Anda di halaman 1dari 9

Halaman judul

LEMBAR PENGESAHAN

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................1

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

A. DEFINISI..........................................................................................................................4

B. TUJUAN............................................................................................................................4

C. SASARAN........................................................................................................................5

D. DASAR HUKUM.............................................................................................................5

E. BATASAN OPERASIONAL............................................................................................5

BAB II RUANG LINGKUP......................................................................................................6

BAB III TATA LAKSANA.......................................................................................................6

A. LINGKUP KEGIATAN....................................................................................................6

B. METODE..........................................................................................................................6

C. LANGKAH KEGIATAN..................................................................................................7

BAB IV DOKUMENTASI........................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................8

3
BAB I PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Pengertian otopsi verbal maternal adalah proses penelaahan bersama kasus
kesakitan dan kematian ibu serta penatalaksaannya, dengan menggunakan
informasi dan pengalaman dari suatu kelompok terkait untuk mendapatkan masukan
mengenaai intervensi yang paling tepat dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas
pelayana KIA di suatu wilayah. Dengan demikian, kegiatan otopsi ini berorientasi
pada peningkatan kualitas pelayanan dengan pendekatan pemecahan masalah.
Dalam kaitannya dengan pembinaan, ruang lingkup wilayah dibatasi pada
kabupaten/kota sebagai unit efektif yang mempunyai kemampuan pelayanan obstetri
dan didukung pelayanan KIA sampai ke tingkat masyarakat.

Otopsi verbal maternal merupakan suatu kegiatan untuk menelusuri sebab


kesakitan dan kematian ibu dengan maksud mencegah kesakitan dan kematian di
masa yang akan datang. Penelusuran ini memungkinkan tenaga kesehatan
menentukan hubungan antara faktor penyebab yang dapat dicegah dan
kesakitan/kematian yang terjadi.

B. TUJUAN
a. Tujuan umum
Tujuan otopsi verbal materal adalah untuk mengidentifikasi jumlah dan
penyebab kematian pada ibu di mana tidak terdapat atau kurangnya
pencatatan angka kematian berdasar sertifikasi medik.
b. Tujuan Khusus
1. Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan
maternal secara teratur dan berkesinambungan di wilayah kerja
puskesmas.
2. Menentukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak
yang di perlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan
dalam pembahasan kasus.
3. Mengembangkan mekanisme koordinasi antara dinas kesehatan
kabupaten/kota,rumah sakit pemerintah/swasta, puskesmas, rumah

4
sakit bersalin dan BPS dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi terhadap intervensi yang disepakati.

C. SASARAN
Kader, tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas terkait.

D. DASAR HUKUM
1. Peraturan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 15
Tahun 2010 dan Nomor 162/MENKES/PB/1/2010 tentang Pelaporan
Kematian dan Penyebab Kematian
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
3. Kebijakan Indonesia Sehat 2010 dan Strategi Making Pregnency Safer
(MPS).

E. BATASAN OPERASIONAL
Menurut Widjono Hs (2008) Pengertian operasional merupakan batasan
pengertian yang dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan suatu kegiatan
ataupun pekerjaan. Batasan dalam pelaksanaan otopsi verbal maternal ini adalah
lingkup RT, keluarga pihak yang bersangkutan dan ponolong pasien, dimana
kegiatan ini berada dibawah naungan Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten.

5
BAB II RUANG LINGKUP

Ruang lingkup adalah batasan banyaknya subjek yang tercakup dalam


sebuah masalah. Secara umum memiliki makna batasan. Dalam arti luas batasan ini
bisa dalam bentuk materi, variable yang diteliti, subjek, atau lokasi. Ruang lingkup
kegiatan otopsi verbal maternal mencakup lingkup kecil, yaitu wilayah kerja
Puskesmas.

BAB III TATA LAKSANA

A. LINGKUP KEGIATAN
Langkah-langkah dan kegiatan otopsi verbal maternal di tingkat
Kabupaten/Kota meliputi:

1. Pembentukan tim OVM


2. Penyebarluasan informasi dan petunjuk teknis pelaksanaan OVM
3. Penyusunan rencana kegiatan (POA)
4. Orientasi pengelolaan program KIA dan pelaksanaan OVM
5. Pelaksanaan kegiatan OVM
6. Penyusunan rencana tindak lanjut terhadap temuan dari kegiatan OVM
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bekerja sama dengan
Puskesmas/Rumah Sakit
7. Pemantauan dan evaluasi

B. METODE
Metode yang diterapkan dalam pelaksanaan otopsi verbal maternal yaitu
dengan wawancara yang telah dipersiapkan mengenai daftar pertanyaannya,
wawancara dilakukan oleh tenaga terlatih dilakukan secara bertatap muka dengan
keluarga korban untuk mencari sebab-sebab kesakitan/Kematian ibu.

6
C. LANGKAH KEGIATAN
1. Bidan menerima laporan tentang adanya kasus Kematian ibu dan melaporkan
kepada kepala puskesmas
2. Kepala puskesmas beserta tim surveilans yang terdiri dari kepala puskesmas,
dokter, bidan, dan petugas surveilans mengecek kebenaran informasi/laporan
ke lapangan dengan mendatangi ketua RT setempat dan rumah pasien.
3. Tim melakukan otopsi verbal maternal dengan melakukan wawancara ke
pihak keluarga diantaranya mengenai:
a. Identitas pasien
b. perawatan ANC
c. Kronologi persalinan
d. Riwayat rujukan
e. Tindakan dan pengobatan yang telah diberikan kepada pasien
f. Riwayat persalinan sebelumnya
4. Tim melakukan OVM dengan cara wawancara kepada bidan penolong
persalinan jika persalinan ditolong oleh bidan
5. Jika persalinan di rumah sakit, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Lota
mengirim surat kepada pihak rumah sakit untuk melaporkan kasus tersebut.
6. Bidan melakukan pencatatan dan pelaporan.

BAB IV DOKUMENTASI

Dalam melaksanakan OVM ini diperlukan mekanisme pencatatan yang


akurat baik ditingkat puskesmas maupun di tingkat rumah sakit kabupaten/kota.
Pencatatan yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Rekam medik yang sudah ada di Puskesmas


2. Formulir R (formulir rujukan maternal dan perinatal)
3. Formulir OM (formulir otopsi verbal maternal)

7
8
DAFTAR PUSTAKA

Asasi Perempuan. Bandung: Penerbit Refika Aditama.

Bahder Johan Nasution. 2014. Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia. Bandung:
Mandar Maju.

Kebijakan Indonesia Sehat 2010 dan Strategi Making Pregnency Safer (MPS).

KEPMENKES Nomor 162/MENKES/PB/1/2010 tentang Pelaporan Kematian dan


Penyebab Kematian.

Maidin Gultom. 2012. Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan.


Bandung: Refika Aditama

Mohammad Efendi. 2008. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT


Bumi Aksara.

Nursariani Simatupang. 2017. Kriminologi Suatu Pengantar. Medan: Pustaka Prima.

Peraturan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun
2010

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai