Anda di halaman 1dari 2

Suara musik terdengar di seluruh penjuru ruangan, cahaya berwarna berganti terus menerus,

orang-orang saling bertabrakan menikmati musik. Hal ini sudah terbiasa bagiku, kehidupan
selalu berputar tetapi tetap saja hal yang sama aku lakukan. Kebiasaan ini tak bisa aku hindari
lagi. Candu akan nuansa gemerlap ini. Semua ini dimulai sewaktu aku berkenalan dengan
manusia yang ternyata sangat buruk akhlaknya, dia menjerumuskanku dalam dunia ini. Dia
adalah Aldo Marino.
“Kak, mau kemana malam-malam begini?” tanya adikku dengan wajah polos yang ia miliki.
“Mau ke rumah temen dek, nanti pamitin ke Bapak Ibu ya,” jawabku dengan jawaban yang
bohong.
Aku tidak berani berkata sejujurnya. Karena pasti Bapak dan Ibu tidak akan memberi izin.
Dimulai hari itu aku sering diajak oleh Aldo menyanyi di sebuah diskotik itu. Tujuanku untuk
mencukupi kebutuhan keluargaku yang kurang mampu.
Pagi sekolah, malamnya bekerja. Itu kegiatanku.
Kedua orang tuaku lama kelamaan tau apa yang aku lakukan. Mereka memintaku untuk berhenti,
tapi apa daya aku menolaknya karena aku rasa hal itu menyenangkan, dapat menghibur, dan juga
menguntungkan.
Setiap kali mereka memintaku berhenti, aku terus membantah dan menolaknya.
”Nak kamu tidak usahlah pergi ke diskotik itu lagi, tidak baik untukmu lagian kami juga masih
mampu untuk memenuhi kebutuhan kalian kok, yak an pak,” jelas ibu “lagian kalau kamu mau
cari pekerjaan jangan yang kayak gini lah, pakaianmu yang terlalu terbuka itu ibu pikir kurang
sopan dan dunia malam itu bahaya bagi kamu Nak.” sambung ibu.
“Iya syah kamu ga usah lagi kayak gitu, Insyallah Bapak bisa mencukupi kebutuhan kalian,”
sambung bapak.
“Gak Bu Pak, Aisyah tetep mau kerja lagian kalau di itung-itung penghasilan Aisyah juga
mampu untuk menutupi kekurangan ekonomi kita kan,” jelasku dengan nada yang tinggi.
Aku tau itu membuat hati mereka sakit.
Kegiatan ini kulakukan dengan senang seperti tidak ada beban lagi dalam hidupku,
penghasilanku terus naik seiring dengan ketenaranku di kalangan pengunjung diskotik itu. Rok
pendek, baju tanpa lengan, dan ketat kukenakan setiapku tampil.
Setiap ku langkahkan kakiku keluar rumah, kulihat pandangan khawatir di mata kedua orang
tuaku. Ku hiraukan mereka, aku langsung menuju tempat itu.
Sampai suatu malam aku mendapatkan mimpi yang menurutku itu mimpi yang sangat berharga
bagiku, karena mimpu itu dapat membuka hati kecilku untuk berhijrah. Di dalam mimpi itu aku
dalam keadaan sudah meninggal dan tertutup kain kafan, aku juga di sholati oleh beberapa
orang-orang. Di sana aku sadar bahwa aku sudah berada dalam jalan yang salah.
Esok paginya aku langsung meminta maaf kepada kedua orangtuaku, dan juga aku memutuskan
untuk berhijrah memakai hijab. Aku berhenti di dunia gelap dan melanjutkan hidupku untuk
yang lebih baik lagi. Aku belajar tentang agama, menjalankan sholat lima waktu yang
merupakan kewajibanku sebagai seorang muslim, serta membaca al qur’an.
Ibu dan bapak bahagia melihat keadaanku yang sekarang ini, meskipun keadaan ekonomi kita
kembali tidak baik. Aku pun akan menerima apapun resikonya. Meskipun awalnya memang
susah untuk menjalaninya dan banyak orang yang membicarakan tentang masa laluku yang
kelam, namun semua itu aku hiraukan.
"Jangan pernah merasa malu mengakui apa yang pernah kita lakukan dahulu, Percuma kita
dikenal di dunia ini tapi jika kita mati nanti ALLAH tidak mengenal kita.. tinggalkanlah sesuatu
yang salah untuk sebuah kebenaran .. jangan kau takut akan susahmu.. karna ALLAH SWT tidak
akan membiarkan mu hidup dalam kesusahan , jangan takut jika suatu saat aib mu di buka, karna
itu hanya kerikil ujian untuk kehidupanmu . Saya Aisyah Putri, saya adalah pendosa yg hina
tetapi saya sangat merindukan RASULULLAH SAW," –cinta penelope

Anda mungkin juga menyukai