Anda di halaman 1dari 10

REVIEW JURNAL KLEPTOMANIA

DOSEN PENGAMPU : ANDY CHANDRA S.Psi,.M.Psi.

DISUSUN OLEJ : RIANI DEWI A 188600483

KELAS A2
JUDUL JURNAL : PENGALAMAN INDIVIDU DENGAN RIWAYAT KLEPTOMANIA

LATAR BELAKANG :

Kleptomania merupakan sebuah gangguan yang dikarakteristikkan dengan adanya dorongan


untuk melakukan tindakan mencuri benda-benda tidak dibutuhkan dan tidak menguntungkan.
Dorongan tersebut muncul tak tertahankan dan terjadi berulang kali. Beberapa faktor yang
mungkin menyebabkan kleptomania, yaitu faktor genetik, keluarga, masalah kepribadian, sosial,
dan fisiologis (Zhang, Huang, & Liu, 2018). Secara khusus, terkait dengan faktor keluarga,
kebanyakan individu dengan gangguan kleptomania tidak dibesarkan oleh orang tua mereka,
atau memiliki orang tua yang tidak harmonis (orang tua bercerai, menikah lagi, atau dari
keluarga di mana orang tua dan anak memiliki tingkat komunikasi dan kedekatan emosional
yang rendah). Individu dengan kleptomania juga melaporkan kurangnya kehangatan afektif dari
keluarga mereka.

TUJUAN : Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pemaknaan dari partisipan yang
merupakan individu yang sudah tidak lagi menampilkan gejala kleptomania. Terdapat enam
tema yang masing-masing dimaknai secara berbeda oleh ketiga partisipan. Enam tema tersebut
kemudian disimpulkan menjadi tiga tema besar, yaitu tema mengenai latar belakang keluarga,
dinamika internal partisipan, dan keputusan untuk memperbaiki diri.

SAMPEL: salah satu dari peneliti, melakukan evaluasi atas pengalaman personalnya selama
menampilkan gejala kleptomania. Pengalaman tersebut dituangkan dalam bentuk narasi dan
kemudian kedua peneliti menentukan tema-tema penting terkait pengalaman tersebut.

METODE : Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan


untuk menginterpretasikan sebuah fenomena sesuai dengan apa yang dimaknai oleh partisipan
penelitian dalam tatanan alami pengalamannya. Bodgan dan Bicklen (2007) menyebutkan
bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian kualitatif adalah untuk dapat memahami
perilaku dan pengalaman individu dengan lebih baik. Penelitian ini terdiri dari dua tahap. Pada
tahap pertama, desain yang digunakan adalah studi autoetnografi. Pada tahap kedua, desain
yang digunakan adalah studi fenomenologi. Gejala kleptomania yang dimaksud dalam
penelitian ini mengacu pada kriteria diagnosis yang ditetapkan oleh DSM V.

HASIL : Hasil studi ini menunjukkan bahwa pengalaman individu dengan riwayat kleptomania
terangkum dalam tiga tema besar, yaitu latar belakang keluarga, perasaan internal partisipan,
dan keputusan untuk memperbaiki diri. Keluarga yang tidak harmonis menjadi faktor dominan
yang memunculkan manifestasi gangguan kleptomania. Saat menunjukkan gejala kleptomania,
partisipan juga mengalami berbagai isu yang tidak menyenangkan, seperti rasa putus asa,
dorongan yang kuat dan tidak terkontrol untuk mengambil barang, rasa malu setelahnya, dan
rasa tidak pernah puas. Keinginan untuk memperbaiki diri mulai muncul dalam diri partisipan,
khususnya di pertengahan usia 20 tahun, di mana keberadaan anak terlihat menjadi motivasi
utama. Latar belakang keluarga dengan hubungan orang tua yang tidak harmonis muncul pada
seluruh partisipan. Ketiga partisipan menyebutkan bahwa ketidakharmonisan dalam keluarga
menyebabkan rasa kecewa yang mendalam, dan hal tersebut dinilai menjadi penyebab
munculnya gejala
JUDUL JURNAL :
PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP ORANG YANG MENDERITA PENYAKIT
KLEPTOMANIA

