Anda di halaman 1dari 38

ANALISIS REJECT DAN REPEAT FILM RADIOGRAF DI

INSTALASI RADIOLOGI RSUD PROVINSI NUSA


TENGGARA BARAT

Disusun Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

Praktek Kerja Nyata

Disusun oleh:

                                                      SIMÃO DE JESUS
                                                        NIM : 00147068
   

PROGRAM DIPLOMA III

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN


RADIOTERAPI BALI

ATRO

2017
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disetujui laporan Kasus Praktek Kerja Nyata (PKN) dengan

judul : “Analisis Reject dan Repeat Film Radiograf di Instalasi Radiologi RSUD

Provinsi Nusa Tenggara Barat

Nama : Simão de Jesus

Nim : 0114706

Tanggal : Maret 2017

Tempat : Instalasi Radiologi Rumah Sakit Daerah Provinsi Nusa Tenggara

Barat

Diketahui :

                 Kepala Instalasi Radiologi RSUD Provinsi Nusa Tengggara Barat

(dr. Dewi Anjarwati, M.Kes, Sp.Rad)

Pembimbing

                               (Novi Setyawati Pratiwi Amd.Rad. S,ST)

                                                                                                  Lombok, Maret 2017

ii
KATA PENGANTAR

Puja dan Puji syukur penulis panjatakan kehedapan Tuhan yang Maha
Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul, ‘‘Analisis Reject dan Repeat Film Radiograf di Instalasi Radiologi
RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat” tepat pada waktunya. Makalah ini
berisikan materi tentang Riject dan Repeat Analisis Film Radiograf. Penyajian
materi ini penulis dapatkan melalui media masa internet dan teori yang sudah di
ajarkan dari kampus.
Laporan ini dibuat guna menyelesaikan tugas Praktek Kerja Nyata (PKN)
di RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat, dalam menyelesaikan Makalah ini
penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak, dan untuk itu penulis mengucapakan terimakasih kepada :
1. Ibu dr. Dewi Anjarwati, M.Kes, Sp.Rad selaku kepala Instalasi Radiologi
RSUD Nusa Tenggara Barat, serta dr. H. Hasan Amin, Sp.Rad dan dr. Triana
Dyah c., Sp.Rad.,MSc
2. Ibu Novi Setyawati Pratiwi Amd.Rad. S,ST selaku dosen pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbin penulis
3. Staf Radiologi Rumah Sakit Umum Daearah Nusa Tenggara Barat yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membantu Penulis sehingga Makalah
ini dapat terselesaikan
4. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
Makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan tak
lepas dari kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun kesempurnaan Makalah ini.
Mataran, Maret 2017
Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
DAFTAR TEBEL...............................................................................................
DAFTAR BAGAN.............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

  1.1. Latar Belakang............................................................................


  1.2. Rumusan Masalah.......................................................................
  1.3. Tujuan Penulisan.........................................................................
  1.4. Metode Penulisan........................................................................
  1.5. Manfaat Penulis..........................................................................

BAB II DASAR TEORI

  2.1 Tinjauan Teori..............................................................................


2.1.1 Reject dan Repeat analysis..................................................
2.1.2 Kaset Radiografi.................................................................
  2.1.3 Film Radiografi...................................................................
    2.1.4 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes SK/II/2008...................................................................
    2.1.5 Analisis Pengulangan Film Radiograf ................................
2.1.6 Penyebab Pengulangan Film...............................................
2.1.7 Double Expose....................................................................
2.1.8 Objek Asing.........................................................................
  2.2 Kerangka Teori..........................................................................
 2.3  Hipotesis ...................................................................................
BAB III RANCANGAN IDENTIFIKASI

3.1 Rancangan Identifikasi................................................................


3.2 Populasi dan Sampel...................................................................
3.3 Variabel Identifikasi....................................................................
3.4 Instrumen Identifikasi.................................................................
3.5 Prosedur Penelitian.....................................................................
3.6 Metode Pemgambilan data..........................................................
3.7 Metode Pengolahan dan Analisa Data........................................
                3.8  Alur Penelitian............................................................................

iv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN

4.1. Hasil Identifikasi..........................................................................


4.2. Pembahasan..................................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan....................................................................................
5.2 Saran..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Analisa penolakan film radiograf berdasarkan jenis pemeriksaan

Tabel 4.2 Data penulangan pemeriksaan radiograf berdasarkan penyebab masing-

masing dalam periode tertentu Maret 2017 Instalasi Radiologi RSUD Provinsi

Nusa Tenggara Barat.

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Bagan 3.1 Alur Penelitian

v
BAB I

1.1 Latar Belakang

Keberadaan Instalasi Radiologi merupakan salah satu penunjang

medis khususnya untuk membantu menegakkan diagosa suatu penyakit

dengan cara menghasilkan radiograf yang berkualitas. Radiograf yang

berkualitas dapat dilihat dari 4 kriteria antara lain Densitas, Kontas, Detail

dan Ketajaman yang dipengaruhi oleh beberapa factor. Factor yang

menentukan kualitas radiograf antara lain factor teknik (X-ray unit, Kaset,

Processing), factor Sumber Daya Manusia dan Pasien. Upaya menjamin agar

pelayanan berkualitas adalah dengan menerapan program jaminan mutu

(quality assuance) dan kendali mutu (quality control), dengan demikian akan

didapatkan hasil diagnosis yang optimal.

Jamina mutu mencakup semua program manajemen yang digunakan

untuk menjamin pelayanan kesehatan dengan cara pengumpulan data dan

evaluasi data yang sistematik. Sedangkan Kendali Mutu merukan bagian dari

program jaminan mutu yang mana menitik beratkan kegiatan programnya

pada teknik-teknik yang diperlukan untuk pengawasan (monitoring),

perawatan (maintenance). Elemen-elemen teknis dari suatu system peralatan

radiografi dan imejing yang mempengaruhi mutu suatu gambar. (Papp,

2011).

Beberapa hasil gambaran radiologi dibuang karena tidak memiliki

nilai diagnostic. Hal ini disebut reject fim (film yang ditolak) yang diuraikan

sebagai gambaran radiologi yang tidak dapat memberikan informasi

v
diagnostic karena mutu dari gambar tersebut kurang dan harus dilakukan

pengulangan foto kembali. Pengulangan tersebut dapat menyebabkan dosis

radiasi yang diterima pasien bertambah, meningkatnya biaya, waktu tunggu

pasien menjadi lebih lama, penambahan beban kerja kepada petugas radiologi

dan mengurangi umur hidup dari tabung sinaar-X (Hermawan, 2012)

Quality Assurance (QA) untuk mempertahnkan bahkan meningkatkan

mutu pelayanan. Sasaran utama program QA adalah peningkatan kuaitas

pelayanan pasien dan interpretasi gambar dengan tepat waktu. Yang termasuk

QA adalah kendali mutu (quality control). Dalam bidang radiologi reject

analisis merupakan komponen dari program QA (Papp, 2011).

Repeat analysis adalah suatu metode yang mendokumentasikan film

yang ditolak dan menetukan penyebab penolakan film yang terjadi sehingga

dapat meminimalisir ataun mengurangi penolakan. Anka reject dihitung

dengan jumlah pengulangan film dalam periode tertentu dangan jumlah film

yang dihasilkan pada periode tertentu. (Papp, 2011)

Program reject analisis adalah program yang digunakan untuk

menganalis penggunaan film, ini adalah suatu proses sistematis pengolongan

gambar yang ditolak dan menetukan sebab dari pengulangan tersebut

sehingga penguangan foto dapat dikurangi atau dihilangkan kedepannya.

Tujuan diadakannya program reject analysis adalah menganalisa jumlah film

yang terbuang sebagai sebuah presentasi dari total film yang digunakan,

membuat standar untuk program QA untuk menidentifikasi kebutuhan

pelatihan untuk staf dan untuk mendeteksi dini dari perubahan reject analysis

v
dan menidentifikasi kemungkinan dari penyebabnya. Factor-faktor yang

menyebabkan ditolaknya fim radiograf adalah posisi objek, pergerakan objek,

factor eksposi, keselahan peralatan, pengolahan film dan penyebab lainnya.

(Rahman, 2007),

Menurut (Papp, 2011), presentasi pengulangan film yang diperbolekan

adalah 4% - 6% dari seluruh pemeriksaan yang dilakukan. Berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar

pelayanan minimal radiologi menyatakan bahwa tingkat pengulangan sebesar

≤ 2% pengulangan radiograf yang terjadi di instalasi radiologi, seringkali

terjadi melebihi dari yang diperbolekan, maka perlu dilakukan identifikasi

factor penyebab pengulangan film radiograf, sehingga dapat meminimalkan

kerugian.

Berdasarkan pengalaman penulis selama Praktek Kerja Nyata (PKN)

di Instalasi Radiologi RSUD Nusa Tenggara Barat ada kejadian pengulangan

foto radiograf dan belum pernah dilakukan pencatatan serta belum dilakukan

pengujian sehingga tidak dapat di antisipasi jumlah reject dan repeat yang

terjadi.

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka penulis ingin

mengkaji dan ingin mengetahi tentang pengulangan foto radiograf dan tertarik

untuk membahas dan mengangkatnya mejadi sebuah makalah yang berjudul

“Analisis Reject dan Repeat Film Radiograf di Instalasi Radiologi RSUD

Provinsi Nusa Tenggara Barat”

v
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Berapakah persentasi angka reject film di Insalasi Radiologi RSUD         

        Provinsi Nusa Tenggara Barat?

1.2.2 Berapaka persentasi angka repeat film di Insalasi Radiologi RSUD   

Provinsi Nusa Tenggara Barat?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui persentasi angka reject film di Insalasi Radiologi     

RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat

1.3.2 Untuk mengetahui persentasi angkan repeat film di Insalasi Radiologi

RSUD Nusa Tenggara Barat

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan dari makalah ini adalah

1.4.1 Manfaat bagi Rumah Sakit Umum Daerah Nusa Tenggara Barat

Untuk meminimilisasi penyeban pengulangan film radiograf terkait

dengan Kepmenkes no.129 tahun 2008 dalam meningkatkan mutu

pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Nusa Tenggara Barat.

1.4.2 Manfaat bagi penulis

Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam Reject dan

Repeat analysis penyebab pengulangan film.

v
1.4.3 Manfaat bagi kampus ATRO BALI

Untuk menambah bahan referensi ATRO BALI yang dapat

dimanfaatkan oleh mahasiswa Dosen dan dan semua yang

membutuhkan tentang Repeat dan Reject Film Radiograf

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami isi makalah ini, maka penulis


membuat sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan


penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tentang tinjauan teori dan kerangka teori

BAB III : Metode Identifikasi

Bab ini berisi tentang rancangan penelitian, populasi, sampel,


subyek penelitian, alat dan bahan, metode pemgambian data,
metode pengolajan dan analisa data dan alur identifikasi.

BAB IV : Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang hasil identifikasi dan dan pembahasan

BAB V : Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran

Daftar Pustaka

v
Lampira

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Reject dan Repeat Analysis

Reject Analysis adalah suatu prosedur untuk mengetahui tingkat

kesalahan teknik dalam melakukan pemeriksaan atau kesalahan yang

timbul oleh peralatan yang dinilai terhadap film yang terbuang sia-sia.

Yang merupkan suatu proses secara sistematis pengolongan gambar

yang ditolak dan menentekan sebab dari pengulangan tersebut sehingga

kerusakan foto dapat dikurangi atau dihilangkan kedepannya. (Papp,

2011)

Repeat analysis adalah suatu metode yang mendokumentasikan

film yang ditolak dan menentukan penyebab penolakan film yang terjadi

sehingga dapat meminimalisir atau mengurangi penolakan. Pada

computer radiography cara menganalisis pengulangan pemeriksaan

yaitu menggunakan Repeat Analysis

Analysis penolakan dan pengulangan film merupakan bagian

dari program quality assurance yang memiliki tujuan untuk

menampilkan data tentang penggunaan film dan penolakan film dalam

periode waktu tertentu sehingga dapat diketahui efektifitas

v
penggunaannya. Program analysis ini adalah menekan penolakan dan

pengulangan pemeriksaan dengan cara menganalisis data dan

menentukan solusinya. (Papp, 2011)

Quality Assurance adalah suatu program manajemen yang

digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan cara

melakukan pengumpulan data kemudian mengkajinya secara sistematis.

Tujuan utama dari program quality Assurance (QA) adalah

untuk meningkatkan pelayanan terhadap pasien, teknik manajemen,

kebijakan dari prosedur unit radiologi, efektifitas, efisiensi pelayanan

dan menghasilkan gambaran radiograf tepat waktu. Program ini

ditekankan pada factor manusia, dalam hal ini adalah radiographer yang

dapat menyebabkan variasi kesalahan. Dengan adanya quality assurance

bukan berarti petugas harus takut. Namun hal ini merupakan langkah

awal untuk melakukan perbaikan. (Papp, 2011).

World Healt Organisation (WHO) telah menetapkan quality

assurance dibidang radiologi sebagai salah satu upaya yang

diselengarakan oleh petugas untuk memastikan bahwa gambar

diagnostic yang dihasilkan memiliki kualitas yang cukup tinggi,

sehingga secara konsisten mereka dapat memberikan informasi yang

baik dengan sedikit paparan radiasi yang diterima pasien.

v
2.1.2 Kaset Radiografi

Kaset adalah sebuah kotak yang kedap cahaya, kaset berfungsi

sebagai tempat meletakan film saat film itu hendak di ekposi oleh sinar-

X. Dengan kaset film yang berada di dalamnya tidak akan terbakar

akibat cahaya tampat sebab kaset dirancang kedap cahaya maksudnya

tidak ada satupun cahaya yang bias masuk kedalam kaset. (Nova

Rahman, 2009).

2.1.3 Film Radiografi

Film dalam radiografi secara umum mempunyai fungsi sebagai

pencatat bayangan sehingga gambaran yang kita inginkan bisa dapat

dilihat melalui film. Bahan film radiografi yang paling utama adalah

emulsi. Emulsi film radiografi terbuat dari senyawa yang bernama perak

bromide atau dengan rumus senyawa kimianya adalah AgBr. Ukuran

film yang umum digunakan adalah berukuran 18×24 cm, 24×30 cm,

30×40 cm, dan 35×35 cm. (Nova Rahman, 2009).

2.1.4 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes

SK/II/2008

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal rumah sakit.

Standar pelayanan minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu

v
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak

diperoleh setiap warga secara minimal, juga merupakan spedifikasi

teknik tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh

badan layanan umum kepada masyarakat. Rumah Sakit merupakan

sarana keseatan yang menyelengarakan pelayanan kesehatan perorangan

meliputi pelayanan promotif preventif, kuratif dan rehabilitative yang

menyediakan pelayanan rawat inap, jawat jalan dan rawat darurat.

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal

radiologi menyatakan bahwa tingkat pengulangan sebesar ≤ 2%.

Pengulangan radiograf yang sering terjadi di Instalasi Radiologi sering

kali terjadi melebihi dari yang diperbolehkan, maka perlu dilakukan

identifikasi faktor penyebab penggulangan film radiograf, sehingga

dapat meminimalkan kerugian.

2.1.5 Analisis pengulangan film radiograf dapat dilakukan dalam beberapa
tahapan metode adalah sebagai berikut. (Lloyd, 2011):

2.1.5.1 Metode penghitungan pengulangan radiograf

a. Mengumpulkan film yang ditolak setiap harinya.

b. Catat jumlah penglangan film pada lembar penghitungan             


data harian.

c. Hitung semua jumlah film yang digunakan untuk dapat    di
ketahui jumlah pemakai film pada suatu periode.

v
2.1.5.2 Analisis Pengulangan

a. Jumlah pengulangan film secara keseluruhan

b. Jumlah pengulangan film berdasarkan ukuran film

c. Mengidentifikasi factor penyebab terjadinya pengulangan

d. Lakukan perhitungan presentasi pengulangan film dan     
bandingan dengan presentasi pengulangan film peiode
sebelumnya.

2.1.5.3 Tindakan

a. Buat urutan peningkat terhadap hasil perhitungan penolakan
film.

b. Identifikasi kegagalan yang sering terjadi

c. Atur sebuah program untuk memperbaiki kesalahan

d. Mulailah program tindakan perbaikan untuk referensi dimasa
yang akan datang

Angka penyebab pengulangan film radiograf dapat sebabkan oleh

beberapa factor yang berbeda-beda dan dapat dilakukan perhitungan

dengan rumus (Papp, 2011).

v
a. Angka reject film keseluruhan adalah angka kerusakan film dengan penyebab

yang spesifik

Jumlah pengulangan film pada periode tertentu × 100%

Jumlah film yang dihasilkan pada periode tertentu

b. Angka repeat film adalah jumlah pengulangan film yang terjadi akibat

radiograf tidak dapat menegakkan diagnose dikarenakan objek tidak

sesuai dan tidak tetlihat.

Angka pengulangan pada tiap kategori × 100%

Jumlah pengulangan film pada periode tertentu

v
Perhitungan presentasi pengulangan radiograf berdasarkan factor

penyebab yaitu sebagai berikut:

1. Kesalahan pergerakan objek

a
×100% Keterangan :
z
a : jumlah film yang ditolak
2. Kesalahan posisioning            
karena factor pergerakan
b
×100%
z obkek
3. Artefak b : jumlah film yang ditolak
c
×100% karena factor posisioning
z
c : jumlah film yang ditolak
4. Kesalahan Faktor Ekposi
karena factor artefak
d
×100%
z d : jumlah film yang ditolak
5. Faktor penyebab pengolahan film karena factor eksposi
e e : jumlah film yang ditolak
×100%
z
karena factor pengolahan

film

2.1.6 Penyebab pengulangan film Faktor pada modalitas konvensional

v
2.1.6.1 Object movement

Pergerakan pasien dapat menyebabkan terjadinya

kekaburan dan menurunkan nilai detail dari gambar radiograf.

Untuk mengurangi pergerakan pasien yang dapat menyebabkan

kekaburan pada gambaran sebaiknya digunakan waktu eksposi

yang singkat, pemberian alat fiksasi, dan instruksi pada pasien

(Bushong, 2001)

2.1.6.2 Posisioning

Pengaturan tabung sinar-x, posisi pasien, dan kolimator

dapat menyebabkan hilannya informasi gambaran anatomi yang

ingin dilihat (Bushong, 2001)

2.1.6.3 Artefak

Artefak dapat berasal dari kesaahan factor pengunaan alat

yang tidak dalam kondisi baik seperti grid dan roller pada

automatic processing. Artefak juga dapat dapat berasal dari

pasien yaitu seperti kalung, anting, penjepit rambut yang tidak

dilepaskan pada saat pemeriksaan berlansung.

2.1.6.4 Faktor eksposi

Faktor eksposi yang digunakan untuk setiap pemeriksaan


berbeda-beda, semakin tebal rapat objek yang akan diperiksa
maka membutuhkan penggunaaan factor eksposi yang tinggi.
Factor eksposi yang digunakan akan berpengaruh terhadap

v
tingkat densitas, kontras, detail dan ketajaman pada gambar
radiograf. Penggunaan factor eksposi yang tepat sangat
diperlukan agar penolakan film radiograf dapat dihindari.

Terdapat 2 kondisi yang sering terjadi apabila pengaturan factor


eksosi kurang tepat yaitu:
a. Under expose

Kondisi gambaran radiograf yang under expose

terjadi karena pemilihan factor ekposi kV dan mAs yang

tidak tepat dan tidak sebanding dengan tebal objek yang

diperiksa, sehingga hanya sedikit intensitas sinar-x yang

diteruskan dan diterima oleh film.

b. Over expose

Kondisi gambaran radiograf yang over expose terjadi

karena pemilihan factor eksposi kV dan mAs yang terlalu

tinggi sehingga gambaran yang dihasilkan hitam atau

memiliki tingkat densitas yang tinggi.

2.1.7 Double ekposi

Double eksposi mengakibatkan hilangnya data karena ada data

dala lain yang dimasukan sebelum dan pertama di proses.

2.1.8 Objek asing

Kotoran dan serpihan pada film dapat menyebabkan bintik-

bintik/artefak.

v
2.2 Kerangka Teori

Keputusan Menteri Kesehatan


No.129/Menkes/SK/II/2008

Radiologi

Reject Repeat

Faktor-faktor

 Objek movement
 Posisining
 Artefak
 Faktor ekposi
 Double eksposi
 Prosessing

Perhitungan Reject ≤ 2%

      Gambar 2.2 Kerangka teori

2.3 Hipotesis

v
Ho : Tidak ada angka reject dan repeat film Radiorafi di Instalasi Radiologi

RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat

Ha : Ada angka reject dan repeat film Radiorafi di Instalasi Radiologi RSUD

Provinsi Nusa Tenggara Barat

BAB III

METODE IDENTIFIKASI

3.1 Rancangan Identifikasi

3.1.1 Jenis Identifikasi

Jenis identifikasi yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah


dengan menggunakan metode observasi.

3.1.2 Lokasi Identifikasi

Lokasi Identifikasi pengumpulan data yang digunakan dalam


penyusunan makalah ini adalah di RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat.

3.1.3 Waktu pengambilan data

Waktu pengumpulan data dalam penyusunan makalah ini dimulai pada


bulan Pebruari 2017

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi Identifikasi

Populasi identifikasi ini adalah seluruh film radiografi yang digunakan


pada bulan Pebruari 2017 di Instalasi Radiologi RSUD Provinsi Nusa
Tenggara Barat.

3.2.2 Sampel Identifkasi

v
Sampel dalam makalah ini adalah jumlah film radiograf yang
mengalami reject dan repeat pada bulan Pebruari 2017 di Instalasi
Radiologi RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat.

3.3 Variabel Indentifikasi

3.3.1 Variabel Independent

Variabel Independent dalam makalah ini adalah hasil radiograf yang


mengalami reject dan repeat karena pergerakan objek, posisioning,
factor eksposi dan artefak.

3.3.2 Variabel Dependent

Variabel dependen dalam Makalah ini adalah presentase reject dan


repeat film radiograf

3.3.3 Varibel Kontrol

Variabel Kontol dalam Makalah ini adalah waktu pelaksanaan Makalah,


Radiografer, check list, tempat identifikasi, pemeriksaan radiologi

3.4 Definisi Operasional

3.4.1 Pergerakan objek adalah factor penyebbab reject film radiograf yang
disebabkan oleh objek yang bergerak sehingga mengakibatkan
gambaran tidak jelas atau kabur dan tidak dapat menampakan anatomi
secara jelas sehingga terjadi pengulangan.

3.4.2 Posisioning adalah factor penyebab reject dan repeat film radiograf
yang disebabkan karena pengaturan pesawat atau pengaturan pasien
yang kurang tepat.

v
3.4.3 Faktor eksposi adalah factor penyebab reject dan repeat film radiograf
yang di sebabkan karena pengaturan factor eksposi yang tidak tepat.

3.4.4 Artefak adalah factor penyebab reject, dikarenakan adanya pengunaan


alat yang tidak dalam kondisi baik. Artefak juga dapat disebabkan
karena faktor yang berasal dari pasien yaitu, seperti kalung, gelang,
anting, jepit rambut yang tida dilepaskan saat pemeriksaan berlansung.

3.4.5 Reject film radiograf adalah keseluruhan foto radiograf yang ditolak
dikarenakan tidak dapat menghasilkan kualitas yang baik dan tidak
dapat menegakan diagnose suatu penyakit.

3.4.6 Repeat film radiograf adalah keseluruhan foto radiograf yang diulang
dikareakan tidak dapat menghasilkan kualitas yang baik dan tidak dapat
menegakan diagnose suatu penyakit.

3.5 Instrumen Identifikasi

1. Pedoman observasi

2. Tabel pengulangan pemeriksaan

3. Alat tulis (buku dan pulpen)

4. Check list

5. Dokumentasi

3.6 Prosedur Identifikasi

Dalam hal ini penulis melaukan prosedur identifikasi pengulangan film


radiograf. Adapun langkah-langkah adalah sebai berikut:

3.6.1 Membuat pedoman observasi, yang akan dilakukan di Instalasi radiologi

RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat.

v
3.6.2 Mancatat dn menghitung keseluruhan pengulangan film radiograf dalam

bentuk form (Check list).

3.6.3 Mengelompokan jumlah film radiograf yang diulang menurut ukran

film, proyeksi dan faktor pemgulangan film.

3.6.4 Menganalisis dan mencatat jumlah film yang diulang berdasarkan

survey dan check list tentang faktor-faktor penyebab sehingga dapat diketahui

faktor penyebab pengulangan terbesar.

a. Menghitung presentasi penolakan secara keseluruhan dengan rumus:

Jumlah pengulangan pada


Angka pengulangan film pada periode tertentu × 100%
tiap kategori × 100%

Jumlah
Jumlah film yang dihasilkan
pengulangan pada
film pada periode
periode tertentu
tertentu

b. Menghitung presentasi pengulangan dan penolakan radiograf

berdasarkan penyebab.

v
Perhitungan presentasi pengulangan radiograf berdasarkan factor

penyebab yaitu sebagai berikut:

1 Kesalahan pergerakan objek

a
×100% Keterangan :
z
a : jumlah film yang ditolak
2. Kesalahan posisioning            
karena factor pergerakan
b
×100%
z obkek
3. Artefak b : jumlah film yang ditolak
c
×100% karena factor posisioning
z
c : jumlah film yang ditolak
4. Kesalahan Faktor Ekposi
karena factor artefak
d
×100%
z d : jumlah film yang ditolak
5. Faktor penyebab pengolahan film karena factor eksposi
e e : jumlah film yang ditolak
×100%
z
karena factor pengolahan

film

v
3.7 Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan objektivitas dan validitas data dari Makalah ini, maka
penulis menggunakan beberapa netode dalam pengumpulan data, yaitu
sebagai berikut;

3.7.1 Observasi

Penulis melakukan observasi yaitu penulis mengamati secara lansung

penyebab penolakan foto radiograf (reject) di Instalasi Radioogi RSUD

Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk melenkapi data identifikasi.

3.7.2 Perhitungan

Penulis melakukan perhitungan sesuai dengan rumus reject dan repeat

yang selanjutnya dari hasil tersebut dianalisa serta dibandingkan dengan

stardar Kemenkes.

v
3.8 Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan pengumpulan data observasi, data yang

telah dikumpulkan dalam bentuk table presentasi. Berdasarkan tabel

presentasi yang dibuat kemudian di hitung secara sistematis untuk

menghitung presentasi pengulangan setiap bulannya dan total pengulangan

menggunakan rumus:

Angka pengulangan pada tiap kategori × 100%

Jumlah pengulangan film pada periode tertentu


Jumlah pengulangan film pada periode tertentu × 100%

Jumlah film yang dihasilkan pada periode tertentu

Berdasarkan analisis yang dihasilkan kemudian di bagi berdasarkan kategori

penyebab pengulagan foto :

v
Penulis membuat kesimpulan dari semua data yang telah di dapat dengan

meninjau dari keputusan Menteri Kesehatan No.129/Menkes/SK/2008 engan

batas ≤ 2%. Data dari perhitungan kemudian dibuat diagram untuk dilakukan

perbaikan dan di deskripsikan hasilnya dengan menggunakan diagram Pie.

Apabila presentase reject ≤ 2% maka masih dalam batas normal dan jika

presentase reject ≥ 2% maka perlu dilakukan perbaikan.

3.9 Alur Identifikasi


Stok kaset

Film exposed

Film terbaca Kerusakan film

 Posisioning
 Movement
 Faktor eksposi
 Atefak
 Processing

Pencatatan jumlah film yang digunakan dan direject dan direpeat

Data dikumpulkan

Film yang direject dan direpeat kemudian di sortir dan dilakukan


kategorisasi

Analisis

Pembahasan

Kesimpulan

v
                                           Gambar 3.1 Alur identifikasi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

Identifikasi ini dilakukan dan di Instalasi Radiologi RSUD Provinsi

Nusa Tengga Barat dengan waktu pengambilan data bulan Pebruari 2017.

Penulis melakukan pengambilan data dengan cara observasi. Dari hasil

observasi penulis diketahui bahwa selama menggunakan automatic

processing di Instalasi Radiologi RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat belum

dilakukan analisis pengulangan film radiograf secara sistematik dan berkala.

4.1.1 Persentase Pengulagan Pemeriksaan

Hasil dari identifikasi ini didasarkan pada observasi yang telah

dilakukan penulis dalam pemgambilan data dengan memilih foto yang

diulang pada bulan Pebruari 2017. Berikut data pengulangan film

radiograf pada bulan Pebruari 2017 ditampilkan seperti table 4.1 dibawa

ini:

Tabel 4.1 Karakteristik Penilaian Reject dan Repeat

Tanggal Ukuran JP Penyebab Reject Total

v
film PO KP A FE P
1 30×40 cm Abd R 3
35×35 cm Thx R
35×35 cm Thx R
2 30×40 cm Cru/Abd R 2
3
4 30×40 cm LS R 2
35×35 cm Thx R
5
6
7 30×40 cm Abd R 2
30×40 cm Femur R
8 30×40 cm Pelvis R 1
9 30×40 cm TL R 2
30×40 cm LS R
10 35×35 cm Thx R 3
35×35 cm Thx R
24×30 Shoulder R
11 24×30 cm Skull R 1
12
13 30×40 cm LS R 5
30×40 cm Abd R
35×35 cm
Thx R
35×35 cm Thx R
35×35 cm Thx R
14
15
16 30×40 cm R 2
30×40 cm R
17 35×35 cm R 2
35×35 cm R
18 30×40 cm R 3
30×40 cm R
30×40 cm R
19
20 35×35 cm R 2
35×35 cm R
21 30×40 cm R
22
23 30×40 cm R R 2
30×40 cm R
24
25 30×40 cm R 4
30×40 cm R

v
30×40 cm R
30×40 cm R
26
27 30×40 cm R 3
30×40 cm R
30×40 cm R
28 30×40 cm R 5
30×40 cm R
35×35 cm R
35×35 cm R
35×35 cm R
TOTAL
Keterangan : JP = Jenis Pemeriksaaan

                       PO = Posisi Objek

                       KP = Kesalahan Posisioning

                       A = Artefak

                       FE = Faktor Eksposi

                       P = Processing

Tabel 4.2 Hasil Reject film berdasarkan jenis pemeriksaan

Tgl/Bln Jenis Pemeriksaan Jumlah


Pebruari S C CV T A P E P CT Pemeriksaan Reject
1 1 2 8 20 15 3 8 10 57 3
2 2 7 33 9 2 4 13 70 2
3 1 4 25 3 1 2 8 44
4 1 1 4 10 3 3 2 17 78 2
5 1 2 2 7 3 8 23
6 2 2 4 18 11 2 12 1 14 66
7 2 2 6 29 8 4 9 1 20 81 2
8 2 1 7 27 10 5 8 1 23 81 1
9 2 2 6 20 14 2 4 2 24 76 2
10 4 2 7 13 11 2 2 13 49 3

v
11 1 2 8 12 5 6 4 11 54 1
12 2 2 4 2 6 16
13 2 2 6 44 2 3 5 18 82 5
14 4 22 9 2 2 12 51
15 5 3 1 14 23
16 2 4 30 8 6 10 2 22 84 2
17 2 2 8 34 6 2 2 15 71 2
18 2 2 7 32 11 3 4 18 79 3
19 1 2 4 2 1 2 12
20 1 2 4 26 6 5 7 3 20 76 2
21 2 2 6 27 5 6 8 11 74 1
22 2 2 7 31 6 3 4 2 23 74
23 1 2 5 24 6 4 5 2 9 64 2
24 1 4 14 6 3 2 10 35
25 4 13 7 2 3 13 55 4
26 1 2 2 2 2 1 2 12
27 2 2 6 34 8 2 16 2 10 86 3
28 1 2 8 36 7 2 14 11 84 5
Total 1657 45
Keterangan: S = Skull, C = Cervical, E = Extremitas, CT = CT Scan

                    CV = Coluna Vertebra, T = Thorax, K = Kontas

                    A = Abdomen, P = Pelvis, P = Panoramic

Pengulangan gambar radiograf yang diulang dengan presentase yang

dihitung menggunakan rumus:

Jumlah radiograf yang diulang × 100%

                             Jumlah radiograf keseluruhan periode tertentu

4.1.2 Faktor-faktor penyebab pengulangan foto di Instalasi Radiologi

RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat

Setelah dilakukan analisis pengulangan radiograf secara

keseluruhan, kemudian penulis mengkategorikan enguangan

v
radiograf dalam masing-masing faktor yang meliputi pergerakan

pasien, posisi pasien, artefac, faktor eksposi, dan processing.

Table 4.4 Data penguangan pemeriksaan radiograf berdasarkan

penyebab tertentu bulan Pebruari 2017 Instalasi Radiologi RSUD

Provinsi Nusa Tenggara Barat.

No Penyebab Pengulangan Jumah Pengulangan Presentase


1 Pergerakan objek 7 15,5%
2 Posisi pasien 5 11,1%
3 Artefak 13 28,9%
4 Faktor ekposi 17 37,8%
5 Processsing 3 6,7%
Total 100%
a. Angka pengulangan berdasarkan penyebab Presentase total

pengulangan pemeriksaan kemudian di analisis lebih lanjut

berdasarkan faktor penyebab terjadinya pengulangan.

Selama penulis melakukan pengamatan terhadap pengulangan

pemeriksaan raadiologi bulang Pebruari 2017 faktor pergerkan pasien terjadi

7 pengulangan faktor posisi pasien terjadi 5 pengulangan, arefak terjadi 13

pengulangan, faktor eksposi terjadi 17 pengulangan dan faktor processing

terjadi 3 pengulangan.

