Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan farmasi di Indonesia sudah dimulai semenjak zaman


Belanda, sehingga teknologi steril sebagai salah satu bagian dari ilmu farmasi
mengalami dinamika yang begitu cepat. Teknologi Steril merupakan ilmu
yang mempelajari tentang bagaimana membuat suatu sediaan (Injeksi volume
kecil, Injeksi volume besar, Infus, Tetes Mata dan Salep Mata) yang steril,
mutlak bebas dari jasad renik, patogen, atau non patogen, vegetatif atau non
vegetatif (tidak ada jasad renik yang hidup dalam suatu sediaan). Teknologi
steril berhubungan dengan proses sterilisasi yang berarti proses mematikan
jasad renik (kalor, radiasi, zat kimia) agar diperoleh kondisi steril. Tentunya di
setiap fakultas mendapatkan mata kuliah tersebut, karena teknologi steril
berperan penting dan menjadi mata kuliah pokok farmasi.
Dalam teknologi steril, kita dapat mempelajari tentang bagaimana
menghasilkan atau membuat sediaan yang steril, sediaan steril dapat dibuat
secara sterilisasi kalor basah, kalor kering, penyaringan, sterilisasi gas, radiasi
ion dan teknik aseptik. Kemudian sediaan steril tersebut dilakukan uji
sterilitas, uji pirogenitas (ada atau tidaknya pirogen). Pada saat kuliah
teknologi steril akan kita dapatkan sediaan dalam bentuk larutan, emulsi,
suspensi dan semi solid yang steril (bebas dari pirogen).
Sediaan steril untuk mata tersedia dalam berbagai bentuk sediaan,
yakni diantaranya : eye drops (tetes mata), eye oint (salep mata) dan eye wash/
collyrium (pencuci mata)..
Sehubungan dengan alasan tersebut diatas dan penerapan dari teori
yang sudah didapat. Kami melakukan praktikum teknologi steril dalam hal ini
membuat sediaan injeksidengan harapan semoga dalam kegiatan praktikum
ini, kami dapat menambah wawasan, melaksanakan desain dan rancangan
serta pembuatan sediaan steril untuk dalam upaya meningkatkan pengetahuan
ilmu farmasi
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :
A. Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat memahami pelaksanaan praktikum teknologi
steril.
2. Mahasiswa dapat memanfaatkan dan melaksanakan pengkajian
praformulasi untuk sediaan .
3. Mahasiswa mampu melaksanakan desain sediaan injeksi.
4. Mahasiswa mampu menyusun SOP dan IK pembuatan injeksi.
5. Mahasiswa mampu menyiapkan dan mengoperasikan alat – alat
untuk pelaksanaan praktikum.
6. Mahasiswa mampu menyusun laporan pembuatan sediaan steril
untuk sediaan injeksi.

B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat mengikuti dan melaksanakan ketentuan
praktikum.
2. Mahasiswa dapat menyusun hasil pengkajian praformulasi bahan
aktif untuk sediaan injeksi.
3. Mahasiswa dapat membuat rekomendasi untuk desain komponen,
mutu dan proses pembuatan sediaan injeksi.
4. Mahasiswa dapat menyusun desain formula pembuatan dan
evaluasi sediaan injeksi dari hasil pengkajian praformulasi.
5. Mahasiswa dapat menyusun Prosedur Tetap untuk setiap bahan,
pembuatan dan evaluasi sediaan injeksi.
6. Mahasiswa dapat menjalankan alat untuk setiap tahap pembuatan
dan evaluasi sediaan injeksi.
7. Mahasiswa dapat menyusun laporan praktikum mengenai
pembuatan sediaan injeksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TEORI INJEKSI

Menurut Farmakope Indonesia III


Injeksi, adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lender.
Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan
sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke
dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda.
 Penggolongan
Umumnya injeksi digolongkan sebagai berikut :
Injeksi intradema atau intrakutan. Umumnya larutan atau suspensi dalam air,
digunakan untuk diagnosa, volume lebih kurang 100 ul sampai 200 ul.

Injeksi subkutan atau hipoderma. Umumnya larutan isotonus dengan kekuatan


sedemikian rupa hingga volume yang disuntikan tidak lebih dari 1 ml. dapat
ditambahkan vasokostriktor seperti Epinefrina untuk melokalisir efek obat.
Jika tidak mungkin disuntikan infuse, volume injeksi 3 1 sampai 4 1 sehari masih
dapat disuntikan secara subkutan dengan penambahan hialuronidase ke dalam injeksi
atau jika sebelumnya disuntik hialuronidase.
Cara ini disebut hipodermoklisa.

Injeksi intramuskulus. Larutan atau suspensi dalam air atau dalam minyak, volume
sedapat mungkin tidak lebih dari 4 ml. Penyuntikan volume besar dilakukan dengan
perlahan – lahan untuk mencegah rasa sakit.

Injeksi intravenus. Umunya larutan, dapat mengandung cairan noniritan yang dapat
bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml. Injeksi intravenus yang diberikan
dalam volume besar, umumnya lebih dari 10 ml, disebut infusi. Emulsi minyak air
dapat diberikan intravenus jika dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap ukuran
butiran minyak. Sedemikian berupa emulsi air – minyak, tidak boleh disuntikan
dengan cara ini.
Jika volume dosis tunggal lebih dari 15 ml, intravenus tidak boleh mengandung
bakterisida dan jika dari 10 ml, harus bebas pirogen.
Injeksi Intrarterium umunya larutan, dapat mengandung cairan noniritan yang dapat
bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml, digunakan jika efek obat
diperlukan segera dalam periferi. Tidak boleh mengandung bakterisida.
Injeksi intrakor. Larutan hanya digunakan untuk keadaan gawat, disuntikan ke dalam
otot jantung atau ventrikulus. Tidak boleh mengandung bakterisida.
Injeksi intrateka atau Injeksi subaraknoid, injeksi intrasisterna dan injeksi peridura.
Larutan, umunya tidak boleh lebih dari 20 ml. tidak boleh mengandung bakterisida
dan diracik dalam wadah dosis tunggal.
Injeksi intratikulus. Larutan atau suspensi dalam air, disuntikan ke dalam cairan sendi
dalam rongga sendi.
Injeksi intratikulus. Larutan atau suspensi dalam air, disuntikan ke dalam cairan sendi
dalam rongga sendi.
Injeksi intrabursa. Larutan atau suspensi dalam air, disuntikan ke dalam bursa
subacromilis atau bursa olecranon.
Injeksi subkonjungtiva. Larutan atau suspensi dalam air untuk injeksi selaput lendir
mata bawah, umunya tidak lebih dari 1 ml.