LATAR BELAKANG : Pencurian merupakan tindakan criminal yang banyak dijumpai dalam
kehidupan bermasyarakatan. Seseorang dapat dikatakan melakukan pencurian bilamana ia
mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan
maksud untuk dimiliki secara melawan hukum. Hal ini dijelaskan secara tegas dalam Pasal 362
KUHP sekaligus menjadi indikator kapan dana bagaimana seorang yang diduga melakukan
tindakpencurian itu dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana.
Dalam Hukum Pidana tidak semua pelaku pencurin kejahatan dapat dimintakan
pertanggungjawaban secara pidana. Dengan kata lain ada beberapa pengecualian dalam hal
pertanggungjawaban pidana pelaku. Contoh mengenai persoalan pertanggungjawaban pidana
yang dikecualikan adalah para pelaku tindak pidana yang mengalami gangguan mental seperti
penderita kleptomania.

TUJUAN :
Tujuan jurnal adalah menganalisis masalah tentang pencuri yang dilakukan oleh seseorang
yang memiliki penyakit Kleptomania, yang belum dijelaskan dalam artikel 44 KUHP. Masalah
dapat ditarik dari tulisan ini adalah tentang tanggung jawab pidana dari orang yang memiliki
penyakit Kleptomania yang melakukan pencurian.

METODE :
Penelitian ini dibuat menggunakan metode empiris, dalam upaya melihat adanya kesenjangan
antara aturan hukum dengan praktek dilapangan tentang pertanggungjawaban pidana penderita
kleptomania

HASIL : Pertanggungjawaban pidana terjadi karena adanya perbuatan melawan hukum pidana
yang dilakukan oleh seseorang. Pertanggungjawaban pidana sangat erat kaitannya dengan
persoalan ada tidaknya kesalahan seseorang yang melakukan perbuatan. Oleh karena itu
dalam Hukum Pidana terdapat asas prinsip tentang pertanggungjawaban pidana yaitu asas:
(geen straf zonder schuld; actus non facit reun nisi mens sist rea) atau tidak dipidana jika tidak
ada kesalahan.3 Asas ini memang tidak tercantum secara eksplisit dalam hukum tertulis yang
berlaku di Indonesia namun diakui sebagai asas yang penting dalam menentukan dapat
tidaknya seseorang dipertanggungjawabkan secara pidana. Sehubungan dengan itu mengutip
pendapat Roslan Saleh “ Membicarakan tentang pertanggung- jawaban pidana, tidak dapat
dilepaskan dari satu atau dua aspek yang dilihat dengan pandangan falsafah.
JUDUL : GAMBARAN PSIKOLOGIS INDIVIDU DENGAN KECENDERUNGAN
KLEPTOMANIA

LATAR BELAKANG :
Kleptomania merupakan sebuah tindakan pengambilan barang yangdidasari oleh impuls atau
dorongan sebagai sarana pemenuhan kepuasan. Pelaku kleptomania biasanya mendapatkan
kepuasan setelah melakukan tindakannya. DSM IV-TR mengklasifikasikan kleptomania
kedalam Impulse-Control
DisordersNotElsewhereClassifiedataugangguanpengendalianimpulsyang tak terklasifikasi
dimanapun. Menurut Durrand dan Barlow (2007), gangguan pengen-dalian impuls, diawali
dengan sebuah impuls yang tidak dapat ditolak, biasanya impuls akan sangat merugikan orang
yang dikenainya. Gangguan yang termasuk didalamnya sering dimulai dengan godaaan atau
keinginan yang destruktif namun sulit ditolak. Ditambahkan Durand dan
Barlow,penderitaseringdipersepsiolehmasyarakatmemilikimasalahitusemata-mata karena tidak
mempunyai “kemauan”.
Kleptomania tidak bisa disamakan dengan tindak pidana pencurian biasa dalam diagnosanya.
Kaplan dan Sadock (1997), menyebutkan perbedaan utama klepto-mania dan bentuk mencuri
lainnya. Pada diagnosis kleptomania, mencuri harus selalu diikuti kegagalan untuk menahan
impuls dan harus merupakan tindakan yang tersendiri, dan benda-benda yang dicuri tidak boleh
memiliki arti segeraatau tujuan keuanganan. Pada mencuri biasa, tindakannya biasanya
direncanakan, dan benda-benda yang dicuri untuk digunakan atau memiliki nilai finansial.
Kleptomania muncul karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi yang dapat bersifat
sederhana maupun kompleks. Demikian pula halnya dengan beberapa bentuk perilaku
abnormal yang ditunjukan oleh para penderita abnormalitas jiwa.

TUJUAN : n tujuan penelitian, yaitu individu yang memiliki kecenderungan perilaku


kleptomania.Pemilihan subjek ini mengacu padakriteria diagnosa yangditetapkan olehDSM IV-
TR. Berikut adalah karakteristik yang harus terpenuhi pada calon subjek penelitian, yaitu:
1. Berusia antara 20-25 tahun.
2. Memiliki kecenderungan melakukan tindakan mengambil suatu objek secara sembunyi-
sembunyi, yang didasari oleh impuls dan pikiran yang berulang-ulang dari dalam diri.
3. Objek yang diambil merupakan benda-benda yang tidak memiliki arti ekonomi.
4. Perilaku masih berlangsung sampai saat penelitian ini dilakukan.

METODE : Metode pengambilan data dilakukan dengan metode wawancarasemiter-struktur.


HASIL : Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap kedua subjek, hasil yang didapat
adalah perbuatan mengambil barang yang dilakukan oleh subjek secara sembunyi-sembunyi
adalah sebagai bagian dari usaha kedua subjek untuk meningkatkan rasa kecemasan dan
ketegangan yang akan menghasilkan sensasi ketegangan.Sensasiketeganganitulah
yangdicaridandinikmatiolehkedua subjek. Rasa puas dan senang dari pengalaman subjek
melakukan pengambilan barang secara sembunyi-sembunyi adalah sebagai pereda
ketegangan.
Keduasubjek adalah seorang remaja yangmemiliki gangguan pengendalian impuls dengan
kecenderungan melakukan kleptomania. Munculnya gangguan itu pada diri kedua subjek telah
berlangsung cukup lama, dan frekuensi mereka melakukan perbuatannyapun tidak dapat lagi
dihitung denganangkastatistik. Merekamelakukankleptomaniakarenadidorongoleh suatu impuls
ketika melihat sebuah objek yang berperan sebagai stimulus. Terkadang untuk melancarkan
aksinya, kedua subjek melakukan beberapa perencanaan. Perencanaan dilakukan untuk
melakukan pengamatan singkat mengenai situasi dan kondisi sekitar objek berada. Hal ini
dilakukan untuk memastikankeamanan.Merekatidakingin mendapatresikoburukakibatperbuatan
mereka. Pada subejk 1, situasi yang idealmenurutnya adalah crowded atau situasi sekitar yang
ramai. Menurutnya, dalam situasi seperti itu perhatian orang-orang disekitarnya akan teralihkan
dan tidak terfokus pada barang-barang yang ada disekitarnya. Hal ini juga berlaku disebuah
took atau tempatperbelanjaan, dimana situasi ramai dapat mengalihkan perhatian para
penjaganya. Berbeda dengan subjek 1, subjek 2 memilih uncrowded atau situasi sepi sebagai
tempat yang ideal untuk menjalankan aksinya. Situasi seperti ini dipilih, karenadirinya
menghindari keungkinan buruk terjadinya penang-kapan apabila ada orang lain yang melihat
gerak-geriknya.
Ketika melakukan perbuatannya, subjek 1 merasakan tension atau perasaan tegang. Perasaan
tegang tersebut dihasilkan karena dirinya menyadari sedang melakukanperbuatanyang
buruk.Namun,bagisubjek1perasaantegang yangmuncul tidak membuatnya merasa terganggua.
Dirinya justru menikmati perasaan tegang tersebut dan menganggapnya sebagai sebuah
motivasi untuk segera menyelesaikan per-buatannya. Pada subjek 2,ketika melakukan
perbuatannya, justru Tkonflik yang didapatkannya. Konflik ini dihasilkan karena ada
pertentangan antara keinginan dan perasaan bersalah dan berdosa. Untuk mengatasi konflik
yang muncul, maka dirinya akan mempercepat proses pengambilan objek. Karena apabila
konflik tersebut membesar, maka hal itu akan membuat keyakinannya melemah dan
membuatnya mengurung-kan niatannnya.
JUDUL : PERANCANGAN GRAPHIC DIARY TENTANG UPAYA TINDAK ANTI BULLYING
TERHADAP KLEPTOMANIA.

LATAR BELAKANG : Kleptomania adalah penyakit jiwa yang membuat penderitanya tidak bisa
menahan diri untuk mencuri. Kleptomania tidak bisa disamakan dengan tindak pidana
pencurian biasa. Namun banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa kleptomania
merupakan suatu gangguan mental. Mereka berfikir orang-orang yang melakukan klepto
merupakan seorang pencuri, sehingga penderita pun di bully, dikucilkan, dicemooh bahkan
dideskriminasi. Dengan adanya tindak bullying, maka akan timbul perilaku menarik diri, merasa
diri paling bersalah, malu untuk bersosialisasi, dan masih banyak hal lain yang mengekang
perilaku sosalisasi penderita.

TUJUAN : Untuk memberikan gambaran serta pengertian terhadap cara pandang masyarakat
terhadap penyakit kleptomania agar tidak berfikir negatif bahwa penderita kleptomania adalah
seorang pencuri pada umumya serta memberikan dukungan batin kepada korban bullying dan
orang tua penderita kleptomania

METODE : Menggunakan metode analisis 5W+1H yaitu What (apa), Who (siapa), Where
(dimana), When (kapan), Why (mengapa) dan How (bagaimana). Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data serta informasi yang akurat serta terpercaya.

HASIL : Melalui metode pengumpulan data kualitatif yang kemudian di analisis dengan metode
5W+1H, untuk kemudian dipelajari dan mencari solusi, dengan demikian dapat disimpulkan,
tujuan dari pemilihan media graphic diary adalah agar mempermudah penulis menyampaikan
pesan serta informasi kepada para ibu dengan mempertimbangkan terlebih dahulu beberapa
aspek di atas. Graphic diary dinilai mampu menjawab setiap aspek yang merupakan sebuah
tantangan dalam penentuan media. Makna dari sebuah tindak pencurian adalah suatu tindakan
pengambilan barang orang lain dengan tujuan untuk memilikinya. Secara harfiah, hal ini sama
dengan makna pada kecenderungan kleptomania. Unsur dari perbuatan kleptomania juga
merupakan sebuah tindakan untuk melakukan pengambilan barang dengan tujuan untuk
memilikinya. Namun, pembeda keduanya hanya pada motif, jenis barang, dan perlakuan
terhadap barang selanjutnya. Jika, pada pencurian biasa pelakunya selalu berdasarkan motif
ekonomi, namun pada kleptomania tindakan yang dilakukan sebagai pemenuhan kepuasan diri
dan sebagai cara untuk memenuhi dorongan yang muncul ketika melihat suatu objek.
Para pelaku kleptomania, mengambil barang-barang dan lalu mengumpul- kannya disebuah
tempat. Para pelaku kleptomania, pada dasarnya tidak tertarik untuk menjual barang-barang
mereka. Namun, apabila ada faktor yang menguatkan, hal itu bisa saja terjadi seperti contohnya
adalah ketika ada orang yang tertarik pada barang yang dimiliki oleh pelaku kleptomania, dan
ingin memilikinya.
Banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui bahwa kleptomania merupakan suatu gangguan
mental, dapat memicu tindak bullying terhadap kleptomania hingga dikucilkan dan bahkan
dideskriminasi. Dengan adanya tindak bullying bahkan pendeskriminasian oleh masyarakat
terhadap kleptomania, maka akan timbul perilaku menarik diri, merasa diri paling bersalah, malu
untuk bersosialisasi, dan masih banyak hal lain yang mengekang perilaku sosalisasi penderita.
Jika ditelusuri lebih dalam, akibat dari tindak bullying ini dapat beresiko fatal seperti stress yang
berkepanjangan hingga bunuh diri. Tentu kita semua tidak ingin hal seperti ini terjadi pada
anak-anak yan notabennya masih memiliki masa depan yang panjang.
JUDUL : KLEPTOMANIA: MANIFESTASI KLINIS DAN PILIHAN TERAPI