1. Pengulangan karena faktor pergerakan pasien

Persentase pengulangan karena faktor pergerakan pasien di Instalasi

Radiologi RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu 15,5%

2. Pengulangan karena faktor posisi pasien

v
Persentase pengulangan karena faktor posisi pasien di Instalasi Radiologi

RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu 11,1%

3. Pengulangan karena faktor artefak

Persentase pengulangan karena faktor artefak di Instalasi Radiologi RSUD

Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu 28,9%

4. Pengulangan karena faktor eksposi

Persentase pengulangan karena faktoreksposi di Instalasi Radiologi RSUD

Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu 37,8%

5. Pengulangan karena faktor processing

Persentase pengulangan karena faktor processing di Instalasi Radiologi

RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu 6,7%

Berdasarkan table 4.2 pengulangan pemeriksaan radiografi di Instalasi

Radiologi RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat pada bulan Pebruari 2017

terjadi faktor yang menyebabkan pengulangan. Alasan penyebabnya

pengulangan pemeriksaan radiograf pergerakan pasien 15,5%, posisi pasien

11,1%, artefak 28,9%, faktor eksposi 37,8%, dan processing 6,7%, data ini

diperoleh dari angka pengulangan tertinggi terdapat pada faktor ekspois yaitu

37,8%.

4.2. Pembahasan

4.2.1 Untuk mengetahui presentase angka reject film di Instalasi Radiologi   

RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat

v
Berdasarkan identifikasi dan pengumpulan data yang telah

dilakukan penulis mengenai kerusakan foto yang terjadi di Instalasi

Radiologi RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat pada bulan Pebruari

2017 didaptakan jumlah kerusakan foto yang diperoleh sebesar 45.

Dengan hasil dari data kerusakan foto yang terkumpul tersebut maka

data presentase total dari kerusakan foto yang terjadi setiap bulannya

akan dapat dinyatakan jumlahnya yaitu sebesar 2.71%.

Jumlah presentase yang diperoleh pada bulan Pebruari 2017

memiliki jumlah presentase yang dikatakan telah melewati batas

toleransi dari peraturan yang tercantum pada Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 yang dimana

dalam peraturan tercantum bahwa kejadian kegagalan pelayanan

roentgen yang merupakan kerusakan foto yang terjadi yaitu ≤ 2%.

4.2.2 Untuk mengetahui presentase angka repeat berdasarkan penyebabnya           

di Instalasi Radiologi RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan penulis,

penyebab pengulangan film tertiggi dan terendah di Instalasi Radiologi

RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu presentase pengulangan

peemeriksaan terendah dikarenakah processing 6,7% sedangkan

pengulangan pemeriksaan tertinggi terdapat pada faktor eksposi

sebanyak 37,8%. Dengan demikian faktor dominan penyebab

pengulangan pemeriksaan radiogfari di Instalasi Radiologi RSUD

Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah Faktor eksposi.

v
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Presentase angka reject film radiograf di Instalasi Radiologi RSUD 

Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebesar 2.71% pada bulan

Pebruari 2017. Jumlah presentase tersebut dikatakan telah melewati bats 

toleransi dari peraturan yang berlaku yang tercantum pada peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/2008

yang dimana dalam peraturan tercantum bahwa kegagalan pelayanan

roentgen yang merupakan kerusakan foto yang terjadi yaitu sebesar ≤2%

5.1.2 Persentase angka repeat film radiografi berdasarkan penyebabnya di

Instalasi Radiologi RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah

pergerakan pasien 15,5%, posisi pasien 11,1%, artefak 28,9%, faktor

eksposi 37,8%, dan processing 6,7%.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Radiographer, sebaiknya lebih meningkatkan pengetahuan dan

kemanpuan tentantag pemberian faktor eksposi terhadap pemeriksaan

yang dilakukan sehingga bias meminimalkan presentase reject film.

v
5.2.2 Bagi Radiographer, sebaiknya sebelum dilakukan pemeriksaan harus

menjelaskan atau memberitahukan kepada pasien atau keluarga

pasien untuk melepaskan benda logam yang ada pada daerah

pemeriksaan, sehinnga tidak menimbulkan artefak dan mengurangi

presentase reject film.

5.2.3 Sebaiknya menggunakan Computer Radiography atau Digital

Radiography agar tidak menimbulkan angka reject dan repeat film

dan mengurangi presentase reject film sehingga tidak melewati bataas

yang di tentukan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

129/Menkes/SK/II/2008.

v
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Listya. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan film radiologi

dengan program reject analysis di Instalasi radiologi BRSU Tabanan.

Bushong, C.S., 2001, Radiologic Science for technologist Physics, Biology and

protection, 7th Edition, CV. Mobsy Company, Washington DC.

Papp, Jeffry. 2001. Quality management in the imaging Science, Fourth Edition

St Louis Missouri.

Lloyd, Peter J., 2001, Quality Assurance Work Book for Radiographers and

Radiological Technologist, Ganeva: WHO

Republik Indonesia 2008.Keputusan Menteri KesehataNo.129/Menkes/SK/2008

tentang standar minimal.

Nova Rahman, 2009, film dan Kaset “Radiograf,” Fourth Edition

ST.Louis,Missouri

Rasad, S, Kartoleksono S, Ekayuda I, 2005 Radio Diagnostik, Gaya Baru,

Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai