SKENARIO 3
Disusun oleh:
Kelompok 4
Tutor Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan tutorial “Skenario 3” telah melalui konsultasi dan disetujui oleh Tutor Pe
mbimbing
Tutor Pembimbing,
STEP 1
Kata Sulit: -
Kata Kunci:
1. Perempuan usia 68 tahun
2. Nyeri sudah 5 bulan, lokal, nyeri hilang timbul, sakit terus, kadang sakit
sekali, kadang sakit
3. Beli obat seperti di TV, rasa nyeri berkurang setelah meminum obat
4. Kiri terutama, akhir-akhir ini kanan mulai sakit
5. Makin nyeri waktu naik turun tangga dan posisi duduk ke berdiri
6. Membaik apabila di kompres hangat, tapi tidak sampai hilang nyerinya
7. Tahun lalu pasien jatuh
8. Pekerjaan : ibu rumah tangga
9. Belum pernah mengalami sebelumnya, hanya mulai 5 bulan ini
10. Ibu sering mengalami nyeri lutut
11. Ekstrimitas: akral hangat
12. Status lokalis Lutut:
Inspeksi: sendi bengkak (-) , hiperemi (-)
Palpasi: Tenderness sendi genu bagian kanan kiri (+)
Krepitasi: (+)
ROM : full movement
STEP 2
Data Tambahan:
Anamnesis
1. Nyeri sudah 5 bulan, tidak menjalar, nyeri hilang timbul, sakit terus, kadang
sakit sekali, kadang sakit
2. Beli obat seperti di TV, rasa nyeri berkurang setelah meminum obat
3. Kiri terutama, akhir-akhir ini kanan mulai sakit
4. Makin nyeri waktu naik turun tangga dan posisi duduk ke berdiri
5. Membaik apabila di kompres hangat, tapi tidak sampai hilang nyerinya
6. Tahun lalu pasien jatuh
7. Pekerjaan : ibu rumah tangga
8. Belum pernah mengalami sebelumnya, hanya mulai 5 bulan ini
9. Ibu sering mengalami nyeri lutut
10. Tidak ada keluhan lain
Pemeriksaan Fisik
1. Vital sign: 130/80 // 20// 36,5// dbn
2. KU: baik
3. GCS:4-5-6
4. Kepala leher: dbn
5. Thorax: dbn
6. Abdomen: dbn
7. Ekstrimitas: akral hangat,
8. Inspeksi: sendi bengkak (-) , hiperemi (-)
9. Palpasi: Tenderness sendi genu bagian kanan kiri (+)
10. Pemeriksaan Lutut:
11. Krepitasi: (+)
12. ROM : full movement
Pemeriksaan Penunjang
1. No data
STEP 3
Diagnosis Differential:
Osteoarthritis Genu
Rheumatoid Arthritis
STEP 4
Rumusan Masalah:
1. Apa penyebab nyeri yang dikeluhkan pasien?
2. Apa hubungan usia lanjut dan jenis kelamin pasien dengan keluhan?
3. Mengapa nyeri bertambah saat naik turun tangga?
1. Proses penuaan atau adanya trauma sebelumnya, sehingga saat otot jarang
digunakan dapat terjadi instabilitas yang akibatnya terjadi stres
kartilago/mikrotrauma kemudian degenerasi
2. Keluhan nyeri pada lutut biasanya beresiko pada bertambahnya usia, sering di
atas usia 60 tahun. Kemungkinan pasien tersebut mengalami OA dimana usia
merupakan salah satu faktor resiko terjadinya OA. Jenis kelamin juga
memiliki peranan penting dalam terjadinya OA lutut, wanita lebih sering
terkena OA dari pada laki – laki hal ini terjadi akibat hormonal pada wanita
yang telah menaupose, yang mengakibatkan hormone estrogen turun yang
menyebabkan penurunan dari densitas tulang dan persendian.
3. Dugaan adanya cedera atau penipisan pada bantalan sendi lutut. Saat pasien
naik turun tangga tekanan di sendi lutut meningkat (sendi lutut menjadi
tumpuan tubuh), hal tersebut menyebabkan rasa nyeri bertambah
STEP 5
POMR
PLANNING
TPL PPL ASSESMENT
DIAGNOSIS TERAPI MONITORING EDUKASI
1. Perempuan usia 68 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, Osteoarthritis Darah Non farmakologi Nyeri sendi: Memberikan pengertian
tahun 10,18 lengkap Latihan dan aktivitas VAS atau bahwa OA adalah penya
2. Nyeri sudah 5 bulan, LED fisik = bersepeda, WOMAC kit yang kronik, sehingga
lokal, nyeri hilang berjalan, berenang indeks perlu dipahami bahwa m
Analisis
timbul, sakit terus, Pasien dengan BMI
cairan Fungsi fisik ungkin dalam derajat tert
>25= penurunan BB
kadang sakit sekali, sinovium Penilaian pasien entu akan tetap ada rasa
Pengunaan penyangga/
kadang sakit Foto polos secara umum nyeri, kaku dan keterbata
alat bantu jalan
3. Beli obat seperti di TV, sendi lutut Radiografi san gerak serta fungsi
rasa nyeri berkurang CT scan/ sendi Hindari aktivitas yang
setelah meminum obat Farmakologi
MRI (Dougados, 2004) membebani kerja lutut
4. Kiri terutama, akhir- Analgesik: ibuprofen,
(Pratiwi, 2015) Sarankan pasien untuk
paracetamol
akhir ini kanan mulai kontrol kembali
sakit Perubahan perilaku
5. Makin nyeri waktu naik Pembedahan: artroskopi, positif, seperti olahraga,
turun tangga dan posisi perbaikan kartilago, dan
penurunan berat badan,
duduk ke berdiri artroplasti (Lespasio et a
penggunaan alas kaki
6. Membaik apabila di l., 2017)
yang sesuai
kompres hangat, tapi Kompres hangat lutut
tidak sampai hilang (NICE, 2014)
Rehabilitasi medik
nyerinya
Cryotherapy
7. Tahun lalu pasien jatuh
Terapi panas
8. Pekerjaan: ibu rumah
Terapi LASER
tangga
9. Belum pernah TENS
mengalami sebelumnya, (Transcutaneous
hanya mulai 5 bulan ini Electrical Nerve
10. RPK: Ibu sering Stimulations)
Terapi latihan: ROM
mengalami nyeri lutut
exercise, strengthenin
11. Vital sign: g exercise, endurance
TD: 130/80 mmHg exercise, coordination
RR: 20x/ menit exercise
Suhu: 36,5 C (Laswati H. et al., 2015)
12. KU: baik
13. GCS:4-5-6
14. Kepala leher: dbn
15. Thorax: dbn
16. Abdomen: dbn
17. Ekstrimitas: akral
hangat
18. Status lokalis Lutut:
Inspeksi: sendi
bengkak (-) , hiperemi
(-)
Palpasi: Tenderness
sendi genu bagian
kanan kiri (+)
Krepitasi: (+)
ROM : full movement
STEP 6
MINDMAPPING
Perempuan 68 tahun
Nyeri lutut sudah 5 bulan, hilang
timbul
TD 130/80 Bertambah nyeri naik turun tangga
Anamnesis Berkurang sedikit setelah minum
Suhu 36,5°c
Ektremitas: akral hangat obat seperti di TV
Ekstrimitas: akral hangat, Berkurang saat dikompres
Inspeksi: sendi bengkak Tahun lalu ada jatuh
(-) , hiperemi (-) Palpasi: Pemeriksaan fisik
Tenderness sendi genu
bagian kanan kiri (+)
Pemeriksaan Lutut:
Krepitasi: (+) ROM : full
movement
Diagnosis banding
Rheumatoid
Osteoarthritis Genu Arthritis
Kriteria Diagnosis
STEP 9
Jawaban Learning Objective
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis
diagnosis banding dan diagnosis
EPIDEMIOLOGI OA
FAKTOR RESIKO OA
Harus diingat bahwa masing-masing sendi mempunyai beban biomekanik, dan persen
tase gangguan yang berbeda, sehingga peran faktor-faktor risiko tersebut untuk masin
g-masing OA tertentu berbeda. Kegemukan, faktor genetik dan jenis kelamin adalah f
aktor risiko umum yang penting (Winangun, 2019).
a) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya OA, faktor usia adalah yang terkuat. Preval
ensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan bertambahnya umur. OA hampir ti
dak pernah pada anak-anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada um
ur di atas 60 tahun. Akan tetapi harus diingat bahwa OA bukan akibat menua saja. Per
ubahan tulang rawan sendi pada usia lanjut berbeda dengan perubahan pada OA.
b) Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA sendi lainnya, dan lelaki lebih sering ter
kena OA paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun
frekuensi OA kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (set
elah menopause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menu
njukkan adanya peran hormonal pada patogenesis OA.
c) Suku Bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampaknya terdapat perbedaan diantar
a masing-masing suku bangsa. Misalnya OA paha lebih jarang diantara orang-orang k
ulit hitam dan Asia daripada Kaukasia, OA lebih sering dijumpai pada orang-orang A
merika asli (Indian) dari pada orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan den
gan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan.
d) Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA, misalnya pada seorang wanita de
ngan ibu yang mengalami OA pada sendi-sendi interfalang distal (nodus Herbenden)
akan mengalami 3 kali lebih sering OA pada sendi-sendi tersebut, dibandingkan deng
an seorang wanita dengan ibu tanpa OA tersebut. Adanya mutasi dalam gen prokolag
en II atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolage
n tipe IX dan XII, protein pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam timbu
lnya kecenderungan familial pada OA tertentu.
Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya risiko untuk timbuln
ya OA baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaita
n dengan OA pada sendi yang menanggung beban, tapi juga pada OA sendi lain. Di s
amping faktor mekanis (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor
lain (metabolik) yang berperan pada timbulnya OA. Pasien-pasien OA ternyata memp
unyai risiko penyakit jantung koroner dan hipertensi yang lebih tinggi daripada oran
g-orang tanpa osteoartritis.
Pekerjaan berat yang menggunakan seluruh sendi ataupun dengan pemakaian satu sen
di yang terus menerus (misalnya tukang pahat, pemetik kapas) berkaitan dengan peni
ngkatan risiko OA tertentu. Demikian juga cedera sendi dan olahraga berkaitan denga
n risiko terjadinya OA yang lebih tinggi (misalnya robeknya meniscus, ketidakstabila
n ligament).
g) Kelainan Pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan (misalnya penyakit Perthes dan dislokasi kong
enital paha) telah dikaitkan dengan timbulnya osteoartritis paha pada usia muda. Mek
anisme ini juga diduga berperan pada lebih banyaknya OA pada laki-laki dan ras terte
ntu.Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan risiko timbulnya OA.
Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tak membantu mengur
angi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan s
endi menjadi lebih mudah robek.
.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang Osteoarthritis
a. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik nyeri lutut dan 3 dari berikut in
i:
Umur > 50 tahun
Kaku sendi < 30 menit
Krepitus pada gerakan aktif
Pembesaran sendi
Nyeri tulang
Hangat pada perabaan
b. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan radiologis: nyeri lutut dan 1 di
antara berikut ini:
Umur > 50 tahun
Kaku sendi < 30 menit
Krepitus pada gerakan aktif dan osteofit
c. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium: nyeri lutut dan 5
diantara berikut ini:
Umur > 50 tahun
Kaku sendi < 30 menit
Krepitus pada gerakan aktif
Pembesaran sendi
Nyeri tulang
Hangat pada perabaan
LED< 40 Mm/ jam
Rheumatoid faktor < 1: 40
Analisis Cairan sendi Menunjukkan OA
Diagnosis OA selain berdasarkan gejala klinis juga didasarkan pada hasil radiologi. N
amun pada awal penyakit , radiografi sendi seringkali masih normal. Adapun gambar
an radiologis sendi yang menyokong diagnosis OA adalah:
1. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian ya
ng menanggung beban)
2. Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
3. Kista tulang
4. Osteofit pada pinggir sendi
5. Perubahan struktur anatomi sendi.
Pada hasil radiografi pasien ditemukan adanya osteofit pada emminentia intercondilar
is medialis os tibia kiri. Pemeriksaan penunjang laboratorium OA biasanya tidak bany
ak berguna. Darah tepi (Hb, leukosit, laju endap darah) dalam batas – batas normal ke
cuali OA generalisata yang harus dibedakan dengan artritis peradangan. Pemeriksaan
cairan sendi pasien negatif tidak ditemukan adanya bakteri [ CITATION Pra15 \l 2057 ].
