Anda di halaman 1dari 17

DESAIN INOVATIF EBNP

HIDROTERAPI UNTUK MENGURANGI INSOMNIA

Disusun oleh

Nama : Yasmina Izzat

NIM : P1337420920144

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan (Hardono,
2019). Kurangnya tidur dapat memberikan pengaruh buruk. Beberapa di antaranya
adalah pengaruh terhadap kemampuan kognitif, fisik, dan kualitas hidup. Apabila
buruknya kualitas tidur tidak segera ditangani, maka akan menimbulkan permasalahan
serius yaitu sulit berkonsentrasi, aktivitas sehari-hari terganggu, pelupa, kecelakaan,
dan berbagai penyakit fisik (Annurohim, 2016).
Di dunia terdapat sekitar 20-50% penduduk mengalami insomnia, dimana
dapat diartikan sebanyak 1 dari 3 penduduk mengalami insomnia. Di Indonesia
sendiri, sebanyak 10 % atau 28 juta jiwa dari 238 juta jiwa mengalami insomnia.
Gangguan tidur tersebut dapat dikatakan berhubungan dengan morbiditas (penyakit)
dan mortalitas (Sayekti, 2015). Sebanyak 50 % dari penderita gangguan tidur adalah
lansia berusia 65 tahun. Prevalensi pada lansia cukup meningkat menjadi sekitar 67%,
dimana sebanyak 40% lebih mengeluh sulit tidur dan sering terbangun. Sedangkan 30
% sisanya mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan tidur lain (Kemenkes RI,
2015).
Insomnia dapat ditangani secara farmakologis maupun non-farmakologis.
Penanganan farmakologis diantaranya adalah dengan mengonsumsi obat-obatan
hipnotik sedatif berupa Zolpidem, tradozon, Lorazepam, fenobarbital, diazepam,
klonazepam, dan amitripilin. Akan tetapi, obat-obatan tersebut dapat menyebabkan
beberapa efek samping yaitu gangguan koordinasi, gangguan fungsi mental, dan
ketergantungan (Prananto, 2016). Upaya untuk meminimalkan efek samping
farmakologis dan membantu mengurangi insomnia, maka perlu pendekatan non
farmakologis.
Penanganan insomnia secara non farmakologis merupakan penanganan yang
aman, efektif dan juga tidak mempunyai efek samping. Terapi nonfarmakologi
tersebut di antaranya dengan terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi, meditasi, terapi
tertawa, akupunktur, aromaterapi, refleksiologi, dan hidroterapi. Hidroterapi dapat
membantu menghilangkan stress dan membuat tidur lebih mudah (Prananto, 2016).
Secara ilmiah, sirkulasi darah dapat lebih lancar dan kekuatan otot ligamen
dapat bertambah karena air hangat (Lalage, 2015). Selain itu, air memiliki dampak
yang positif untuk otot jantung maupun paru-paru. (Susanto, 2015). Air hangat dapat
membuat diri menjadi santai, menghilangkan stress dan membuat tidur lebih mudah
(Prananto, 2016). Prinsip kerja dari hidroterapi yaitu merendam kaki pada air bersuhu
38°- 40°C selama 20-30 menit, maka terjadi konduksi atau perpindahan panas pada
tubuh yang mengakibatkan pembuluh darah yang melebar serta penurunan ketegangan
otot (Harnani & Axmalia, 2017).
Dalam keberhasilan prosedur hidroterapi tentunya juga tak luput dari berbagai
peran perawat. Peran tersebut di antaranya yaitu sebagai caregiver, educator, dan
researcher. Sebagai care giver, perawat membantu dalam pengelolaan kesehatan dan
penyakit, serta proses penyembuhan yang maksimal dan mandiri. Sedangkan sebagai
edukator, perawat membantu klien untuk mempelajari kesehatan dan prosedur
perawatan kesehatan yang berguna untuk menjaga maupun memulihkan kesehatannya
sendiri. Berikutnya, perawat juga berperan sebagai peneliti, dimana perawat
mengidentifikasi fenomena kesehatan serta melakukan penelitian tentang fenomena
tersebut dalam praktek keperawatan.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, pemenuhan peran perawat, serta
tingkat kemudahan penerapan hidroterapi, penulis tertarik menerapkan hidroterapi
untuk mengurangi insomnia pada pasien.
1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk menerapkan hidroterapi sebagai alternatif untuk menurunkan skor
insomnia pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
di RSUD KRMT Wongsonegoro Kota Semarang
b. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi hasil pengkajian fisik pasien.
2. Mengidentifikasi perbedaan skor insomnia sebelum dan sesudah dilakukan
hidroterapi pada pasien.
3. Mendidentifikasi pengaruh hidroterapi terhadap skor insomnia.
1.3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Insomnia


2.1.1. Pengertian Insomnia
Insomnia dapat diartikan sebagai ketidakmampuan untuk tidur,
walaupun terdapat keinginan untuk tidur. Insomnia juga memiliki pengertian
lain, yaitu sebuah keadaan dimana individu tidak mendapatkan tidur yang
adekuat baik secara kualitas maupun kuantitas. Insomnia rentan dialami oleh
lansia karena adanya perubahan pola tidur, sering terbangun, dan tidak mampu
untuk tidur kembali (Lendengtariang, 2018).
2.1.2. Etiologi Insomnia
Insomnia dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah
penyakit, tingkat depresi, kecemasan, lingkungan fisik, dan gaya hidup
(Silvanasari, 2012; dalam Prastiyan, 2019).
2.1.3. Komplikasi Insomnia
Kurangnya tidur dapat memberikan pengaruh buruk. Beberapa di
antaranya adalah pengaruh terhadap kemampuan kognitif, fisik, dan kualitas
hidup. Apabila buruknya kualitas tidur tidak segera ditangani, maka akan
menimbulkan permasalahan serius yaitu sulit berkonsentrasi, aktivitas sehari-
hari terganggu, pelupa, kecelakaan, dan berbagai penyakit fisik (Annurohim,
2016).
2.1.4. Penatalaksanaan Insomnia
Penanganan farmakologis diantaranya adalah dengan mengonsumsi obat-
obatan hipnotik sedatif berupa Zolpidem, tradozon, Lorazepam, fenobarbital,
diazepam, klonazepam, dan amitripilin. Sedangkan penanganan
nonfarmakologi insomnia di antaranya dengan terapi herbal, terapi nutrisi,
relaksasi, meditasi, terapi tertawa, akupunktur, aromaterapi, refleksiologi, dan
hidroterapi (Prananto, 2016).
2.2. Konsep Hidroterapi
2.2.1. Pengertian Hidroterapi
Hidroterapi merupakan terapi komplementer yang digunakan untuk
menangani insomnia secara non farmakologis (Ilkafah, 2016). Hidroterapi
dapat menurunkan skor insomnia apabila dilakukan secara rutin. Jenis
hidroterapi salah satunya adalah merendam kaki dengan air hangat. Air hangat,
secara ilmiah mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh. Air hangat dapat
membuat sirkulasi darah menjadi lancar dan akan memperkuat otot-otot serta
ligament yang memperngaruhi tubuh (Lalage, 2015).
2.2.2. Manfaat Hidroterapi
Terapi menggunakan air hangat mempunyai manfaat untuk mengurangi
edema, melancarkan sirkulasi darah, merelaksasikan otot, menyehatkan
jantung, menghilangkan stress, mengurangi kaku dan nyeri otot, meningkatkan
permeabilitas kapiler, dan memberikan kehangatan pada tubuh. (Damayanti,
2014). Terapi air hangat memiliki dampak fisiologis bagi tubuh yaitu
memperlancar sirkulasi darah. Selain itu, air juga mempunyai dampak positif
bagi jantung dan paru-paru (Susanto, 2015).
2.2.3. Indikasi Hidroterapi
Klien yang ingin mengurangi gejala keluhan dari rematik, radang
sendi, insomnia, stress, kelelahan, sirkulasi darah yang buruk seperti
hipertensi, dan nyeri otot (Aji, 2016).
2.2.4. Kontraindikasi Hidroterapi
Hidroterapi jenis rendam kaki air hangat tidak diperbolehkan dilakukan
pada seseorang yang mengalami diabetes mellitus dan mempunyai ulkus pada
kaki (Harnani & Axmalia, 2017).
2.2.5. Alat dan Bahan Hidroterapi
Alat dan bahan hidroterapi jenis rendam kaki air hangat menurut (Solechah,
Masi, & Rottie, 2017) dan (Harnani & Axmalia, 2017) adalah :
a. Alat
Alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan hidroterapi meliputi baskom
besar, termometer, timer, dan handuk kecil.
b. Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan hidroterapi adalah air hangat
bersuhu 38 C-40 C.
2.2.6. Prosedur Hidroterapi
Prosedur hidroterapi jenis rendam kaki air hangat menurut (Harnani &
Axmalia, 2017) dan (Solechah et al., 2017) yaitu :
a. Menyiapkan alat dan bahan yang meliputi baskom besar, air hangat bersuhu
38C-40C yang telah diukur suhunya menggunakan termometer, timer, dan
handuk kecil.
b. Melakukan perendaman kaki di dalam baskom berisi air hangat setinggi 15
cm.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Topik
Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur.
3.2. Sub Topik
Hidroterapi
3.3. Kelompok
Pasien di Ruang Nakula RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang
3.4. Tujuan Umum