LATAR BELAKANG :

Kleptomania (curi patologis) merupakan salah satu bentuk gangguan kejiawaan yang ditandai
dengan mencuri berulang. Perilaku tersebut disertai dengan keinginan kuat yang sulit
dikendalikan. Kleptomania dapat berhubungan dengan gangguan kejiwaan seperti depresi,
kecanduan alcohol, gangguan kecemasan dan gangguan obsesif kompulsif. Kleptomania
memiliki kesamaan gejala dengan adiksi seperti adanya tekanan yang kuat sebelum keinginan
tersebut dicapai, penurunan keinginan segera sesaat setelah aksi dilakukan, adanya jeda waktu
(jam, hari atau minggu) terhadap munculnya keinginan melakukan aksi pencurian berulang,
serta terdapat perasaan senang setelah melakukan aksinya Kleptomania juga dapat berkaitan
dengan perubahan mood. Kriteria diagnostik untuk kleptomania berdasarkan American
Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders diantaranya
adalah prilaku mencuri barang berulang dimana penderita tidak mampu untuk mengendalikan
keinginan tersebut. Barang yang dicuri biasanya tidak diperlukan oleh pasien dan bukan untuk
dijual. Terdapat beberapa alat bantu untuk penegakkan diagnosis kleptomania diantaranya
adalah Yale Brown Obsessive Compulsive Scale Modified for Kleptomania (K-YBOCS) dan
Kleptomania Symptom Asessment Scale (K-SAS). K-YBOSC merupakan alat ukur keparahan
gejala kleptomania. Untuk terapi farmakologi diantaranya Selective serotonin reuptake inhibitors
(SSRI) merupakan golongan antidepresan yang bekerja dengan meningkatkan level serotonin
di otak dan naltrexon merupakan terapi medikasi terhadap adiksi alcohol selain itu beberapa
psikoterapi yang banyak dilakukan untuk penderita kleptomania adalah Cognitive Behavioral
Therapy (CBT), psikoterapi kognitif, desensitisasi sistemik dan terapi aversi. Psikoterapi ini
bertujuan untuk mengubah persepsi penderita terhadap tindakan mencuri dan mengalihkan
minat ke hal lain.Kleptomania harus dibedakan dari pencurian berulang tanpa manifestasi
gangguan psikiatrik yang direncanakan dengan lebih hati-hati serta untuk mendapatkan
keuntungan pribadi (Z03.2.), gangguan mental organik seperti gangguan ingatan yang
menyebabkan penderita lupa membayar barang belanjaan (F00 – F09) serta pencurian yang
disebabkan gangguan depresi (F30 – F33).

