a. Vaksinasi, Antigen Y.pestis mempunyai struktur yang dapat dibedakan atas beberapa
fraksi, yaitu fraksi I (envelope substance), fraksi II, V, W, L dan beberapa lagi yang
merupakan polisakarida yang spesifik. Tersedia dalam bentuk inactivated vaccine
(Haffkines vaccine). Dosisi untuk orang dewasa adalah 0,5 ml, subkutan, diteruskan
dengan 1 ml setelah 10-28 hari kemudian, dan untuk daerah-daerah endemik dapat
diulang lagi 0,5 ml setiap 6 bulan. Bentuk lain lebih lama. Vaksinasi ini perlu diberikan
untuk penduduk yang tinggal di daerah endemic, petugas laboratorium dan petugas
perawatan.
b. Isolasi. Setiap orang yang diduga menderita penyakit pes harus diisolasi dengan ketat
sampai terbukti bahwa yang bersangkutan bukan menderita pes, terutama tipe pneumonik
yang dapat menularkan melalui udara pernapasan. Penderita biasanya dapat dikeluarkan
dari isolasi setelah 2-4 hari mendapat antibiotic.
Pasien dengan tipe bubonic yang telah mengalami drainase harus dijaga agar pus yang
kering tidak berhamburan karena banyak mengandung kuman. Juga para petugas
perawatan harus mendapat perlindungan terhadap penularan melalui pernapasan.
c. Pengobatan terhadap penderita pes seperti tersebut di poin a.
d. Perbaikan rumah-rumah penduduk agar tidak mudah menjadi sarang tikus dengan
mengusahakan bantuan bahan-bahan pembangunan.
e. Penyuluhan terhadap penduduk untuk meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan
lingkungan.
f. Pengendalian terhadap tikus dan pinjal. Pengendalian hama tikus dengan jalan: a)
mengatur waktu tanam (tanam serempak), b) memperbaiki sanitasi lingkungan, c)
menggunakan gropyokan, fumigasi, trapping, d) menngunakan rodentisid, e) secara
biologis dengan kucing/ anjing, f) menggunakan alat perekat.
Pengobatan pencegahan untuk para petugas dapat dilakukan dengan pemberian tetrasiklin
250 mg setiap 6 jam selama 1 minggu atau sulfonamide 2 g per hari selama 1 minggu.
Wabah yang dicurigai harus diperhatikan apakah menunjukan salah satu atau kedua
kondisi berikut:
1. Gejala klinis yag sesuai dengan wabah, misalnya: demam, sindrom sepsis, limfadenopati,
atau pneumonitis akut pada orang yang tinggal atau yang baru saja berpergian ke daerah
endemic.
2. Gram negative atau pewarnaan coccobacilli terlihat pada pemeriksaan yang diambil dari
jaringan yang terkena, misalnya: a) bubo (bubonic plague), b) darah (septicemic plague),
c) aspirasi trakea atau paru (pneumonic plague).
Wabah yang dicurigai harus diperhatikan apakah menunjukan salah satu atau kedua
kondisi berikut:
1. Smear atau bahan jaringan positif terhadap adanya antigen F1 Y.pestis oleh
imunofluoresensi, oleh enzim linked immunoassay (ELISA) atau system deteksi antigen
yang divalidasi lainnya misalnya uji dipstick yang cepat.
2. Hanya satu specimen serum yang diuji dan titer antibody anti F1 positif oleh ELISA.
Wabah yang dikonfirmasi didiagnosis saat salah satu dari kondisi berikut terpenuhi:
Diagnose laboratorium yang pasti untuk infeksi Y.pestis didasarkan pada isolasi dan
identifikasi organisme dari specimen klinis atau perubahan diagnostic pada titer antibody pada
specimen serum berpasangan.
Specimen diagnostic rutin untuk smear dan kultur meliputi whole blood, aspirasi dari
kuman yang dicurgai: faringeal swap, sputum atau tracheal washes. Dari mereka yang dicurigai
wabah faringitis atau pneumonic, dan cairan serebrospinal dari pasien yang dicurigai faringitis.
Bahan untuk kultur harus dikirim ke laboratorium baik segar atau beku.