Anda di halaman 1dari 138

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI

AN PADA ASPEK SOSIALISASI DAN KEMANDIRIAN TERHADAP STATUS PERKEMBANGAN AN


WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Disusun Oleh:
IKRIMA WARDANI
NIM 1112104000015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 Keperawatan di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Seluruh sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kasehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juni 2016

Ikrima Wardani
FACULTY OF MEDICINES AND HEALTH SCIENCES

PROGRAM STUDY OF NURSING SCIENCE


ISLAMIC STATE OF UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Paper, June 2016
Ikrima Wardani, NIM: 1112104000015

The Effect of Giving Developmental Stimulation on The Socialization and


Independence Aspects toward The Preschool Children Development Status at
Local Government Clinic’s Area Pisangan

xix + 87 pages, 11 table, 3 figures, 22 appendices

ABSTRACT

The delay in children development on specific aspect is still one of the health
problem for Indonesian children which can reduce the human resources quality in
the future. Through a family centered-care approach, parents will be able to do
early intervention for the delay in children development problem as a prevention
against further delay in children development with a directional development
stimulation for 2 weeks. Stimulation was an external environment stimulation in
which sharpening the ability of children continuously to improve children‟s
ability. This research aimed to find out the effect of children development
stimulation on the socialization and independence aspects for the children
development status in Local Government Clinic‟s Area Pisangan. This research
was a quantitative research with Quasi experimental one group pre test – post test
design. The samples were 5 years old (60 months) children with development in
doubt on socialization and independence aspects which amounted to 17 people by
purposive sampling technique. The instrument of this research was using a Pre-
screening Children Development Questionnaire. This research was conducted for
2,5 months which is dated on February 28th until May 3rd, 2016. The statistical test
used wilcoxon test for the children development status before and after the
intervention showed a significant value 0,000 (p-value < 0,05) so it can be
concluded that there is a significant effect between stimulation with the
improvement of children development status. It‟s suggested to the mother that
give stimulation espescially on socialization and independence aspects for
children to optimalize child‟s development according to the development stages.

Key word : Preschool Children, Children‟s Delay Development, Development


Stimulation
References : 63 (1999-2016).

iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2016
Ikrima Wardani, NIM: 1112104000015

Pengaruh Pemberian Stimulasi Perkembangan pada Aspek Sosialisasi dan


Kemandirian terhadap Status Perkembangan Anak Prasekolah di Wilayah
Kerja Puskesmas Pisangan

xix + 87 halaman, 11 tabel, 3 gambar, 22 lampiran

ABSTRAK

Keterlambatan perkembangan anak pada aspek tertentu saat ini masih menjadi
salah satu masalah kesehatan bagi anak di Indonesia yang dapat mengurangi
kualitas sumber daya manusia di masa mendatang. Melalui pendekatan family
cantered-care orang tua anak dapat melakukan intervensi dini terhadap masalah
keterlambatan perkembangan anak sebagai upaya pencegahan terhadap
keterlambatan perkembangan anak lebih lanjut dengan pemberian stimulasi
perkembangan terarah selama 2 minggu. Stimulasi adalah perangsangan dari luar
lingkungan anak dimana dengan mengasah kemampuan anak secara terus-
menerus kemampuan anak akan meningkat. Penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh stimulasi perkembangan anak pada aspek sosialisasi dan kemandirian
terhadap status perkembangan anak di wilayah kerja puskesmas pisangan.
Penelitian ini kuantitatif dengan desain Quasi eksperimental one group pre test –
post test. Sample adalah anak berusia 5 tahun (60 bulan) dengan status
perkembangan meragukan pada aspek sosialisasi dan kemandirian yang berjumlah
17 orang dengan teknik purpossive sampling. Instrumen penelitian ini
menggunakan Kuesioner Praskrining Perkembangan Anak (KPSP). Penelitian
dilakukan selama 2,5 bulan yaitu tanggal 28 Febuari – 3 Mei 2016. Uji statistik
menggunakan uji wilcoxon terhadap status perkembangan anak sebelum dan
sesudah intervensi yang didapatkan nilai significancy 0,000 (p-value < 0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara
pemberian stimulasi terhadap peningkatan status perkembangan anak. Maka
disarankan ibu memberikan stimulasi terutama pada aspek sosialisasi dan
kemandirian kepada anak untuk mengoptimalkan perkembangan anak sesuai
tahap perkembangannya.

Kata Kunci: Anak Prasekolah, Keterlambatan Perkembangan Anak, Stimulasi


Perkembangan
Daftar Bacaan: 63 (1999-2016).

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan Judul

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN PADA


ASPEK SOSIALISASI DAN KEMANDIRIAN TERHADAP STATUS
PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PISANGAN

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

DISUSUN OLEH

IKRIMA WARDANI

1112104000015

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp. An Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep,
M.KM NIP. 19780409 201101 2 014 NIP. 19790520 200901 1 012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M

v
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN PADA


ASPEK SOSIALISASI DAN KEMANDIRIAN TERHADAP
STATUS PERKEMBANGAN ANAK PASEKOLAH DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PISANGAN

Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:

IKRIMA WARDANI

1112104000015

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp. An Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM
NIP. 19780409 201101 2 014 NIP. 19790520 200901 1 012

Penguji I Penguji II

Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep, MNS


NIP: 19790210 200501 2 002 NIP. 19770401 200912 2 003

Penguji III Penguji IV

Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp. An
NIP. 19790520 200901 1 012 NIP. 19780409 201101 2 014

vi
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN PADA


ASPEK SOSIALISASI DAN KEMANDIRIAN TERHADAP
STATUS PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PISANGAN

Disusun Oleh:
IKRIMA WARDANI

1112104000015

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc

NIP: 19790210 200501 2 002

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes

NIP: 19650808 1988 03 1002

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ikrima Wardani

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Agustus 1994

Alamat : Jl. H. Iming No. 72 RT/RW 05/16 Kel. Beji, Kec. Beji,

Kota Depok - 16421

Email/ Telp : / +6287773422794

Riwayat Pendidikan

2000 – 2006SD Negeri Beji 3 Kota Depok

2006 – 2009 MTs Muhammadiyah 1 Kukusan Kota Depok

2009 – 2012 MA Negeri 7 Jakarta

2012 – sekarang Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Riwayat Organisasi

2010 – 2011 : Wakil Ketua MPK MAN 7 Jakarta

2010 – 2011 : Wakil Ketua PMR MAN 7 Jakarta

2013 - 2015 : Pengurus Harian Wilayah III Ikatan Lembaga Mahasiswa

Ilmu Keperawatan Indonesia (ILMIKI) Direktorat

Jenderal Sosial Kemasyarakatan

2014 – 2015 : Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi

Ilmu Keperawatan UIN Jakarta

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil‟alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT,

shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi

Muhammad SAW. Atas berkat rahmat, karunia, dan ridha Allah SWT penulis

dapat menyelesaikan skiripsi yang berjudul “PENGARUH PEMBERIAN

STIMULASI PERKEMBANGAN PADA ASPEK SOSIALISASI DAN

KEMANDIRIAN TERHADAP STATUS PERKEMBANGAN ANAK

PRASEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN”.

Penulis menyadari bahwa masih terdapatnya kekurangan dan kelemahan

dalam skripsi ini. Namun dengan kerja keras disertai dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri S.KM, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan (PSIK) FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp. KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Keperawatan (PSIK) FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Ns. Puspita Palupi, M.Kep, Sp.Mat selaku Dosen Pembimbing Akademik

ix
6. Ibu Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp.An dan Bapak Ns. Waras Budi

Utomo, S.Kep, MKM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran selama membimbing penulis

7. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc dan Ibu Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep,

MNS selaku dosen penguji skripsi atas masukan dan sarannya

8. Staff dan karyawan FKIK UIN Jakarta, beserta dosen dan staff pengajar PSIK

FKIK UIN Jakarta yang telah memberi ilmu pengetahuan dan banyak

membantu selama perkuliahan

9. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Kepala Puskesmas

Pisangan, Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak di wilayah Pisangan dan

Cirendeu, yang telah memberikan izin penelitian

10. Para responden, adik-adik beserta ayah dan bundanya yang sangat kooperatif

membantu penulis menyelesaikan penelitian

11. Terkhusus orang tua penulis, Ayah H. Sulaiman Dani dan Mamah Herawati

atas segenap cinta dan kasih sayangnya, juga doa serta dukungan baik moril

maupun materil yang telah diberikan

12. Kedua adik penulis, Faiz Fadhli Rahman dan Fadhlan Faturrahman yang turut

mewarnai kehidupan penulis

13. Teman-teman PSIK 2012, pengurus HMPSIK 2015, sahabat Ercondscie, sahabat Rangers

(Ica, Aly, Hanifah, Ulfah, Ani, Devi), sahabat skripsi (Iis Dahlia, Yuli, Esti, Puji Pertiwi),

dan Ilzam NH yang turut membantu dalam perolehan data, terimakasih atas canda tawa,

semangat dan bantuanya.

14. Dan seluruh pihak yang hadir dalam hidup penulis yang sesungguhnya tidak dapat

disebutkan satu persatu, terimakasih karena setiap detiknya terlewati dengan penuh

syukur.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karna pada

hakikatnya kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Semoga dapat bermanfaat bagi yang
membutuhkan. Akhir kata...

Wassalamu’alaikum, wr. wb.


LEMBAR PERSEMBAHAN

“Sabar merupakan ujian bagi setiap yang


menghamba. Sedangkan berkah adalah
buah manis akan hal itu”

Terimakasih duhai Allah SWT atas setiap


kesempatan yang sepenuhnya telah engkau
berikan bagi hamba untuk beraktualisasi
diri.

Terimakasih telah mengirimkan sepasang


malaikat pendamping hidup hamba melalui
sosok ayah mama. Tak ada yang patut untuk
diperjuangkan melainkan perjuanganmu
wahai ayah, wahai mama, yang tak kenal
lelah selalu menyokong buah hatinya menuju
gerbang kesuksesan.

Semoga amanah gelar ini dapat


dipertanggung jawabkan kelak nanti,
melalui tebar manfaat untuk kemaslahatan
umat dan negeri.

Ikrima Wardani

xii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN...................................................................................ii
ABSTRACT...........................................................................................................iii
ABSTRAK.............................................................................................................iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN........................................................................v
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................vi
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...........................................................................viii
KATA PENGANTAR...........................................................................................ix
LEMBAR PERSEMBAHAN..............................................................................xii
DAFTAR ISI.......................................................................................................xiii
DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................xvi
DAFTAR TABEL..............................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................9
C. Pertanyaan Penelitian...................................................................................11
D. Tujuan Penelitian..........................................................................................12
1. Tujuan Umum..........................................................................................12
2. Tujuan Khusus.........................................................................................12
E. Manfaat Penelitian........................................................................................12
F. Ruang Lingkup Penelitian............................................................................13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Perkembangan Anak.....................................................................................14
1. Definisi Perkembangan...........................................................................14
2. Pola Perkembangan Anak.......................................................................14
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak.................15
xiii
4. Aspek Perkembangan Sosialisasi dan Kemandirian...............................20
B. Anak Usia Prasekolah...................................................................................21
1. Definisi Anak Usia Prasekolah...............................................................21
2. Tahapan Perkembangan Anak Usia Prasekolah......................................21
3. Teori Tumbuh Kembang Anak Prasekolah.............................................22
C. Penilaian Perkembangan Anak.....................................................................24
1. Instrumen Penilaian Perkembangan Anak..............................................24
2. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP).......................................26
D. Stimulasi Perkembangan Anak.....................................................................29
1. Definisi Stimulasi....................................................................................29
2. Prinsip Pemberian Stimulasi...................................................................29
3. Stimulasi Perkembangan Anak Menurut Umur......................................30
4. Stimulasi Perkembangan Aspek Sosialisasi dan Kemandirian...............31
F. Asuhan Berpusat Pada Keluarga (Family Center Care)...............................34
1. Definisi Asuhan Berpusat pada Keluarga...............................................34
2. Konsep Dasar Asuhan Berpusat Pada Keluarga.....................................35
G. Penelitian Terkait..........................................................................................36
H. Kerangka Teori.............................................................................................38

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI


OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep.........................................................................................39
B. Hipotesa Penelitian.......................................................................................40
C. Definisi Operasional.....................................................................................40

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


A. Desain Penelitian..........................................................................................42
B. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................43
C. Populasi dan Sampel Penelitian....................................................................43
D. Alur Penelitian..............................................................................................46
E. Pengumpulan Data........................................................................................47
F. Pengolahan Data...........................................................................................56
xiv
G. Analisis Data.................................................................................................57
1. Anilisis Univariat....................................................................................57
2. Analisis Bivariat......................................................................................58
H. Etika Penelitian.............................................................................................59

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Analisa Univariat..........................................................................................61
1. Karakteristik Responden.........................................................................61
2. Status Perkembangan Anak Sebelum dan Sesudah Intervensi................63
B. Analisis Bivariat...........................................................................................64
1. Hasil Uji Normalitas................................................................................64
2. Hasil Uji Normalitas Data Setelah Transformasi Data...........................65
3. Pengaruh Stimulasi pada Aspek Sosialisasi dan Kemandirian terhadap
Perbedaan Rerata Skor pada Pretest-Posttest....................................................65

BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat.........................................................................................67
1. Karakteristik Responden.........................................................................67
2. Gambaran Status Perkembangan Anak...................................................73
B. Analisis Bivariat...........................................................................................77
C. Keterbatasan Penelitian................................................................................83

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan...................................................................................................85
B. Saran.............................................................................................................86

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR SINGKATAN

APA : American Academy of Pediatric

BBLR : Berat Bayi Lahir Rendah

CAT : Clinical Adaptive Tes

CLAMS : Clinical Linguistic and Auditory Milestone Scale

DDST : Denver Development Skrining Test

ELM : Early Languages Milestone Scale

IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

KIA : Kartu Ibu dan Anak

KPSP : Kuesioner Praskrining Perkembangan

PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini

SDIDTK : Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang

TK : Taman Kanak-Kanak

TORCH : Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks

xvi
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2. 1 Teori Pentahapan Klasik.......................................................................22

Tabel 2. 2 Instrumen dan Kuesioner untuk Penilaian Perkembangan Singkat......25

Tabel 2. 3 Kelompok Umur Stimulasi...................................................................30

Tabel 3. 1 Definisi Operasional.............................................................................40

Tabel 4. 1 Hasil Skrining Perkembangan Anak di 8 TK/PAUD di Wilayah Kerja

Puskesmas Pisangan, Mei 2016..............................................................48

Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Ibu di Wilayah Kerja

Puskesmas Pisangan, Mei 2016..............................................................61

Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Anak di Wilayah Kerja

Puskesmas Pisangan, Mei 2016..............................................................62

Tabel 5. 3 Perbedaan Rerata Skor Status Perkembangan Anak Sebelum Intervensi

dan Sesudah Intervensi, Mei 2016..........................................................63

Tabel 5. 4 Distribusi Hasil Uji Normalitas Data, Mei 2016..................................64

Tabel 5. 5 Distribusi Hasil Uji Normalitas Data Setelah Transformasi Data, Mei

2016.....................................................................................................65

Tabel 5. 6 Pengaruh Stimulasi pada Aspek Sosialisasi dan Kemandirian terhadap

Perbedaan Rerata Skor pada pre test-post test, Mei 2016..........................66

xvii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian39


Gambar 4. 1 Rancangan Penelitian42
Gambar 4. 2 Alur Penelitian46

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1Penjelasan Penelitian Lampiran 2Lembar Persetujuan


Lampiran 3Kuesioner Karakteristik Responden

Lampiran 4Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Lampiran 5Lembar Observasi


Lampiran 6Hasil Output Analisa Data SPSS Lampiran 7Surat Permohonan Perizinan

xix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan kesehatan anak perlu diperhatikan sejak dini sebagai

salah satu upaya untuk membangun manusia seutuhnya dan berkualitas.

Sumber daya manusia yang berkualitas ditandai dengan fisik yang

tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima dan menguasai ilmu

pengetahuan serta teknologi (Azwar, 2004; Handayani, 2012). Upaya

peningkatan kesehatan anak didukung oleh Pemerintah Indonesia melalui

UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 pada pasal 17 yang menegaskan bahwa

kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan

perkembangan anak. Usaha peningkatan kesehatan anak dimulai dari saat

dalam kandungan, masa bayi, masa balita, usia pra sekolah dan usia

sekolah (UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992).

Setiap individu mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

terjadi sangat cepat terutama pada masa anak-anak. Pertumbuhan dan

perkembangan merupakan dua istilah yang berbeda, namun keduanya

tidak dapat dipisahkan dan bersifat interdependen (Potter & Perry, 2005).

Pertumbuhan adalah suatu peningkatan jumlah dan ukuran, sedangkan

perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara

bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan

kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran (Whaley dan Wong,

2000; Supartini, 2004).

1
2

Ditinjau dari jumlah penduduk, Indonesia termasuk kedalam

kategori negara berkembang. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015

sebanyak 255,5 juta jiwa. Kondisi tersebut menempatkan Indonesia

menjadi negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia dengan laju

pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 1,38% (Badan Pusat Statistik,

2015). Dilihat dari proporsi penduduk Indonesia tersebut 40% dari total

populasi terdiri atas anak dan remaja berusia 0-16 tahun (Hamid, 2008).

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI tahun 2015

menyebutkan bahwa jumlah anak prasekolah usia (5-6 tahun) sebanyak

9.679.481 jiwa, dan untuk provinsi Banten jumlah anak prasekolah yaitu

461.903 jiwa (Pusdatin Kemenkes RI, 2015). Jumlah anak di Indonesia

yang sangat besar memiliki potensi yang tinggi jika dikembangkan secara

optimal (Rilantono, 2002; Nugroho 2009). Sebaliknya, kondisi ini juga

dapat menjadi sumber kerawanan apabila tidak mendapat perhatian yang

lebih dari berbagai pihak karena perkembangan anak yang optimal pada

usia dini akan menjadi penentu bagi tahap-tahap perkembangan

selanjutnya (Nugroho, 2009).

Walker et al (2007) mengidentifikasi empat faktor risiko utama

yang mempengaruhi perkembangan anak di negara berkembang yang

dibutuhkan untuk dilakukannya intervensi mendesak, yaitu: gejala

pengkerdilan (stunting), stimulasi kognitif yang tidak adekuat, defisiensi

yodium, dan defisiensi besi (anemia). Hal ini menandakan bahwa

peningkatan stimulasi kognitif bagi anak perlu dilakukan untuk mengatasi

masalah perkembangan anak terlebih di negara berkembang.


Status perkembangan anak dapat diketahui dengan melakukan

skrining deteksi dini perkembangan anak. Skrining perkembangan anak

pernah dilakukan oleh Depkes RI pada tahun 2003 di 30 provinsi di

Indonesia dan dilaporkan 45,12% bayi mengalami gangguan

perkembangan (Christiari, Syamlan, & Kusuma, 2013). Depkes RI (2012)

menjelaskan bahwa penting untuk mengetahui status perkembangan anak

karena setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun apabila tidak

dideteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas

sumber daya manusia dikemudian hari.