HASIL : Penderita kleptomania mencuri barang yang tidak penting seperti baju, dan kaos kaki
karena tujuan dari pencurian tersebut bukanlah untuk balas dendam maupun memenuhi
kebutuhan ekonomi, melainkan untuk memenuhi kepuasan dirinya sendiri. Ketika ditanya
alasan mengapa melakukan tindakan tersebut, pasien akan kebingungan karena tidak
mengetahui alasannya. Pencurian tersebut terus menerus dilakukan karena sensasi
ketegangan yang dapat menimbulkan kepuasan tersendiri untuk pasien. Tata laksana untuk
pasien kleptomania terbagi menjadi 2 yaitu psikofarmakologi dan psikoterapi. Terapi
psikofarmakologi meliputi Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) dan Naltrexon.
Psikoterapi sendiri mempunyai tujuan untuk mengubah persepsi pendertita terhadap tindakan
mencuri dan mengarahkannya kepada hal lain yang lebih positif,
JUDUL : APLIKASI SISTEM PAKAR BAGI PENGIDAP KLEPTOMANIA MENGGUNAKAN
VISUAL BASIC 2008

LATAR BELAKANG :
Kleptomania dianggap sebagai kategori gangguan kejiwaan, terutama terkait dengan
kontrol diri seseorang, di mana tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan tidak
terencana. Ketika keinginan mencuri muncul, orang yang menderita kleptomania tidak
memiliki kemampuan untuk mencegah diri atau melarikan diri dari situasi tersebut.
Orang-orang yang menderita kleptomania memiliki situasi khas karena tindakan mereka
tidak didasarkan pada motif ekonomi, atau secara emosional didorong oleh pemilik
benda yang dicuri. Ini lebih tentang kepuasan diri dan kesenangan diri begitu tindakan
berhasil dilakukan. Itu membuat mereka tidak memiliki perbedaan dalam penampilan,
atau kehidupan sehari-hari dibandingkan dengan individu normal.

TUJUAN :
Penelitian ini bertujuan untuk merancang program aplikasi komputer yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kinerja dan memberikan layanan yang lebih baik,
mengidentifikasi orang-orang yang memiliki kecenderungan sebagai kleptomania.
Menggunakan s
istem pakar sebagai metode pemecahan masalah, ia juga menawarkan kemampuan
seorang ahli dalam menganalisis dan menentukan tingkat kecenderungan kleptomania
seseorang

METODE : Suatu sistem pakar tersusun atas tiga mode utama yaitu [4]:
1. Mode Akuisisi Pengetahuan (Knowledge Acquisition Mode), merupakan proses pengumpulan
pengetahuan-pengetahuan yang digunakan dalam pengembangan sistem, dilakukan dengan
bantuan knowledge engineer, suatu penghubung antara suatu sistem pakar dengan pakarnya.
2. Mode Konsultasi (Consultation Mode), pengguna berinteraksi dengan sistem dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sistem.
3. Mode Penjelasan (Explanation Mode), menjelaskan proses pengambilan keputusan oleh
sistem, mengenai cara suatu keputusan dapat diperoleh.

HASIL Berdasarkanhasil yang diperoleh selama kegiatan penelitian, dapat disimpulkan


beberapa hal sebagai berikut :
1. Program aplikasi menggunakan sistem pakar telah berhasil dirancang bangun dan diujicoba.
2. Penerapan metode sistem pakar dalam program aplikasi komputer, secara efektif berhasil
mengadopsi pengetahuan pakar sehingga dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam
penyelesaian persoalan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.stainkudus.ac.id/1133/5/5.%20BAB%202.pdf

https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/APKKM/article/view/5107

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/8087/6:30

https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthawicara/article/download/5082/3867

https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthawicara/article/download/54666/32376

https://jpu.k-pin.org/index.php/jpu/article/view/304

Anda mungkin juga menyukai