Anda di halaman 1dari 39

Penyusunan Instrumen dan

Pengumpulan Data
Oleh : Anni Fithriyatul Mas’udah
FIK-Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Instrumen Penelitian
Definisi :
“Instrumen Penelitian adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam suatu penelitian”.

Suatu alat ukur atau instrumen dikembangkan untuk


menterjemahkan variabel, konsep dan indikator yang
dipergunakan dalam mengungkapkan data suatu penelitian.
Instrumen Penelitian
• Dalam setiap penelitian dibutuhkan data untuk diolah dan dianalisa
dan ditarik kesimpulan untuk menjawab pertanyaan penelitian
• Data adalah nilai-nilai dari kualitatif atau kuantitatif variabel
• Data didapatkan dengan mengukur variabel-variabel
Data Penelitian
- Berdasarkan cara mendapatkannya data terbagi atas :
1. Data Primer ( dikumpulkan langsung oleh peneliti)
2. Data Sekunder ( data yang sudah tersedia)
- Data yang didapatkan (data mentah) belum punya arti
- Data akan menjadi informasi setelah diolah, dianalisis dan
diinterpretasikan.
- Data penelitian diperoleh dari hasil : observasi dan eksperimen
- Nilai data ( kualitatif/kuantitatif) diperoleh dari hasil pengukuran dengan
menggunakan alat ukur ( instrumen penelitian )
- Instrumen penelitian terdiri dari:
alat ukur dan questioner
Alur Penyusunan dan Pengembangan Instrumen

Variabel Teori

Konstruk

Definisi Konseptual

Definisi Operasional

Penetapan Jenis Instrumen

Menyusun Butir Instrumen


Jenis Instrumen Penelitian Pada Ilmu
Keperawatan

• Biofisiologi
• Observasi
• Wawancara
• Kuesioner
Biofisiologi
• Pengukuran yang digunakan pada tindakan keperawatan yang
berorientasi pada dimensi fisiologi.
Misal : Mengukur aktivitas dasar pasien, perawatan kebersihan mulut,
perawatan dekubitus, infeksi kontrol sehubungan dengan pemasangan
kateter.
Instrumen pengumpulan data pada fisiologis dibedakan menjadi 2 :
1. In-Vivo : Observasi proses fisiologis tubuh, tanpa mengambil
bahan/spesimen dari tubuh pasien. Misal : mengukur tekanan darah
pada penelitian pengaruh obat jenis x terhadap penurunan tekanan
darah klien selama laparostomi
2. In-vitro : Pengambilan suatu bahan/spesimen dari klien. Misal :
tingkat stress pada klien IMA laki-laki dan perempuan dengan cara
mengambil urine dan memeriksa kadar hormon stress (kortisol,
katekolamin, dan penurunan imun)
OBSERVASI
1. Observasi Tidak Terstruktur
Observasi secara spontan dan mencatat yang dilihat dengan sedikit
perencanaan. Pada penelitian keperawatan biasanya peneliti ikut dalam
kelompok yang diobservasi (partisipasi observasi) → untuk analisis secara
kualitatif. Misal : Peneliti mengamati proses rawat jalan di Puskesmas
2. Observasi terstruktur
Peneliti secara cermat mendefinisikan apa yang akan diobservasi melalui
perencanaan yang matang.
Misal : Pengamatan kinerja perawat dalam pemasangan infus. Hal yang
perlu diobservasi adalah kemampuan perawat dalam komunikasi,
memasukkan jarum, memberikan cairan parenteral dan kompetensi
lainnya
WAWANCARA
• Proses mendapatkan keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara
dan subyek dengan memakai panduan
wawancara
WAWANCARA
1. Tidak terstruktur
• Banyak digunakan pada pengumpulan data cultural
antropology
• Peneliti mempunyai ide tentang suatu topik yang ingin diteliti
→ menggunakan topik list sebagai pengingat
• Bersifat informal dan conversational → harus tahu
melakukan probing secara efektif
• Baik untuk topik yang sensitif (mis : sex, politik, budaya)
• Kelemahan karena tidak mempunyai format pedoman
pertanyaan → setiap pewawancara cenderung jadi berbeda
→ sulit dalam analisis data
WAWANCARA
2. Terstruktur
• Ada pedoman wawancara
a. Indepth/Focused interviews
• Untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan rinci sehingga topik dapat dipahami
• Menggunakan pedoman wawancara semi terstruktur
b. Studi Kasus
• Untuk mengumpulkan informasi secara komprehensif, sistematik dan mendalam tentang kasus yang
diminati
• Kasus dapat berupa: orang/masyarakat, kejadian, penyakit, program, organisasi, periode waktu tertentu
• Sangat bermanfaat bila peneliti ingin memahami masalah tertentu secara mendalam
c. Life histories (Personal biographies)
Pegumpulan informasi secara berseri dengan waktu wawancara yang lama secara tidak terstruktur dan semi
terstruktur
CONTOH PEDOMAN PERTANYAAN
TENTANG CAKUPAN IMUNISASI