Hamid (2008) menjelaskan bahwa sebanyak 13,5% anak balita

Indonesia merupakan kelompok usia berisiko tinggi mengalami gangguan

perkembangan. Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)

(2013) diperkirakan 5-10% anak mengalami keterlambatan perkembangan

dan sekitar 1-3% balita mengalami keterlambatan perkembangan umum

(global developmental delay). Namun, angka kejadian keterlambatan

perkembangan di Indonesia sampai saat ini belum ada data pasti, karena

penelitian tentang hal ini belum banyak dilaporkan.

Soetjiningsih (2005) mengemukakan bahwa dalam perkembangan

anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi

yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat

perhatian. Anak yang banyak mendapat stimulasi akan lebih cepat

berkembang daripada anak yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan

stimulasi (Soetjiningsih, 2005). Menurutnya stimulasi juga berfungsi

sebagai penguat (reinforcement) bagi anak.


Stimulasi juga berperan bagi kemajuan perkembangan otak anak.

Perkembangan otak anak sangat pesat terjadi sejak trimester ketiga

kehamilan hingga lima tahun pertama kehidupan. Pada saat ini kecepatan

pembentukan hubungan antar sel-sel otak (sinapsis) meningkat sangat

pesat sebagai respon dari stimulasi dan pengalaman sensori yang diterima

oleh bayi, tetapi hubungan ini tidak permanen (Irmawati et al, 2012).

Mustard (2010) menjelaskan bahwa paparan berbagai macam stimulasi

baik stimulasi suara, stimulasi penglihatan, maupun stimulasi dari indera

yang lain, serta keadaan lingkungan yang baik, dibutuhkan untuk

membentuk hubungan sel-sel di otak ini. Stimulasi yang berulang-ulang

sangat penting untuk tetap mempertahankannya. Stimulasi akan

menentukan sel otak (neuron) mana yang akan terus membentuk sinapsis

baru dan yang akan mengalami pemangkasan sinaptik (synaptic pruning)

(Berk, 2012).

Pada periode prasekolah, salah satu tugas perkembangan anak

adalah kesiapan untuk sekolah dan pelajaran sekolah. Kemajuan dalam

aspek perkembangan sosialisasi dan kemandirian pada anak menjadi

sangat penting pada periode ini. Wong (2008) menjelaskan kombinasi

pencapaian biologis, psikososial, kognitif, spiritual, dan sosial selama

periode prasekolah (usia 3-5 tahun) mempersiapkan anak prasekolah untuk

perubahan gaya hidupnya yang paling bermakna yaitu masa sekolah.

Kontrol mereka terhdap fungsi tubuh, pengalaman periode perpisahan

yang pendek dan panjang, kemampuan berinteraksi secara kerja sama

dengan anak lain dan orang dewasa, pengguaan bahasa untuk simbolisasi
mental, dan meningkatnya rentang perhatian dan memori mempersiapkan

mereka untuk periode mayor berikutnya (masa sekolah) (Wong, 2008).

Stimulasi yang kurang pada anak dapat mengakibatkan gangguan

tumbuh kembang yang akan mempengaruhi perilaku anak dikemudian

hari. Anak-anak kecil dengan masalah belajar dan keterlambatan

perkembangan yang spesifik juga dapat mengembangkan perilaku sosial

yang tidak lazim, dan harus dipertimbangkan apakah profil tersebut dan

perilaku mereka sesuai dengan tahap perkembangan anak yang normal

(Attwood, 2002). Newell & Meadow (2005) menjelaskan bahwa gangguan

kemampuan belajar pada anak cenderung muncul sebagai akibat

perkembangan terlambat, kecuali jika ada ciri-ciri fisik (misalnya down

syndrome, mikrosefali). Menurutnya semua anak dengan dengan gangguan

kemampuan belajar merupakan anak yang perkembangannya terlambat,

tetapi belum tentu sebaliknya.

Keterlambatan pada aspek sosialisasi dan kemandirian dapat

menimbulkan masalah pada anak di kemudian hari. Menurut penelitian

Boyum dan Parke (1995) dalam Utami dan Nuryoto (2005) menyebutkan

bahwa hubungan sosial yang problematik pada masa kanak-kanak ternyata

dapat menjadi prediksi perilaku-perilaku bermasalah seperti putus sekolah

(dropout), kriminalitas, kenakalan remaja dan perilaku-perilaku

psikopatologis pada masa-masa selanjutnya. Selain itu Iswidharmanjaya &

Svatiningrum (2008) memaparkan salah satu penyebab anak takut

bersekolah adalah karena adanya masalah kemandirian. Memperhatikan

hal itu, perlu adanya perhatian dari berbagai pihak untuk dilakukannya
upaya pencegahan dalam menanggulangi permasalahan keterlambatan

perkembangan, terlebih pada anak prasekolah yang dimana mereka harus

mempersiapkan diri untuk selanjutnya menjalankan pendidikan formal.

Gunarsa (2002) juga menjelaskan bahwa anak membutuhkan orang

lain dalam perkembangannya, dan orang lain yang paling utama dan

pertama bertanggung jawab adalah orang tua sendiri. Selain itu

perkembangan anak juga sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi

antara anak dengan orang tuanya atau orang dewasa lainnya.

Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai

dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya

(Soetjiningsih, 2005). Hal ini didukung oleh Depkes RI (2012) yang

menyatakan bahwa stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu

dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu atau

pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di

lingkungan rumah tangga masing-masing dalam kehidupan sehari-hari.

Memperhatikan hal tersebut, peran keluarga terutama orang tua

anak dalam memberikan stimulasi bagi perkembangan anak sangat penting

dilakukan demi kemajuan perkembangan anak yang optimal. Soetjiningsih

(2005) menjelaskan fungsi keluarga sangat penting sehingga dalam

perkembangan seseorang sangat memerlukan perhatian terutama ibu yaitu

orang yang terdekat dengan anak. Hal ini sejalan dengan konsep asuhan

berpusat pada keluarga (family center care) dimana keluarga dilibatkan

dalam melakukan asuhan keperawatan terlebih untuk anak. Kelebihan dari

model berpusat pada keluarga, seperti Nursing Mutual Participation Mode


(Model Partisipasi Mutual Keperawatan), telah nyata memberikan manfaat

diantaranya keluarga memiliki kepercayaan dan kemampuan yang lebih

besar dan tekanan yang lebih kecil dalam merawat anak-anak mereka

(Churley dan Wallace, 1992; Johnson, Jeppson, dan Redburn, 1992;

Wong, 2008).

Penelitian yang dilakukan Susanty, Fadlyana, dan Nataprawira

(2014) tentang manfaat intervensi dini anak usia 6-12 bulan dengan

kecurigaan penyimpangan perkembangan. Hasil penelitian menunjukan

bahwa dari 32 anak yang dilakukan intervensi, setelah intervensi

kecurigaan penyimpangan perkembangan turun menjadi 12/32 setelah 2

minggu, dan 4/32 pada akhir intervensi yaitu setelah 1 bulan. Penelitian

serupa dilakukan Irmawati et al, (2009) tentang pengaruh pemberian

stimulasi selama satu jam pada perkembangan anak usia 12-24 bulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa evaluasi perkembangan setelah 3

bulan mengalami perbaikan baik pada kelompok stimulasi maupun pada

kelompok kontrol.

Penelitian yang dilakukan oleh Barros, Matijasevich, Santos, dan

Halpern (2010) di Brazil dengan Batelle’s Development Inventory untuk

menilai perkembangan anak mendapatkan hasil bahwa efek dari stimulasi

lebih kuat di kalangan anak-anak dari ibu dengan tingkat pendidikan

rendah, tambahan satu poin ditambahkan 1,7 pada perkembangan anak

untuk anak-anak dari ibu yang berpendidikan rendah, sedangkan hanya 0,6

ditambahkan untuk anak-anak dari ibu yang berpendidikan tinggi. Hal ini
menunjukan bahwa pentingnya stimulasi perkembangan yang dilakukan

oleh Ibu untuk meningkatkan perkembangan anak.

Studi pendahuluan telah dilakukan oleh peneliti di TK Ananda

Kelurahan Pisangan yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Pisangan,

pada tanggal 15 Februari 2016 kepada 20 anak yang dilakukan skrining

perkembangan anak menggunakan Kuesioner Praskrining Perkembangan

(KPSP). Dari hasil skrining didapatkan 13 anak dengan status

perkembangan sesuai, dan 7 orang anak dengan status perkembangan

meragukan. Dimana 7 orang anak tersebut terlambat pada aspek sosialisasi

dan kemandirian, 2 orang mengalami keterlambatan pada gerak kasar, 4

orang mengalami keterlambatan pada gerak halus, dan 3 orang mengalami

keterlambatan pada aspek bicara dan bahasa. Dari hasil tersebut

didapatkan bahwa sosialisasi dan kemandirian menjadi aspek

keterlambatan perkembangan anak paling banyak di TK tersebut.

Penelitian tentang pengaruh intervensi dini berupa stimulasi

perkembangan anak di Indonesia belum banyak dilakukan sehingga

dibutuhkan penelitian pada anak di sebuah wilayah tertentu agar dapat

dilakukan pendekatan yang tepat. Berdasarkan kondisi diatas peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian stimulasi

perkembangan aspek sosialisasi dan kemandirian terhadap status

perkembangan anak. Penelitian tersebut bermanfaat untuk melihat adakah

pengaruh pemberian stimulasi perkembangan anak di wilayah kerja

Puskesmas Pisangan, Kota Tangerang Selatan dan sebagai sumber


informasi agar ibu dapat mempersiapkan sumber daya manusia yang

berkualitas di masa mendatang.

B. Rumusan Masalah

Perkembangan adalah suatu proses yang terjadi secara simultan

dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk

berfungsi, yang dihasilkan melalui proses pematangan dan proses belajar

dari lingkungannya (Supartini, 2004). Menurut Soetjiningsih (2005),

dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan

rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang,

sehingga perlu mendapat perhatian. Stimulasi yang tidak adekuat akan

mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Keterlambatan pada aspek sosialisasi dan kemandirian dapat

menimbulkan masalah pada anak di kemudian hari. Menurut penelitian

Boyum dan Parke (1995) dalam Utami dan Nuryoto (2005) menyebutkan

bahwa hubungan sosial yang problematik pada masa kanak-kanak ternyata

dapat menjadi prediksi perilaku-perilaku bermasalah seperti putus sekolah

(dropout), kriminalitas, kenakalan remaja dan perilaku-perilaku

psikopatologis pada masa-masa selanjutnya. Memperhatikan hal itu, perlu

adanya perhatian dari berbagai pihak untuk dilakukannya upaya

pencegahan dalam menanggulangi permasalahan keterlambatan

perkembangan, terlebih pada anak prasekolah yang dimana mereka harus

mempersiapkan diri untuk selanjutnya menjalankan pendidikan formal.

Soetjiningsih (2005) menjelaskan bahwa fungsi keluarga sangat

penting sehingga dalam perkembangan seseorang sangat memerlukan


perhatian terutama ibu yaitu orang yang terdekat dengan anak. Hal ini

sejalan dengan konsep asuhan berpusat pada keluarga (family center care)

dimana keluarga dilibatkan dalam melakukan asuhan keperawatan terlebih

untuk anak.

Skrining perkembangan pernah dilakukan oleh Depkes RI pada

tahun 2003 di 30 provinsi di Indonesia dan dilaporkan 45,12% bayi

mengalami gangguan perkembangan (Christiari, Syamlan, & Kusuma,

2013). Namun saat ini angka kejadian keterlambatan perkembangan di

Indonesia ada pendataan yang pasti karena penelitian tentang hal tersebut

belum banyak dilaporkan.

Berdasarkan Studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di

TK Ananda Kelurahan Pisangan, pada tanggal 15 Februari 2016 kepada 20

anak yang dilakukan skrining perkembangan anak menggunakan

Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP). Dari hasil skrining

didapatkan 13 anak dengan status perkembangan sesuai dan 7 orang anak

dengan status perkembangan meragukan. Dimana 7 orang anak tersebut

terlambat pada aspek sosialisasi dan kemandirian, 2 orang mengalami

keterlambatan pada gerak kasar, 4 orang mengalami keterlambatan pada

gerak halus, dan 3 orang mengalami keterlambatan pada aspek bicara dan

bahasa. Dari hasil tersebut didapatkan bahwa sosialisasi dan kemandirian

menjadi aspek keterlambatan perkembangan anak paling banyak di TK

tersebut.

Selain itu hasil wawancara bidan di Puskesmas Pisangan

menyatakan bahwa program yang memperhatikan status perkembangan


anak terlebih yang melibatkan orang tua anak belum dilakukan secara

intensif sebelumnya, namun tahun 2016 sudah mulai dihidupkan kembali

karna adanya pembahauan buku KIA (Kartu Ibu dan Anak) yang salah

satunya berisi mengenai pemantauan perkembangan anak.

Mempertimbangkan hal tersebut peneliti menyadari bahwa masih adanya

angka delay perkembangan anak terlebih pada aspek sosialisasi dan

kemandirian pada anak prasekolah, serta kurangnya skrining

perkembangan anak yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh

pemberian stimulasi perkembangan aspek sosialisasi dan kemandirian

terhadap status perkembangan anak pasekolah di wilayah kerja puskesmas

pisangan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran karakteristik responden di wilayah kerja

Puskesmas Pisangan?

2. Bagaimana status perkembangan anak sebelum diberikan intervensi

stimulasi perkembangan?

3. Bagaimana status perkembangan anak setelah diberikan intervensi

stimulasi perkembangan?

4. Adakah pengaruh stimulasi perkembangan anak terhadap status

perkembangan anak?
D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh stimulasi

perkembangan aspek sosialisasi dan kemandirian terhadap status

perkembangan anak di wilayah kerja Puskesmas Pisangan

2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran karakteristik responden di wilayah kerja

Puskesmas Pisangan

2. Diketahuinya gambaran status perkembangan anak sebelum

diberikan intervensi stimulasi perkembangan

3. Diketahuinya gambaran status perkembangan anak setelah

diberikan intervensi stimulasi perkembangan

4. Diketahuinya pengaruh stimulasi perkembangan terhadap status

perkembangan anak

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Menambah referensi dan informasi tentang pengaruh stimulasi

perkembangan anak terhadap status perkembangan anak.

2. Bagi Program Profesi Keperawatan

Menjadi bahan referensi untuk pengembangan ilmu keperawatan

terutama dalam bidang keperawatan anak terkait perkembangan anak.

3. Bagi Puskesmas Pisangan

Menjadi bahan informasi sehingga dapat memberikan penyuluhan

kesehatan pada ibu dan anak terkait perkembangan anak. Menjadikan


hasil penelitian sebagai acuan untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan.

4. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam hal

melakukan penelitian secara langsung. Menambah pengetahuan

peneliti terkait pengaruh stimulasi perkembangan anak.

5. Bagi Responden

Penelitian ini juga bermanfaat sebagai acuan untuk responden didalam

penatalaksanaan perkembangan anak di tingkat dasar yang dapat

dengan mudah untuk diterapkan di rumah.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh stimulasi

perkembangan pada aspek sosialisasi dan kemandirian terhadap status

perkembangan anak prasekolah. Jenis penelitian ini adalah Quasi

Eksperimen dengan desain One Group Pre Test-Post Test. Metode

pengambilan data dan evaluasi dengan instrument Kuesioner Praskrining

Perkembangan (KPSP). Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja

Puskesmas Pisangan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Anak

1. Definisi Perkembangan

Perkembangan adalah suatu proses yang terjadi secara simultan

dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk

berfungsi, yang dihasilkan melalui proses pematangan dan proses

belajar dari lingkungannya (Supartini, 2004). Menurut Wong (2008),

perkembangan diartikan sebagai perubahan dan perluasan secara

bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih rendah ke

yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang

melalui pertumbuhan, maturasi dan pembelajaran.

2. Pola Perkembangan Anak

Perkembangan anak mengikuti pol-pola tertentu, Meggitt (2006)

menjelaskan tentang pola perkembangan anak yaitu sebagai berikut:

a. Dari sederhana ke kompleks

Progres perkembangan dari yang sederhana ke yang lebih

kompleks. Contohnya adalah anak-anak akan berdiri sebelum

mereka bisa berjalan, dan berjalan sebelum mereka bisa meloncat

atau melompat.

b. Dari kepala hingga ke kaki

Progres perekembangan ke bawah. Kontrol fisik dan koordinasti

dimulai dengan sebuah kepala anak dan berkembang menuruni

14
15

tubuh melalui lengan, tangan dan belakang, dan akhirnya sampai ke

tungkai dan kaki.

c. Dari dalam ke luar

Progres perkembangan dari bagian yang dekat dengan tubuh ke

bagian lebih kompleks yang lebih jauh dari tubuh. Contohnya

adalah, anak-anak daoat mengkoordinasikan lengannya,

menggunakan kemampuan gerak kasat untuk meraih sebuah benda,

sebelum mereka mempelajari keterampilan motorik halus yang

diperlukan untuk menggunakan jari-jari mereka untuk

mengambilnya.

d. Dari umum ke spesifik

Progres perkembangan berespon dari yang umum ke yang spesifik.

Contohnya, seorang bayi muda menunjukkan kesenangan dengan

respon umum secara masif, yaitu dengan mata melebar, kaki dan

tangan bergerak dengan penuh semangat. Sedangkan anak yang

lebih tua menunjukkan kesenangan dengan tersenyum atau

menggunakan kata-kata atau gerak tubuh yang tepat.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Hidayat (2008) menerangkan bahwa dalam proses pertumbuhan

dan perkembangan anak, setiap individu akan mengalami siklus yang

berbeda pada kehidupan manusia. Peristiwa tumbuh kembang tersebut

dapat terjadi secara cepat maupun lambat tergantung dari individu atau

lingkungan. Proses percepatan dan perlambatan tersebut dapat


dipengaruhi oleh faktor herediter, faktor lingkungan, dan faktor

hormonal.

Depkes (2012) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas tumbuh kembang anak antara lain faktor dalam (internal) dan

faktor luar (eksternal). Faktor eksternal terbagi menjadi 2 yaitu faktor

persalinan, dan faktor pascapersalinan. Adapun faktor-faktor tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Faktor dalam (internal)

1) Ras/etnik atau bangsa

Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa amerika, maka ia tidak

memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia

2) Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang miliki postur tubuh tinggi,

pendek, gemuk atau kurus

3) Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,

tahun pertama kehidupan dan masa remaja.

4) Jenis Kelamin

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih

cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,

pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

5) Genetik

Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu

potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa


kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak

seperti kerdil.

6) Kelainan kromosom

Kelainan kromoson umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down‟s dan sindroma Turn
Faktor luar (eksternal)

Faktor Prenatal

Gizi

Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin
Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelaian kongenital seperti club foot
Toksin/zat kimia

Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid

dapat menyebabkan kelainan seperti palatoksis

d) Endokrin

Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia,

kardiomegali, hiperplasia adrenal

e) Radiasi

Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan

kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida,


retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan

kongenital mata, kelainan jantung

f) Infeksi

Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh

Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks

(TORCH) dapat menyebabkan kelainan pada janin: katarak,

bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelaian jantung

kongenital.

g) Kelainan imunologi

Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan

darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk

antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui

plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan

menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan

hiperbilirubinemia dan Kern icterus yang akan

menyebabkan kerusakan jaringan otak.

h) Anoksia embrio

Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi

plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.

i) Psikologi ibu

Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan

salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.


2) Faktor Persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia

dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.