 Zat pembawa berair.


Umumnya air untuk injeksi digunakan sebagai zat pembawa untuk injeksi
berair. Injeksi Natrium Klorida. Injeksi Natrium Klorida majemuk, injeksi Glukosa,
campuran gliserol dan etanol atau zat pembawa berair lainnya dapat juga digunakan.
Zat pembawa berair harus memenuhi syarat Uji Pirogenitas.
Air untuk injeksi Air untuk injeksi, Aqua Pro Injection, dibuat dengan menyuling
kembali air suling segar dengan alat kaca netral atau wadah logam yang cocok yang
diperlengkapi dengan labu percik. Hasil sulingan pertama dibuang, sulingan
selanjutnya ditampung dalam wadah yang cocok dan segera digunakan. Jika
dimaksudkan sebagai pelarut serbuk untuk injeksi, harus disterilkan dengan Cara
Sterilisasi A atau C, segera setelah diwadahkan.
Air untuk Injeksi bebas udara dibuat dengan mendidihkan Air untuk Injeksi segar
selama tidak kurang dari 10 menit sambil mencegah hubungan dengan udara
sesempurna mungkin, didinginkan, dan segera digunakan. Jika dimaksudkan pelarut
serbuk untuk injeksi, harus disterilkan dengan Cara Sterilisasi A. Segera setelah
diwadahkan.

 Zat pembawa tidak berair.


Umumnya digunakan Minyak untuk Injeksi.Minyak untuk Injeksi. Minyak
untuk Injeksi, Olea pro Injection, meliputi minyak lemak, ester asam lemak tinggi
baik alam maupun sintesis.

Minyak untuk Injeksi harus memenuhi syarat Olea pinguia dan memenuhi syarat
berikut:
1. Harus jernih pada suhu 10°.
2. Tidak berbau asing atau tengik.
3. Bilangan asam 0,2 sampai 0,9.
4. Bilangan iodium 79 sampai 128.
5. Bilangan penyabunan 185 samapai 200.
6. Harus bebas minyak mineral.

 Larutan dapar.
Umumnya digunakan larutan dapar fosfat, larutan dapar borat dan larutan
dapar lain yang mempunyai kapasitas dapar rendah. Jika disebutkan pH dalam
paparan obat jadi, pengaturan pH dilakukan dengan penambahan asam, basa atau
larutan dapar yang tertera dalam daftar berikut ini, hingga pH yang dikehendaki.

 Larutan isotonus.
Kecuali dinyatakan lain larutan yang isotonus dengan darah dibuat dengan
menambahkan Natrium Klorida atau zat lain yang cocok menggunakan daftar
berikut :

Bobot Natrium Klorida dalam milligram yang perlu


ditambahakan untuk membuat isotonus larutan zat 1 % b/v
Amfetamin sulfat 680
Ampisilin Natrium 740
Aminofilina 730
Amitriptillina hidrokorida 720
Amobarbital natrium 655
Antazolina hidroklorida 675
Apomorfina hidroklorida 760
Asam askorbat 720
Asam borat 400

Menurut Farmakope Indonesia IV

Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk injeksi, harus dilakukan


dengan hati – hati untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing. Cara
pembuatan obat yang baik ( CPOB ) juga mempersyaratkan tiap wadah akhir injeksi
harus diamati satu persatu secara fisik dan tiap wadah yang menunjukan pencemaran
bahan asing yang terlihat secara visual harus ditolak.
Injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai
dan tidak disuntikan secara intravena atau ke dalam saluran spinal, dan dapat
dibedakan dari nama bentuknya. Larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis
tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah bertanda lebih dari 100 ml. Injeksi
volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah bertanda volume 100 ml
kurang.

 Zat pembawa mengandung air.


Air sebagai zat pembawa injeksi memenuhi syarat Uji Pirogen seperti yang
tertera dalam monografi. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, pada umunya
digunakan Air untuk Injeksi sebagai zat pembawa. Natrium Klorida dapat
ditambahkan dalam jumlah yang sesuai untuk memperoleh larutan isotonik.

 Zat pembawa lain.


Minyak lemak sebagai zat pembawa untuk injeksi bukan air berasal dari
tanaman; tidak berbau atau hampir tidak berbau, dan tidak memiliki bau atau rasa
temgik. Memenuhi Uji syarat Parafin Padat seperti yang tertera pada Minyak
Mineral, tangas pendingin dipertahankan pada uhu 10°, bilangan penyabunan atara
185 dan 200. Bilangan iodium antara 79 dan 128 seperti yang tertera pada Lemak dan
Minyak Lemak.

 Bahan Tambahan.
Bahan tambahan yang sesuai dapat ditambahkan ke dalam sediaan untuk
injeksi untuk meningkatkan stabilitas atau efektifitas, kecuali dinyatakan pada masing
– masing monografi, dan bila bahan tambahan tidak berbahaya dalam jumlah yang
digunakan dan tidak mempengaruhi efek terapetik atau respons pada uji dan
penetapan kadar. Tidak boleh ditambah bahan pewarna, jika hanya untuk mewarnai
sediaan akhir seperti yang tertera pada Bahan Tambahan dalam Ketentuan Umum
dan Uji Efektifitas Pengawet Antimikroba. Pemilihan dan penggunaan bahan
tambahan harus hati – hati untuk sediaan yang diberikan lebih dari 5 ml.