Pengetahuan
• Ada berapa jumlah balita di wilayah kerja Puskesmas
? (balita 0-1 tahun, balita 1-2 tahun)
• Imunisasi apa saja yang bisa dilakukan di posyandu?
(probing : manfaat, efek samping, waktu pemberian)
• Bagaimana cakupan imunisasi di Puskesmas dan
Posyandu? (probing : besar atau kisaran, target)

12
Ketersediaan Sarana
• Berapa ketersediaan tenaga kesehatan di Puskesmas ? apakah
mencukupi untuk membantu dalam kegiatan imunisasi di Posyandu
? (probing : susunan kepengurusan, pembagian kerja)
• Apakah pada waktu posyandu ada kegiatan imunisasi? (Probing :
seberapa sering, ketersediaan vaksin )
• Apakah vaksin dan alat kesehatan untuk imunisasi selalu tersedia?
(probing : waktu, sumber pengambilan vaksin, tempat
penyimpanan, lama penyimpanan, update)
• Apabila imunisasi yang diinginkan tidak tersedia, apakah ada solusi
dari petugas imunisasi? (waktu, tempat, biaya)
• Apakah ada hambatan/kesulitan dalam pelaksanaan imunisasi di
Posyandu? (probing : alasan, sumber penghambat)
13
Peran
• Bagaimana minat warga RW 02 untuk melakukan imunisasi di
posyandu? (probing : alasan, faktor yang mempengaruhi)
• Apakah kader aktif dalam kegiatan imunisasi di Posyandu?
(probing : bentuk, jumlah)
• Apakah di setiap waktu posyandu ada petugas imunisasi?
(probing : waktu, jumlah)
• Bagaimana proses pengawasan dari pihak puskesmas untuk
kegiatan imunisasi di posyandu ? (Probing : petugas
pengawasan, waktu, kegiatan)
14
Kuesioner
• Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan yang akan dijawab oleh responden
• Ada tiga jenis questioner
• Pertanyaan terbuka : responden menjawab dengan jawaban sendiri
• Pertanyaan tertutup : responden memilih jawaban yang telah disediakan dalam
kuesioner
• Gabungan keduanya
• Ada yang sudah standard dan bisa digunakan langsung ( penelitian
tertentu) tetapi kebanyakan penelitian harus dibuat sendiri instrumennya
• Harus reliabel dan valid, jadi sebelum digunakan dilakukan pengujian
reliabilitasnya dan validitasnya
Macam Kuesioner :
1. Open ended questions
Misal : Apa yang anda ketahui tentang AIDS?
2. Closed ended question
a. Dichotomy quesstion
Apakah anda pernah masuk rumah sakit?
( ) Ya
( ) Tidak
b. Multiple choice
Seberapa pentingkah anda untuk menghindari hamil pada saat sekarang ini
( ) sangat penting
( ) Penting
( ) Biasa saja
( ) Tidak penting
Macam Kuesioner (lanjutan) :
3. Rating question
Misal : Dibuatkan rating 1-10, dimana 0 menandakan tidak puas dan 10 sangat
puas. Seseorang ingin mengetaui tanggapan pasien mengenai kepuasan terhadap
pelayanan di rumah sakit selama dirawat.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4. Cafetaria questions
Misal : Setiap orang memiliki perbedaan dalam hal penggunaan terapi estrogen
replacement pada menopause. Pertanyaan mana di bawah ini yang mewakili
pendapat anda?
( ) ER sangat berbahaya dan harus dilarang
( ) ER memiliki efek samping sehingga perlu pengawasan yang ketat dalam
penggunaannya
( ) saya tidak punya pendapat tentang penggunaan ER
Macam Kuesioner (lanjutan) :
5. Rank order question
Misal : Orang hidup memiliki pandangan yang berbeda. Berikut adalah tentang
prinsip-prinsip hidup. Silahkan mengisi sesuai prioritas anda, 1 yang saudara
anggap paling penting, 2 kurang penting dst.
( ) Karier dan sukses
( ) Berhasil dalam keluarga
( ) Baik hati dan sosial
( ) Sehat
( ) Uang/materi
( ) Agama
6. Forced-chioched question
Perasaan mana yang mewakili perasaan anda sekarang
( ) Apa yang terjadi dengan diri saya saat ini
( ) Kadang-kadang saya merasa tidak bisa mengendalikan diri dalam hidup saya
Langkah Menyusun Kuesioner
Pada dasarnya ada tiga langkah dalam menyusun
sebuah angket/questioner .
1. Menetapkan sebuah Konstrak, yaitu membuat
batasan mengenai variabel yang diukur
2. Menetapkan faktor-faktor, yaitu mencoba
menemukan unsur-unsur yg ada pada sebuah
konstrak
3. Menyusun butir-butir pertanyaan
Konstrak
.

Faktor 2 Faktor 1

Butir 1 Butir 2 Butir 3 Butir1 Butir 2 Butir 3


Dalam membuat pertanyaan untuk penelitian :
HINDARI !!!
• Penggunaan jargon, (contoh : gaptek, cupu, geje) , dan penggunaan
singkatan.
• Ambiguitas atau pertanyaan yang membingungkan dan kabur.
• Bahasa yang emosional, gunakan bahasa yang netral.
• Di dalam satu kalimat terdapat 2 pertanyaan sekaligus
• Pertanyaan yang mengarahkan jawaban responden
• Pertanyaan yang di luar kemampuan responden untuk menjawabnya.
• Pertanyaan yang dimulai dengan premis yang salah.
• Pertanyaan mengenai masa depan
• Pertanyaan yang menggunakan dua pernyataan negatif
• Pertanyaan dengan kategori jawaban yang tumpang tindih.
Kualitas Pengukuran

Ditentukan oleh 2 faktor, yaitu :

Validitas
Reliabilitas
Validitas
Menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang
ingin diukur.

Dipengaruhi oleh alat ukur yang digunakan dan jika menggunakan


alat ukur berupa quisioner maka faktor pewawancara dan kondisi
responden dapat mempengaruhi validitas data.
Validitas
Ada 2 hal yang harus dipenuhi dalam menentukan validitas pengukuran :
❑ Relevansi Isi Instrumen
Isi instrumen harus sesuai dengan tujuan penelitian
Isi instrumen dijabarkan dalam definisi operasional
Misal : Seorang peneliti ingin mengetahui pengetahuan klien tentang perawatan
luka pasca operasi. Maka isi instrumen yang harus ada adalah pengertian, tujuan,
alat yang diperlukan, cara rawat luka dan akibat jika tidak dirawat

❑ Relevansi sasaran subjek dan cara pengukuran


Peneliti harus mempertimbangkan kepada siapa ia bertanya
Misal : Peneliti ingin mengetahui kepuasan keluarga terhadap pelayanan
keperawatan. Maka peneliti harus bertanya kepada keluarga pasien.
Apabila peneliti mengukur kadar suatu zat harus ( BB, TB, tekanan darah dll) perlu
dibuatkan petunjuk cara pengukuran
1. Validitas Isi/Content Validity

2. Validitas Konstruk/Construct
Validitas Validity

3. Validitas kriteria/Criterion Validity


Validitas Isi/Content Validity

• Menggambarkan seberapa jauh kumpulan variabel yang


menghasilkan indek komposit yang menggambarkan satu konsep
tertentu.

Contoh :
Kumpulan pertanyaan untuk mengukur depresi
Validitas Konstruk/ Construct Validity

• Menggambarkan seberapa jauh hasil satu pengukuran sesuai


dengan hasil pengukuran lain yang secara teoritis
menggambarkan konsep yang diukur
Contoh : Apakah skor depresi yang dikembangkan dapat
membedakan orang depresi dengan orang yang tidak depresi.
Validitas Kriteria/ Criterion Validity

• Menggambarkan seberapa jauh hasil satu pengukuran sesuai


dengan hasil pengukuran lain dengan menggunakan instrumen
yang dianggap standar.
• Validitas diukur berdasarkan sensitifitas, spesifisitas, nilai prediksi
positif dan nilai prediksi negatif.
Menguji Validitas
1. Definisikan operasional konsep yang akan diukur.
2. Uji coba skala pengukur pada sejumlah responden.
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
4. Menghitung korelasi antara masing-masing skor
total dengan menggunakan rumus korelasi
“product moment”
r =
Menguji Validitas
5. Angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan
dengan angka kritik pada Tabel Korelasi Nilai r.
6. Apabila dalam perhitungan ditemukan pernyataan
yang tidak valid (tidak signifikasi pada tingkat 5%),
kemungkinan pernyataan tersebut kurang baik
susunan kata-kata atau kalimatnya dimana kalimat
yang digunakan menimbulkan penafsiran yang
berbeda.
Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat
pengukur didalam mengukur gejala yang sama.

Bila suatu alat pengukur dipakai 2 kali untuk


mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran
yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur
tersebut reliabel.
Reliabilitas
Prinsip reliabilitas :
1. Dalam menanyakan fakta/ kenyataan hidup pada sasaran harus memperhatikan
relevansi pertanyaan bagi responden (menanyakan sesuatu yang dikenal
responden).
Misal : Seorang peneliti ingin menanyakan adanya mastitis pada masa nifas.
pernahkah ibu menderita mastitis?
pernahkah lecet pada puting susu? Pernahkan PD bengkak?

2. Pertanyaan harus cukup jelas berdasarkan kemampuan responden.


Hal ini mengingat intelektual tiap responden belum tentu sama. Sehingga
pewawancara harus dilatih dan disamakan interpretasi pertanyaan peneliti dan
pewawancara
Reliabilitas
Prinsip reliabilitas (lanjutan) :
3. Perlu dilakukan penekanan dan pengulangan.
Pewawancara bisa menanyakan satu pertanyaan lebih dari satu kali dalam waktu
berbeda.
Perlu mengukur fakta/kenyataan hidup berkali-kali pada waktu yang berbeda.
Misal : Mengukur tekanan darah dapat dilakukan berturut-turut pada pagi, siang
dan sore

4. Standardisasi
Peneliti memakai ukuran atau pengamatan yang sudah distandarkan
keandalannya. Ini mudah digunakan untuk penelitian non keperawatan dan non
sosial. Kurang tepat untuk penelitian keperawatan mengingat penelitian
keperawatan berhubungan dengan psiko, sosial dan spiritual klien.
1. Temporal/Intra Observer Reliability

2. Agreement/Inter Observer
Reliabilitas Reliability

3. Internal Consistency
1. Temproral/Intra Observer Reliability

• Pengukuran pada subyek yang sama oleh orang yang sama pada
waktu yang berbeda menghasilkan hasil yang sama
• Dapat diukur dengan test-retest correlation coefficient
2. Agreement/Inter Observer Reliability

• Mengukur seberapa jauh 2 atau lebih pengamat setuju pada


pengelompokkan seluruh individu pada klompok yang diamati.
Diukur dengan menggunakan Koefisien Kappa.
Koefisien Kappa
Penilaian:
•K=1 : Perfect agreement
• K = 0.80 - 0.99 : Excellent agreement
• K = 0.60 – 0.79 : Good agreement
• K = 0.40 – 0.59 : Fair agreement
• K < 0.40 : Poor agreement
3. Internal Consistency

Mengukur apakah sejumlah pertanyaan/ pengukuran mengukur hal


yang sama
Contoh : Pengetahuan tentang HIV /AIDS diukur dengan menjumlahkan 10
pertanyaan ya/tidak. Pengetahuan diukur dengan menjumlahkan pertanyaan yang
dijawab secara benar. Internal Consistency menilai apakah 10 pertanyaan tersebut
mengukur hal yang sama

Anda mungkin juga menyukai