3) Faktor Pascapersalinan

a) Gizi

Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang

adekuat

b) Penyakit kronis/ kelainan kongenital

Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan

mengakibatkan retardasi perubahan jasmani

c) Lingkungan fisis dan kimia

Lingkungan sering disebut sebagai melieu adalah tempat

anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia

kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang

kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar

radioaktif, zat kimia tertentu (timbal, mercuri, rokok, dan

lain-lain) mempunyai dampak yang negatif terhadap

pertumbuhan anak.

d) Psikologis

Hubungan anak dengan orang sekitrnya. Seorang anak yang

tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu

merasa tertekan, akan akan mengalami hambatan di dalam

pertumbuhan dan perkembangannya.


e) Endokrin

Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan

menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.

f) Sosio-ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,

kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan

menghambat pertumbuhan anak.

g) Lingkungan pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat

mempengaruhi tumbuh kembang anak.

h) Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi

khususnya dalam keluarga, misalnya penyedia alat mainan,

sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain

terhadap kegiatan anak.

i) Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat

pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat

perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan

terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

4. Aspek Perkembangan Sosialisasi dan Kemandirian

Aspek perkembangan pada anak mencakup perkembangan motorik

halus, perkembangan motorik kasar, perkembangan bahasa, dan

perkembangan perilaku atau adaptasi sosial (Hidayat, 2008). Depkes


RI (2012) menyebutkan aspek-aspek perkembangan yang dapat

dipantau meliputi gerak kasar, gerak halus, kemampuan bicara dan

bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian.

Aspek perkembangan sosialisasi dan kemandirian adalah aspek

yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri,

membereskan mainan setelah bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh

anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan

sebagainya (Depkes RI, 2012).

B. Anak Usia Prasekolah

1. Definisi Anak Usia Prasekolah

Depkes RI (2012) menerangkan tentang masa prasekolah yaitu

anak yang berusia dari 60 sampai 72 bulan. Berdasarkan periode usia

perkembangan Potter dan Perry (2005) menjelaskan bahwa masa

prasekolah termasuk kedalam masa kanak-kanak awal (1-6 tahun).

Masa kanak-kanak awal terbagi menjadi dua periode yaitu periode

toddler (1-3 tahun) dan periode pra sekolah (3-6 tahun).

2. Tahapan Perkembangan Anak Usia Prasekolah

Depkes RI (2012) mengklasifikasikan tahap perkembangan anak

menurut umur bagi anak prasekolah (60-72 bulan) yaitu mampu:

a. Berjalan lurus

b. Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik

c. Menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap

d. Menangkap bola kecil dengan kedua tangan


e. Menggambar segi empat

f. Mengerti arti lawan kata

g. Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih

h. Menjawab pertanyaan tentang benda tersebut dari apa dan

kegunaannya

i. Mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10

j. Mengenal warna-warni

k. Mengungkapkan simpati

l. Mengikuti aturan main

m. Berpakaian sendiri tanpa dibantu

3. Teori Tumbuh Kembang Anak Prasekolah

Beberapa ahli di bidang pertumbuhan dan perkembangan anak

menjelaskan teori yang mendasari dan erat kaitannya dengan tumbuh

kembang anak yang dijelaskan dalam Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2. 1 Teori Pentahapan Klasik

Teori 0-1 2-3 3-6 6-12 12-20


Masa bayi Masa belajar Prasekolah Umur Remaja
Jalan Sekolah
Erikson: Kepercayaa Otonomi vs Inisiatif vs Keaktifan vs Identitas
psikososial n dasar rasa malu rasa rendah diri vs difusi
dan ragu- bersalah (inferiority) identitas
ragu
Piaget: Sensorimot Sensorimotor Praoperasio Operasi Operasi
kognitif or (tahap I- (tahap V-VI) nal nyata formal
IV)
Diambil dari Behrman, Kliegman, dan Arvin (1999), dalam buku Nelson
Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15, Vol. 1

Wong (2008) menjelaskan teori tumbuh kembang anak yang

mendasari pola perkembangan anak prasekolah diantaranya yaitu:


a. Teori perkembangan psikososial (Erikson)

Teori perkembangan psikososial menjelaskan tentang

perkembangan kepribadian yang dikembangkan oleh Erikson

(1963). Teori ini menekankan pada kepribadian yang sehat dan

bertentangan dengan pendekatan patologik. Pendekatan rentang

kehidupan Erikson terhadap perkembangan kepribadian anak

prasekolah termasuk kedalam tahap inisiatif vs rasa bersalah, tahap

ini dicirikan dengan perilaku yang instrusif dan penuh semangat,

berani berupaya, dan imajinasi yang kuat. Anak-anak

mengeksplorasi dunia fisik dengan semua indra dan kekuatan

mereka. Anak-anak terkadang memiliki tujuan atau melakukan

aktivitas yang bertentangan dengan yang dimiliki orang tua atau

orang lain, dan dibuat merasa bahwa aktivitas atau imajinasi

mereka merupakan hal yang buruk sehingga menimbulkan rasa

bersalah. Anak-anak harus belajar mempertahankan rasa inisiatif

tanpa mengenai hak dan hak istimewa orang lain. Hasil akhirnya

adalah arahan dan tujuan.

b. Teori perkembangan kognitif (Piaget)

Teori perkembangan kognitif merupakan teori tentang cara berpikir

anak, terdiri atas perubahan-perubahan terkait usia yang terjadi

dalam aktivitas mental. Teori ini dibuat oleh psikolog dari Swiss

yaitu Jean Piaget (1969). Menurut Piaget, intelegensia

memungkinkan individu melakukan adaptasi terhadap lingkungan

sehingga meningkatkan kemungkinan bertahan hidup, dan melalui


perilakunya, individu membentuk dan mempertahankan

keseimbangan dengan lingkungan. Jalan perkembangan intelektual

bersifat maturasional dan tetap, dibagi menjadi tahap-tahap berikut

ini (usia dalam rata-rata):

1) Praoperasional (2 sampai 7 tahun)

Ciri menonjol tahap ini adalah egosentrisme yaitu

ketidakmampuan untuk anak menempatkan diri di tempat orang

lain. Pada tahap akhir periode ini pemikiran mereka bersifat

intuitif (misal, bintang harus pergi tidur karena mereka juga

tidur) dan mereka baru mulai menghadapi masalah berat badan,

ukuran, dan waktu. Cara berfikir juga transduktif, karena dua

kejadian terjadi bersamaan mereka saling menyebabkan satu

sama lain, atau pengetahuan tentang satu ciri dipindahkan ke

ciri lain (misal, semua wanita yang berperut besar pasti hamil).

C. Penilaian Perkembangan Anak

1. Instrumen Penilaian Perkembangan Anak

Behrman dan Kliegman (2002) menjelaskan bahwa penilaian

perkembangan anak dilakukan untuk menyajikan berbagai tujuan pada

berbagai umur anak, menyakinkan kembali orang tua dan untuk

mengidentifikasi masalah sensoris, motorik, kognitif, serta emosional

secara dini. Penilaian ini mencakup skrining maupun diagnosis.

Behrman, Kliegman, dan Arvin (1999) selanjutnya memaparkan

beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk menilai

perkembangan anak yang dijelaskan dalam tabel 2.2 sebagai berikut.


Tabel 2. 2 Instrumen dan Kuesioner untuk Penilaian Perkembangan Singkat

Instrumen Kisaran Waktu Catatan Sumber


Umur (menit)
DDST 0-6 20-30 Memberikan kisaran terukur- Bahan-bahan
tahun baik-untuk peristiwa penting Perkembangan
pada banyak dominan; Denver (Denver
kebanyakan luas digunakan Development
dan dipelajari; keterlambatan Materials), PO Box
yang kurang diidentifikasi, 6169, Denver CO
terutama bahasa 80206
DDST-II 0-6 30-45 Seperti DDST tetapi Sama seperti DDST
tahun sensitivitasnya lebih baik;
dapat overidentifikasi
keterlambatan
Inventaris 3-6 15-20 Skrining multidomain cepat Teacher College
skrining tahun dengan sensitivitas dan Press, 1234
awal spesifisitas yang baik Amsterdam Ave,
dibandingkan dengan Skala New York, NY
McCarthy (uji yang diterima 10027
dengan baik)
ELM 0-3 5-10 Skrining yang dinorma dengan Pro-Ed 8700 Shoal
tahun baik, cepat untuk bahasa Creek Boulevard,
ekspresif, reseptif, dan visual; Austin, TX 78757-
sangat berguna pada masa 6897
bayi; tidak menilai domain lain
CAT/CL 0-3 10-20 CLAMS saja memberi kuosien Hubungi Dr AJ
AMS tahun bahasa cepat; CAT/CLAMS Capute, The
berorelasi baik dengan Bayley Kennedy Institute
(baku emas tradisional); belum for Handicapped
dinormakan, divalidadi, atau Children, 707 North
dijual di pasaran Broadway St.
Baltimore, MD
21205
Uji Kosa 2,5-4,0 10-20 Uji bahasa reseptif saja yang American Guidance
Kata tahun divalidasi cepat; berkorelasi Service, PO Box
Gambar baik dengan IQ verbal; mudah 190, Circle Pines,
Peabody untuk dilakukan; hati-hati MN 55014-1796
cakupan terbatas-bukan uji IQ
Sistem 4-36 15-20 Seri kuesioner yang dilakukan Center on Human
Monitorin bulan sendiri; domain multipel; Development, 901
g Bayi sensitivitas dan spesifisitas East 18th St.
baik; didisain untuk umur University of
antara skema pediatri biasa Oregon, Eugene,
(misal, 4, 8, 16 bulan) OR 9403
Keterangan: DDST = Denver Developmental Skrining Test; ELM = Early Languages
Milestone Scale; CAT = Clinical Adaptive Test; CLAMS = Clinical Linguistic and
Auditory Milestone Scale
Diambil dari Behrman, Kliegman, dan Arvin (1999), dalam buku Nelson Ilmu
Kesehatan Anak Edisi 15, Vol. 1
2. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP)

Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan

Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan

Kesehatan Dasar keluaran Departemen Kesehatan (2012), deteksi dini

penyimpangan perkembangan dilakukan dengan menggunakan

Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP). KPSP adalah

instrumen yang dikeluarkan oleh Depkes RI bekerja sama dengan

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2005 (Susanty et al,

2014). KPSP lebih unggul dibanding dengan instrumen pemeriksaan

perkembangan anak lain karena KPSP telah mendapat penyesuaian

tersendiri dalam penggunaannya dengan keadaan anak-anak yang ada

di Indonesia. KPSP menilai perkembangan anak meliputi 4 aspek

perkembangan yang dipantau yaitu: perkembangan kemampuan gerak

kasar atau motorik kasar, gerak halus atau motorik halus, kemampuan

bicara dan bahasa, serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian.

Jadwal skrining/ pemeriksaan KPSP adalah umur 3, 6, 9, 12, 15,

18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika belum

mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur

skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7

bulan, diminta datang kembali untuk skrining pada umur 9 bulan.

Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai

masalah tumbuh kembang sedangkan umur anak bukan umur skrining

maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining maka


pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang

lebih muda (Depkes RI, 2012).

Alat/instrumen yang digunakan adalah formulir KPSP menurut

umur. Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan

perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak usia 0-72

bulan. Alat bantu pemeriksaan berupa; pensil, kertas, bola sebesar

bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah,

kismis, kacang tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0,5 – 1 cm.

Cara menggunakan KPSP yaitu:

a) Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa, tentukan

umur anak dengan menyanyakan tanggal bulan dan tahun anak

lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan,

contoh bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan.

Bila umur bayi 3 bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3 bulan.

b) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan

umur anak. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu

pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh:

“Dapatkah bayi makan kue sendiri makan kue sendiri?”, perintah

kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas

yang tertulis pada KPSP, contoh: “Pada posisi bayi anda

terlentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara

perlahan-lahan ke posisi duduk”.


c) Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut

menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti

apa yang ditanyakan kepadanya.

d) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu.

Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat

jawaban tersebut pada formulir.

e) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak

menjawab pertanyaan terdahulu. Teliti kembali apakah semua

pertanyaan telah dijawab.

Interpretasi hasil KPSP dilihat dari berapa jumlah jawaban Ya.

Jawaban Ya, bila/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah

atau sering atau kadang-kadang melakukannya. Jawaban Tidak, bila

ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah melakukan atau

tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu. Jumlah jawaban „Ya‟

= 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap

perkembangannya (S). Jumlah jawaban „Ya‟ = 7 atau 8,

perkembangan anak meragukan (M). Jumlah „Ya‟ = 6 atau kurang,

kemungkinan ada penyimpangan (P). Untuk jawaban „Tidak‟, perlu

dirinci jumlah jawaban „Tidak‟ menurut jenis keterlambatan (gerak

kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).


D. Stimulasi Perkembangan Anak

1. Definisi Stimulasi

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak

umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal

(Depkes RI, 2012). Stimulasi adalah perangsangan dan latihan-latihan

terhadap kepandaian anak yang datangnya dari lingkungan luar anak

(Mursito & Warti, 2002 dalam Dwienda et al, 2014). Sedangkan

menurut Soetjiningsih (2005) stimulasi adalah perangsang yang

datangnya dari lingkungan di luar individu anak.

Dwienda (2014) menjelaskan bahwa stimulasi merupakan bagian

dari kebutuhan dasar anak, yaitu asah. Dengan mengasah kemampuan

anak secara terus-menerus, kemampuan anak akan semakin meningkat.

Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih

cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang mendapat stimulasi

(Nugroho, 2009).

2. Prinsip Pemberian Stimulasi

Pemberian stimulasi pada anak harus memperhatikan beberapa hal

yang mendasar dalam kemajuan tumbuh kembang anak. Dwienda

(2014) menerangkan bahwa dalam melakukan stimulasi, harus

menggunakan prinsip sebagai berikut:

a. Sebagai ungkapan rasa cinta dan sayang, bermain bersama anak

sambil menikmati kebahagiaan anak.


b. Bertahap dan berkelanjutan, serta mencakup 4 bidang

kemampuan perkembangan (motorik kasar, motorik halus,

bahasa dan personal social).

c. Dimulai dari tahapan perkembangan yang telah dicapai anak.

d. Dilakukan dengan wajar, tanpa paksaan, hukuman atau bentakan.

e. Anak selalu diberi pujian.

f. Alat bantu stimulasi (jika perlu) dicari yang sederhana, tidak

berbahaya dan mudah didapat.

g. Suasana dibuat menyenangkan dan bervariasi.

3. Stimulasi Perkembangan Anak Menurut Umur

Depkes (2012) menjelaskan bahwa perkembangan kemampuan

dasar anak mempunyai pola yang tetap dan berlangsung secara

berurutan. Stimulasi yang diberikan kepada anak dalam rangka

merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat diberikan

oleh orang tua/keluarga sesuai dengan pembagian kelompok umur

stimulasi anak yang dijeaskan dalam tabel 2.3 sebagai berikut:

Tabel 2. 3 Kelompok Umur Stimulasi

Periode Tumbuh Kembang Kelompok Umur Stimulasi


Masa prenatal, janin dalam kandungan Masa prenatal
Masa bayi 0 – 12 bulan Umur 0-3 bulan
Umur 3-6 bulan
Umur 6-9 bulan
Umur 9-12 bulan
Masa anak balita 12-60 bulan Umur 12-15 bulan
Umur 15-18 bulan
Umur 18-24 bulan
Umur 24-36 bulan
Umur 36-48 bulan
Umur 48-60 bulan
Masa prasekolah 60-72 bulan Umur 60-72 bulan
Diambil dari Depkes (2012) dalam Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi
Dini dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Kesehatan Dasar.
4. Stimulasi Perkembangan Aspek Sosialisasi dan Kemandirian

Stimulasi perkembangan anak untuk kemampuan bersosialisasi dan

kemandirian sesuai umur bagi anak usia 60-72 bulan menurut Depkes

RI (2012), dijabarkan sebagai berikut:

a. Stimulasi kegiatan yang perlu dilanjutkan

1) Dorong agar anak berpakaian sendiri, menyimpan mainannya

tanpa bantuan anda, dan membantu kegiatan di rumah seperti

memasak, bersih-bersih rumah dan sebagainya.

2) Ajak anak berbicara tentang apa yang dirasakan anak, ikutkan

anak dalam acara makan sekeluarga

3) Rencanakan kegiatan ke luar sering-sering, beri anak

kesempatan mengunjungi tetangga, teman dan saudara tanpa

ditemani anda.

4) Beri anak kesempatan memilih acara televisi yang ingin

dilihat, tetapi anda tetap membantu memilihkan acara. Batasi

waktu menonton televisi tidak lebih dari 2 jam sehari. Lihat

dan bicarakan beberapa acara yang dilihat dan didengar

bersama.

b. Berkomunikasi dengan anak

Luangkan waktu setiap hari untuk bercakap-cakap dengan

anak. Dengarkan ketika anak berbicara dan tunjukkan bahwa anda

mengerti pembicaraan anak dengan mengulangi apa yang

dikatakannya. Pada saat ini, jangan menggurui, memarahi,

menyalahkan atau mencaci anak.


c. Berteman dan bergaul

Pada umur ini anak-anak senang sekali bergaul dan

membutuhkan teman sebaya untuk bermain. Bantu dan beri anak

kesempatan berkumpul dengan teman-temannya. Ajari anak

dalam memakai kata-kata yang tepat ketika menyampaikan

maksudnya pada teman-temannya. Buat anak agar memakai kata-

kata dalam memecahkan masalah dan bukannya dengan memukul

atau mendorong.

d. Mematuhi peraturan keluarga

Buat persetujuan dengan suami/istri anda mengenai peraturan

keluarga. Sertakan anak pada “pertemuan” keluarga ketika

membicarakan peraturan terebut. Adakan pertemuan keluarga

secara rutin untuk membicarakan acara kelurga minggu

ini/minggu depan, rencana jalan-jalan atau ketika menentukan

waktu anak mandi sore, sembahyang/ibadah, dan sebagainya.

Ajarkan anak patuh terhadap peraturan tersebut. Beri

peringatan/teguran/penjelasan ketika anak tidak mematuhi

peraturan. Hindari penggunaan kekerasan/hukuman badan/cacian.

E. Orang tua Terhadap Anak

1. Definisi orang tua

Kehidupan anak tak akan terpisahkan dengan keberadaan orang tua

didalamnya. Orang tua telah menjadi agen perlindungan, pendukung

kesehatan anak, pendidik, dan lain-lain. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) (2005) pengertian orang tua adalah ayah ibu


kandung; orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan

sebagainya).

2. Peran Orang tua Terhadap Perkembangan Anak

Anak membutuhkan orang lain untuk membantu perkembangan

keseluruhan dirinya. Ada fase dimana anak tergantung sepenuh nya

pada orang lain, misalnya pada bayi yang baru lahir dan sebaliknya ada

fase dimana anak dapat melepaskan sebagian besar ketergantungannya

ini, misalnya anak umur 18 tahun (Gunarsa, 2002). Selain itu orang

lain yang paling utama dan pertama bertanggung jawab adalah orang

tua sendiri. Sehingga orang tua yang bertanggung jawab

memperkembangkan seluruh eksistensi anak. Peran dan tanggung

jawab orang tua terhadap perkembangan anak dari beberapa sumber

diantaranya dijabarkan sebagai berikut:

a. Pemenuh kebutuhan-kebutuhan anak

Memenuhi kebutuhan anak baik dari sudut organis-psikologi

diantaranya kebutuhan makan, kebutuhan perkembangan

intelektual melalui pendidikan, kebutuhan akan rasa dikasihi,

dimengerti dan rasa aman melalui perawatan, auhan, ucapan-

ucapan dan perlakuan-perlakuan.

b. Pengasuhan dan perawatan anak

Peran orang tua sebagai pengasuh anak yang utama tidak bisa

digantikan oleh siapapun, bahkan oleh educator di sekolah dan

pengasuh pengganti sekalipun (Tim Pustaka Familia, 2006). Pola

pengasuhan (parenting) atau perawatan anak sangat bergantung


pada nilai-nilai yang dimiliki keluarga. Supartini (2004)

menjelaskan bahwa pada budaya timur seperti di Indonesia, peran

pengasuhan atau perawatan lebih banyak dipegang oleh istri atau

ibu meskipun mendidik anak merupakan tanggung jawab bersama.

Pada dasarnya tujuan pengasuhan orang tua adalah

mempertahankan kehidupan fisik anak dan meningkatkan

kesehatannya, memfasilitasi anak untuk mengembangkan

kemampuan sejalan dengan tahapan perkembangannya dan

mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan

nilai agama.

Depkes (2012) menjelaskan bahwa stimulasi tumbuh

kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang

terdekat dengan anak, pengganti ibu/ pengasuh anak, anggota

keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah

tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari.

F. Asuhan Berpusat Pada Keluarga (Family Center Care)

1. Definisi Asuhan Berpusat pada Keluarga

American Academy of Pediatric (APA, 2003) menerangkan tentang

perawatan berpusat pada keluarga adalah sebuah pendekatan untuk

perawatan kesehatan yang membentuk kebijakan perawatan kesehatan,

program, desain fasilitas, dan interaksi setiap harinya antara pasien,

keluarga, dokter, dan profesional kesehatan lainnya. Maternal and

Child Health Bureau menjelaskan bahwa family-centered care


menjamin kesehatan dan kesejahteraan anak-anak dan keluarga mereka

melalui kemitraan keluarga-profesional kesehatan.

2. Konsep Dasar Asuhan Berpusat Pada Keluarga

Konsep dasar dalam asuhan berpusat pada keluarga menurut Wong

(2008) ada dua, yaitu: memapukan dan memberdayakan. Supartini

(2004) memaparkan tentang konsep yang mendasari asuhan berpusat

pada keluarga yaitu fasilitasi keterlibatan orang tua dalam perawatan

dan peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat anak.

Asuhan keperawatan dengan pendekatan berfokus pada keluarga

paling terbukti pada saat merawat anak, hal ini disebabkan oleh

pengenalan bahwa keluarga merupakan pusat dalam kehidupan anak.

Menurut Casey (1997) dalam Supartini (2004) menjelaskan bahwa

sangat diperlukan kerja sama antara orang tua dan tim kesehatan dan

asuhan pada anak baik sehat maupun sakit paling baik dilaksanakan

oleh orang tua, dengan bantuan tenaga kesehatan yang kompeten

sesuai kebutuhannya. Selain itu prinsip pelayanan keperawatan anak

harus berfokus pada anak dan keluarga, untuk memenuhi kebutuhan

anak dan keluarga (Casey, 1997; Supartini, 2004).

Institute for Family-centered Care (2004) menjelaskan beberapa

konsep inti dari asuhan berpusat pada pasien dan keluarga adalah

sebagai berikut:

a. Dignity and Respect (Martabat dan Hormat). Praktisi kesehatan

mendengarkan untuk dan menghormati pasien terhadap perspektif

dan pilihan keluarga. Pengetahuan pasien dan keluarga, nilai-nilai,


keyakinan, dan latar belakang budaya yang dimasukkan ke dalam

perencanaan dan pemberian perawatan.

b. Information Sharing (Berbagi informasi). Praktisi kesehatan

berkomunikasi dan berbagi informasi yang lengkap dan informasi

yang tidak bias dengan pasien dan keluarga dengan cara yang

menegaskan (afirmasi) dan yang berguna. Pasien dan keluarga

menerima informasi yang tepat waktu, lengkap, dan akurat agar

dapat berpartisipasi secara efektif dalam perawatan dan

pengambilan keputusan.

c. Participation (Partisipasi). Pasien dan keluarga didorong dan

didukung untuk berpartisipasi dalam perawatan dan pengambilan

keputusan di tingkat yang mereka pilih.

d. Collaboration (Kolaborasi). Pasien, keluarga, praktisi kesehatan,

dan pemimpin berkolaborasi dalam kebijakan dan program

pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi; dalam desain fasilitas

pelayanan kesehatan; dan di pendidikan profesional, serta dalam

pemberian perawatan

G. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan Susanty, Fadlyana, dan Nataprawira (2014)

dengan judul Manfaat Intervensi Dini Anak Usia 6-12 bulan dengan

Kecurigaan Penyimpangan Perkembangan. Penelitian ini dilakukan

pada 32 responden. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah

terdapat manfaat intervensi dini anak usia 6-12 bulan yang mengalami

kecurigaan penyimpangan perkembangan.


2. Penelitian yang dilakukan oleh Irmawati et al (2009) dengan judul

Pengaruh Pemberian Stimulasi Selama Satu Jam pada Perkembangan

Anak usia 12-24 bulan. Penelitian ini dilakukan pada 35 subjek

kelompok stimulasi dan 35 subjek kelompok kontrol. Hasil penelitian

menunjukan bahwa evaluasi perkembangan setelah 3 bulan mengalami

perbaikan baik pada kelompok stimulasi maupun pada kelompok

kontrol.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Innike tahun (2014) dengan judul

Pengaruh Pelatihan Stimulasi Keluarga oleh Ibu dealam Bentuk

Tulisan dengan Gambar terhadap Perkembangan Anak Usia Kurang

dari 3 Tahun. Penelitian ini dilakukan pada 130 subjek. Kesimpulan

hasil penelitian ini adalah cara stimulasi oleh ibu dengan metode

gambar lebih baik pengaruhnya terhadap perkembangan anak usia

kurang dari tiga tahun dibandingkan dengan metode tulisan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Barros, Matijasevich, Santos, dan

Halpern (2010) di Pelotas Brazil dengan judul Perkembangan Anak

dalam Studi Kohort Kelahiran: Efek Stimulasi Anak Lebih Kuat di Ibu

dengan Pendidikan Rendah. Penelitian ini menggunakan instrument

Batelle’s Development Inventory untuk menilai perkembangan anak.

Penelitian ini dilakukan pada 3869 anak. Hasil penelitian ini adalah

efek dari stimulasi lebih kuat di kalangan anak-anak dari ibu dengan

tingkat pendidikan rendah dibandingkan anak dengan ibu yang

berpendidikan tinggi.
H. Kerangka Teori
Anak Usia Dini

Pertumbuhan dan
Pendekatan
Perkembangan
family center
care

Faktor:
1. Internal Prinsip:
a. Ras/etnink/bangsa 1. Dignity
b. Keluarga &
c. Umur Respect
d. Jenis kelamin 2. Informatio
n Sharing
e. Genetik
3. Participation
f. Kelainan genetik
4. Collaboration
2. Eksternal
a. Faktor Prenatal
1) Gizi
Melalui peran
2) Mekanis
3) Toksin/zat kimia orang tua
4) Endokrin
5) Radiasi
6) Infeksi Peran orang tua:
7) Kelainan imunologi 1. Pemenuh
8) Anoksia embrio kebutuhan anak
9) Psikologi ibu 2. Pengasuhan
b. Faktor Persalinan 3. Perawatan
1) Komplikasi persalinan
c. Faktor Pasca Persalinan
1) Gizi
2) Penyakit
kronis/kelainan
kongenital
3) Lingkungan fisik dan
kimia
4) Psikologis
5) Endokrin
6) Sosio ekonomi
7) Lingkungan pengasuhan
8) Stimulasi
9) Obat-obatan

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Depkes RI (2012), Wong (2008), Supartini (2004), Institute for


Family- centered Care (2004)
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antarvariable (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak

diteliti) (Nursalam, 2008). Menurut Notoatmodjo (1993 dalam Wasis,

2008) menjelaskan bahwa kerangka konsep adalah kerangka hubungan

antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan

dilakukan.

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan. Dibawah ini

dijelaskan mengenai kerangka konsep yang akan peneliti lakukan di

wilayah kerja Puskesmas Pisangan. Kerangka konsep dalam penelitian ini

terdiri dari dua variabel, yaitu:

1. Intervensi adalah pemberian stimulasi perkembangan anak

2. Variabel terikat adalah status perkembangan anak

Pre Intervensi Intervensi Post Intervensi

Status PerkembanganPemberian
Anak Stimulasi Perkembangan Status
Anak Perkembangan Anak

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian

39
40

B. Hipotesa Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008). Menurut Corbetta (2003 dalam

Swarjana, 2012) menjelaskan bahwa juga didefiniskan sebagai sebuah

konsep, atau interkoneksi di antara konsep. Hipotesis dibuat berdasarkan

teori, atau studi empiris berdasarkan pada alasan logis dan memprediksi

hasil dari studi (Swarjana, 2012).

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan

kerangka konsep penelitian maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian ini

yaitu: "Ada Pengaruh Stimulasi Perkembangan pada Aspek Sosialisasi dan

Kemandirian terhadap Status Perkembangan Anak".

C. Definisi Operasional

Tabel 3. 1 Definisi Operasional


Variabel Definisi
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Penelitian Operasional
Intervensi:
Stimulasi adalah Pedoman Pelaksanaan
Pemberian kegiatan Stimulasi, Deteksi
stimulasi merangsang Dini dan Intervensi
perkemba kemampuan Dini Tumbuh
ngan anak sosialisasi dan Kembang Anak
kemandirian anak Ditingkat Kesehatan
usia 5-6 tahun Dasar keluaran
agar anak tumbuh Depkes RI tahun
dan berkembang 2012.
secara optimal.
Variabel Status Status perkembangan Data Rasio
Dependen: perkembangan anak dinilai Numerik
Status anak disini berdasarkan hasil
Perkemba merupakan hasil observasi langsung,
ngan Anak dari penapisan dan wawancara
perkembangan kepada anak dan
anak orang tua anak dengan
yang dilakukan menggunakan
dengan kuesioner praskrining
Variabel Definisi
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Penelitian Operasional
menggunakan perkembangan
kuesioner (KPSP) pada poin
praskrining pertanyaan nomer 2,
perkembangan 7, dan 10. KPSP
(KPSP) dengan tercantum dalam
interpretasi hasil Pedoman Pelaksanaan
sesuai, Stimulasi, Deteksi
meragukan, dan Dini dan Intervensi
penyimpangan. Dini Tumbuh
Kembang Anak
Ditingkat Kesehatan
Dasar keluaran
Depkes RI tahun
2012.
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian

yang digunakan pada penelitian ini adalah kuasi eksperimental One Group

dengan Pre test-Post test design yang bertujuan untuk mengetahui

pengaruh pemberian stimulasi perkembangan terhadap perkembangan

anak di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.

Disain kuasi eksperimen memfasilitasi hubungan sebab-akibat

dalam situasi dimana intervensi tidak memungkinkan dilaksanakan seperti

true eksperiment (Wood & Habber, 2006). Desain Quasi Eksperiment

bertujuan untuk menguji hubungan sebab-akibat terhadap perlakuan

(Haryati, 2009). Pendekatan One Group Design hanya satu kelompok

intervensi tanpa kelompok kontrol (Wood & Habber, 2006). Rancangan

penelitian dapat dilihat pada bagan berikut:

Intervensi
O1 (Pemberian Stimulasi O2
Perkembangan Anak)

Gambar 4. 1 Rancangan Penelitian

Keterangan:
O1 : adalah status perkembangan anak pada tahap awal (pre test)
O2 : adalah status perkembangan anak pada tahap akhir (post test)

42
43

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanankan di wilayah kerja Puskesmas

Pisangan, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan yang terdiri dari

dua kelurahan yaitu Kelurahan Pisangan dan Kelurahan Cireundeu.

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2016.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah universum, itu dapat berupa orang, benda, gejala,

atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti (Danim, 2003).

Populasi pada penelitian ini adalah semua anak usia 5 tahun (60-72

bulan) yang mengalami perkembangan meragukan dengan

keterlambatan pada aspek sosialisasi dan kemandirian (berdasarkan

pemeriksaan dengan KPSP) di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.

Populasi penelitian ini termasuk populasi infinit yang berarti tidak

pernah diketahui dengan pasti jumlahnya, dan bersifat sangat luas

(Imron & Amrul, 2010; Hakiki, 2015). Untuk saat ini di wilayah kerja

Puskesmas Pisangan belum ada pendataan jumlah anak dengan

perkembangan meragukan.

2. Sampel

Sampel atau contoh adalah subunit populasi survei atau populasi

survei itu sendiri, yang oleh peneliti dipandang mewakili populasi

target. Dengan kata lain, sampel adalah elemen-elemen populasi yang

dipilih atas dasar kemampuan mewakilinya (Danim, 2003). Sampel


pada penelitian ini adalah anak usia 60 bulan yang berada di wilayah

kerja Puskesmas Pisangan. Teknik pengambilan sampel ini

menggunakan teknik Purpossive Sampling dimana sampel yang

diambil berdasarkan kriteria yang masuk didalam penelitian, dengan

kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1) Anak yang berusia 60-72 bulan

2) Merupakan anak-anak yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Pisangan

3) Anak yang sedang mengikuti pendidikan usia dini baik di

PAUD/TK

4) Anak yang setelah dilakukan pemeriksaan perkembangan

dengan KPSP masuk kedalam kategori anak dengan

perkembangan meragukan dan pada aspek sosialisasi dan

kemandirian

5) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

1) Sedang menderita penyakit berat

2) Memiliki riwayat BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)

3. Besar Sampel

Jumlah minimum besar sampel berdasarkan riset penelitian

eksperimental adalah 15 subjek pada setiap kelompok untuk studi yang

simpel, sedangkan dengan kontrol eksperimental yang kuat diperlukan

jumlah minimum adalah 10-20 subjek per kelompok (Dempsey, 2002).


Burns & Susan (2005 dalam Al-Halaj, 2014) menjelaskan bahwa

jumlah sampel pada penelitian kuasi eksperimen adalah sebanyak 10 –

20 orang.

Pada penelitian ini dalam menentukan sampel dilakukan skrining

terlebih dahulu melalui TK/PAUD yang ada di Wilayah Kerja

Puskesmas Pisangan yaitu pada 117 anak, sehingga didapatkan 29

anak dengan perkembangan meragukan. Dari 29 anak tersebut,

didapatkan 19 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi, yaitu anak

dengan status perkembangan meragukan pada aspek sosialisasi dan

kemandirian, baik keterlambatan penuh pada aspek sosialisasi dan

kemandirian (pada penelitian ini ada 9 sampel), atau keterlambatan

pada aspek sosialisasi dan kemandirian yang disertai dengan

keterlambatan pada aspek lain (pada penelitian ini ada 8 sampel yang

disertai dengan keterlambatan pada aspek bicara dan bahasa). Namun

seiring dengan berjalannya intervensi terdapat 2 orang responden yang

menyatakan berhenti (drop out). Maka besar sampel akhir pada

penelitian ini didapatkan 17 orang.


D. Alur Penelitian

Persiapan Penelitian

Menentukan
responden penelitian

Skrining perkembangan anak


(pengumpulan data pre test)

Tidak memenuhi
kriteria inklusi Memenuhi kriteria inklusi

Informed consent

Tidak bersedia Bersedia

Penjelasan prosedur
tindakan dan Kontrak

Pelaksanaan tindakan

Pengajaran cara stimulasi


kepada orang tua

Evaluasi cara stimulasi

Observasi intervensi 2 minggu

Evaluasi (pengumpulan
data post test)

Analisa data

Gambar 4. 2 Alur Penelitian


E. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan alur penelitian

yang akan dijabarkan sebagai berikut:

a. Persiapan Penelitian

Peneliti mengajukan perizinan penelitian di wilayah kerja

Puskesmas Pisangan kepada Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Selatan, Kepala Puskesmas Pisangan dan kepada Kepala Sekolah

PAUD/TK/Rumah Belajar yang berada diwilayah Puskesmas

Pisangan.

b. Menentukan Responden Penelitian

Peneliti menentukan responden yang sesuai dengan kriteria

inklusi yaitu: anak-anak yang berusia 5 tahun (60-72 bulan) yang

tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pisangan, sedang mengikuti

pendidikan anak usia dini (baik PAUD/TK/Rumah Belajar), dan

status perkembangannya meragukan pada aspek sosialisasi dan

kemandirian.

1) Skrining Responden

Penentuan responden penelitian dilakukan dengan skrining

terlebih dahulu kepada anak yang akan dijadikan responden

melalui sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau

Taman Kanak-kanak (TK) yang ada di wilayah kerja

puskesmas pisangan. Skrining dilakukan untuk menentukan

anak dengan status perkembangan meragukan menggunakan


KPSP yang dilakukan oleh peneliti dan asisten peneliti yang

sebelumnya telah menyamakan persepsi dan mendapat

pengajaran cara penggunaan instrumen KPSP. Hasil skrining

dijabarkan dalam tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4. 1 Hasil Skrining Perkembangan Anak di 8


TK/PAUD di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan, Mei
2016
Status Perkembangan Anak Jumlah Presentase
Sesuai 83 70,9 %
Meragukan 29 24,5 %
Penyimpangan 5 4,3 %
Total 117 100 %

Tabel 4.1 menjelaskan tentang skrining yang dilakukan di

8 PAUD/TK yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pisangan

(Kelurahan Cirendeu dan Kelurahan Pisangan). Dari total

skrining berjumlah 117 anak, yang dijadikan responden

adalah anak-anak dengan status perkembangan meragukan.

Anak dengan status perkembangan meragukan dipilih karena

mengacu pada tata laksana Depkes 2012, bawa untuk anak

dengan perkembangan meragukan dapat dilaksanakan

intervensi ditingkat dasar (rumah) dengan pemberian

stimulasi, sedangkan untuk anak dengan penyimpangan

perkembangan tata laksananya dengan melakukan rujukan ke

Puskesmas, Klinik Tumbuh Kembang anak atau Rumah Sakit

(RS) terdekat.

Dari total 29 anak dengan perkembangan meragukan,

yang masuk kedalam kriteria inklusi responden adalah anak


yang mengalami keterlambatan pada aspek sosialisasi dan

kemandirian dan bersedia menjadi responden berjumlah 19

orang. Ini dikarenakan dari 29 anak dengan perkembangan

meragukan tersebut, 6 orang diantaranya tidak mengalami

keterlambatan pada aspek sosialisasi dan kemandirian

(mengalami terlambat pada aspek bicara bahasa dan gerak

halus), dan 4 orang yang lain menolak untuk dilakukan

intervensi, sehingga 10 orang tersebut dieksklusikan oleh

peneliti. Jadi total responden yang sesuai dengan kriteria

inklusi didapatkan adalah 19 orang.

Namun seiring dengan berjalannya proses intervensi 2

orang menyatakan berhenti ditengah-tengah proses intervensi

(drop out). Sehingga total akhir responden pada penelitian ini

adalah 17 orang.

2) Kontrak Waktu

Peneliti melakukan kontrak waktu bertemu orang tua anak-

anak yang sesuai dengan kriteria responden untuk

menawarkan intervensi yang akan dilakukan, menjelaskan

tujuan dan manfaat kepada calon responden, serta melakukan

informed consent, yaitu menanyakan kesediaan klien untuk

menjadi responden. Klien yang menyatakan kesediaaanya

akan ditetapkan sebagai responden dan selanjutnya diminta

untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian serta

mengisi lembar data demografi.


c. Pelaksanaan Prosedur Tindakan

Prosedur tindakan yang dilakukan yaitu: mengajarkan orang tua

atau pengasuh anak cara menstimulasi anak, evaluasi cara

menstimulasi, dan mengobservasi tindakan stimulasi setiap 2 hari

sekali selama 2 minggu.

1) Mengajarkan orang tua atau pengasuh anak cara

menstimulasi

Pengajaran dilakukan oleh peneliti yang sebelumnya

telah melakukan konsultasi kepada ahli dalam bidang

keperawatan anak oleh Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp.

An dan juga dipelajari melalui video tentang SDIDTK

keluaran Depkes tahun 2012. Pengajaran dilakukan di rumah

responden saat home visit pertama dengan menjelaskan dan

memperagakan kepada orang tua ibu cara memberikan

stimulasi aspek sosialisasi kemandirian sesuai buku pedoman

pelaksanaan stimulasi, deteksi dini dan intervensi dini

tumbuh kembang anak ditingkat pelayanan kesehatan dasar

keluaran Depkes RI tahun 2012.

Orang tua anak juga diberikan modul dan kartu harian

yang sebelumnya telah disiapkan oleh peneliti. Modul berisi

materi tentang perkembangan anak dan cara menstimulasi

anak pada aspek sosialisasi dan kemandirian untuk usia 60-72

bulan. Modul disusun oleh peneliti dengan merujuk pada

berbagai sumber yang relevan dan telah dikoreksi oleh ahli


dalam bidang keperawatan anak Ns. Kustati Budi Lestari,

M.Kep, Sp. An, serta hanya dipergunakan untuk kalangan

sendiri yaitu untuk pelaksanaan penelitian tentang pemberian

stimulasi tumbuh kembang anak usia 5-6 tahun aspek

sosialisasi dan kemandirian. Kartu harian adalah jadwal yang

harus diisi oleh orang tua anak, yaitu penjabaran mengenai

kegiatan stimulasi yang telah dilakukan.

2) Mengevaluasi cara stimulasi yang dilakukan orang tua atau

pengasuh anak

Evaluasi dilakukan oleh peneliti dengan menanyakan

kembali kepada orang tua anak apakah telah paham dan

mengerti tentang cara stimulasi yang harus dilakukan.

Selanjutnya peneliti melakukan kontrak waktu untuk

mengevaluasi jadwal harian dan mengobservasi tindakan

dalam 2 minggu setiap 2 hari sekali.

3) Mengobservasi intervensi berupa pemberian stimulasi

perkembangan anak setiap 2 hari sekali selama 2 minggu.

Observasi dilakukan oleh peneliti di rumah responden

dengan mengevaluasi kartu harian yang telah diberikan

sebelumnya. Saat home visit responden ibu diminta untuk

menceritakan kemajuan yang terjadi pada anak dan hambatan

yang dialami selama melakukan pemberian stimulasi, serta

responden ibu diminta untuk memperagakan kembali

tindakan-tindakan stimulasi yang telah dilakukan.


d. Evaluasi Hasil Intervensi (Pengumpulan Data Post Test).

Evaluasi perkembangan anak dilakukan oleh peneliti setelah 2

minggu intervensi. Evaluasi status perkembangan anak juga

dilakukan di rumah responden saat home visit terakhir. Status

perkembangan anak diukur kembali dengan menggunakan

intrumen KPSP. Hasil dari evaluasi disampaikan kepada orang

tua berikut tindak lanjut yang bisa dilakukan berdasarkan hasil

pemeriksaan status perkembangan anak. Hasil yang didapat

selanjutnya menjadi bahan pembahasan penelitian.

e. Analisa Data

Setelah semua data diperoleh, peneliti melakukan analisis data

menggunakan sistem komputerisasi SPSS. Analisa data dilakukan

untuk melihat perubahan status perkembangan anak sebelum dan

sesudah intervensi pemberian stimulasi perkembangan anak.

2. Instrumen Pengumpulan Data

a. Instrumen Data Karakteristik Responden

Instrumen yang digunakan meliputi kuisioner yang berisi

data demografi dan informasi mengenai riwayat kelahiran anak.

Data demografi meliputi inisial responden (nama anak dan nama

orang tua; ibu atau ayah), alamat, tanggal lahir anak, usia anak

dalam bulan, dan jenis kelamin anak, usia ibu, pekerjaan ibu,

serta pendidikan terakhir ibu. Riwayat kelahiran anak meliputi,

usia dalam kandungan saat lahir (untuk mengkaji adanya riwayat


prematuritas atau tidak), berat badan lahir (BB lahir) dan panjang

badan lahir (PB lahir), dan ada/tidak nya komplikasi selama

kehamilan. Data riwayat kelahiran menjadi acuan bagi peneliti

untuk mengeksklusikan calon responden (anak dengan riwayat

BBLR dan mengalami komplikasi saat persalinan).

b. Instrumen Perkembangan Anak

1) Instrumen Status Perkembangan Anak

Instrumen yang digunakan untuk mengukur perkembangan

anak yaitu dengan Kuesioner Praskrining Perkembangan Anak

(KPSP). Formulir KPSP yang digunakan adalah yang sesuai

dengan umur anak yaitu anak umur 60 bulan (5 tahun).

Dalam KPSP terdapat 2 macam pertanyaan yaitu

pertanyaan yang dijawab oleh orang tua anak dan perintah

kepada orang tua anak atau peneliti untuk melaksanakan tugas

yang tertulis pada KPSP. Sebelumnya peneliti memastikan

bahwa orang tua anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya

agar orang tua anak tidak ragu-ragu atau takut dalam

menjawab. Pertanyaan ditanyakan secara berurutan, satu

persatu, untuk setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban yaitu

„Ya‟ atau „Tidak‟, setiap jawaban dicatat pada formulir KPSP

(Depkes, 2012).

Pada penelitian ini pemeriksaan status perkembangan anak

menggunakan KPSP dilakukan sebelum dan sesudah intervensi


pemberian stimulasi perkembangan anak setelah intervensi

dilakukan selama 2 minggu (pre test-post test).

KPSP terdiri dari 10 pertanyaan tentang perkembangan

anak dilihat dari 4 aspek yaitu aspek gerak kasar, aspek gerak

halus, aspek bicara bahasa, dan aspek sosialisasi dan

kemandirian. Pada penelitian ini menggunakan 3 poin

pertanyaan dari KPSP yaitu pada poin pertanyaan nomer 2, 7,

dan 10, dimana ketiga poin pertanyaan tersebut menilai status

perkembangan pada aspek sosialisasi dan kemandirian.

2) Instrumen Stimulasi Perkembangan Anak

Instrumen stimulasi perkembangan anak digunakan sebagai

acuan untuk pemberian intervensi berupa stimulasi

perkembangan anak pada aspek sosialisasi dan kemandirian,

instumen ini menggunakan pedoman pelaksanaan stimulasi,

deteksi dini dan intervensi dini tumbuh kembang anak ditingkat

pelayanan kesehatan dasar keluaran Depkes RI tahun 2012.

Stimulasi perkembangan anak yang digunakan adalah stimulasi

perkembangan pada aspek sosialisasi dan kemandirian untuk

anak usia 60-72 bulan yang berisi tentang beberapa tugas

perkembangan anak untuk meningkatkan kemampuan

bersosialisasi dan kemandirian.


3. Satuan Operasional Pelaksanaan Intervensi

Intervensi dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada

orang tua anak yaitu terdiri dari: mengajarkan orang tua anak cara

menstimulasi anak, evaluasi cara menstimulasi anak, dan

mengobservasi tindakan stimulasi.

b. Mengajari orang tua cara melakukan intervensi yaitu pada aspek

sosialisasi dan kemandirian. Pada aspek kemampuan

bersosialisasi dan kemandirian anak belum bisa berpakaian

sendiri tanpa dibantu, maka anak harus didorong untuk

berpakaian sendiri.

c. Mengevaluasi cara stimulasi yang dilakukan orang tua. Peneliti

akan menanyakan kembali apakah orang tua anak telah mengerti

tentang cara stimulasi yang harus dilakukan dan kegiatan apa saja

yang harus dapat dilakukan pada anak.

d. Memberi petunjuk pada orang tua atau keluarga cara

menstimulasi anak, yaitu; 1) Perhatikan kolom stimulasi

kemampuan bersosialisasi dan kemandirian usia 60-72 bulan yang

akan diberikan pada anak. Seluruh kegiatan yang terdapat pada

kolom tersebut harus dapat diterapkan oleh orang tua/keluarga

kepada anak, 2) Pemberian stimulasi pada anak dilakukan secara

intensif minimal setiap hari 15 menit selama 2 minggu, 3) Bila

anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi dapat


ditambah. Bila anak menolak atau rewel, intervensi dihentikan

dahulu, dilanjutkan apabila anak sudah dapat diintervensi lagi, 4)

Setelah intervensi dilakukan mohon dicatat pada lembar observasi

(kartu harian). Catat waktu pemberian stimulasi, durasi pemberian

stimulasi, frekuensi pemberian stimulasi yang dilakukan pada hari

tersebut, dan kegiatan stimulasi yang dilakukan, 5) Setiap 2 hari

sekali peneliti akan mengobservasi tindakan stimulasi yang

dilakukan dan mengecek kartu harian.

e. Mengevaluasi hasil intervensi setelah 2 minggu. Evaluasi

dilakukan dengan menggunakan KPSP yang sesuai dengan umur

skrining 60-72 bulan untuk melihat kemajuan pada anak.

F. Pengolahan Data

Sebelum dilakukan analisis data, pada penelitian ini dilakukan

pengolahan data terlebih dahulu dengan metode komputerisasi.

Pengolahan data dilakukan dengan empat langkah (Hartono, 2007), yaitu

sebagai berikut:

1. Editing

Peneliti menggunakan pengecekan kelengkapan dari isian kuesioner

dan kejelasan jawaban setelah responden selesai mengisi kuesioner.

Jika terjadi jawaban yang tidak lengkap atau tidak jelas peneliti

menanyakanan kembali pada responden. Pada penelitian ini dilakukan

proses editting pada lembar karakteristik responden yang diisi oleh

reponden, sedangkan untuk lembar KPSP diisi langsung oleh peneliti.


2. Coding

Peneliti merubah data berbentuk huruf menjadi angka atau bilangan,

sehingga mempermudah dalam proses pengolahan data. Misalnya 1 =

status perkembangan anak sebelum intervensi, 2 = status

perkembangan anak setelah intervensi. Kegiatan ini dilakukan setelah

semua kuesioner sudah diedit atau disunting.

3. Precessing

Proses pengolahan data dilakukan dengan memasukan data yang

didapat kedalam program komputer untuk diproses selanjutnya. Data

yang ada dimasukan kedalam program SPSS yang selanjutnya akan

diproses untuk menganalisa data.

4. Cleaning

Setelah proses memasukan data kedalam komputer, selanjutnya

peneliti melakukan pengecekan data dan kelengkapan setiap

responden. Peneliti memastikan tidak ada kesalahan dalam data yang

dimasukan yaitu dengan melihat data missing melalui SPSS, setelah

tidak ditemukannya data missing selanjutnya dilakukan analisis data.

G. Analisis Data

1. Anilisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis tiap varibel yang dinyatakan

dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah

dalam bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Variabel pada

penelitian ini adalah data karakteristik responden yang dibagi menjadi

karakteristik ibu dan karakteristik anak, meliputi jenis kelamin anak,


usia ibu, pendidikan terakhir ibu, dan pekerjaan ibu. Data akan

disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase

variabelnya.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat berguna untuk melihat hubungan dua variabel

(Umar, 2002). Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui adakah

pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu

stimulasi perkembangan sebagai variabel independen terhadap status

perkembangan anak sebagai variabel dependen. Analisis yang

digunakan adalah komparatif numerik berpasangan 2 kelompok

yaitu dengan uji t berpasangan bila sebaran data normal. Bila

sebaran data tidak normal, uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon

(Dahlan, 2009).

Pada penelitian ini menggunakan analisis bivariat dengan

menggunakan uji Wilcoxon karena sebaran data tidak normal. Uji

peringkat bertanda wilcoxon (wilcoxon signed-rank test) digunakan

untuk membandingkan dua sampel berpasangan dengan skala interval

tapi tidak terdistribusi normal (Uyanto, 2009).


H. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam

pelaksanaan sebuah penelitian, mengingat penelitian keperawatan akan

berhubungan langsung dengan manusia (Hakiki, 2014). Dalam melakukan

penelitian ini, peneliti menjunjung tinggi nilai etik demi mencegah

timbulnya masalah yang tidak diinginkan (Hidayat, 2008), hal-hal tersebut

antara lain:

a. Lembar Persetujuan (informed consent)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent).

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Pemberian lembar ini pada subyek yang menyatakan kesediaanya

mereka harus menandatangani lembar persetujuan, dan jika responden

tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak mereka.

Pada penelitian ini terdapat 2 responden yang menyatakan berhenti

karena tidak sanggup melanjutkan intervensi, untuk itu peneliti

menghormati hak responden sehingga 2 orang tersebut di drop out

dari penelitian.

b. Tanpa nama (Anonimity)

Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan

cara tidak memberikan nama responden pada lembar alat ukur dan

hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.


c. Kerahasiaan (Confidentiality)

ada lembar pengumpulan data. Menjaga kerahasian identitas responden dan menjaga privasi klien saat melaksanakan tinda
BAB V

HASIL PENELITIAN

a Univariat

a univariat pada penelitian ini menggambarkan karakteristik responden, serta status perkembangan anak sebelum dan sesu
teristik Responden

teristik Responden Ibu

eristik ibu di bawah ini adalah karakteristik sampel penelitian yang dibagi berdasarkan usia ibu, pendidikan terakhir ibu, dan
5. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan, Mei 2016

Karakteristik Responden Frekuensi (n) Presentase (%)


Usia Ibu
24 tahun 1 5,9 %
25 tahun 1 5,9 %
28 tahun 1 5,9 %
32 tahun 1 5,9 %
33 tahun 4 23,5 %
34 tahun 1 5,9 %
35 tahun 1 5,9 %
36 tahun 1 5,9 %
37 tahun 3 17,6 %
39 tahun 1 5,9 %
40 tahun 1 5,9 %
58 tahun 1 5,9 %
Pendidikan Akhir
Pendidikan Dasar (SD SMP) 5 29,4 %
Pendidikan Menengah 8 47,1 %
(SMA) 4 23,5 %
Pendidikan Tinggi
Pekerjaan Ibu
Bekerja 3 15,8 %
Ibu Rumah Tangga 14 84,2 %

61
62

Tabel 5.1 menunujukan distribusi frekuensi responden

berdasarkan usia ibu, pendidikan terakhir ibu, dan pekerjaan

ibu. Untuk karakteristik usia ibu, dari 17 responden usia ibu

dengan jumlah paling banyak adalah ibu yang berusia 33 tahun

yaitu 4 orang (23,5 %). Usia ibu paling muda adalah 24 tahun

yaitu 1 orang (5,9 %) dan usia ibu paling tua adalah 58 tahun

berjumlah 1 orang (5,9 %).

Untuk karakteristik pendidikan terakhir ibu paling banyak

responden pendidikan menengah (SMA) yaitu 8 orang (47,1%),

sedangkan responden dengan pendidikan dasar (SD dan SMP)

berjumlah 5 orang (29,4%), dan responden dengan pendidikan

tinggi berjumlah 4 orang (23,5%).

Untuk karakteristik pekerjaan ibu, mayoritas responden

tidak bekerja yaitu sebagai ibu rumah tangga (IRT) berjumlah

14 orang (84,2%), dan responden yang bekerja yaitu sebagai

guru, dosen dan wiraswasta berjumlah 3 orang (15,8%).

b) Karakteristik Responden Anak

Karakteristik anak di bawah ini adalah karakteristik sampel

penelitian berdasarkan jenis kelamin anak.

Tabel 5. 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan, Mei 2016

Karakteristik Responden Frekuensi (n) Presentase (%)


Jenis Kelamin Anak
Laki-laki 11 64,7 %
Perempuan 6 35,3 %
Tabel 5.2 menunujukan distribusi frekuensi responden

berdasarkan jenis kelamin anak. Untuk karakteristik jenis

kelamin anak dari 17 responden mayoritas responden adalah

laki-laki yaitu berjumlah 11 orang (64,7%), sedangkan

perempuan berjumlah 6 orang (35,3%).

2. Status Perkembangan Anak Sebelum dan Sesudah Intervensi

Hasil penelitian ini berupa status perkembangan anak sebelum

intervensi dan sesudah intervensi yang dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 5. 3 Perbedaan Rerata Skor Status Perkembangan Anak


Sebelum Intervensi dan Sesudah Intervensi, Mei 2016

Minimal
Standar
Variabel Rata-rata –
Deviasi
Maksimal
Status Perkembangan Anak
1,47 0,717 0–2
Sebelum Intervensi (pre test score)
Status Perkembangan Anak
2,64 0,606 1–3
Setelah Intervensi (post test score)

Tabel 5.3 menggambarkan tentang status perkembangan anak pada

responden sebelum dan sesudah intervensi. Dari hasil tersebut

didapatkan rata-rata status perkembangan anak sebelum intervensi

adalah 1,47 dengan standar deviasi 0,717. Sedangkan sesudah

intervensi berupa pemberian stimulasi perkembangan anak pada aspek

sosialisasi dan kemandirian nilai rata-rata status perkembangan anak

meningkat menjadi 2,64 dengan nilai standar deviasi menurun

menjadi 0,606.
B. Analisis Bivariat

Analisa bivariat pada penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis

mengenai pengaruh pemberian stimulasi perkembangan anak pada aspek

sosialisasi dan kemandirian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan

menganalisa perbedaan rerata status perkembangan anak sebelum dan

sesudah intervensi.

1. Hasil Uji Normalitas

Sebelum dilakukan analisis bivariat, dilakukan uji normalitas

terlebih dahulu terhadap data yang telah diperoleh. Hasil uji normalitas

akan menentukan analisis bivariat yang akan digunakan. Jika hasil uji

normalitas sebaran data normal maka untuk analisis bivariat

menggunakan uji t berpasangan, bila sebaran data tidak normal, uji

yang digunakan adalah uji wilcoxon. Hasil uji normalitas yang

didapatkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 5. 4 Distribusi Hasil Uji Normalitas Data, Mei 2016


Frekuensi Shapiro-Wilk
Variabel Df Sig.
(N)
Status Perkembangan
Anak Sebelum Intervensi 17 17 0,000
(pre test score)
Status Perkembangan
Anak Sebelum Intervensi 17 17 0,001
(post test score)

Tabel 5.4 menjelaskan hasil uji normalitas menggunakan shapiro-

wilk karena jumlah responden ≤ 50 orang (Dahlan, 2012). Hasil uji

normalitas untuk nilai pre test status perkembangan anak adalah 0,000

sedangkan untuk nilai post test adalah 0,001. Hal ini menunjukan

bahwa data pre test dan post test tersebut tidak terdistribusi normal (p-
value <0,05), sehingga akan dilakukan transformasi data terlebih

dahulu.

n distribusi data. Transformasi data dilakukan ke dalam bentuk log dan ln dengan menggunakan SPSS. Hasil uji normalitas se
2016

Frekuensi Shapiro-Wilk
Variabel Df Sig.
(N)
Status Perkembangan
Anak Sebelum Intervensi 17 17 0,000
(pre test score)
Status Perkembangan
Anak Sebelum Intervensi 17 17 0,001
(post test score)

Tabel 5.5 menjelaskan hasil uji normalitas dengan shapiro-wilk

setelah dilakukan transformasi data, didapatkan hasil yang tetap yaitu


pada nilai pretest adalah 0,000 dan pada nilai post test adalah 0,001.

Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil transformasi data juga tidak

berdistribusi normal, sehingga pengujian hipotesis menggunakan uji

non parametrik yaitu uji Wilcoxon.

3. Pengaruh Stimulasi pada Aspek Sosialisasi dan Kemandirian

terhadap Perbedaan Rerata Skor pada Pretest-Posttest

Analisa bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji non

parametrik menggunakan uji wilcoxon. Hasil uji wilcoxon digunakan


untuk mengetahui adakah pengaruh terhadap intervensi berupa

pemberian stimulasi perkembangan anak pada aspek sosialisasi dan

kemandirian terhadap status perkembangan anak. Hasil uji wilcoxon

yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 5. 6 Pengaruh Stimulasi pada Aspek Sosialisasi dan


Kemandirian terhadap Perbedaan Rerata Skor pada pre test-
post test, Mei 2016

Frekuensi Rata- Minimum – p-


Variabel
(N) rata Maksimum value
Status Perkembangan
Anak Sebelum 17 1,47 0–2
Intervensi (pre test
score) 0,00
Status Perkembangan
Anak Sesudah 17 2,64 1–3
Intervensi (post test
score)

Tabel 5.6 menunjukan rerata skor status perkembangan anak

dengan analisis uji wilcoxon dengan nilai α = 0,05 yaitu didapatkan

nilai significancy 0,000 (p-value < 0,05). Secara statistik terdapat

pengaruh bermakna stimulasi perkembangan anak yang diberikan

terhadap nilai rerata status perkembangan anak sebelum dengan

sesudah intervensi.
BAB VI

PEMBAHASAN

Pembahasan ini meliputi interpretasi dan diskusi hasil penelitian, serta

keterbatasan penelitian yang terkait dengan desain penelitian.

A. Analisis Univariat

1. Karakteristik Responden

a. Karakteristik Usia Ibu

Pada penelitian ini karakteristik responden ibu dilihat

berdasarkan 3 kategori yaitu usia ibu, pendidikan akhir ibu, dan

pekerjaan ibu. Dari 17 responden jumlah paling banyak adalah ibu

yang berusia 33 tahun yaitu 4 orang ( 23,5 %). Pada usia dewasa

(24-45 tahun) ibu dianggap telah memiliki kematangan dalam

mengasuh anak sehingga baik dalam proses pengasuhan untuk

memperhatikan perkembangan anak. Hal tersebut sejalan dengan

Widyana et al (2015) yang menjelaskan bahwa usia 21 tahun

keatas dikatakan telah memasuki masa dewasa dan telah dianggap

memiliki kematangan baik dari segi fisik maupun psikologis.

Kedewasaan ibu secara fisik maupun mental sangat penting, karena

hal ini akan berpengaruh terhadap pola asuh dan perkembangan

anak kelak di kemudian hari (Verawati, 2013; Widyana et al,

2015).

Saat ini memang belum ada teori maupun penelitian yang

mampu menentukan kapan rentang usia ideal bagi ibu untuk mapan

mengurus anaknya. Bila mengacu kepada hukum di Indonesia,

67
68

menurut UU Pasal 7 No.1/1974 tentang Perkawinan bahwa usia

minimal untuk suatu perkawinan adalah 16 tahun untuk wanita dan

19 tahun untuk pria, karena dianggap usia tersebut adalah usia

dimana seseorang telah siap menikah untuk membina rumah

tangga dan mengurus anak.

Supartini (2004) menjelaskan apabila terlalu muda atau

terlalu tua, kemungkinan tidak dapat menjalanan peran tersebut

secara optimal karena diperlukan kekuatan fisik dan psikososial.

Selain itu, kematangan umur seseorang akan mempengaruhi

kematangan psikologis seseorang dan mempermudah seseorang

untuk menjalani peran dalam kehidupan salah satunya adalah peran

menjadi orang tua dan mengasuh anak (Widyana et al, 2015).

Namun terkait dengan perkembanganan anak, masih perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat adakah hubungan

antara usia ibu terhadap status perkembangan anak.

b. Karakteristik Pendidikan Akhir Ibu

Karakteristik ibu selanjutnya adalah pendidikan akhir ibu,

pada penelitian ini didapatkan pendidikan akhir ibu paling banyak

adalah pendidikan menengah (SMA) yaitu 8 orang (47,1%).

Pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap gaya

pengasuhan yang diterapkan. Menurut Wong dalam Supartini

(2004) menjelaskan dengan tingkat pendidikan yang semakin

tinggi, pengalaman orang tua mengenai pengasuhan anak semakin

bertambah, sehingga mempengaruhi kesiapan orang tua dalam


mengasuh anak, dengan adanya kesiapan orang tua nantinya anak

akan memiliki moral yang baik, sikap sosial yang lebih tinggi,

kemandirian yang baik, serta tanggung jawab yang tinggi.

Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Azizah (2012) yang

menggambarkan tingkat pengetahuan ibu berdasarkan tingkat

pendidikan didapatkan 94% ibu dengan pendidikan perguruan

tinggi memiliki pengetahuan yang tinggi pula mengenai stimulasi

perkembangan anak prasekolah. Berbeda dengan Barros et al

(2010) dalam penelitiannya yang mengatakan bahwa efek stimulasi

lebih kuat di kalangan anak-anak dari ibu dengan tingkat

pendidikan rendah dibandingkan anak dengan ibu yang

berpendidikan tinggi. Ini bisa jadi ditentukan oleh kualitas

stimulasi yang diberikan (seberapa besar stimulasi yang diberikan),

tanpa memandang latar belakang tingkatan pendidikan ibu.

Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat

pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan ibu akan stimulasi

perkembangan anak, namun untuk perkembangan anak sendiri

dipengaruhi oleh seberapa besar stimulasi yang diberikan orang tua

tanpa memandang tingkatan pendidikan, karena akan lebih berefek

lebih jika ibu memberikan stimulasi berarti kepada anak

dibandingkan hanya memiliki pengetahuan mengenai stimulasi

perkembangan tanpa penerapannya lebih lanjut. Namun memang

masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui


hubungan pendidikan akhir ibu terhadap status perkembangan

anak.

c. Karakteristik Pekerjaan Ibu

Karakteristik ibu yang terakhir adalah karakteristik pekerjaan

ibu, pada penelitian ini didapatkan mayoritas responden tidak

bekerja yaitu sebagai ibu rumah tangga (IRT) berjumlah 14 orang

(84,2%). Ibu yang tidak bekerja akan memiliki waktu yang lebih

banyak untuk berinteraksi terhadap anaknya dibandingkan dengan

ibu yang bekerja. Penelitian yang dilakukan oleh Azizah (2012)

didapatkan bahwa 70% ibu yang bekerja diluar rumah memiliki

waktu berinteraksi dengan anak dalam sehari selama ≤ 8 jam,

sedangkan 86% ibu rumah tangga waktu untuk berinteraksi dengan

anak lebih lama yaitu lebih 8 jam dalam sehari.

Peran ibu dalam perkembangan anak sangat penting, namun

pada fenomena ibu yang bekerja saat ini menurut Mamesah dalam

(Putri & Kusbaryanto, 2012) menjelaskan bahwa peran tersebut

masih dapat ditolerir dan digantikan oleh orang dewasa lainnya

ketika ibu sedang pergi bekerja. Hal yang terpenting adalah orang

tersebut bisa menggantikan figur seorang ibu yang memiliki

kemampuan mendidik anak, yang artinya dia memahami

bagaimana menanggapi perkembangan anak sesuai dengan tahap

perkembangan anak yang seharusnya.

Penelitian oleh (Putri & Kusbaryanto, 2012) tentang

perbedaan hubungan antara ibu bekerja dan ibu rumah tangga


terhadap tumbuh kembang anak usia 2-5 tahun didapatkan kedua

kelompok ibu baik ibu yang bekerja maupun ibu rumah tangga,

sebagian besar memiliki pola asuh pemberian stimulasi yang baik.

Sejalan dengan Dewi (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada

perbedaan kualitas stimulasi ibu di lingkungan rumah pada usia

anak pra sekolah ditinjau dari status ibu bekerja dan tidak bekerja.

Jika dikaitkan antara status bekerja ibu dengan perkembangan

anak, penelitian Putri & Kusbaryanto (2012) menjelaskan bahwa

anak dengan ibu seorang pegawai di perusahaan memiliki 1,4 kali

pencapaian perkembangan normal dibandingkan dengan anak yang

ibunya seorang ibu rumah tangga, artinya anak dengan ibu sebagai

pegawai (bekerja) memiliki perkembangan yang lebih baik

daripada anak dengan ibu rumah tangga (tidak bekerja). Berbeda

dengan (Hati, 2014) melalui penelitiannya didapatkan hasil bahwa

anak yang diasuh oleh ibu yang tidak bekerja memiliki

perkembangan yang lebih bagus daripada ibu yang bekerja.

Berbeda lagi dengan hasil penelitian oleh Utina, Palamani &

Tamunu (2012) yang menjelaskan tidak ada perbedaan antara

perkembangan anak pada ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak

bekerja, atau tidak ada hubungan antara status ibu bekerja dengan

perkembangan anak.

Soetjiningsih (2005) menjelaskan bahwa interaksi yang dapat

memaksimalkan perkembangan anak tidak ditentukan seberapa

lama orang tua bersama anak, tetapi lebih ditentukan oleh kualitas
dari interaksi tersebut, yaitu pemahaman terhadap kebutuhan

masing-masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan

tersebut yang dilandasi oleh rasa saling menyayangi. Sehingga bisa

saja seorang ibu yang bekerja dan hanya memiliki waktu sedikit

dengan anaknya mempunyai anak dengan perkembangan lebih

baik daripada ibu rumah tangga yang fisiknya selalu ada di rumah

asalkan ibu yang bekerja bisa lebih pintar mengolah waktu tersebut

menjadi lebih berkualitas. Untuk itu pemberian stimulasi pada anak

tetap dapat dilakukan oleh ibu yang bekerja dengan memanfaatkan

sebaik mungkin waktu luang yang ada.

Pada penelitian ini responden ibu yang bekerja (3 orang)

mengatakan bahwa interaksinya dengan anak setiap harinya

dilakukan sepulang ia bekerja dan lebih dioptimalkan lagi pada

saat akhir pekan dan hari libur, sehingga peran pemberian stimulasi

terhadap anak tetap dapat dilakukan setiap harinya dan diupayakan

maksimal sesuai waktu luang yang dimiliki.

d. Karakteristik Jenis Kelamin Anak

Pada penelitian ini karakteristik responden anak adalah anak

yang berusia 5 tahun (60 bulan) yang mengalami keterlambatan

pada aspek sosisalisasi dan kemandirian dan dibagi berdasarkan

jenis kelamin anak. Dari 17 responden mayoritas responden adalah

laki-laki yaitu berjumlah 11 orang (64,7%), sedangkan perempuan

berjumlah 6 orang (35,3%). Sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Tjanradjani et al (2012) tentang keluhan


keterlambatan perkembangan umum (KPU) anak bahwa sebaran

responden berdasarkan jenis kelamin didapatkan laki-laki (66%)

lebih banyak dibandingkan dengan perempuan (34%). Menurut

Tjanradjani et al (2012) hal ini relatif sama dengan penelitian lain

yang menyatakan bahwa kebanyakan pasien KPU adalah laki-laki.

Jenis kelamin sendiri merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi tumbuh kembang anak yang termasuk kedalam

faktor dalam (internal), sehingga tumbuh kembang antara anak

laki-laki dan perempuan cenderung akan berbeda (Depkes RI,

2012). Namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

mengetahui adakah hubungan antara jenis kelamin anak terhadap

keterlambatan perkembangan anak.

2. Gambaran Status Perkembangan Anak

Perkembangan adalah suatu proses yang terjadi secara simultan

dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk

berfungsi, yang dihasilkan melalui proses pematangan dan proses

belajar dari lingkungannya (Supartini, 2004). Perkembangan sosial

anak prasekolah menurut Wong (2008) menjelaskan bahwa pada anak

prasekolah sudah dapat berhubungan dengan orang yang tidak dikenal

dengan mudah dan mentoleransi perpisahan singkat dari orang tua

dengan sedikit atau tanpa protes. Dalam aspek kemandirian mereka

mampu mengemukakan keinginan akan kemandirian dan

melakukannya secara mandiri karena perkembangan fisik dan

kognitifnya yang semakin halus. Pada usia 4 sampai 5 tahun mereka


hanya memerlukan sedikit bantuan, jika perlu, untuk berpakaian,

makan atau ke toilet (Wong, 2008).

Hasil penelitian ini didapatkan dari total 117 anak yang dilakukan

screening perkembangan anak didapatkan 29 anak (24,5%) dengan

status perkembangan meragukan. Dari 29 anak dengan perkembangan

meragukan tersebut didapatkan 23 anak dengan keterlambatan pada

aspek sosialisasi dan kemandirian, dan 6 anak dengan keterlambatan

pada aspek perkembangan lainnya (pada aspek bicara bahasa dan gerak

halus). Ini menandakan bahwa masih adanya keterlambatan

perkembangan pada anak prasekolah (5 tahun) terutama pada aspek

sosialisasi dan kemandirian.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wulandari

(2016) bahwa jumlah sampel terbanyak adalah sampel perkembangan

sosial yaitu perkembangan sosial tidak sesuai sebanyak 37 sampel

(54,4%) dan perkembangan sosial sesuai sebanyak 31 sampel (45,6%).

Hal ini menjelaskan bahwa aspek sosialisasi dan kemandirian masih

menjadi aspek keterlambatan paling banyak dari pada aspek

perkembangan anak lainnya. Keterlambatan pada aspek sosialisasi dan

kemandirian sendiri dapat dipengaruhi beberapa hal, diantaranya

pembiasaan dari orang tua anak.

Keterlambatan perkembangan pada aspek sosialisasi dan

kemandirian ini bisa disebabkan oleh faktor pembiasaan orang tua

pada anak, dimana dalam kegiatan sehari-hari anak selalu dibantu.

Novita (2007) menjelaskan ada beberapa alasan yang menyebabkan


anak tidak mandiri adalah pertama adanya kekhawatiran yang

berlebihan dari orang tua terhadap anaknya, misal orang tua melarang

anaknya mandi sendiri karena khawatir kurang bersih, melarang anak

makan sendiri karena khawatir makanan tumpah, kedua orang tua

sering membatasi dan melarang anaknya berbuat sesuatu secara

berlebihan, ketiga kasih sayang orang tua yang berlebihan terhadap

anak sehingga mendorong si anak menjadi manja.

10 dari 17 responden ibu mengatakan bahwa mereka memang

masih membiasakan untuk membantu anak dalam kegiatan sehari-hari,

seperti dalam hal mandi, memakai baju, makan, hingga

mempersiapkan buku dan peralatan sekolah masih dilakukan oleh

orang tua. Anak tidak diberikan kesempatan untuk mandiri dalam

beraktivitas alasannya karena jika anak melakukannya sendiri akan

terasa lebih lama dan kurang baik atau tidak rapi dalam

mengerjakannya. Sehingga masih ditemukan anak yang belum mampu

dan terbiasa untuk memakai pakaian sendiri, masih ada anak yang

kesulitan dalam mengancingkan baju sendiri, dan anak masih enggan

untuk ditinggal selama di sekolah Taman Kanak-kanak/Pendidikan

Anak Usia Dini (TK/PAUD).

Selaras dengan teori perkembangan psikososial Erikson yang

mengatakan pada anak prasekolah (3-6 tahun) masuk kedalam tahap

inisiatif vs rasa bersalah dimana anak-anak mengeksplorasi dunia fisik

dengan semua indera dan kekuatannya. Pada saat anak melakukan

aktivitas yang bertentangan dengan orang tua atau orang lain, dan
dibuat merasa bahwa aktivitas atau imajinasinya merupakan hal buruk

dapat menimbulkan rasa bersalah pada anak (Wong, 2008). Kondisi

seperti ini akan mendidik anak untuk tidak berani membuat keputusan

(decission making) dalam kehidupannya sehari-hari (Novita, 2007).

Sehingga ketika anak dibatasi atau apa yang dilakukannya dianggap

tidak sesuai dan buruk, maka akan timbul keraguan dan rasa bersalah

pada anak, yang pada akhirnya anak tidak berani dalam mengambil

keputusan.

Penting untuk dilakukannya penilaian perkembangan anak adalah

untuk mendeteksi keterlambatan sedini mungkin karena gangguan

kemampuan belajar cenderung muncul sebagai akibat perkembangan

terlambat, kecuali jika ada ciri-ciri fisik (misalnya down syndrome,

mikrosefali). Semua anak dengan gangguan kemampuan belajar

merupakan anak yang perkembangannya terlambat, tetapi belum tentu

sebaliknya (Newell & Meadow, 2005). Iswidharmanjaya &

Svatiningrum (2008) memaparkan salah satu penyebab anak takut

bersekolah adalah karena adanya masalah kemandirian.

Memperhatikan hal tersebut, oleh karena itu sangat diperlukan untuk

mengetahui tata laksana yang baik dan efisien yang mudah dilakukan

oleh orang tua anak untuk mengatasi keterlambatan perkembangan

anak sebagai upaya pencegahan terhadap keterlambatan perkembangan

anak lebih lanjut.


B. Analisis Bivariat

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak

umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal

(Depkes RI, 2012). Kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini

penyimpangan tumbuh kembang yang menyeluruh dan terkoordinasi

diselenggarakan dalam bentuk kemitraan atau kerjasama antara keluarga,

dengan tenaga profesional (kesehatan, pendidikan dan sosial) akan

meningkatkan tumbuh kembang anak usia dini dan kesiapan memasuki

jenjang pendidikan formal (Kusbiantoro, 2015). Tindakan intervensi dini

tersebut berupa stimulasi perkembangan terarah yang dilakukan secara

intensif di rumah selama 2 minggu, yang diikuti dengan evaluasi hasil

intervensi stimulasi perkembangan (Depkes RI, 2012).

Stimulasi memiliki peran penting bagi perkembangan anak. Anak

yang banyak mendapat stimulasi akan lebih cepat berkembang daripada

anak yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi (Soetjiningsih,

2005). Menurutnya stimulasi juga berfungsi sebagai penguat

(reinforcement) bagi anak. Memberikan stimulasi yang berulang dan terus

menerus pada setiap aspek perkembangan anak berarti telah memberikan

kesempatan pada anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal

(Jafri & Ovari, 2015).

Stimulasi juga berperan bagi kemajuan perkembangan otak anak.

Stimulasi dan pengalaman sensori yang diterima anak akan meningkatkan

pembentukan hubungan antar sel-sel otak (sinapsis), tetapi hubungan ini

tidak permanen (Irmawati et al, 2012). Paparan berbagai macam stimulasi


baik stimulasi suara, stimulasi penglihatan, maupun stimulasi dari indera

yang lain, serta keadaan lingkungan yang baik, dibutuhkan untuk

membentuk hubungan sel-sel di otak ini (Mustard, 2010). Berk (2012)

menjelaskan stimulasi akan menentukan sel otak (neuron) mana yang akan

terus membentuk sinapsis baru dan yang akan mengalami pemangkasan

sinaptik (synaptic pruning).

Stimulasi penting bagi anak prasekolah erat kaitannya dengan

perkembangan kognitif anak, dimana melalui teori perkembangan kognitif

Piaget dalam Wong (2008) menjelaskan bahwa intelegensia pada anak

memungkinkan individu melakukan adaptasi terhadap lingkungan

sehingga meningkatkan kemungkinan bertahan hidup, dan melalui

perilakunya, individu membentuk dan mempertahankan keseimbangan

dengan lingkungan. Jalan perkembangan intelektual sendiri bersifat

maturasional dan tetap (Wong, 2008).

Stimulasi perkembangan yang dilakukan pada penelitian ini adalah

pada satu aspek perkembangan yaitu aspek sosialisasi dan kemandirian.

Hal ini karena mempertimbangkan pada anak dengan masalah pada

kemandirian yang akan berdampak anak menjadi ragu-ragu untuk

mengembangkan kreativitasnya, dan ini akan membuat anak tidak berani

membuat keputusan (decission making) dalam kehidupannya sehari-hari

(Novita, 2007). Iswidharmanjaya & Svatiningrum (2008) memaparkan

bahwa salah satu penyebab mengapa anak takut bersekolah adalah masalah

kemandirian. Untuk itu penting dilakukan upaya pencegahan dalam

menanggulangi hal tersebut terlebih pada anak prasekolah yang dimana


mereka harus mempersiapkan diri untuk selanjutnya menjalankan

pendidikan formal.

Kegiatan dan cara stimulasi diambil dari pedoman pelaksanaan

stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak ditingkat

pelayanan kesehatan dasar keluaran Depkes RI tahun 2012. Daftar

kegiatan yang digunakan adalah stimulasi untuk kemampuan bersosialisasi

dan kemandirian usia 60-72 bulan. Dari pedoman tersebut dirangkum

kedalam modul stimulasi yang dibuat peneliti sebagai acuan dan pedoman

bagi responden.

Beberapa kegiatan stimulasi yang dianjurkan adalah pertama

melatih anak agar mampu berpakaian sendiri dengan mendorong anak agar

berpakaian sendiri, seperti saat anak belum bisa mengancingkan baju

sendiri anak diajarkan dan dilatih agar mampu melakukannya. Kedua

melakukan kegiatan di luar seperti mengunjungi teman atau tetangga tanpa

ditemani. Ketiga berkomunikasi dengan anak setiap harinya seperti

berbicara tentang apa yang dirasakan anak. Keempat membantu dan

memberi kesempatan anak untuk bergaul dengan teman-temannya lalu

mengajari anak menggunakan kata-kata yang baik saat berbicara dengan

teman, dan yang terakhir melatih anak untuk mematuhi peraturan dalam

keluarga seperti membuat kesepakatan pada anak kapan ia harus bangun

pagi, mandi sore, sembahyang, belajar dan kegiatan lainnya.

Pemberian stimulasi perkembangan pada penelitian ini dilakukan

selama 2 minggu. Hal ini mengikuti tata laksana Depkes RI (2012) tentang

intervensi dini pada anak dengan perkembangan meragukan bahwa dapat


dilakukan dengan memberikan stimulasi positif terarah sesuai dengan

aspek keterlambatan perkembangan yang dialami yang dilakukan selama 2

minggu. Setelah intervensi dilakukan selama 2 minggu selanjutnya

dievaluasi kembali dengan melakukan pemeriksaan perkembangan

menggunakan KPSP. Stimulasi perkembangan dilakukan setiap hari

dengan durasi minimal 15 menit. Hal ini mengacu pada Depkes RI (2005)

dan juga dalam penelitian yang serupa oleh Susanty, Fadlyana, &

Nataprawira (2014) tentang manfaat intervensi dini anak usia 6-12 bulan

dengan kecurigaan penyimpangan perkembangan dimana intervensi

disarankan tiga kali sehari selama 15-30 menit selama 2 minggu. Durasi

tersebut dirasa cukup efektif sebagai intervensi untuk mengatasi

keterlambatan perkembangan.

Setiap anak pasti akan mengalami perkembangan. Namun sesuai

dengan prinsip perkembangan anak adalah setiap anak memiliki kecepatan

(tempo) dan kualitas perkembangan yang berbeda (Syaodih, 2003). Karena

itu kemajuan perkembangan pada anak terkadang tidak muncul sendiri

tetapi perlu di stimulasi sebagai upaya pembelajaran dan latihan pada

anak.

Berdasarkan pola perkembangan anak, Meggit (2006) memaparkan

bahwa perkembangan mengikuti pola tertentu seperti dari sederhana ke

kompleks, dari kepala hingga kaki, dari dalam ke luar, dan dari yang

bersifat umum hingga ke spesifik. Syaodih (2003) menjelaskan lebih

lanjut, perkembangan juga ditunjukan dengan perubahan yang bersifat

sistematis, progresif dan berkesinambungan dimana perkembangan akan


dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh

pengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru. Oleh karena itu pada

anak, idealnya terjadi suatu proses pembelajaran yang intensif dengan

memberikan stimulasi positif sehingga bisa mengoptimalkan

perkembangan anak (Silawati, 2010).

Pemberian stimulasi yang dilakukan oleh orang tua anak adalah

salah satu bentuk peran orang tua terhadap anak yaitu peran pengasuhan.

Supartini (2004) menjelaskan bahwa pada budaya timur seperti di

Indonesia, peran pengasuhan atau perawatan lebih banyak dipegang oleh

istri atau ibu meskipun mendidik anak merupakan tanggung jawab

bersama. Memperhatikan hal tersebut, sehingga pada penelitian ini

dipilihlah ibu dalam melaksanakan stimulasi perkembangan anak sebagai

orang yang terdekat bagi anak. Selain itu pendekatan dengan konsep

family centered-care atau asuhan berpusat pada keluarga dapat menjadi

sebuah pilihan yang tepat dan efektif. Hal tersebut karena asuhan

keperawatan dengan pendekatan berfokus pada keluarga paling terbukti

pada saat merawat anak, ini disebabkan oleh pengenalan bahwa keluarga

merupakan pusat dalam kehidupan anak (Wong, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan adanya pengaruh

stimulasi perkembangan anak yang diberikan terhadap nilai rerata status

perkembangan anak. Rata-rata peningkatan nilai status perkembangan

anak sebelum intervensi yaitu 1,47 dan setelah intervensi adalah 2,64. Dari

kedua rata-rata proporsi hasil pengukuran mengalami perbedaan sebesar

1,17 artinya status perkembangan anak mengalami peningkatan.


Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai significancy 0,000 (p-value

< 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang

bermakna antara pemberian stimulasi terhadap peningkatan status

perkembangan anak di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dengan pemberian

stimulasi perkembangan anak dapat meningkatkan status perkembangan

anak yang mengalami keterlambatan (status perkembangan meragukan).

Hasil penelitian ini sangat sesuai dengan hasil hipotesis penelitian dimana

terdapat pengaruh pemberian stimulasi perkembangan pada aspek

sosialisasi dan kemandirian terhadap status perkembangan anak.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Susanty, Fadlyana, dan Nataprawira (2014), didapatkan hasil setelah

intervensi kecurigaan penyimpangan perkembangan turun menjadi 12/32

setelah 2 minggu, dan 4/32 pada akhir intervensi (p<0,001). Samapun

dengan hasil penelitian oleh Irmawati et al (2009) menunjukan bahwa

evaluasi perkembangan setelah 3 bulan mengalami perbaikan baik pada

kelompok stimulasi maupun pada kelompok kontrol. Selain itu penelitian

yang dilakukan oleh Gultiano & King (2006) di Philipina membuktikan

bahwa terjadi peningkatan perkembangan psikososial sebesar 6 – 11%

pada anak usia 0-4 tahun yang dilakukan stimulasi selama 2 tahun.
C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini masih ditemukan berbagai keterbatasan,

adapun beberapa keterbatasan penelitian tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Keterbatasan Responden

Penelitian ini memiliki keterbatasan diantaranya mengenai data

dasar responden yaitu data status perkembangan anak karena masih

belum adanya pendataan yang baik di puskesmas maupun data dalam

skala nasional. Peneliti mengalami kesulitan dalam melihat prevalensi

dan angka kejadian perkembangan anak yang meragukan di wilayah

kerja Puskesmas sehingga untuk menentukan responden penelitian

yaitu anak dengan status perkembangan meragukan perlu dilakukan

skrining terlebih dahulu, oleh karna itu memperlama proses penentuan

responden dan intervensi.

2. Keterbatasan Metodologi

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan

pendekatan one-group pre test and post test design dimana hanya ada

satu kelompok intervensi yang diberikan perlakuan, serta diamati

sebelum dan sesudah pemberian perlakuan tanpa kelompok kontrol

sebagai pembanding. Sampel yang digunakan pada penelitian ini

adalah anak dengan status perkembangan meragukan pada aspek

sosialisasi dan kemandirian, baik keterlambatan penuh pada aspek

sosialisasi dan kemandirian (9 subjek), atau keterlambatan pada aspek

sosialisasi dan kemandirian yang disertai dengan keterlambatan pada

aspek lain (8 subjek yang disertai dengan keterlambatan pada aspek


bicara dan bahasa). Hal ini dipilih karena peneliti mempertimbangkan

sulitnya untuk mendapatkan reponden yang sesuai kriteria.

Keterbatasan lainnya adalah dalam hal mengobservasi intervensi.

Observasi tindakan stimulasi langsung di rumah sulit dilakukan karena

kesibukan responden ibu, sehingga perencanaan untuk observasi yang

berawal 2 hari sekali hanya berhasil dilaksanakan pada kelompok

pertama yang terdiri dari 4 reponden. Selebihnya pada responden

lainnya tetap dilakukan observasi mengikuti waktu yang dimiliki

responden dan telah terlaksana paling sedikit seminggu sekali. Untuk

evaluasi tindakan stimulasi per 2 harinya dipantau melalui catatan

harian yang telah dibuat dan menanyakan kemajuan anak kepada guru

kelas di sekolah, juga saat kunjungan responden ibu diminta untuk

menceritakan kemajuan yang terjadi pada anak dan memperagakan

kembali tindakan-tindakan stimulasi yang telah dilakukan.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang

diperoleh, dapat disimpulkan bahwa:

1. Karakteristik responden dari 17 responden pada penelitian ini

didapatkan usia ibu dengan jumlah paling banyak adalah ibu yang

berusia 33 tahun yaitu 4 orang ( 23,5 %), dengan pendidikan akhir

paling banyak adalah pendidikan menengah yang berjumlah 8

orang (47,1%), dan mayoritas ibu tidak bekerja yaitu 14 orang

(84,2%). Untuk karakteristik responden anak mayoritas anak

berjenis kelamin laki-laki yaitu berjumlah 11 orang (64,7%).

2. Status perkembangan anak sebelum dilakukan intervensi berupa

pemberian stimulasi perkembangan anak pada aspek sosialisasi dan

kemandirian didapatkan rata-rata yaitu 1,47 dengan standar deviasi

0,717.

3. Status perkembangan anak sesudah intervensi didapatkan nilai rata-

rata menjadi 2,64 dengan standar deviasi 0,606.

4. Ada pengaruh bermakna stimulasi perkembangan anak yang

diberikan terhadap nilai rerata status perkembangan anak sebelum

dengan sesudah intervensi yaitu didapatkan nilai significancy 0,000

(p-value < 0,05).

85
86

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, ada beberapa hal yang dapat

disarankan untuk pengembangan dari hasil penelitian ini terhadap

peningkatan status perkembangan anak terutama dalam aspek sosialisasi

dan kemandirian.

1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai

kesehatan anak terutama dalam upaya peningkatan perkembangan

anak pada aspek sosialisasi dan kemandirian. Intervensi pemberian

stimulasi perkembangan anak merupakan tata laksana ditingkat

pelayanan kesehatan dasar yang dapat dengan mudah diterapkan oleh

orang tua anak sebagai upaya pencegahan terhadap keterlambatan

perkembangan anak lebih lanjut.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai prevalensi status perkembangan anak terlebih anak dengan

perkembangan meragukan di wilayah sekitar yang lebih luas. Untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik, peneliti selanjutnya bisa

menggunakan kelompok kontrol untuk membandingkan intervensi,

dan diharapkan lebih menghomogenkan sampel yaitu anak yang

mengalami keterlambatan penuh pada aspek sosialisasi dan

kemandirian, juga untuk observasi tindakan intervensi yang dilakukan

lebih dikontrol lagi sesuai jadwal. Selain itu peneliti selanjutnya bisa
mengembangkan variabel penelitian terkait perkembangan anak

lainnya seperti faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya informasi bagi

keperawatan terutama keperawatan anak. Dan dapat dijadikan sebagai

acuan dalam tata laksana perkembangan anak dengan status

meragukan yaitu pemberian stimulasi yang dilakukan oleh orang tua

anak dengan pendekatan family center care dimana asuhan

keperawatan dilakukan melalui integrasi dengan keluarga.

4. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini memberikan informasi untuk menegaskan

bahwa orang tua terlebih ibu harus selalu mengupayakan dalam

memberikan stimulasi positif terarah pada anak terutama pada aspek

sosialisasi dan kemandirian pada anak prasekolah untuk

mengoptimalkan perkembangan anak sesuai tahap perkembangannya.

Orang tua anak juga dapat menerapkan stimulasi perkembangan pada

anak sebagai wujud tata laksana ditingkat pelayanan kesehatan dasar

yang dapat dengan mudah diterapkan sebagai upaya pencegahan

terhadap keterlambatan perkembangan anak lebih lanjut.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Halaj, Qoys M. Iqbal. Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur Terhadap Kualitas


Tidur Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 Jakarta
Timur. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta, 2012

Attwood, Tony. Asperger’s Syndrome: A Guide for Parents and Professionals.


London, Philadelphia: Jessica Kingsley Publishers, 2002

Azzizah, Nimma Nur. Gambaran Stimulasi Perkembangan Oleh Ibu Terhadap


Anak Usia Prasekolah di TKIT Cahaya Ananda, Depok. Skripsi Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012. Diakses 17 Mei 2016 dari
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20312827-S43592- Gambaran
%20stimulasi.pdf

Badan Pusat Statistik. Statistik 70 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta: Badan


Pusat Statistik Indonesia, Direktorat Diseminasi Statistik Bagian Hubungan
Masyarakat, 2015

Barros AJ, Matijasevich A, Santos IS, Halpern R. Child Development In A Birth


Cohort: Effect Of Child Stimulation Is Stronger In Less Educated Mother.
International Journal Epidemiol, 2010. Diakses 22 Desember 2015 dari
http://ije.oxfordjournals.org/content/39/1/285.full.pdf+html

Behrman, Kliegman, dan Arvin. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15, Vol. 1.
Jakarta: EGC, 1999

Behrman, Richard dan Kliegman, Robert. Nelson Essentials of Pediatrics.


Philadelphia: W.B Saunders, 2002

Berk, LE. Foundations of Development. Dalam: Berk LE, editor. Simple Chapter:
Child Development, edisi ke-8. Illinois: Pearson Publishing, 2012

Burns, Nancy and Grove K Susan. The Practice of Nursing Research Conduct,
Critique and Utilization. USA: Elsevier, 2005

Carolyn, Meggitt. Child Development: An Illustrated Guide. UK: Heinemann


Educational Publishers, 2006

Christiari, AY. Syamlan, R. Kusuma, IF. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang


Stimulasi Dini dengan Perkembangan Motorik pada Anak Usia 6-24 bulan
di Kecamatan Mayang Kabupaten Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan,
Volume 1 (No.1), September 2013. Diakses 22 Desember 2015 dari
http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/view/500/371

Danim, Sudarwan. Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: EGC,


2003
Dempsey, Patricia Ann. Riset Keperawatan: Buku Ajar dan Latihan, Edisi 4.
Jakarta: EGC, 2002

Depdiknas RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka, 2005

Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Republik Indonesia, 2012.

Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Republik
Indonesia, 2009

Dewi, K.A. Perbedaan Kualitas Stimulasi Ibu pada Anak Usia Pra Sekolah
Ditinjau dari Status Bekerja dan Tidak Bekerja. Ungraduate Thesis
Universitas Airlangga, Surabaya, 2010.

Dwienda R, Octa., Maita, Liva., Saputri, Eka Maya., dan Yulviana, Rina. Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Prasekolah Untuk Para Bidan.
Yogyakarta: Deepublish, 2014

Fadlyana, Eddy. Alisjahbana, Anna. Nelwan, Ilsa. Noor, Muchlisah. Selly. dan
Sofiatin, Yulia. Pola Keterlambatan Perkembangan Balita di daerah
Pedesaan dan Perkotaan Bandung, serta Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Sari Pediatri, Vol. 4, No. 4, Maret 2003. Diakses 10
Desember 2015 dari http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/4-4-3.pdf

Gultiano, Socorro A & King, Elizabeth M. A Better Start in Life: Evaluation


Results from an Early Childhood Development Program. Philippine Journal
of Development, No. 61, Frist and Second Semesters, Volume XXXIII, no 1
& 2, 2006. Diakses 18 Mei 2016 dari
http://dirp4.pids.gov.ph/ris/pjd/pidspjd06-childhood.pdf

Gunarsa, Singgih. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,


2002

Hakiki, Ilzam Nuzulul. Efektivitas Terapi Air Hangat Terhadap Nyeri Tulang
Belakang pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. Skripsi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta, 2015

Hamid, Achir Yani S. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa.


Jakarta: EGC, 2008
Handayani, Reni. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa di
Sekolah Dasar Negeri Pisangan IV Kecamatan Ciputat Kota Tangerang
Selatan Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta, 2012

Haryati. Pengaruh Progresif Muscle Relaxation Terhadap Status Fungsional


Dalam Konteks Asuhan Keperawatan Pasien Kanker dengan Kemoterapi di
RS. Wahidin Sudiro Husodo Makassar. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia, 2009

Hati, Dwi P. Perbedaan Perkembangan Anak Usia 3-6 tahun antara Ibu Bekerja
dan Tidak Bekerja di TK Among Siwi Sleman Yogyakarta. Skripsi Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah Yogyakarta, 2014. Diakses 02 Juni 2016
dari http://opac.say.ac.id/294/1/naskah%20publikasi.pdf

Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis


Data, cetakan kedua. Jakarta: Salemba Medika, 2008

Hidayat, A. Aziz Alimul. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika, 2008

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Mengenal Keterlambatan Perkembangan Umum


pada Anak, 2013. Diakses 20 Desember 2015 dari
http://idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenal-keterlambatan-
perkembangan-umum-pada-anak

Imron, Moch dan Munif, Amrul. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan.


Jakarta: Sagung Seto, 2010

Irmawati, M. Ardani, IGAI. Astasari, Dewi. Irwanto. Suryawan, Ahmad. dan


Narendra, MB. Pemberian Stimulasi Selama Satu Jam pada Perkembangan
Anak Usia 12-24 Bulan. Media Medika Indonesiana, Volume 46, Nomor 3,
Tahun 2012. Semarang: M Med Indones, 2012. Diakses 15 Desember 2015
dari http://ejournal.undip.ac.id/index.php/mmi/article/view/4570/4162

Iswidharmanjaya, Derry. Svastiningrum, B Sekarjati. Bila Anak Usia Dini


Bersekolah; Panduan bagi Orang Tua untuk Menyiapkan Anak Usia Dini
Menjelang Bersekolah. Jakarta; PT Elex Media Komputindo, 2008

Jafri, Yendrizal & Isna Ovari. Hubungan Pemberian Stimulasi Sosialisasi dengan
Perkembangan Sosialisasi pada Anak Prasekolah Umur 3-6 Tahun di
Posyandu Kelurahan Pintu Kabun Kota Bukittinggi Tahun 2015. Diakses 19
Mei 2016, dari
http://stikesperintis.ac.id/ifile/Artikel%20Stimulasi%202015.pdf

Kholifah, Siti Nur. Fadillah, Nikmatul. As‟ari, Hasyim. Hidayat, Taufik.


Perkembangan Motorik Kasar Bayi Melalui Stimulasi Ibu di Kelurahan
Kemayoran Surabaya. Jurnal Sumber Daya Manusia Kesehatan Vol. 1 No.
1, 2014. Surabaya: Poltekkes Kemenkes Surabaya, Program Studi D III
Keperawatan Kampus Sutopo Jurusan Keperawatan.

Kusbiantoro, Dadang. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah di


Taman Kanak-kanak ABA 1 Lamongan. Skripsi STIKES Muhammadiyah
Lamongan, 2015. Diakses 18 Mei 2015 dari http://stikesmuhla.ac.id/wp-
content/uploads/jurnalsurya/Jurnal%20April%20Vol.07%20No.01%20April
%202015%20Pdf/84-91%20jurnal%20april%202015%20Dadang.pdf

Meadow, Roy & Simon Newell. Lecture Notes Pediatrika, Edisi ke Tujuh.
Jakarta: Erlangga, 2003.

Mustard, J. Fraser. Early Brain Development and Human Development. Mustard


JF, Editor. Encyclopedia on Early Childhood Development. Toronto: Centre
of Excellent for Early Childhood Development, 2010

Nugroho, Heru Santoso W. Denver Developmental Screening Test: Petunjuk


Praktis. Jakarta: EGC, 2009

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:


Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika, 2008

Novita, Windya. Serba-serbi Anak; Yang Perlu Diketahui Seputar Anak dari
Dalam Kandungan Hingga Masa Sekolah (Tinjauan Psikologis dan
Kedokteran). Jakarta; PT Elex Media Komputindo, 2007

Pusat Data dan Informasi. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI, 2012

Pusat Data dan Informasi. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI, 2015

Putri, Dixy FTP. Kusbaryanto. Perbedaan Hubungan antara Ibu Bekerja dan Ibu
Rumah Tangga terhadap Tumbuh Kembang Anak Usia 2-5 Tahun. Artikel
Penelitian Mutiara Medika, Vol. 12 No. 3; 143-149, September 2012.
Diakses 02 Juni 2016 dari
http://digilib.fk.umy.ac.id/files/disk1/21/yoptumyfkpp-gdl-dixyfebria-1015-
1-03kusba-o.pdf

Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007

Silawati, Endah. Teknik Stimulasi Guru Pada Pembelajaran Berbicara dan


Menulis. Universitas Pendidikan Indonesia, PGPAUD, 2010. Diakses 19
Mei 2016 dari http://a-
research.upi.edu/operator/upload/t_pd_0605029_chapter1.pdf

Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC, 2005


Supartini, Yupi. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC, 2004

Susanty, Anne. Fadlyana, Eddy. Nataprawira, HM. Manfaat Intervensi Dini Anak
Usia 6-12 Bulan dengan Kecurigaan Penyimpangan Perkembangan.
Majalah Kedokteran Bandung (MKB), Volume 46 No. 2, Juni 2014. Diakses
15 Desember 2016 dari
http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/view/275/pdf_131

Susyanti, Susan. Hubungan Pelaksanaan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga


dengan Perkembangan Anak Usia di Bawah Dua Tahun (Baduta) di
Wilayah Kerja Puskesmas Sukakarya Kabupaten Garut. Skripsi Universitas
Padjajadjaran, 2013. Diakses 16 Desember 2016 dari
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/Naskah-
publikasi.pdf

Swarjana, I Ketut. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: ANDI, 2012

Syaodih, Ernawulan. Psikologi Perkembangan. Bahan Pelatihan Pembelajaran


Terpadu Yayasan Pendidikan Salman Al Farisi, 2003. Diakses 19 Mei 2015
dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-
ERNAWULAN_SYAODIH/perk_anak.pdf

Tim Pustaka Familia. Warna-warni Anak dan Pendampingnnya. Yogyakarta:


Kanisius, 2006

Tjandrajani, Anna. Dewanti, Attila. Burhany, Amril A. Widjaja, Joanne A.


Keluhan Utama pada Keterlambatan Umum di Klinik Khusus Tumbuh
Kembang RSAB Harapan Kita. Sari Pediatri, Vol. 13, No. 6, April 2012.
Diakses 17 Mei 2016 dari http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/13-6-1.pdf

Umar, Husein. Metode Riset Bisnis: Panduan Mahasiswa Untuk Melaksanakan


Riset Dilengkapi Contoh Proposal dan Hasil Riset Bidang. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2003

Utami, Retno Ristiasih dan Nuryanto, Sartini. Efektivitas Pelatihan untuk


Meningkatkan Keterampilan Sosial pada Anak Sekolah Dasar Kelas 5.
Indigenous; Jurnal Ilmiah Psikologi d.h Kognisi, Vol. 7, No. 1, Mei 2005.
Diakses 19 Juni 206 dari http://ilib.usm.ac.id/sipp/doc/jurnas/gdl-usm-
gdl42-retnoristi-238-1-indigeno-s.pdf

Uyanto, Stanislaus S. Pedoman Analisis Data dengan SPSS, Edisi 3. Yogyakarta:


Graaha Ilmu, 2009

Walker, SP., Wachs, TD., Gardner, JM., Lozoff, B., Wasserman, GA., Pollitt, E.,
Carter, JA., dan the International Child Development Steering Group. Child
Development in Developing Countries 2, Child Development: Risk Factors
for Adverse Outcomes Indeveloping Countries. The Lancet, 2007. Diakses
22 Desember 2016 dari
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/pdfs/lancet_child
_dev_series_paper2.pdf

Wasis. Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC, 2008

Widyana, ED. Toyibah, Afnani. Prani, LPME. Pola Asuh Anak dan Pernikahan
Usia Dini. Jurnal Pendidikan Kesehatan, Volume 4, No.1 April 2015; 33-39.
Diakses 02 Juni 2016 2016 dari http://jurnal.poltekkes-
malang.ac.id/berkas/fd47-Pola_Asuh_Anak.pdf

Widyastuti RD, Widyani RR. Panduan Perkembangan Bayi 0-1 Tahun. Jakarta:
Puspa Swara, 2009

Wong, Dona L. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Ed. 6. Jakarta: EGC, 2008

Wood, G.L., & Haber, J. Nursing Research Methods and Critical Appraisal for
Evidence-based Practice. St. Louis, Missouri. Mosby Elsyvier, 2006

Wulandari, Retno. Perbedaan Perkembangan Sosial Anak Usia 3-6 Tahun


dengan Pendidikan Usia Dini dan Tanpa Pendidikan Usia Dini di
Kecamatan Peterongan Jombang. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2016.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Kode:
Lampiran 1

PENJELASAN PENELITIAN P
e
n
e
l
i
t
i
:

I
k
r
i
m
a

W
a
r
d
a
n
i

N
I
M
:

1
1
1
2 tudi Ilmu perkemban
1 Keperawatan gan yaitu
0 Fakultas pada aspek
4 Kedokteran dan sosialisasi
0 Ilmu Kesehatan dan
0 Universitas Islam kemandiria
0 Negeri Syarif n.
0 Hidayatullah Pemberian
1 Jakarta, bermaksud stimulasi
5 melakukan perkemban
penelitian tentang gan anak
S Stimulasi dilakukan
a Perkembangan. selama 2
y Manfaat penelitian minggu
a ini bagi orang tua oleh orang
, yaitu untuk tua anak
mengetahui yang
m pengaruh sebelumny
a pemberian a telah
h stimulasi diajarkan
a perkembangan dan
s pada anak dan dievaluasi
i untuk oleh
s meningkatkan peneliti.
w status Selanjutny
a perkembangan a peneliti
anak. Anak yang akan
P berpartisipasi mengobser
r didalam penelitian vasi
o ini akan distimulasi intervensi
g sesuai dengan yang
r tahap dilakukan
a perkembangana setiap 2
m anak usia 5-6 tahun hari selama
(60-72 bulan) yang 2 minggu.
S mengalami delay Status
p Peneliti Peneliti
e menjamin bahwa
r penelitian ini tidak
k berdampak negatif
e atau merugikan
m klien. Peneliti akan
b berusaha menjaga
a hak-hak anak dan
n orang tua anak
g sebagai responden
a dari kerahasiaan
n selama penelitian
berlangsung, dan
a peneliti
n menghargai
a keinginan
k responden untuk
tidak meneruskan
d dalam penelitian,
i kapan saja saat
n penelitian
i berlangsung.
l Peneliti
a mengharapkan
i partisipasi
Bapak/Ibu setelah
d penjelasan ini
e disampaikan. Atas
n perhatian dan
g partisipasi
a Bapak/Ibu dalam
n penelitian ini,
peneliti ucapkan
m terima kasih.
e
n Ciputat,..........2016
Lampiran 2 Kode:

LEMBAR PERSETUJUAN

Peneliti: Ikrima Wardani


NIM : 1112104000015

Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan oleh peneliti tentang


penelitian yang akan dilaksanakan sesuai judul diatas, saya mengetahui bahwa
tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian stimulasi
perkembangan pada anak. Saya memahami bahwa keikutsertaan saya dalam
penelitian ini bermanfaat untuk perubahan status perkembangan anak. Saya
memahami bahwa tidak ada resiko yang akan terjadi dan saya berhak untuk
menghentikan keikutsertaan saya dalam penelitian ini. Saya juga mengerti bahwa
catatan mengenai penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya, semua berkas yang
mencantumkan identitas subjek penelitian hanya akan digunakan untuk keperluan
penelitian. Dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun, secara
sukarela saya menyatakan berpartisipasi dalam penelitian ini.

Ciputat,...........2016
Responden Peneliti
Kode:
Lampiran 3

KUISIONER KARAKTERISTIK RESPONDEN

tunjuk Pengisian :
ohon Bapak/Ibu mengisi pertanyaan yang telah disediakan dan berilah tanda ceklis () pada salah satu pilihan yang diangga

1.
Nama Anak Tanggal :
Lahir Anak Usia Anak (bulan)
BB/TB Anak saat
2. ini Nama Bapak/Ibu: Usia Bapak/Ibu
:
3.
Pekerjaan Bapak/Ibu :
4. : Kg/ Cm
5.
6.
7.
8. :
:
Pendidikan Terakhir Bapak/Ibu

SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Riwayat Kelahiran

9.
a.
BB/PB Anak Lahir: Kg/ Cm
b. Usia Anak dalam Kandungan Saat Lahir:
c. Komplikasi saat persalinan: Ada/Tidak
10. Alamat:
Kode Responden:

Lampiran 4

KUESIONER PRASKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) USIA 60 BULAN

1. Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan Bicara & Ya Tidak
membantu kecuali mengulangi pertanyaan. Bahasa
“Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?”
Jawab YA bila anak menjawab ke 3 pertanyaan tadi dengan
benar, bukan dengan gerakan atau isyarat.
- Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah “menggigil”,
”pakai mantel‟ atau “masuk kedalam rumah‟.
- Jika lapar, jawaban yang benar adalah “makan”
- Jika lelah, jawaban yang benar adalah “mengantuk”, “tidur”,
“berbaring/tidur-tiduran”, “istirahat” atau “diam sejenak”
2. Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian Sosialisasi & Ya Tidak
boneka? Kemandirian
3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu Gerak Kasar Ya Tidak
tunjukkan caranya dan beri anak kesempatan melakukannya 3
kali. Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam waktu
6 detik atau lebih?
4. Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan menyebut Gerak Halus Ya Tidak
kata “lebih panjang”. Perlihatkan gambar kedua garis
ini pada anak. Tanyakan: “Mana garis yang lebih
panjang?” Minta anak menunjuk garis yang lebih
panjang. Setelah anak menunjuk, putar lembar ini dan
ulangi pertanyaan tersebut. Setelah anak menunjuk,
putar lembar ini lagi dan ulangi pertanyaan tadi.
Apakah anak dapat menunjuk garis yang lebih panjang
sebanyak 3 kali dengan benar?
5. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar Gerak Halus Ya Tidak
ini, suruh anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong
yang tersedia. Berikan 3 kali kesempatan. Apakah anak dapat
menggambar seperti contoh ini?

6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat Bicara & Ya Tidak
dengan telunjuk atau mata pada saat memberikan perintah Bahasa
berikut ini:
“Letakkan kertas ini di lantai”.
“Letakkan kertas ini di kursi”.
“Berikan kertas ini kepada ibu”.
Dapatkah anak melaksanakan ketiga perintah tadi?
7. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa Sosialisasi & Ya Tidak
menangis atau menggelayut pada anda) pada saat anda Kemandirian
meninggalkannya?
8. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, katakan pada Bicara & Ya Tidak
anak : Bahasa
“Tunjukkan segi empat merah”
“Tunjukkan segi empat kuning”
„Tunjukkan segi empat biru”
“Tunjukkan segi empat hijau”
Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu dengan benar?

9. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa Gerak Kasar Ya Tidak
berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak ikut dinilai).
Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?
10. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan? Sosialisasi & Ya Tidak
Kemandirian
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI
(KARTU HARIAN RESPONDEN)

Inisial Nama Anak :


Usia :
Jenis Kelamin :
Berikan tanda () jika tindakan dilakukan, tanda () jika tindakan tidak dilakukan.
Mingu Ke 1 Minggu Ke 2
Hari ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Pelaksanaan stimulasi perkembangan
Waktu pelaksanaan

Frekuensi

Durasi

Paraf Observer
Responden
Kode:
DAFTAR KEGIATAN STIMULASI YANG TELAH DILAKUKAN

Hari/Tanggal dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Stimulasi yang Dilakukan

Paraf Peneliti Paraf Responden


Lampiran 6
Hasil Output Analisa Data SPSS
HASIL SKRINING

JUMLAH
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PENYIMPANGAN 5 4,3 4,3 4,3
MERAGUKAN 29 24,8 24,8 29,1
SESUAI 83 70,9 70,9 100,0
Total 117 100,0 100,0

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Jeniskelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 11 64,7 64,7 64,7
Perempuan 6 35,3 35,3 100,0
Total 17 100,0 100,0

UsiaIbu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 24 1 5,9 5,9 5,9
25 1 5,9 5,9 11,8

28 1 5,9 5,9 17,6

32 1 5,9 5,9 23,5

33 4 23,5 23,5 47,1

34 1 5,9 5,9 52,9

35 1 5,9 5,9 58,8


36 1 5,9 5,9 64,7

37 3 17,6 17,6 82,4

39 1 5,9 5,9 88,2

40 1 5,9 5,9 94,1

58 1 5,9 5,9 100,0


Total 17 100,0 100,0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bekerja 14 82,4 82,4 82,4
Bekerja 3 17,6 17,6 100,0
Total 17 100,0 100,0
PendidikanAkhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pendidikan Dasar 5 29,4 29,4 29,4
Pendidikan Menengah 8 47,1 47,1 76,5
Pendidikan Tinggi 4 23,5 23,5 100,0
Total 17 100,0 100,0

UJI NORMALITAS
Score pre test
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Skorpre 17 100,0% 0 0,0% 17 100,0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Skorpre Mean 7,59 ,123

95% Confidence Interval Lower Bound 7,33


for Mean Upper Bound 7,85

5% Trimmed Mean 7,60


Median 8,00
Variance ,257
Std. Deviation ,507
Minimum 7
Maximum 8
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness -,394 ,550
Kurtosis -2,109 1,063
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Skorpre ,380 17 ,000 ,632 17 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
Score post test
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N P
Skorpost 17 100,0% 0 0,0% 17

Descriptives
Statistic Std.
Skorpost Mean 9,35

95% Confidence Interval Lower Bound 8,99


for Mean Upper Bound 9,71

5% Trimmed Mean 9,39


Median 9,00
Variance ,493
Std. Deviation ,702
Minimum 8
Maximum 10
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -,634
Kurtosis -,576

Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk


Statistic Df Sig. Statistic df
Skorpost ,292 17 ,000 ,776 17
a. Lilliefors Significance Correction

Setelah Transformasi Data


Score pretest
C
a
s
e

P
r
o
c
e
s
s
i
n
g

S
u
m
m
a
r
Transpre

Descriptives
Transpre Mean ,8792 ,00714

95% Confidence Interval Lower Bound ,8641


for Mean Upper Bound ,8943

5% Trimmed Mean ,8798


Median ,9031
Variance ,001
Std. Deviation ,02942
Minimum ,85
Maximum ,90
Range ,06
Interquartile Range ,06
Skewness -,394 ,550
Kurtosis -2,109 1,063
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Transpre ,380 17 ,000 ,632 17 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
Score post test
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Transpost 17 100,0% 0 0,0% 17 100,0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Transpost Mean ,9698 ,00811

95% Confidence Interval Lower Bound ,9526


for Mean Upper Bound ,9870

5% Trimmed Mean ,9718


Median ,9542
Variance ,001
Std. Deviation ,03344
Minimum ,90
Maximum 1,00
Range ,10
Interquartile Range ,05
Skewness -,753 ,550
Kurtosis -,263 1,063
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Transpost ,288 17 ,001 ,773 17 ,001
a. Lilliefors Significance Correction

UJI WILCOXON

Analisis 10 Poin Pertanyaan KPSP

NPar Tests
Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum


Skorpre 17 7,59 ,507 7 8
Skorpost 17 9,35 ,702 8 10

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


skorpost - skorpre Negative Ranks 0a ,00 ,00
Positive Ranks 16b 8,50 136,00

Ties 1c
Total 17

a. skorpost < skorpre


b. skorpost > skorpre
c. skorpost = skorpre

Test Statisticsa

skorpost -
skorpre

Z -3,624b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.
Analisis 3 Poin Pertanyaan tentang Aspek Sosialisasi dan Kemandirian KPSP

NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Presosman 17 1,4706 ,71743 ,00 2,00
Postsosman 17 2,6471 ,60634 1,00 3,00

Wilcoxon Signed Ranks Test


Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
postsosman - presosman Negative Ranks 0a ,00 ,00
b
Positive Ranks 15 8,00 120,00

Ties 2c
Total 17

postsosman < presosman


postsosman > presosman
postsosman = presosman

Test Statisticsa
postsosman –
presosman

Z -3,542b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

Wilcoxon Signed Ranks Test


Based on negative ranks.

Anda mungkin juga menyukai