Analisis PuisiSebuah Jaket Berlumur Darah
Analisis PuisiSebuah Jaket Berlumur Darah
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.
Sedangkan, ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi, (Abdurrosyid,
2009). Dalam puisi ini terdapat beberapa pengulangan kata, seperti
1. Pada kata /Spanduk kumal itu/, /Ya spanduk itu/, kata “spanduk” diulang dua kali untuk
memperkuat keberadaan spanduk-spanduk yang berisi perlawan terhadap kekuasaan.
2. pada kata /mereka berkata/, /semuanya berkata/, hal ini menunjukkan bahwa penyair
memang mempertegas kata “berkata” yang artinya semua lapisan masyarakat tanpa
terkecuali menyerukan kata perjuangan sehingga mampu menghegemoni pembaca untuk
membayangkan gentingnya dan menggebu-gebunya perjuangan pada saat itu agar
mampu mengimplikasi hegemoni perjuangan pada pembaca.
METRUM
Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola
tertentu. Hal ini disebabkan oleh jumlah suku kata yang sudah tetap dan tekanannya yang tetap
hingga alun suara yang menaik dan menurun itu tetap saja. (Pradopo, 2005:40). Metrum dalam
puisi “Sebuah Jaket Berlumur Darah” mempunyai tekanan keras dan tekanan lemah. Pada bait-
bait pertama bertekanan lemah karena lebih bernuansa kesedihan dan keharuan atas gugurnya
seorang pahlawan, namun pada bait-bait terakhir mempunyai tekanan yang keras karena tampak
sindiran dan seruan untuk melanjutkan perjuangan.
TIPOGRAFI
Tipografi Dalam Puisi adalah tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata dan bunyi untuk
menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa dan suasana. Penyajian
tipografi pada puisi ini, yaitu rata kiri biasa dan tidak ada tipografi khusus yang menarik. Jumlah
baris tiap bait bervariasi. Tipografi yang sederhana ini menunjukkan keseriusan penyair dalam
menyampaikan implikasi hegemoni perjuangan dan potret pengorbanan yang tergambar dalam
puisi tersebut sehingga pembaca hanya terfokus pada kandungan makna dalam diksi dan lain-
lain.
KATA KONGKRET
Kata konkret dalam puisi ini dapat kita temukan dalam potongan puisi :
Telah berbagi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun
Sebuah sungai membatasi kita
Dalam kalimat ini memiliki maksud bahwa telah pergi sosok seorang pejuang rakyat
yang menyimpan kesedihan yang begitu dalam hati, serta adanya pembeda antara pemerintah
dan rakyat.
2. Rasa
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
Pada puisi ini peyair mengungkapkan perasaan sedihnya melihat keadaan bangsanya yang carut-
marut. Rasa marah, benci dan kesal dengan adanya ketidakadilan pemerintah dan rasa jengkel
atas aspirasi yang tidak di dengarkan.
3. Nada
Nada (tone) yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan
tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte dengan
nada sombong, dll. Nada yang diungkapkan dalam puisi ini adalah semangat melanjutkan
perjuangan demi memperoleh keadilan.
4. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya. Pesan yang terdapat
dalam puisi ini yaitu kita harus berani dalam memperjuangkan hak-hak rakyat dan mampu
melawan ketidakadilan. Gugur dalam berjuang itu lebih mulia daripada gugur karena menyerah.