Untuk menerapkan hidroterapi sebagai alternatif untuk menurunkan skor insomnia


pada pasien dengan ganguan kebutuhan istirahat tidur di RSUD KRMT
Wongsonegoro Kota Semarang

3.5. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi hasil pengkajian fisik pasien.


b. Mengidentifikasi perbedaan skor insomnia sebelum dan sesudah dilakukan
hidroterapi pada pasien.
c. Mendidentifikasi pengaruh hidroterapi terhadap insomnia

3.6. Waktu
Penerapan EBP ini akan dilakukan pada tanggal 5 Oktober 2020 – 6 Oktober 2020.
3.7. Tempat
Penerapan EBP ini akan dilakukan di ruang nakula RSUD KRMT Wongsonegoro
Kota Semarang.
3.7. Setting

a. Peneliti mempersiapkan alat dan bahan.


b. Peneliti menyediakan kursi untuk penerapan EBP pasien di sisi tempat tidur.
c. Pasien melakukan penerapan EBP didampingi dan diinstruksikan oleh peneliti.
3.8. Media/alat yang digunakan
Alat dan bahan hidroterapi jenis rendam kaki air hangat menurut (Solechah, Masi, &
Rottie, 2017) dan (Harnani & Axmalia, 2017) adalah :

a. Alat
Alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan hidroterapi meliputi baskom besar,
termometer, timer, dan handuk kecil.
b. Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan hidroterapi adalah air hangat bersuhu
38 C-40 C.
3.9. Prosedur operasional tindakan yang digunakan

NO LANGKAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


1. Pengertian Hidroterapi merupakan terapi komplementer
yang digunakan untuk menangani hipertensi
secara non farmakologis (Ilkafah, 2016).
2. Manfaat Terapi menggunakan air hangat mempunyai
manfaat untuk mengurangi edema,
melancarkan sirkulasi darah, merelaksasikan
otot, menyehatkan jantung, menghilangkan
stress, mengurangi kaku dan nyeri otot,
meningkatkan permeabilitas kapiler,
memberikan kehangatan pada tubuh sehingga
dapat menurunkan tekanan darah pada
hipertensi (Damayanti, 2014). Menggunakan
terapi air untuk pengaturan sirkulasi tubuh
dapat menyembuhkan berbagai penyakit
seperti peradangan pada paru-paru, demam,
sakit kepala, dan insomnia (Ningtiyas, 2014).
Terapi air hangat memiliki dampak fisiologis
bagi tubuh yaitu memperlancar sirkulasi darah.
Selain itu, air juga mempunyai dampak positif
bagi jantung dan paru-paru (Susanto, 2015).
3. Indikasi Klien yang ingin mengurangi gejala keluhan
dari rematik, radang sendi, insomnia, stress,
kelelahan, sirkulasi darah yang buruk seperti
hipertensi, dan nyeri otot (Aji, 2016).
4. Kontraindikasi Hidroterapi jenis rendam kaki air hangat tidak
diperbolehkan dilakukan pada seseorang yang
mengalami diabetes mellitus dan mempunyai
ulkus pada kaki.
5. Persiapan pasien 1. Pastikan identitas klien
2. Berikan penjelasan mengenai tujuan,
manfaat, indikasi, kontraindikasi, prosedur.
6. Persiapan alat Alat dan bahan hidroterapi jenis rendam kaki
air hangat menurut (Solechah, Masi, & Rottie,
2017) dan (Harnani & Axmalia, 2017) adalah :
Alat
Alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
hidroterapi meliputi baskom besar,
termometer, timer, dan handuk kecil.
Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
hidroterapi adalah air hangat bersuhu 38 C-40
C.