 Wadah Untuk Injeksi.


Wadah untuk injeksi termasuk penutup tidak boleh berinteraksi melalui
berbagai cara baik secara fisik maupun kimiawi dengan sediaan, yang dapat
mengubah kekuatan, mutu atau kemurnian diluar persyaratan resmi dalam kondisi
biasa pada waktu penanganan, pengangkutan, penyimpanan, penjualan dan
penggunaan. Wadah terbuat dari bahan yang dapat mempermudah pengamatan
terhadap isi. Tipe kaca yang diajurkan untuk setiap sediaan umunya tertera dalam
masing – masing monografi.

 Volume dalam Wadah.


Tiap wadah injeksi diisi dengan sejumlah volume sedikit berlebih dari volume
yang tertera pada etiket atau volume yang akan diambil. Kelebihan volume yang
diajurkan dalam tabel yang tertera pada Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah.

 Bahan Partikulat.
Bila monografi mencantumkan persyaratan bahan partikulat maka semua
injeksi volume besar untuk infuse dosis tunggal dan ijeksi volume kecil, harus
memenuhi syarat batas bahan partikulatseperti yang tertera pada Bahan Partikulat
dalam Injeksi. Sediaan yang dikemas dalam injeksi volume besar maupun injeksi
volume kecil bila dalam wadah tertera isi 100 ml atau kurang.

 Penandaan.
Pada etiket tertera nama sediaan untuk sediaan cair yang tertera persentase
atau jumlah zat yang aktif, cara pemberian, kondisi penyimpanan dan tanggal
kadaluarsa; nama pabrik pembuat dan pengimpor serta nomor lot atau bets yang
menunjukan identitas. Nomor lot dan nomor bets dapat memberikan informasi tentang
riwaayat pembuatan lengkap meliputi seluruh proses pengolahan, sterilisasi,
pengisian, pengemasan dan penandaan.
Pemberian etiket pada wadah sedemikian rupa sehingga sebagian wadah tidak
tertutup oleh etiket, untuk mempermudah pemeriksaan isi secara visual.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 RANCANGAN SEDIAAN

1 Nama Produk Lidocain HCl


2 Nama Bahan Aktif Lidocain HCl
3 Bentuk sediaan Injeksi
4 Nama Sediaan Dasar Injeksi Lidocain HCl
5 Dosis 1 kali 1 ampul (0,02 g/1ml ) ,im atau sk
pemakaian
Nilai Syarat Rujukan
6 Kadar Bahan Aktif 2 % b/v Tidak kurang dari FI IV
95,0% dan tidak
lebih dari 105,0%
7 Berat/volume per unit 0,01g/2ml 0,5% (untuk 1-60 Martindale
ml)
8 Pemerian
- Warna Serbuk hablur putih Tidak berwarna FI IV
- Bau Tidak berbau Tidak berbau FI IV
- Rasa Sedikit pahit Tidak berasa FI IV
- Konsentrasi 2 % b/v
9 Karakteristik lain
- Viskositas
- Berat Jenis
- Sifat Aliran
- Kec. Sedimentasi
- Homogenitas
-Kemampuan
pengawet
10 PH 5,0 - 7,0 7,4 (sesuai PH FI IV
tubuh)
11 Tonisitas Isotonis Isotonis FI IV
12 Cara sterilisasi Otoklaf 115° - 116° Otoklaf 115° - 116° Martindale
C selama 30 menit C selama 30 menit
13 Wadah Dalam wadah dosis Dalam wadah dosis FI IV dan
tunggal atau dosis tunggal atau dosis Martindale
ganda,dari kaca tipe ganda,dari kaca tipe
1,simpan dalam 1,simpan dalam
wadah tertutup wadah tertutup rapat
rapat terlindungi terlindungi dari
dari cahaya cahaya
14 Penandaan brosur
K K

3.2 DATA PRAFORMULASI BAHAN AKTIF

Nama Bahan Lidocain HCl


Pemerian:
 Warna Putih
 Bentuk Serbuk hablur/serbuk kristal

 Bau Tidak berbau

 Rasa Sedikit pahit


Kelarutan Sangat mudah larut dalam air dan dalam
etanol,larut dalam kloroform,tidak larut dalam eter
Indikasi Anastetik lokal infiltrasi
% Pemakaian lazim/Dosis obat 0,5% atau 1,0% ( 1-60 ml untuk 0,5% atau 5-30
ml untuk 1,0%)
Stabilitas dan Penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal atau dosis
ganda,sebaiknya dari kaca tipe 1.Simpan dalam
wadah tertutup rapat atau baik,terlindung dari
cahaya.
OTT (Incompatibilitas) Dengan amfoterisin,….
- Penderita kerusakan hati
- Penderita renal insufisiensi
Cara Sterilisasi Otoklaf

3.3 DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN

Nama Bahan NaCl (pengisotonis)


Pemerian:
 Warna Putih
 Bentuk Serbuk hablur/hablur bentuk kubus
 Bau Tidak berbau
 Rasa Asin
Kelarutan mudah larut dalam air,sedikit mudah larut dalam
air mendidih,larut dalam gliserin,sukar larut
dalam etanol
Indikasi Pengisotonis
% Pemakaian lazim/Dosis obat 0,3% NaCl
Stabilitas dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
OTT (Incompatibilitas) Perak,garam molekul,timah hitam
Cara Sterilisasi Otoklaf

Nama Bahan Aqua pro Injeksi (pembawa)


Pemerian:
 Warna Bening/tidak berwarna
 Bentuk Cair

 Bau Tidak berbau

 Rasa Tidak berasa


Kelarutan Kurang larut dalam pelarut polar
Indikasi Pembawa dalam larutan obat suntik
% Pemakaian lazim/Dosis obat
Stabilitas dan Penyimpanan Wadah tertutup rapat jika dalam wadah tertutup
kapas lemak,harus digunakan dalam wadah tiga
hari setelah pembuatan.Untuk dosis
tunggal,simpan dalam wadah gelas tipe 1 atau
2,tidak lebih dari 1000 ml
OTT (Incompatibilitas) Terhadap besi alkali,Kalsium oksida,Magnesium
oksida.
Cara Sterilisasi Aquadst dipanaskan sampai mendidih,lalu ditutup
dengan kapas yang dilapisi kasa (yang telah
steeril)biarkan selama 30 menit.Angkat dinginkan

3.4 FORMULIR PEMECAHAN MASALAH

Aspek / Alternatif
No Masalah Formula Proses Uji Mutu Keputusan
Parameter
1. Bentuk Bagaimana Larutan Pencampuran Uji Injeksi,karena bahan
sediaan menentukan sejati kejernihan aktif digunakan secara
bentuk parenteral,dengan
sediaan yang volume pemberian yang
tepat untuk kecil
zat aktif
lidokain
HCl?
2 Bahan Bagaimana Aqua pro Aquadest cair Uji Aqua pro injeksi;
. pembawa menentukan injeksi dalam kejernihan karena dapat
bentuk erlenmeyer melarutkan zat aktif dan
pembawa dipanaskan cocok untuk olarutan
yang baik sampai injeksi karena tidak
untuk zat mendidih,tutu mengandung
aktif lidokain p dengan mikroba/jasad renik
HCl? kapas steril
yang dilapisi
kasa
steril,biarkan
30 menit
3 Metode Pengamatan Non- Autoklaf Uji sterililasi Autoklof (nonaseptis)
sterililasi menentukan aseptik (115°-120°, karena bahan aktif
metode/cara (kalor 30 menit) bahan pemanasan.
sterililasi basah) Selain itu dengan
bahan aktif? otoklaf suhu tidak
 Asept terlalu tinggi dan waktu
is sterililasi tidak terlalu
 Non cepat. Sehingga bahan
asepti tidak cepat rusak dan
s: waktu lebih efisien.
kalor
basah,
kalor
kering
4 Isotonis Bagaimana NaCl Pencampuran Uji isotonis NaCl, karena bahan
membuat aktif tidak OTT dengan
larutan/sediaa NaCl, dan NaCl adalah
n menjadi pengisotonir yang tepat
kolonis? yang dapat mencegah
 NaCl hipotoni.
 Asam
sorbat
5 Volume Bagaimana 1 ml pengukuran Penetapan 1 ml,karena Lidokain
menentukan volume HCl digunakan secara
volume yang injeksi dalam parenteral dosis tunggal
cocok untuk wadah tidak perlu bebas
sediaan pirogen karena volume
lidokain kurang dari 10 ml
HCl?
 1 ml
 10 ml
 500
ml
6 Wadah Bagaimana Ampul Pengisian Uji wadah Ampul,karena
menentukan dalam wadah kaca digunakan untuk dosis
wadah yang tunggal (1x pemakaian)
cocok?
 Ampul
 Vial
 Botol
 Infus
7 Penandaan Bagaimana Penulisan .
K K
menentukan pada karena
penandaan kemasan,etik sediaan/larutan dibuat
atau et dan brosur dalambentuk injeksi
penggolonga dan semua sediaan
n sediaan injeksi merupakan obat
injeksi keras yang harus
lidokain digunakan atau
HCl? diperoleh dengan
menggunakan resep
 K dokter

3.5 FORMULASI SEDIAAN

% 1 ml 15 ml
] Formula Fungsi
Lazim Pakai per unit per batch
1 Lidokain HCl Zat aktif 0,5% - 2% 2% 0,02 g 0,5 g
2. NaCl Pengisotonis 0,9% 0,9% 0,008 g 0,12 g
3. Aqua pro injeksi Pembawa
ad 1 ml ad 25 ml

Hasil Perhitungan Formula Injeksi

 Lidokain HCl
Ampul per unit : 1 ml
Ampul per batch : ( n+2 ) x V’ + ( 2 x 3 ml )
= ( 15 + 2 ) x 1,1 + 6 ml
= 17 x 1,1 + 6 ml
= 24,7 ml ≈ 25 ml
gram Lidokain HCl yang ditimbang
- per unit = 2% x 1 ml = 0,02 g
- per batch = 2% x 25 ml = 0,5 g
 NaCl ( perhitungan Isotonis )
V = W x E x 111,1
= ( 2/100 x 25 ml ) x 0,21 x 111,1
= 0,5 x 0,21 x 111,1
= 11,67 ml

Artinya jika 0,5 gram Lidocain HCl + 11,67 ml Aqua Pro Injection
(Isotonis)
Maka NaCl yang belum isotonis :
25 ml – 11,67 ml = 13,33 ml x 0,9 % b/v NaCl pengisotonis = 0,12
gram NaCl

FORMULASI

R/ Lidocain HCl 0,5 gram


NaCl pengisotonis 0,12 gram
API ad.25 ml
mf ampul no. V

3.6 CARA PENGAWASAN MUTU SEDIAAN

A. In Process Control
No. Parameter Yang Diperiksa/diuji Hasil Cara Pemeriksaan
1. Uji Organoleptik Bening ,tidak Sampel suspensi Lidocain
berbau, sedikit pada kaca arloji
pahit

B. End Process Control


No. Parameter Yang Diperiksa/diuji Hasil Cara Pemeriksaan
1. Uji Ph 6 pH universal
2. Uji Kejernihan Jernih tidak Latar belakang putih
terkontaminasi
3. Uji Sterilitas Steril Autoklaf
4. Uji Keseragaman Volume Semua tube Gelas ukur
terisi setara
5. Uji Kebocoran Tidak ada tube Metilen Blue ; Tekanan
yang bocor atmosfer

3.7 PROSEDUR TETAP PEMBUATAN INJEKSI VOLUME KECIL

PROSEDUR TETAP
PEMBUATAN INJEKSI VOLUME KECIL

Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 1dari hal 1


Robiansyah;
Sri Wahyuni;
No………../ ……… /…….
Ari Losianingsih;
Lily Umi .F

Tgl : Tgl : Tgl :


Penanggung Jawab Prosedur

1. Sterilisasi bahan dan alat


2. Pembuatan API bebas O2 & CO2
3. Penimbangan bahan aktif dan bahan tambahan
4. Pelarutan
5. Pengukuran Volume I ( Larutan Obat )
6. Penyaringan
7. Pengukuran Volume II ( Aqua Pro Injeksi )
8. Penyaringan
9. Pengisian dengan buret
10. Penyemprotan dengan uap air
11. Penyemprotan dengan gas N2
12. Penutupan Ampul
13. Sterilisasi Akhir
14. Pengemasan

3.8 INSTRUKSI KERJA PEMBUATAN SEDIAAN INJEKSI VOLUME KECIL

INSTRUKSI KERJA
STERILISASI
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 1 dari hal 14
Robiansyah;
Sri Wahyuni;
Ari Losianingsih; No………../……… /…….
Lily Umi .F

Tgl : Tgl : Tgl :


Penanggung Jawab Prosedur
Tujuan : Karena akan dibuat sediaan steril, maka Agar bahan dan alat yang
digunakan harus juga steril, sehingga kemungkinan tercemarnya mikroba
menjadi kecil
* Bahan : ♣ Lidocain HCl

 NaCl
* Alat : ♣ Spatel ♣ Erlenmeyer
 Kaca arloji ♣ Corong
 Batang pengaduk ♣ Kertas
saring
 Beaker glass ♣ Pinset
 Cawan penguap ♣ vial
1 Oven : Erlenmeyer, ampul, Beaker glass, Corong yang dilapisi dengan
kertas saring, Kertas saring ( disterilisasi didalam oven pada suhu 250 ○C
selama 15 menit).
2 Api Bunsen : Spatel, batang pengaduk, kaca arloji, cawan penguap,
(disterilisasi dengan melewatkannya pada api bunsen yang berwarna
biru menyala selama 5 detik )
3 Autoklaf : Gelas ukur, Fenol (larutan)
4 Tehnik aseptik : Bahan aktif (Gas etilen)
5 Dengan etanol 96 % : Lumpang + alu
6 Digodok selama 30 menit : Tutup ampul karet
Dengan etanol

INSTRUKSI KERJA
PEMBUATAN API BEBAS O2 DAN CO2

Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 2 dari hal 14


Robiansyah;
Sri Wahyuni;
Ari Losianingsih;
Lily Umi .F
No………../ ……… /…….
Tgl : Tgl : Tgl :
Penanggung Jawab Prosedur

Tujuan : Memperoleh pembawa steril yang akan digunakan untuk melarutkan


dan mengadkan didalam pembuatan sediaan injeksi Lidocain HCl
* Bahan :
♣ Aquadest

* Alat :
♣ Erlenmeyer 1000 ml
♣ Kapas yang telah dibungkus kasa
♣ Api bunsen
♣ Asbes

No Cara kerja
1 Panaskan aquadest hingga mendidih
2 Setelah mendidih, tutup dengan kapas yang terbungkus kasa
3 Didihkan lagi API selama 20- 30 menit
4 Setelah agak dingin kemudian dialiri dengan gas N2

INSTRUKSI KERJA
PENIMBANGAN

Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 3 dari hal 14


Robiansyah;
Sri Wahyuni;
Ari Losianingsih; No………../ ……… /…….
Lily Umi .F

Tgl : Tgl : Tgl :


Penanggung Jawab Prosedur
Tujuan : Memperoleh bahan baku sesuai dengan jenis dan jumlah yang
diinginkan
* Bahan : ♣ Lidocain HCl
 NaCl

* Alat : ♣Timbangan kasar


 Cawan penguap
 Kaca arloji
 Tabel nama bahan

No Cara Kerja
1 Beri label wadah yang akan dipakai
2 Timbang masing – masing bahan
Nama Bahan Seharusnya Penimbangan
Lidocain HCl 0,3 g 0,30 g
NaCl 0,07 g 0,07 g

API Ad 15 ml Ad 15 ml

INSTRUKSI KERJA
PELARUTAN
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 4 dari hal 14
Robiansyah;
Sri Wahyuni;
Ari Losianingsih; No………../ ……… /…….
Lily Umi .F

Tgl : Tgl : Tgl :


Penanggung Jawab Prosedur
Tujuan : Memperoleh bahan baku yang larut
* Bahan : ♣ Lidocain HCl
 NaCl

 API bebas O2 dan CO2


* Alat : ♣Beaker glass
 Tabel nama bahan

No Cara Kerja
1 Masukan Lidocain HCl ke dalam beaker glass.
2 Tambahkan Aqua Pro Injeksi untuk melarutkan sebanyak + 10 ml, aduk ad
larut
3 Masukan NaCl ke dalam beaker glass.
4 Tambahkan Aqua Pro Injeksi untuk melarutkan sebanyak + 10 ml, aduk ad
larut

INSTRUKSI KERJA
PENGUKURAN VOLUME I (Larutan Obat )

Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 5 dari hal 14


Robiansyah;
Sri Wahyuni;
Ari Losianingsih;
No………../ ……… /…….
Lily Umi .F

Tgl : Tgl : Tgl :


Penanggung Jawab Prosedur
Tujuan : Memperoleh sediaan dengan jumlah yang sesuai
* Bahan :
♣ Sediaan
* Alat :
 Wadah
 gelas ukur atau beaker glass

No Cara Kerja Operator SPV


1 Ukur volume zat yang telah dilarutkan di atas di
dalam gelas ukur atau beaker glass.
2 Cukupkan volumenya dengan aqua pro injeksi ad
10 ml ( sesuai dengan jumlah volume yang
dilarutkan ).

INSTRUKSI KERJA
PENYARINGAN

Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 6 dari hal 14


Robiansyah;
Sri Wahyuni; No………../ ……… /…….

