Diterbitkan oleh:
RUMAH MEDIA
Jalan Swadaya 1 - Pejaten Timur
Pasar Minggu - Jakarta Selatan
rumahmediagrup@gmail.com
www.rumahmediagrup.com
Maret, 2020
PJ. Yulia Medhy
Kata Pengantar – 3
Catatan Hati Seorang Anak (Yulia Medhy) – 7
Darah Ayahku Mengalir di Pembuluhku (Vethria Rahmi) – 15
Selamat Ulang Tahun Ayah (Dewi Sartika Harianja) – 23
Tangis Terakhir Ayah (Maepurpple) – 31
Selaksa Doa untuk Bapak (Mira Djajadiredja) – 37
Bapak (Rusnita Darmawan) – 43
Air mata Kerinduan (Farikhah) – 49
Tak Ingin Jadi Pahlawan (Mariati Sinaga) – 55
Hadiah untuk Ayah (Ummu Alfath) – 63
Tatkala Ayah Menitikkan Air mata (Leila Rizki Niwanda) – 71
Air mata Ayah (Riko Anjuja) – 77
Diplomasi Kaki Sapi (Aan VK) – 85
Lelaki Paling Sempurna Sedunia (Sri Vindhita Dhaniswari) – 93
Papa is My Hero (Primadora Khairul) – 101
***
***
***
***
Putri kecil nan manja itu kini telah dewasa dan akan segera
membangun rumah tangganya sendiri. Namun, di hadapan
ayahnya ia tetaplah seorang putri kecil yang manja. Putri yang
selalu dinantikannya untuk pulang ke singgasananya.
***
***
***
***
BAPAK
(Rusnita Darmawan)
***
***
***
***
***
***
Sumber Referensi:
Gholipour, Bahar. (2014). 5 Ways Fatherhood Changes a Man’s
Brain. https://www.livescience.com/46322-fatherhood-
changes-brain.html. Diakses 25 Maret 2020.
Rosen, Margery D., Diana Kelly. (2020). Why We Need to Talk
More About Male Postpartum Depression.
https://www.parents.com/parenting/dads/sad-dads/
Diakses 25 Maret 2020.
Villano, Matt. (2016). When Dad Struggles After the Baby Arrives.
https://www.psychologytoday.com/us/blog/women-s-
mental-health-matters/201603/when-dad-struggles-after-
the-baby-arrives. Diakses 25 Maret 2020.
Saat paling sulit yang harus kami hadapi adalah saat membayar
uang sekolah ataupun uang kuliah datang. Ayah dan ibu harus
memikirkan tempat meminjam uang baru lagi. Maklum, gaji
ayah sebagai guru SD saat itu tidak mencukupi kebutuhan
kami sekeluarga. Apalagi untuk membayar uang sekolah atau
kuliah. Tapi tekad dan harapannya, telah membuat se-
mangatnya menjadi berlipat ganda untuk menyekolahkan
anak-anaknya.
“Mau jadi apa kamu? Sudah, sudah, tidak ada ujian-ujian.
Kamu perempuan. Tidak akan bisa dapat pangkat. Toh pada
akhirnya nanti tetap akan jadi ibu rumah tangga!” Demikian
Ibu mengulang-ulang perkataan ayahnya, kakek kami, saat
beliau akan mengikuti ujian Pendidikan Guru Agama Tahun
1965.
Sambil berderai air mata Ibu menceritakannya pada
kami. Kisah yang tidak pernah bosan diulang-ulangnya, jika
semua anak-anaknya berkumpul. Hal itulah yang menjadi
***
“Kamu pilih dipengkal sikil sapi opo dipengkal sikil bayi?1“ geram
Bapak padaku.
Bapak-bapak petugas satpam di kampus ini meng-
angguk-angukkan kepalanya tanda setuju. Aku meliriknya
dengan sebal.
“Kulo2 pengin kuliah di Yogya, Pak. Di UGM,” sahutku
lirih.
“Apa bedanya kuliah di sini sama di Yogya? Nduk, golek
ngelmu kui ora kudu nang kampus mentereng. Niatmu golek ngelmu
opo arep gengsi-gengsian?3“ ucapan Bapak telak tak terbantahkan
lagi.
Aku terdiam, belum sepenuhnya menerima alasan Bapak
tidak mengizinkanku kuliah di kampus ternama itu.
mencari gengsi?
4 Orang hidup itu tidak usah mengejar harta benda, yang penting cukup.
5 Serangkaian kegiatan penelusuran sebab kematian atau kesakitan ibu dan bayi
untuk mencegah terjadinya kasus yang sama di masa mendatang.
6 Apa enaknya?
7 Lho, apa tidak salah, Nak?
***
***
***
PAPA IS MY HERO
(Primadora Khairul)
***
AYAHKU IDOLAKU
(Titik Suryaningsih)
***
***
Leila Rizki Niwanda, ibu dua orang putri, lahir 35 tahun yang
lalu di Surakarta. Tulisannya telah dimuat dalam sekitar 30
buku fiksi maupun nonfiksi, juga di majalah maupun media