7. Tahap kerja Prosedur hidroterapi jenis rendam kaki air


hangat menurut (Harnani & Axmalia, 2017)
dan (Solechah et al., 2017) yaitu :
1 . Menyiapkan alat dan bahan yang meliputi
baskom besar, air hangat bersuhu 38C-40C
yang telah diukur suhunya menggunakan
termometer, timer, dan handuk kecil.
2 . Melakukan perendaman kaki di dalam
baskom berisi air hangat setinggi 15 cm.
BAB IV

LAPORAN KEGIATAN

4.1. Pelaksanaan Kegiatan


5 Oktober 2020
09.50 = Memastikan identitas klien dan mengidentifikasi skor insomnia pasien
10.05 = Menyediakan kursi untuk penerapan EBP pasien di sisi tempat tidur.
10.15 = Memberikan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, indikasi,
kontraindikasi, prosedur.
10.30 = Menyiapkan alat dan bahan yang meliputi baskom besar, air hangat
bersuhu 38C-40C yang telah diukur suhunya menggunakan
termometer, timer, dan handuk kecil.
10.40 = Melakukan perendaman kaki di dalam baskom berisi air hangat
setinggi
15 cm.
11.00 = Melakukan evaluasi respon pasien
11.10 = Membereskan alat dan bahan
6 Oktober 2020
09.50 = Evaluasi skor insomnia pasien
4.2. Faktor Pendukung

a. Pasien antusias dalam melakukan hidroterapi


b. Alat dan bahan tersedia di rumah sakit
c. Pasien mudah mengerti akan prosedur yang dijelaskan peneliti
4.3. Faktor Penghambat

a. Waktu yang mendekati jadwal terapi pasien


b. Keluarga pasien membuat pasien terdistraksi
c. Air yang digunakan membuat lantai basah
4.4. Evaluasi Kegiatan
Hidroterapi berhasil dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 2020 dengan lancar. Alat
dan bahan tersedia di lokasi serta tidak ada masalah pada tempat penerapan EBNP.
Penerapan EBNP ini membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam meliputi persiapan
sampai evaluasi. Terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan kegiatan, antara lain
waktu yang mendekati jadwal terapi pasien, air yang digunakan membuat lantai
basah, dan keluarga pasien membuat pasien sering terdistraksi. Pada kesempatan lain,
diharapkan peneliti lebih memperhatikan situasi dan kondisi saat penerapan EBNP
dilaksanakan. Tanggal 7 Oktober, peneliti melakukan kunjungan ulang dan
melakukan evaluasi skor insomnia setelah penerapan EBNP. Skor insomnia pasien
turun dari 21 menjadi 16.
BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan
Hidroterapi mampu menurunkan skor insomnia. Hal ini terjadi berdasarkan fisiologi
bahwa pada daerah kaki terdapat syaraf - syaraf kulit yaitu flexusvenosus dari
rangkaian syaraf ini stimulasi diteruskan ke kornus posterior kemudian dilanjutkan ke
medulla spinalis, ke radiks dorsalis, selanjutnya ke ventro basal thalamus dan masuk
ke batang otak yang tepatnya didaerah raafe bagian bawah pons dan medulla disinilah
terjadi efek sofarifik (ingin tidur).
5.2. Saran dan Rencana Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil penerapan EBNP, peneliti memberikan saran untuk pelayanan
kesehatan, keilmuan keperawatan, dan penelitian selanjutnya. Adapun saran tersebut
adalah sebagai berikut :

