Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis – Jenis Instrumen Penelitian


Jenis-jenis Instrumen Jenis instrumen penelitian yang dapat dipergunakan
pada ilmu keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi 5 bagian, yang meliputi
pengukuran biofisiologis, observasi, wawancara, kuesioner, dan skala (Nursalam,
2015). Pada penyusunan instrumen penelitian tahap awal perlu dituliskan data-data
tentang karakteristik responsden: umur, pekerjaan, sosial ekonomi, jenis kelamin,
dan data demografi lainnya. Meskipun data tersebut tidak dianalisis, tetapi akan
sangat membantu peneliti jika sewaktu-waktu dibutuhkan daripada harus kembali
mencari responsden lagi.
1. Pengukuran Biofisiologis
Pengukuran biofisiologis adalah pengukuran yang dipergunakan pada tindakan
keperawatan yang berorientasi pada dimensi fisiologi. Contoh, pengukuran
aktivitas dasar klien, perawatan kebersihan mulut. Instrumen pengumpulan
data pada fisiologis dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
a. In-vivo yaitu observasi proses fisiologis tubuh, tanpa pengambilan
bahan/spesimen dari tubuh klien.
b. In-vitro yaitu pengambilan suatu bahan/spesimen dari klien.
2. Pengukuran Observasi
Pengukuran observasi dapat dipergunakan sebagai fakta yang nyata dan akurat
dalam membuat suatu kesimpulan. Jenis pengukuran observasi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu terstruktur dan tidak terstruktur.
a. Tidak terstruktur
Pada pengukuran observasi ini peneliti secara spontan mengobservasi dan
mencatat apa yang dilihat dengan sedikit perencanaan. Pada penelitian
keperawatan biasanya peneliti ikut terlibat sebagai peserta dalam suatu
kelompok yang diobservasi. Pada jenis penelitian partisipasi observasi,
peneliti ikut terlibat secara penuh dan berhubungan dengan subjek
khususnya terhadap kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masalah
penelitian. Contoh jenis pengukuran ini dapat dilihat pada Focus Group
Discussion (FGD).
b. Terstruktur
Pengukuran observasi secara terstruktur berbeda dari jenis observasi yang
tidak terstruktur yaitu peneliti secara cermat mendefinisikan apa yang akan
diobservasi melalui suatu perencanaan yang matang..
3. Wawancara
a. Tidak terstruktur
Jenis pengukuran ini dipergunakan pada penelitian deskriptif dan kualitatif.
Pertanyaan yang diajukan mencakup permasalahan secara luas yang
menyangkut kepribadian, perasaan, dan emosi seseorang. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menggali emosi dan pendapat dari subjek
terhadap suatu masalah penelitian. Terdapat beberapa jenis pengukuran
pada jenis wawancara ini:
1) Wawancara secara langung tanpa adanya suatu topik khusus yang
dibicarakan.
2) Focus interview adalah wawancara yang dipergunakan oleh peneliti
kepada subjek yang menggunakan pertanyaan secara luas. Jenis
pertanyaan biasanya berhubungan dengan suatu dorongan agar subjek
bersedia berbicara secara terbuka, tidak hanya pertanyaan ya dan tidak.
3) Focus Group Discussion (FGD) adalah suatu teknik penelitian
kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan informasi (perasaan,
pikiran) berdasarkan pengamatan subjektif dari sekelompok sasaran
terhadap suatu situasi/produk tertentu.
4) Riwayat hidup. Jenis penelitian ini merupakan penjabaran tentang
pengalaman hidup seseorang.
5) Catatan kehidupan (diaries) Penelitian ini digunakan untuk
menanyakan kepada subjek tentang kehidupan yang terjadi selama ini
berdasarkan catatan kehidupannya.
b. Terstruktur
Pengukuran wawancara terstruktur meliputi strategi yang memungkinkan
adanya suatu kontrol dari pembicaraan sesuai dengan isi yang diinginkan
peneliti. Daftar pertanyaan biasanya sudah disusun sebelum wawancara
dan ditanyakan secara urut. Untuk jenis wawancara terstruktur yang lebih
ketat, peneliti hanya diperkenankan bertanya apa adanya sesuai dengan
pertanyaan yang telah disusun. Jika responsden tidak jelas, peneliti hanya
boleh mengulang pertanyaan yang sama. Tahapan penyusunan wawancara
terstruktur meliputi menyusun pertanyaan, pilot testing, latihan persiapan,
pengulangan (probing), dan recording.
4. Kuesioner
Pada jenis pengukuran ini peneliti mengumpulkan data secara formal kepada
subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis. Pertanyaan yang diajukan
dapat juga dibedakan menjadi pertanyaan terstruktur, peneliti hanya menjawab
sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan dan tidak terstruktur, yaitu
subjek menjawab secara bebas tentang sejumlah pertanyaan yang diajukan
secara terbuka oleh peneliti.. Macam kuesioner adalah sebagai berikut :
a. Open ended questions
Misal : Apa yang Anda lakukan apabila Anda diketahui terkena AIDS ?
b. Closed ended questions
1) Dichotomy question
Misal : Apakah Anda pernah masuk rumah sakit?
( ) Ya
( ) Tidak
2) Multiple choice
Misal : Seberapa pentingkah bagi Anda untuk menghindari hamil pada
saat sekarang ini?
( ) Sangat penting
( ) Penting
( ) Biasa saja
( ) Tidak penting
3) Rating question
Misal: Pada skala 1 sampai dengan 10, di mana 0 menandakan sangat
tidak puas dan 10 sangat memuaskan, bagaimanakah kepuasan
tanggapan Anda terhadap pelayanan keperawatan di rumah sakit
selama dirawat disini ?
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

4) Cafetaria questions
Misal: Setiap orang memiliki perbedaan dalam hal penggunaan terapi
estrogenreplacement pada menopause. Pernyataan di bawah ini
manakah yang mewakili pendapat Anda?
( ) Estrogen-Replacement (E-R) sangat berbahaya dan harus dilarang
( ) E-R mempunyai efek samping sehingga memerlukan pengawasan
yang ketat dalam pemakaiannya
( ) Saya tidak mempunyai pendapat tentang penggunaan E-R
5) Rank order question
Misal: Orang hidup mempunyai pandangan yang berbeda. Berikut ini
daftar tentang prinsip-prinsip hidup. Silahkan menuliskan angka sesuai
prioritas yang menurut Anda benar, 1 yang Saudara anggap sangat
penting, 2 kurang penting, dan seterusnya.
( ) Karier dan sukses
( ) Berhasil dalam berkeluarga
( ) Baik hati dan social
( ) Sehat
( ) Uang/materi
( ) Agama
6) Forced-choiced question
Misal: Pernyataan manakah yang mewakili perasaan Anda sekarang?
( ) Apa yang sedang terjadi dengan saya saat ini?
( ) Kadang-kadang saya merasa tidak bisa mengendalikan diri dalam
hidup saya
5. Skala Pengukuran
Skala psikososial merupakan jenis instrumen self-report yang digunakan oleh
peneliti perawat yang dikombinasikan dengan jenis pengukuran wawancara
dan kuesioner. Skala merupakan bagian dari desain penilaian penomoran
terhadap pendapat subjek mengenai hal-hal yang dirasakan ataupun keadaan
fisiologis subjek. Jenis pengukuran ini sering dipergunakan kepada subjek
tentang kecemasan, konsep diri, koping, depresi, harapan, distres menstruasi,
nyeri, kepuasan, dukungan sosial, dan stres
a. Visual Analog Scale (VAS) dan Pengukuran Nyeri Lainnya (Nursalam,
2015) Jenis pengukuran ini dipergunakan untuk mengukur pengalaman
subjektif, misalnya nyeri, mual dan sesak. Jenis ini dapat diukur dengan
menggunakan suatu garis dimulai dari garis paling awal (paling ringan)
sampai garis paling akhir (paling berat).
b. Likert Scale Responsden diminta pendapatnya mengenai setuju atau tidak
setuju terhadap sesuatu hal. Pendapat ini dinyatakan dalam berbagai
tingkat persetujuan (1 - 5) terhadap pernyataan yang disusun oleh peneliti.
Contoh: Riset merupakan salah satu tugas perawat.
( ) Sangat tidak setuju
( ) Tidak Setuju
( ) Tidak tahu
( ) Setuju
( ) Sangat Setuju
c. Semantic Differential (SD) Responsden diminta untuk memberikan tanda
(v) pada skala yang sesuai pada 7 poin skala.
Contoh:
Riset Keperawatan
Penting !_7_!___!___!___!____!____!_1_! Tidak penting
Menyenangkan !_7_!___!___!___!____!____!_1_! Membosankan
Mudah !_7_!___!___!___!____!____!_1_! Sulit
Murah !_7_!___!___!___!____!____!_1_! Mahal

2.2 Prinsip Validitas dan Reliabilitas


Pada suatu penelitian, dalam pengumpulan data (fakta/kenyataan hidup)
diperlukan adanya alat dan cara pengumpulan data yang baik sehingga data yang
dikumpulkan merupakan data yang valid, andal (reliable), dan aktual. Berikut ini
akan dibahas tentang validitas, reliabilitas, dan akurasi dari data yang dikumpulkan
(Nursalam, 2015).
1. Prinsip validitas (kesahihan)
Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip
keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas lebih menekankan pada alat
pengukur/pengamatan. Ada dua hal penting yang harus dipenuhi dalam
menentukan validitas pengukuran, yaitu instrumen harus relevan isi dan
relevan cara dan sasaran.
a. Relevan isi instrumen
Isi instrumen harus disesuaikan dengan tujuan penelitian (tujuan khusus)
agar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Isi tersebut biasanya
dapat dijabarkan dalam definisi operasional.
b. Relevan sasaran subjek dan cara pengukuran
Instrumen yang disusun harus dapat memberikan gambaran terhadap
perbedaan subjek penelitian.
Validitas menunjukan ketepatan pengukuran suatau instrumen, artinya suatau
instrumen dilakukan valid apabila instrumen tersebut mengukur apa yang
seharusnya diukur. Terdapat 2 tipe validitas instrumen,
1. Validitas yang berhubungan dengan teori (Theory-related validity)
merupakan keseluruhan dari validitas suatu instrumen yang membuktikan
bahwa instrumen mengukur apa yang seharusnya diukur. 3 Tipe validitas ini,
yaitu :
a. Face validity ( validitas rupa )
1) lebih mengacu pada bentuk dan penampilan instrument
2) ditentukan berdasarkan pendapat responden
b. Content validity (validitas isi )
1) menunjukan kemampuan item pertanyaan dalam instrumen mewakili
semua unsur dimensi konsep yang sedang diteliti.
2) dilakukan dengan meminta pendapat pakar pada bidang yang sedang
diteliti.
c. Construct validity (validitas konstruk )
1) menunjukan bahwa instrumen disusun rasional berdasarkan konsep
yang mapan.
2) Instrumen yang memiliki validitas konstruk mampu membedakan
nilai/ hasil pengukuran antara satu individu dengan individu lainnya
yang memang berbeda.
3) Misalnya instrumen kualitas hidup yang mampu membedakan
individu yang memiliki kualitas hidup yang baik dan yang kurang
baik.
2. Validatas yang berhubungan dengan kriteria (Criterion-related validity) ,
mencakup bukti empirik yang mendukung validitas suatu instrumen.
Terdapat 2 tipe validitas:
a. Concurrent validity
1) merupakan validitas alat ukur dengan membandingkannya dengan
alat ukur yang sudah terbukti valid (gold standar).
2) dilakukan ketika peneliti mendapatkan instrumen baku namun dirasa
terlalu luas, rumit dan memerlukan waktu yang lama untuk
menjawabnya. Sehingga peneliti mencoba mengembangkan
instrumen baru yang lebih jelas dan waktu yang lebih singkat untuk
menjawab pertanyaannya.
b. Predictive validity
1) Yaitu ketepatan instrumen menghasilkan data yang mampu
memprediksi kejadian (event) dimasa yang akan datang.
2) Validitas ini dinilai dengan mengukur suatu yang terjadi saat ini
kemudian menghubungkannya dengan kejadian di waktu yang akan
datang.
3) Misalnya instrumen untuk mengukur status bayi baru lahir (APGAR
skor). Instrumen APGAR dikatakan memiliki predictive value yang
tinggi jika bayi baru baru lahir dengan skor APGAR yang baik
mengalami tingkat kegagalan organ yang kecil dibandingkan dengan
bayi dengan skor APGAR yang lebih rendah.
2. Reliabilitas (keandalan)
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta
atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang
berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang
peranan yang penting dalam waktu yang bersamaan. Perlu diperhatikan bahwa
reliabel belum tentu akurat. Dalam suatu penelitian nonsosial, reliabilitas suatu
pengukuran ataupun pengamatan lebih mudah dikendalikan daripada
penelitian keperawatan, terutama dalam aspek psikososial. Biasanya, dalam
penelitian nonsosial sudah ada standar internasional untuk pengukuran atau
pengamatan. Ada beberapa cara pengukuran yang dapat dipakai untuk melihat
reliabilitas dalam pengumpulan data di bidang kedokteran, yaitu prinsip
a. Stabilitas
Mempunyai kesamaan bila dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang
berbeda
b. Ekuivalen
Pengukuran memberikan hasil yang sama pada kejadian yang sama
c. Homogenitas (kesamaan)
Ketiga prinsip reliabilitas tersebut dapat dijelaskan seperti berikut ini
a. Dalam menanyakan suatu fakta/kenyataan hidup pada sasaran penelitian
harus memerhatikan relevansi pertanyaan bagi responsden, artinya
menanyakan sesuatu yang dikenal responsden.
b. Pertanyaan yang diajukan harus cukup jelas berdasarkan kemampuan
responsden. Ini penting mengingat tingkat intelektualitas responsden dan
penanya belum tentu sama. Untuk itu pewawancara perlu dilatih dan
disamakan interprestasi pertanyaan antara peneliti dan petugas pengumpul
data, sehingga petugas dapat menjelaskan secara rinci maksud dan tujuan
pengukuran atau pengamatan pada sasaran penelitian.
c. Perlu adanya suatu penekanan atau pengulangan. Kadang-kadang
peneliti/petugas dapat menanyakan satu pertanyaan dengan lebih dari satu
kali dalam waktu yang berbeda. Jawaban responsden harusnya sama walau
ditanyakan pada waktu yang berbeda. Perlu sekali peneliti mengukur
fakta/kenyataan hidup berkali-kali pada waktu yang berbeda
d. Standardisasi. Peneliti memakai ukuran atau pengamatan yang sudah
distandardisasi keandalannya. Ini mudah dalam penelitian nonkeperawatan
dan nonsosial, tetapi kurang tepat untuk penelitian keperawatan mengingat
masalah keperawatan yang terjadi pada klien lebih banyak ditemukan pada
masalah-maslah klien yang berhubungan dengan psiko-sosial-spiritual,
selain juga ada faktor fisiologis.

Anda mungkin juga menyukai