Terapi utama adalah mengelola gejala, mengurangi nyeri dan disabilitas, meni
ngkatkan fungsi sendi dan kestabilan sendi. Pilihan terapi terdiri dari terapi farmakolo
gi dan non-farmakologi yang dapat dikombinasi. (AAOS, 2013; Anwer & Alghadir, 2
014)
Sebelum melakukan terapi, edukasi penting pada pasien OA. Dengan edukasi,
pasien mengetahui tujuan terapi OA dan pentingnya perubahan gaya hidup, latihan, d
an pengurangan berat badan yang akan mempengaruhi perjalanan penyakit. Setelah b
eberapa sesi latihan fisik dan penguatan otot, pasien akan dievaluasi skala nyerinya m
enggunakan skala WOMAC (Western Ontario and McMaster Universities Osteoarthri
tis Index). Jika tidak menunjukkan perbaikan, perlu diberi obat analgesik. Jika nyeri
masih tidak berubah signifikan, perlu beberapa tindakan seperti injeksi intraartikular,
pemberian tramadol, dan valgus brace. Selanjutnya akan dievaluasi lagi dan perlu dip
ertimbangkan pemberian opioid lain atau pembedahan jika tidak ada perubahan signif
ikan rasa nyeri dan fungsi sendi. (Rezende et al., 2013; Jones et al., 2015)
A. Tatalaksana Non-farmakologi
Latihan fisik dapat berupa latihan aerobik dan bisa dilakukan di air (water bas
ed exercise) dan di darat (land based exercise). Latihan di darat dapat berupa bersepe
da dan berjalan. Sedangkan untuk di air bisa berupa berenang dan berjalan di dalam ai
r. Latihan di air biasa digunakan pada pasien OA yang sulit melakukan latihan di dara
t. (Rahmann, 2010)
Latihan fisik sering dikombinasi dengan terapi manual yang terdiri dari mobili
sasi aktif dan pasif sendi, peregangan (stretching), dan masase jaringan lunak. Tujuan
terapi manual adalah mengurangi nyeri, menormalisasi biomekanik sendi dan jaringa
n, dan meningkatkan fungsi sendi. (Jones et al., 2015; Rahman, 2010)
B. Tatalaksana Farmakologi
Mengurangi rasa nyeri sangat penting dalam penanganan OA. Obat analgesik
berbagai jenis seperti obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS), opiat, dan analgesik l
ain non-opiat.
Analgesik lain bukan turunan opiat dan sering digunakan adalah acetaminoph
en/paracetamol. Obat ini efektif meredakan nyeri OA lutut tetapi masih kurang efisie
n dibandingkan OAINS. Namun, efek sampingnya lebih sedikit dibandingkan OAINS.
Penelitian pada 104 pasien tidak menemukan perbedaan berarti pada penggunaan dic
lofenac dan paracetamol di layanan primer. (Verkleij et al., 2015)
C. Pembedahan
Beberapa pelayanan rehabilitasi medik dapat diberikan pada pasien osteoartritis yaitu:
1. Terapi dingin
Disebut juga cold therapy atau cryotherapy, merupakan salah satu jenis modal
itas terapi fisik yang menggunakan sifat fisik dingin untuk terapi dengan berbagai car
a dan pada berbagai kondisi. (Laswati H et al., 2015)
2. Terapi panas
Terapi panas terdiri dari terapi superficial heating dan terapi deep heating. Pen
etrasi terapi superficial heating dapat mencapai lapisan kutis dan sub kutis. Penetrasi t
erapi deep heating mencapai lapisan di bawah sub kutis. (Laswati H et al., 2015)
4. Terapi LASER
5. Terapi latihan
e. Latihan khusus : Activity of Daily Living (ADL), breathing exercise, dan muscle re
education.
f. Latihan pola khusus: William Flexion Exercise dan Neck Calliet exercise (Laswati
H, 2015).
Komplikasi:
- Deformitas sendi
- Kelumpuhan
Prognosis:
Edukasi
Sangat penting bagi semua pasien OA diberikan edukasi yang tepat. Dua hal y
ang menjadi tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas.
Pemberian edukasi (KIE) pada pasien ini sangat penting karena dengan edukas
i diharapkan pengetahuan pasien mengenai penyakit OA menjadi meningkat da
n pengobatan menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk men
cegah kerusakan organ sendi lebih lanjut. Edukasi yang diberikan pada pasien i
ni yaitu memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik, sehin
gga perlu dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa
nyeri, kaku dan keterbatasan gerak serta fungsi. Selain itu juga diberikan pema
haman bahwa hal tersebut perlu dipahami dan disadari sebagai bagian dari real
itas kehidupannya. Agar rasa nyeri dapat berkurang, maka pasien sedianya me
ngurangi aktivitas/pekerjaannya sehingga tidak terlalu banyak menggunakan se
ndi lutut dan lebih banyak beristirahat. Pasien juga disarankan untuk kontrol ke
mbali sehingga dapat diketahui apakah penyakitnya sudah membaik atau terny
ata ada efek samping akibat obat yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Davey P., 2006. At a Glace Medicine. Alih bahasa oleh, Rahmalia A., Novianti C. Ja
karta: Erlangga
Laswati H., Andriati, Pawana A., Arfianti L., 2015. Buku ajar ilmu kedokteran fisik d
an rehabilitasi. Edisi ketiga , Jakarta : fakultas kedokteran universitas airlangga.
Hal 2 – 19, 40 – 56.
Rahmann, A. E. 2010. Exercise for people with hip or knee osteoarthritis: A comparis
on of land-based and aquatic interventions. Open Access J Sport Med. 1:123-35.
Suarjana I.N., 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V, Interna Publishing, Jak
arta.