5.2.1. Bagi Pelayanan Kesehatan


Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh pelayanan kesehatan untuk
menggunakan hidroterapi sebagai alternatif dalam menurunkan skor insomnia.
Hal ini dapat diwujudkan dengan pembuatan SOP serta melakukan promosi
kesehatan guna meningkatkan pengetahuan serta minat pada klien hipertensi.
5.2.2. Bagi Keilmuan Keperawatan
Hasil kajian literatur menjadi dasar kebutuhan peningkatan kompetensi
mahasiswa keperawatan dalam pengelolaan pasien hipertensi dengan cara
nonfarmakologi. Mahasiswa juga dapat mengembangkan hasil penelitian atau
melakukan metode lain untuk pengelolaan kasus insomnia. Pengembangan
kurikulum mata ajar sistem informasi kesehatan atau keperawatan bagi
mahasiswa keperawatan tentang teknik non farmakologi untuk pengelolaan
kasus insomnia.
5.2.3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil kajian penerapan EBNP ini dapat dimanfaatkan untuk menjadi data dasar
penelitian mengenai efektivitas maupun pengaruh hidroterapi terhadap skor
insomnia.
DAFTAR PUSTAKA

Aji, P. T. (2016). Efektivitas Kombinasi Terapi Rendam Kaki Air Hangat dan Relaksasi
Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Penumping Surakarta PENUMPING SURAKARTA.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Annurohim, I. P. (2016). Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur Pada Lanjut Usia
Bedasarkan Jenis Kelamin. Jurnal Keperawatan 1(1), 1-11.
Damayanti. (2014). Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Hidrotereapi Rendam Air Hangat pada Penderita Hipertensi Di Desa Kebondalem
Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Jurnal STIKES Citra Husada Semarang.
Hardono, et al. (2019). Rendam Kaki dengan Air Hangat Salah Satu Terapi yang
Mampu Mengatasi Insomnia Pada Lansia. Jurnal Kesehatan Holistik, 13(1), 62-68
Harnani, Y., & Axmalia, A. (2017). Terapi Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat
Efektif Menurunkan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia. Jurnal Kesehatan
Komunitas, 3(4), 129–132.
Ilkafah. (2016). Obat Anti Hipertensi Dan Terapi Rendam Air Hangat Di Wilayah Kerja
Puskesmas Antara Tamalanrea Makasar. Pharmacon, 5(2), 228–235.
Kemenkes RI. (2015). Infodatin Lansia.
Lalage, Z. (2015). Hidup Sehat Dengan Terapi Air. Klaten: Abata Press.
Lendengtariang, C., Wungouw, H., & Hamel, R. S. (2018). Pengaruh terapi rendam air
hangat pada kaki terhadap insomnia pada lansia di kelurahan Angges Kecamatan
Tahuna Barat. Jurnal keperawatan, 6(2).
Prananto, A. E. (2016). Pengaruh Masase Kaki Dan Rendam Air Hangat Pada Kaki
Terhadap Penurunan Insomnia Pada Lansia. Doctoral Dissertation. Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Prastiyan, et al. (2019). Pengaruh Hidroterapi Kaki Dengan Air Hangat Terhadap
Kualitas Tidur Lansia yang Mengalami Insomnia di Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Panti Sosial Rehabilitasi Lanjut Usia Mustika Dharma Provinsi Kalimantan Barat.
Proners, 4(1), 1-8
Sayekti, N., & Hendrati, L. (2015). Analisis risiko depresi, tingkat sleep hygiene dan
penyakit kronis dengan kejadian insomnia pada lansia. Jurnal FKM, 3(2).
Solechah, N., Masi, G. N. ., & Rottie, J. V. (2017). Pengaruh Terapi Rendam Kaki
Dengan Air Hangat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Dengan
Hipertensi di Puskesmas Bahu Manado. E-Journal Keperawatan, 5(1), 1–8.
Susanto, T. (2015). Terapi Air Putih Mengobati Berbagai Macam Penyakit. Yogyakarta:
Cahaya Atma.

Anda mungkin juga menyukai