Anda di halaman 1dari 2

2 HARI SEBELUM UJIAN NASIONAL

Sabtu, 7 Mei 2016, untuk pertama kalinya hatiku berkecambuk begitu hebatnya,
merasakan kesedihan dan kepiluan yang tiada tara. Terakhir kalinya kami merasakan begitu
enaknya nasi goreng buatan bunda sebelum pergi meninggalkan aku, ayah, kakak dan adikku
untuk selama selamanya.

`Bogor` destinasi yang aku dan ibuku akan kunjungi setelah aku melaksanakan Ujian
Nasional. Bunda berjanji akan membawaku ke kediaman Tante Lista di Bogor dan
mengunjungi beberapa tempat wisata sebagai bentuk Refreshing setelah penat belajar dalam
menghadapi Ujian Nasional.

Malam hari sebelumnya, Bunda mengeluh lelah seharian bekerja. Kebetulan Bundaku
bekerja di sebuah Stasiun Televisi di bilangan Kota Jakarta dan bundaku adalah seorang
broadcaster. Bunda bergegas mandi untuk membersihkan badannya yang lepek oleh keringat.
Setelah selesai mandi, kulihat Bunda merebahkan badannya di kasur sembari mengenakan
earphone dan bernyanyi lagu Nothings Gonna Change My Love For You – Westlife.

“Buuuuuun, Dinda mau berangkat les” Teriakku dari dalam kamar.

Pagi itu kulihat Bunda masih tertidur, pikirku mungkin Bunda lelah karena pulang
larut malam. Akhirnya aku memutuskan untuk menghampiri Bunda hanya untuk sekedar
salaman dan mencium pipinya.

Aku terkejut, hancur hati ini saat kudapati wajah Bunda sudah membiru serta badan
yang sudah terbujur kaku.

“Bundaaaaaaaaaaaaa” teriakku

Ayah yang mendengar teriakanku langsung menghampiri, ayah pun terkejut tak
menyangka, ekspresinya seperti menahan jatuhnya air mata seakan tak ingin menangis di
depan anaknya. Tak lama kemudian disusul kakak dan adikku keluar dari kamar masing-
masing.

Hari itu juga Bunda menepati janjinya dan membawaku pergi ke Bogor, namun
bukan untuk mengunjungi kediamanTante Lista ataupun wisata yang terdapat disana.
Melainkan Bunda mengajakku pergi ke sebuah pemakaman di Bogor untuk memakamkan
jenazah Bunda. 2 hari sebelumnya saat makan malam bersama, Bunda sempat bilang, “Nanti
jika Bunda meninggal, tolong makamin Bunda di Bogor yaa, disamping makam Mbah Putri”.
Seakan kalimat itu menjadi pertanda bahwa Bunda benar-benar akan meninggalkan kami
semua untuk selamanya. Aku menyesal, aku tak menyadarinya, belum sempat aku minta
maaf namun Bunda sudah terlanjur pergi.

Malam harinya, aku memimpikan almarhmah Bunda. Aku bermimpi Bunda datang
memelukku dan memberiku kalimat motivasi serta nasihat.
“Dinda UN nya tanggal 9 Mei kan nak? Semangat belajarnya ya sayang, jangan
tinggalkan ibadahnya, selalu minta sama Allah agar Dinda dipermudah dalam belajar, supaya
diberikan hasil yang memuaskan agar bisa membanggakan ayah dan bunda. Bunda juga akan
selalu mendoakan Dinda supaya diberi kelancaran dalam menghadapi ujian”. Ucap Bunda
sambill memelukku.

Belum pernah aku sesedih ini sebelumnya. Aku pernah kehilangan kekasih yang
begitu aku sayangi, namun tak sebanding dengan rasa sedih kehilangan Bunda, bahkan untuk
selama-lamanya. Jika aku diberikan kesempatan lagi untuk hidup bersama Bunda, aku ingin
mengabdikan diriku untuk Bunda selamanya, menuruti semua permintannya, memeluknya
setiap saat dan tidak akan membangkang meski hanya sekali. Namun kini kesempatan itu
telah tiada, hanya doa yang dapat menghubungkan kami berdua.

Aku bertekad, aku harus sukses agar bisa membahagiakan ayah dan almarhumah
Bunda. Aku harus mendapatkan hasil yang memuaskan dalam Ujian Nasionalku kali ini. Aku
tak ingin mengecewakan ayah apalagi Bunda. Karena ini satu-satunya cara untuk berbakti
kepada Bunda.

Aku sayang Bundaku.

-Yuni Isna Nur Kholisah-

Anda mungkin juga menyukai