rumah sakit dan mengkonsultasikan dulu keadaan ibu ke rumah sakit
rujukan. ibu bersedia
5. Membantu ibu untuk mencari posisi yang nyaman, ibu memilih posisi
berbaring kiri. Ibu miring kekiri
6. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum agar tetap bertenaga. Ibu makan
roti dan minum satu teguk
7. Mengonsultasikan dan mencarikan rumah sakit rujukan melalui call center
sebelum berangkat merujuk. sudah diterima dirumah sakit rujukan dan
diberikan advice untuk memberikan amoxicillin 250 mg, memasang infus RL
20 tpm dan menyertakan lembar observasi( rekam medis) dan surat rujukan

8. Memberikan obat antibiotic amoxicillin 250 mg kepada ibu.ibu minum


antibiotic
9. Memasang infus RL 500 ml 20 tetes/menit. Ibu bersedia.
10. Mempersiapkan ibu, keluarga dan kendaraan. semua sudah siap.
11. Meyiapkan partus set sebagai antisipasi untuk diperjalanan saat merujuk
12. Mencatat pendokumentasian di buku KIA dan rekam medis
13. Merujuk pasien sesuai dengan proktokol kesehatan, tetap merujuk dengan
infus terpasang

Anda mungkin juga menyukai