Ari Losianingsih;
Lily Umi .F

Tgl : Tgl : Tgl :


Penanggung Jawab Prosedur
Tujuan : Agar sediaan yang diperoleh bebas dari pirogen
* Bahan : ♣ Sediaan
* Alat : ♣ Corong
 Beaker glass
 Kertas Saring

No Cara Kerja
1 Siapkan corong + kertas saring yang telah disterilkan.
2 Saring hasil pengukuran volume I.

INSTRUKSI KERJA
PENGUKURAN VOLUME II ( Aqua Pro Injeksi )

Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 7 dari hal 14


Robiansyah;
Sri Wahyuni;
Ari Losianingsih; No………../ ……… /…….
Lily Umi .F

Tgl : Tgl : Tgl :


Penanggung Jawab Prosedur
Tujuan : Memperoleh sediaan dengan jumlah yang sesuai
* Bahan :
♣ Sediaan
* Alat :
 Wadah
 gelas ukur atau beaker glass

No Cara Kerja
1 Ukur kembali hasil dari penyaringan I
2 Bilas Erlenmeyer yang digunakan pada pengukuran I dengan Aqua Pro
Injeksi
3 Celupkan volume injeksi yang kita buat dengan Aqua Pro Injeksi ad 15 ml.

INSTRUKSI KERJA
PENYARINGAN

Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 8 dari hal 14


Robiansyah;
Sri Wahyuni;
Ari Losianingsih;
No………../ ……… /…….
Lily Umi .F

Tgl : Tgl : Tgl :


Penanggung Jawab Prosedur
Tujuan : Agar sediaan yang diperoleh bebas dari pirogen
* Bahan : ♣ Sediaan
* Alat : ♣ Corong
 Beaker glass
 Kertas Saring
 Buret

No Cara Kerja
1 Siapkan buret yang telah disterilkan.
2 Lakukan penyaringan ke II langsung ke dalam buret, sebelumnya buret
dibilas dengan 2 x 3 ml hasil pengukuran volume II ( larutan obat suntik )
3 Kemudian masukan larutan obat suntik Lidocain HCl ke dalam buret
( melalui corong daitambah kertas saring.

INSTRUKSI KERJA
PENGISIAN
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 9 dari hal 14
Robiansyah;
Sri Wahyuni;
No………../ ……… /…….
Ari Losianingsih;
Lily Umi .F

Tgl : Tgl : Tgl :


Penanggung Jawab Prosedur
Tujuan : Agar sediaan terisi pada ampul
* Bahan : ♣ Sediaan
* Alat : ♣ Ampul
 Buret

No Cara Kerja
1 Isikan larutan obat suntik ke dalam ampul 1 ml
.

INSTRUKSI KERJA
PENYEMPROTAN DENGAN UAP AIR
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 10 dari hal 14
Robiansyah;
Sri Wahyuni;
Ari Losianingsih;
No………../ ……… /…….
Lily Umi .F

Tgl : Tgl : Tgl :


Penanggung Jawab Prosedur
Tujuan : untuk mencegah terjadinnya pengarangan dengan gas N2*
Bahan : ♣ Sediaan
* Alat : ♣ Ampul
 Buret

No Cara Kerja
1 Alirkan uap air ke ampul berisi larutan obat suntik Lidocain HCl untuk
menghilangkan kemungkinan sisa tetesan di obat suntik pada leher ampul.
Dan juga untuk mencegah terjadinnya pengarangan dengan gas N2.
.

INSTRUKSI KERJA
PENYEMPROTAN DENGAN GAS N2

Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 11 dari hal 14


Robiansyah;
Sri Wahyuni;
Ari Losianingsih;
No………../ ……… /…….
Lily Umi .F

Tgl : Tgl : Tgl :


Penanggung Jawab Prosedur
Tujuan : untuk menghilangkan O2.
* Bahan : ♣ Sediaan

* Alat : - Ampul
- Buret

No Cara Kerja
1 Alirkan gas N2 untuk menghilangkan O2.

INSTRUKSI KERJA
PENUTUPAN AMPUL

Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 12 dari hal 14


Robiansyah;
Sri Wahyuni;
Ari Losianingsih;
No………../ ……… /…….
Lily Umi .F

Tgl : Tgl : Tgl :


Penanggung Jawab Prosedur
Tujuan : untuk menghindari cemaran mikroba.
* Bahan : ♣ Sediaan
* Alat : Pinset

No Cara Kerja
1 Tutup ampul dengan cara membakar bagian atas ampul dengan api.
2 Kemudian tarik ujungnya dengan pinset.

INSTRUKSI KERJA
STERILISASI AKHIR

Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 13 dari hal 14


Robiansyah;
Sri Wahyuni;
Ari Losianingsih;
No………../ ……… /…….
Lily Umi .F

Tgl : Tgl : Tgl :


Penanggung Jawab Prosedur
Tujuan : untuk menghasilkan produk yang steril
* Bahan : ♣ Sediaan
* Alat : Autoklaf

No Cara Kerja
1 Sterilkan larutan obat suntik dalam ampul pada autoklaf pada suhu 115° -
116°C selam 30 menit.

INSTRUKSI KERJA
PENGEMASAN
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 14 dari hal 14
Robiansyah;
Sri Wahyuni;
Ari Losianingsih;
No………../ ……… /…….
Lily Umi .F

Tgl : Tgl : Tgl :


Penanggung Jawab Prosedur
Tujuan : untuk melindungi sediaan
* Bahan : ♣ Sediaan
* Alat : - kotak, wadah, brosur
- Ampul

No Cara Kerja
1 Masukan ampul yang telah disterilisasi akhir ke dalam kotak dan beri etiket
dan brosur
INSTRUKSI KERJA
EVALUASI SEDIAAN

Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 1 dari hal 7


Robiansyah;
Sri Wahyuni;
Ari Losianingsih; No………../ ……… /…….
Lily Umi .F

Tgl : Tgl : Tgl :


Penanggung Jawab Prosedur
Tujuan : Agar sediaan Steril yang dibuat memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
* Bahan :
 Lidocain HCl
* Alat :
 Kaca arloji
 pH indikator
 Beaker glass
No Cara Kerja Operator SPV
1 Ambil sampel, Lakukan Uji Organoleptik
2 Ambil sampel, Lakukan Uji pH
3 Ambil sampel,lakukan Uji kejernihan
4 Ambil sampel, Lakukan Uji Sterilisitas
5 Ambil sampel,Lakukan Uji Keseragaman Volume
6 Ambil sampel, Lakukan Uji Kebocoran

EVALUASI SEDIAAN
UJI ORGANOLEPTIK

32
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 2 dari hal 7
Robiansyah;
Sri Wahyuni;
Ari Losianingsih; No………../ ……… /…….
Lily Umi .F

Tgl : Tgl : Tgl :


Penanggung Jawab Prosedur
Tujuan : Memastikan bahwa sediaan yang dihasilkan telah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
* Bahan :
 Lidocain HCl
* Alat :
 Kaca arloji
 Spatel
No Cara Kerja Operator SPV

1 Ambil sampel, Lakukan Uji Organoleptik


2 Masukkan 1ml suspensi yang dibuat pada kaca
arloji. uji dengan panca indra

Keterangan Yg diinginkan Hasil


Bentuk
Warna
Bau
Rasa
 Penafsiran Hasil : MS uji organoleptik

EVALUASI SEDIAAN
UJI pH

Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 3 dari hal 7


Robiansyah;
Sri Wahyuni;
Ari Losianingsih; No………../ ……… /…….

33
Lily Umi .F

Tgl : Tgl : Tgl :


Penanggung Jawab Prosedur
Tujuan : Memastikan bahwa sediaan steril yang dihasilkan telah memenuhi
persyaratan pH derajat keasaman yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia

* Bahan :
 Lidocain HCl
* Alat :
 Kaca arloji
 pH universal

No Cara Kerja Operator SPV


1 Ambil sampel 1 ml , celupkan pH universal pada
sampel tersebut, kemudian lihat pH untuk larutan
tersebut..

PH untuk larutan injeksi Lidocain HCl


= 5.0 – 7.0
* penafsiran hasil : MS Uji pH

EVALUASI SEDIAAN
UJI KEJERNIHAN

Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 4 dari hal 7


Robiansyah;
Sri Wahyuni;
Ari Losianingsih; No………../ ……… /…….
Lily Umi .F

Tgl : Tgl : Tgl :


Penanggung Jawab Prosedur

34
Tujuan : Memastikan bahwa sediaan steril yang dihasilkan telah memenuhi
persyaratan Uji kejernihan yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
* Bahan :
 Lidocain HCl
* Alat :
 Latar belakang putih

No Cara Kerja Operator SPV


1 Ampul dikocok, lalu cepat dibalik, diamati diepan
papan / kertas berlatar belakang hitam – putih
dengan lampu neon .
2 Untuk memperjelas gunakan kaca pembesar
Catat hasil pengamatan
* Penafsiran Hasil : Uji Kejernihan tidak
dilakukan.

EVALUASI SEDIAAN
UJI STERILISITAS

Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 5 dari hal 7


Robiansyah;
Sri Wahyuni;
Ari Losianingsih; No………../ ……… /…….
Lily Umi .F

Tgl : Tgl : Tgl :


Penanggung Jawab Prosedur

35
Tujuan : Memastikan bahwa sediaan steril yang dihasilkan telah memenuhi
persyaratan Uji sterilisitas yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
* Bahan :
 Lidocain HCl
* Alat :
 Jarum suntik steril

No Cara Kerja Operator SPV


1 Pindahkan cairan dari wadah uji dengan
menggunakan pipet / jarum suntik steril secara
aseptik
2 Inokulasi sejumlah tertentu bahan dari tiap wadah
uji kedalam tabung media
3 Campur cairan dengan media
4 Inokulasi pada media tertentu seperti pada prosedur
umum pada media secara visual sesering mungkin
5 Sekurang-kurangnya pada hari ke 3, 4 dan pada hari
terakhir dari masa uji
 Syarat : Jika terjadi kekeruhan atau terdapat
pertumbuhan pada media maka sediaan tidak
steril.
 Penafsiran Hasil : Uji Sterilisitas tidak dilakukan

EVALUASI SEDIAAN
UJI KESERAGAMAN VOLUME

Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 6 dari hal 7


Robiansyah;
Sri Wahyuni;
Ari Losianingsih; No………../ ……… /…….
Lily Umi .F

Tgl : Tgl : Tgl :


Penanggung Jawab Prosedur

36
Tujuan : Memastikan bahwa sediaan steril yang dihasilkan telah memenuhi
persyaratan pH/ derajat keasaman yang ditetapkan dalam Farmakope
Indonesia
* Bahan : ♣Lidocain HCl
* Alat : ♣ Jarum suntik steril
 Gelas ukur

No Cara Kerja Operator SPV


1 Ambil 5 wadah/lebih dgn volume 3 ml / kurang
2 Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik
kering berukuran dan dilengkapi dengan jarum
suntik no 2; pasang tidak kurang dari 2,5 cm
3 Isi larutan suntik dapat dipindahkan kedalam gelas
piala kering yang telah ditara, vol dalam ml
diperoleh dari hasil perhitungan berat dalam g
dibagi BJ cairan
4 Isi dari 2/lebih wadah 1ml / 2 ml dapat digabungkan
utk mengukur dgn menggunakan jarum suntik
kering terpisah utk mengambil setiap wadah
 Syarat : vol tdk krg dr vol yang tertera pada
wadah diuji satu persatu vo yang tertera pada
penandaan 5,0 ml vol yang dianjurkan adalah
0,50 ml
Penafsiran Hasil : Uji Keseragaman volume tidak
dilakukan

37
EVALUASI SEDIAAN
UJI KEBOCORAN

Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal 7 dari hal 7


Robiansyah;
Sri Wahyuni;
Ari Losianingsih; No………../ ……… /…….
Lily Umi .F

Tgl : Tgl : Tgl :


Penaggung Jawab Prosedur
Tujuan : Agar Ampul yang digunakan tidak menyebabkan masuknya
mikroorganisme atau kontaminan lain yang berbahaya dan isinya tidak bocor
* Bahan :
 Lidocain HCl
 Metilen blue
* Alat :
 Ampul

No Cara Kerja Operator SPV
1 Ampul di benamkan dalam larutan zat warna ( 0,5 –
1,0 % metilen blue )
2 Berikan tekanan atmosfer sehingga menyebabkan
zat warna berpenetrasi ke dalam lubang.
3 Cuci bagian luar ampul, lihat perubahan warna
larutan dalam ampul.
4 Bila terjadi perubahan warna maka ampul bocor.
5 Untuk memperjelas uji kebocoran ampul :
 Syarat : Ampul yang tidak menyebabkan
masuknya mikroorganisme atau kontaminan
lain yang berbahaya dan isinya tidak bocor.
 Hasil : 1dari 8 ampul bocor dikarenakan
proses penutupan ampul kurang sempurna.

38
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Rancangan Formula
Bentuk sediaan yang cocok adalah bentuk Larutan, karena didalam Pembuatan
larutan sejati adalah bahan aktif yang kelarutannya didalam air adalah sangat mudah larut
atau mudah larut dalam air sampai agak sukar larut.
Karena yang akan dibuat adalah sediaan Larutan sejati Lidocain HCl, maka air
yang digunakan sebagai pembawa ( medium dispersi ) bukanlah aquadest biasa, namun
API bebas O2 dan CO2. Dan juga tidak digunakan API ( Aqua Pro Injeksi) biasa, karena
sifat fisika dari bahan aktif itu sendiri yaitu mudah teroksidasi dan tereduksi. Dimana API
bebas O2 dan CO2 digunakan untuk bahan yang mudah teroksidasi dan tereduksi.

B. Proses Pembuatan Larutan Steril Lidocain HCl


Dilakukan sterlisasi akhir, dilakukan sterilisasi pada Autoklaf pada suhu 121º C
selama 15 menit.

C. Evaluasi Sediaan Larutan Steril Cyanocobalamin

 Uji Organoleptik
 pH
 Uji Kejernihan
 Uji Kebocoran Ampul
 Uji Sterilitas
 Uji Keseragaman Volume

Pada praktikum steril ini kami membuat sediaan injeksiLidocain HCl. Adapun formula
dari injeksi Lidocain HCl ini adalah:
R/ Lidocain HCl 0,5 gram
NaCl pengisotonis 0,12 gram
API ad.25 ml

39
mf ampul no. V

Dalam praktikum pembuatan injeksiLidocain kami tidak mengalami kendala


berarti karena injeksi ini merupakan larutan sejati selain itu pengerjaannya pun cukup
mudah. Adapun tahap-tahap pembuatan injeksiLidocain HCl ini antara lain :
1. sterilisasi alat
2. pembuatan API ( Aqua Pro Injeksi )
3. penimbangan
4. pelarutan
5. pengukuran volume I
6. penyaringan I
7. pengukuran volume II
8. penyaringan II
9. pengisian dengan buret
10. penyemprotan uap air  hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan
sisa tetesan dari obat suntik.
11. penyemprotan dengan gas N2  tujuannya adalah untuk mencegah
terjadinya pengarangan
12. penutupan ampul
13. sterilisasi dengan autoklaf 115-120° selama 30 menit ( pyridoxine
tahan pemanasan )
14. pengemasan

Pada Uji kebocoran pembuatan injeksi Lidocain HCl dilakukan 8 ampul untuk
diuji, dari ke 8 ampul tersebut di temukan 1 ampul memiliki warna larutan biru muda,
artinya ampul tersebut bocor yang disebabkan kurang sempurnanya pada proses
penutupan ampul sehingga ada tekanan udara yang masuk ke dalam ampul dan
menyebabkan larutan menjadi warna biru muda .

40
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum steril ini kami membuat sediaan injeksiLidocain HCl Adapun
formula dari injeksi Lidocain HCl ini adalah:
R/ Lidocain HCl 0,5 gram
NaCl pengisotonis 0,12 gram
API ad.25 ml
mf ampul no. V

Sterilisasi yang digunakan adalah autoklaf 115-120°C selama 30 menit.

5.2 Saran

Semoga praktek selanjutnya dapat lebih baik lagi, untuk itu diharapkan lebih
diperhatikan lagi dalam hal :
o Sarana dan prasarana agar lebih dilengkapi
o Waktu praktikum agar lebih diperhatikan sehingga praktek yang
dilakukan dapat lebih maksimal

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Anief, Prof.Drs. Moh.Apt. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM press.
2. Ansel, C Howard. 1989.Pengantar bentuk sediaan farmasi. Jakarta : UI-press.
3. Bagian farmakologi FKUI. 1994. Farmakologi dan terapi ed. Keempat. Jakarta :
Bag. Farmakologi FKUI.
4. Harkness, Richard. 1984. Interaksi Obat. Bandung : penerbit ITB.
5. Hartanto, Huriawati( alih bahasa).2000.Kamus Kedokteran Dorland.Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisik. Jakarta : UI – Press.
th
7. Martindale. 1972. The Extra Pharmacopeia, 28 Ed. London : The Pharmaceutical
Press.
8. Mutschler ,Ernest. 1985. Dinamika Obat. Bandung : penerbit ITB. Hal..
9 Tja y, Tan Hoan Drs, dan Drs Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat penting. Jakarta :
Gramedia.
15. Wade, Ainley and Paul J Weller.1994. Handbook of Pharmaceutical Excipient second
ed. London : The Pharmaceutical Press.
16. Watimena, M.Sc. Dra J. R dan Drs Tan Siang Gwan. 1968. “ Dasar-dasar pembuatan
dan Resep – resep obat suntik. Bandung : Tarate

42

Anda mungkin juga menyukai