II-1
II-2
metode lain. Akan tetapi, proses ini umumnya berlangsung secara batch sehingga
kapasitas produksi menjadi terbatas.
terjadi secara reaksi berantai. Yield yang dihasilkan dengan basis metana sebesar
90-92%. Klorinasi metana dapat digambarkan sebagai berikut (Ketta &
Cunningham, 1979):
CH4 + Cl2 CH3Cl + HCl (1.3)
CH3Cl + Cl2 CH2Cl2 + HCl (1.4)
CH2Cl2 + Cl2 CHCl3 + HCl (1.5)
CHCl3 + Cl2 CCl4 + HCl (1.6)
distilasi yaitu DMSO 99,99% dengan pengotor sedikit air. DMSO 99,99% ini
kemudian di-recycle kembali untuk digunakan sebagai entrainer di kolom distilasi
I (D-201). Adapun produk atas yaitu kloroform dengan pengotor air yang akan
dialirkan lagi menuju dekanter (DC-201). Dekanter yang bekerja untuk
memisahkan kloroform dan air, sehingga didapatkan outlet kloroform dengan
kemurnian 99%. Kloroform 99% ini kemudian dicampurkan dengan 0,5% ethanol
sebagai stabilizer. Pada akhirnya, kloroform 99% yang telah distabilkan disimpan
di Tangki penyimpanan produk (T-302) sebelum didistribusikan ke konsumen.
Adapun block flow diagram (BFD) pada proses produksi kloroform ini
dapat dilihat pada Gambar 2.1.
CH3COCH3 99,5%
Kolom Distilasi
Reaktor CHCl3 Dekanter
I H2O
45% NaOCl CHCl3 99%
55% H2O CHCl3
Mixer I CHCl3
CH3COCH3
H2O Kolom Distilasi
CHCOCH3
CH3COONa CHCl3 II
NaOH C2H6OS
H2O Flash Column H2O H2O
CH3COONa
NaOH
H2O
Gambar 2.1. Block flow diagram (BFD) pada proses produksi kloroform