Anda di halaman 1dari 29

Laboratorium / SMF Ilmu Kedokteran Jiwa REFERAT

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

PERBANDINGAN ADHD, GANGGUAN BIPOLAR,


DAN FASE PREMORBID SKIZOFRENIA

Oleh
Olga Fanny Tantiwi
Nurdin NIM. 1910017063

Dosen Pembimbing
dr. H. Jaya Mualimin, Sp.KJ, M.Kes

Laboratorium / SMF Ilmu Kedokteran Jiwa


Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Juni 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat tentang “Perbandingan ADHD,
Gangguan Bipolar, dan Fase Premorbid pada Skizofrenia”. Referat ini disusun dalam
rangka tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada dr. H. Jaya
Mualimin, Sp. KJ, M.Kes selaku dosen pembimbing klinik yang telah memberikan
banyak bimbingan, perbaikan dan saran penulis sehingga referat ini dapat
diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari masih terdapat banyak
ketidaksempurnaan dalam referat ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran
demi penyempurnaan referat ini. Akhir kata penulis berharap semoga referat ini
menjadi ilmu bermanfaat bagi para pembaca

Samarinda, Juni 2020

Penulis,

Olga Fanny Tantiwi Nurdin

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 2
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 3
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 3
1.2. Tujuan ......................................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 6
2.1. Definisi dan Klasifikasi ............................................................................... 6
2.2. Epidemiologi ............................................................................................... 7
2.3. Etio-Patomekanisme ................................................................................... 8
2.4. Gejala dan Diagnosis................................................................................... 11
2.5. Tatalaksana.................................................................................................. 22
2.6. Prognosis ..................................................................................................... 25
BAB 3 PENUTUP .................................................................................................... 27
3.1 Kesimpulan. ................................................................................................ 27
3.2. Saran ............................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 28

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan gangguan
perilaku yang paling banyak didiagnosis pada anak-anak dan remaja. Gejala intinya
meliputi tingkat atensi, aktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai perkembangan.
Prevalensi ADHD pada anak usia sekolah adalah 8-10%, hal tersebut menjadikan
ADHD sebagai salah satu gangguan yang paling umum pada masa kanak-kanak.
Menurut Diagnostik dan Statistik Manual Gangguan Mental, Edisi 5 (DSM 5),
menjadi didiagnosis dengan ADHD anak harus memiliki gejala minimal enam
bulan sebelum diagnosis dan gejala tersebut harus telah hadir sebelum 12 tahun.
40-50% kasus ADHD menetap pada masa remaja, bahkan sampai dewasa. Bila
menetap sampai remaja, dapat memunculkan masalah lain seperti kenakalan remaja
dan gangguan kepribadian anti-sosial. Orang dewasa dengan ADHD sering bertengkar
dengan pimpinannya dan dalam melaksanakan tugasnya seringkali terlihat tidak
tekun.1,4

Gangguan bipolar merupakan salah satu diantara gangguan mental yang


serius dan dapat menyerang seseorang, sifatnya melumpuhkan disebut mania –
depresi. Bipolar ditandai oleh perubahan mood atau suasana perasaan yang
parah. Sekitar 1 dari setiap 100 orang dewasa terkena gangguan bipolar pada
beberapa titik dalam kehidupan mereka. Biasanya dimulai antara usia 15
sampai 19 tahun dan jarang terjadi setelah usia 40 tahun. Pada laki- laki dan
perempuan mempunyai kemungkinan sama untuk terkena gangguan bipolar.
Anak-anak juga dapat mengalami gangguan bipolar, penyakit ini biasanya
berlangsung seumur hidup. Gejala bipolar pada anak cenderung sulit dikenali
dan sering kali sulit dibedakan dengan perilaku normal pada anak-anak.
Beberapa gejalanya juga bisa mirip dengan gangguan mental lain, seperti
ADHD. 2

3
Skizofrenia merupakan jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1%
dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan
gejala awal saat masih berusia muda, namun penyakit ini bisa terjadi pada
semua tingkatan usia dan memengaruhi baik laki-laki maupun perempuan
dengan tingkat risiko yang sama. Skizofrenia masa anak merupakan suatu
gangguan psikiatrik berat yang mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan
anak. Prevalensi skizofrenia pada anak- anak dilaporkan kurang dari 1 kasus
pada 10.000 anak, sedangkan pada usia 13-18 tahun, prevalensi skizofrenia
meningkat. Gejala-gejala skizofrenia yang muncul pada onset anak-anak sama
dengan remaja dan dewasa. Skizofrenia pada anak-anak ditandai dengan onset
gejala psikotik pada usia 12 tahun.3
American Psychiatric Association (APA) menyatakan bahwa
perjalanan penyakit skizofrenia terdiri dari tiga fase yaitu fase akut, fase
stabilisasi dan fase stabil. Ketiga fase tersebut disebut dengan fase psikotik.
Sebelum fase psikotik muncul, terdapat fase premorbid dan fase prodormal.
Pada fase premorbid, fungsi-fungsi individu masih dalam keadaan normatif,
namun mulai saat inilah sebaiknya klinisi mengenali lebih dini agar tidak
menuju fase berikutnya hingga psikotik. Fase ini dipicu oleh sifat kepribadian
si penderita, misalnya terlalu pemalu, suka menarik diri dari pergaulan,
perilaku antisosial yang mungkin kita dapat membaca itu hal yang normal atau
bahkan mendiagnosis gejala psikiatrik yang lain.7
Oleh karena minimnya kemampuan anak mengekspresikan secara
verbal apa yang merekarasakan atau apa yang mereka alami, gejala psikiatrik
pada anak tidaklah sejelas seperti pada remaja atau orang dewasa. Berdasarkan
uraian tersebut maka diagnosis penyakit psiatrik dengan berbagai kemiripan
gejala sejak onset anak-anak harus hati-hati sehingga intervensi yang tepat
dapat diberikan sejak dini.3

4
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan secara umum mengenai ADHD, gangguan bipolar, dan
skizofrenia. Tujuan secara khususnya adalah mengetahui perbandingan penyakit-
penyakit tersebut sehingga dapat mempermudah menegakkan diagnosis yang
tepat untuk penatalaksanaan yang tepat pula.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi dan Klasifikasi


• ADHD
APA 2013 dalam DSM-5 mendefinisikan ADHD adalah gangguan
fungsi perkembangan saraf dengan gejala berupa ketidakmampuan
memusatkan perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai dengan
usia perkembangan.6
ADHD dibagi ke dalam tiga subtipe: (1) tipe inattention; (2) tipe
hyperactive-impulsive; ataupun (3) tipe kombinasi antara inattention dan
hyperactive-im pulsive.6
• Gangguan Bipolar

Bipolar adalah perubahan suasana hati terjadi diantara dua kutub yang tinggi
dan rendah. Bipolar tipe I ditandai dengan episode mania berat dan depresi berat.
Gangguan bipolar tipe I ini ketika kondisi mania, penderita ini sering dalam
kondisi “berat” dan berbahaya. Bipolar tipe II, pada kondisi ini penderita masih bisa
berfungsi melaksanakan kegiatan harian rutin. Tidak separah tipe I. Penderita
mudah tersinggung. Kondisi depresinya berlangsung lebih lama dibandingkan
dengan kondisi hipomania-nya. Kondisi hipomania muncul ketika terjadi
kenaikan emosi. Syclothymic disorder ialah bentuk ringan dari Gangguan jiwa
bipolar. Syclothymic disorder (disebut juga cyclothymia) didefinisikan dengan
banyak periode gejala hipomania dan periode gejala depresi yang berlangsung
minimal selama 2 tahun (1 tahun pada anak-anak dan remaja). Kondisi mania dan
depresi bisa mengganggu, tetapi tidak seberat pada Gangguan Bipolar I dan Tipe

II.

Sumber: Sheila. L & Videbeck. 2011. Psychiatric Mental Health Nursing 6


Fifth Edition. Lippincott Williams & Wilkins.
• Fase Premorbid pada Skizofrenia

Skizofrenia menurut Eugen Bleur adalah nama yang tepat sekali untuk
menonjolkan gejala utama penyakit ini, yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya
keretakan atau disharmoni antara proses berpikir, perasaan, dan perbuatan (schizos
= pecah belah atau bercabang, phren = jiwa).4
Fase premorbid adalah pola gejala awal yang muncul sebagai pertanda awal
untuk skizofrenia. Pada fase premorbid ditandai dengan periode munculnya
ketidaknormalan fungsi,walaupun hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari efek
penyakit tertentu. Meskipun, seringkali skizofrenia masih didapati pada fase
gejala akut psikosis yang kemudian baru dirunut mundur untuk mengetahui
adanya gejala premorbid. 8

2.2. Epidemiologi

• ADHD

American Psychiatric Association menyatakan dalam Diagnostic and


Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-5) bahwa 5% anak memiliki ADHD.
Sekitar 11% anak usia 5- 17 tahun (6.4 juta) telah didiagnosis dengan ADHD pada
tahun 2011. Persentasi anak dengan diagnosis ADHD terus meningkat dari 7.8%
pada tahun 2003 hingga 9.5% tahun 2007 dan 11% tahun 2011. Sedangkan
perbandingan antara anak laki-laki (13.2%) lebih banyak jika dibandingkan
dengan anak perempuan (5,6%) yang didiagnosis dengan ADHD.2

• Gangguan Bipolar

Data WHO (2017) menunjukkan gangguan bipolar mempengaruhi sekitar


60 juta orang di seluruh dunia. Sekitar 1 dari setiap 100 orang dewasa terkena
gangguan bipolar pada beberapa titik dalam kehidupan mereka. Biasanya
dimulai antara usia 15 sampai 19 tahun dan jarang terjadi setelah usia 40 tahun.
Pada laki- laki dan perempuan mempunyai kemungkinan sama untuk terkena
gangguan bipolar. Anak-anak juga dapat mengalami gangguan bipolar, penyakit
ini biasanya berlangsung seumur hidup .2

7
Setiap tahun 2,9% populasi Amerika Serikat didiagnosis menderita
gangguan bipolar, dan hampir 83% kasus tergolong parah. Prevalensi gangguan
bipolar I menunjukkan data yang sama besar antara laki-laki dan perempuan.
Sedangkan pada gangguan bipolar tipe II, menunjukkan prevalensi pada
perempuan lebih besar daripada laki-laki. Depresi atau distimia yang terjadi
pertama kali pada prapubertas memiliki risiko untuk menjadi gangguan bipolar.2

• Fase Premorbid Skizofrenia

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1%


penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Kejadian
skizofrenia pada pria lebih besar daripada wanita. Kejadian tahunan berjumlah
15,2% per 100.000 penduduk, kejadian pada imigran dibanding penduduk asli
sekitar 4,7%, kejadian pada pria 1,4% lebih besar dibandingkan wanita. Di
Indonesia, hampir 70% mereka yang dirawat di bagian psikiatri adalah karena
skizofrenia. Angka di masyarakat berkisar 1-2% dari seluruh penduduk pernah
mengalami skizofrenia dalam hidup mereka.2

2.3. Etio-Mekanisme
• ADHD
Penyebab yang banyak diketahui mendasari ADHD adalah genetik.
Mekanisme dopaminergik noradrenergik, serotonergik dan gene yang terlibat
dalam perkembangan neuritik telah diterima sebagai dasar teori genetik, namun
belum dapat dibuat sebagai model kesatuan biologik. Ketiga jalur genetik ini
terbukti memiliki hubungan dengan tipe hiperaktif/impulsif ADHD. Defisit
serotonin yang kronis dapat menimbulkan gejala dari ADHD. Penelitian
menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara variasi gen serotonergik dengan
peningkatan resiko ADHD.

Selain akibat dari genetik, ADHD juga didasari oleh pola hidup saat hamil.
Diduga bahwa kebiasaan merokok pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko
anak dengan ADHD. Selain itu ayah yang perokok juga dapat menyebabkan

8
memiliki keturunan dengan ADHD, hal ini memang tidak secara langsung
mempengaruhi intrauterin, namun dapat mempengaruhi faktor genetik dan
lingkungan terhadap janin yang dikandung oleh istrinya.

Kebiasaan ibu hamil mengkonsumsi alkohol yang berlebihan juga dapat


menyebabkan memiliki keturunan dengan ADHD. Hal ini disebabkan pengaruh
genetik akibat alcohol use disorder dapat memberikan efek tambahan yang
menguntungkan yang kita kenal sebagai pleiotropic genetic effect. Faktor lain
yang dapat menyebabkan ADHD seperti trauma otak, pemberian bahan additif
pada makanan masih perlu dikaji lebih mendalam.

Mekanisme yang berperan penting dalam patofisiologi ADHD berkaitan


dengan korteks serebri pada lobus temporal dan parietal dan prefrontal cortex
(PFC) berhubungan langsung dalam mediasi aspek atensi. Lobus parietalis
berhubungan penting dalam mengenali dan memperhatikan segala sesuatu
berkaitan dengan ruang dan waktu, sedangkan lobus temporalis berhubungan
dengan analisis visual untuk mengidentifikasi objek atau tempat. Sedangkan PFC
penting dalam mengendalikan tingkah laku yang pantas sehingga PFC berperan
untuk meregulasi perilaku khususnya dalam mencegah emosi, kebiasaan dan
impuls (kontrol perilaku) yang kurang pantas. Selain itu PFC juga berfungsi
untuk mengalokasikan dan merencanakan sesuatu dan mengorganisir perilaku
dan pikiran.

Pada pasien dengan ADHD pada sebuah penelitian mengindikasikan


kurang aktifnya bagian ini dengan melemahkan hubungan dengan bagian otak
yang lain. Seperti pasien ADHD, pasien yang memiliki lesi pada bagian PFC
sering kali merasa kebingungan, kesulitan berkonsentrasi dan mengorganisir.
PFC dihubungkan dengan sel piramid, yang juga diperantarai oleh noradrenalin
katekolamin (NA) atau dopamin (DA). NA dan DA dikeluarkan bergantung
dengan arahan dari PFC; terlalu rendah (dalam keadaan lelah atau bosan) atau
terlalu banyak (dalam keadaan stres) terkait dengan fungsi PFC. Dengan kadar
yang optimal apabila dalam keadaan penuh perhatian atau berjaga-jaga. Efek NA

9
timbul karena adanya alpha (2A)-receptors pada dendritik dalam sel piramida
PFC. Pada pasien dengan ADHD, terdapat kelainan genetik yang menyebabkan
perubahan pada sintesis NA (DA beta-hydroxylase) yang dikaitkan dengan
penurunan kemampuan PFC. 12,13

• Gangguan Bipolar
Secara genetik, diketahui bahwa pasien dengan gangguan bipolar tipe I,
80-90% di antaranya memiliki keluarga dengan gangguan depresi atau
gangguan bipolar juga (yang mana 10-20 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
yang ditemukan pada populasi umum). Anak kembar yang berasal dari satu
telur memiliki kemungkinan lebih besar untuk menderita gangguan yang
serupa dibandingkan anak kembar yang berasal dari dua telur, jika anak kembar
tersebut dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Rata-rata tingkat
kemungkinan pasangan kembar menderita gangguan yang sama berkisar 60-
70%.

Untuk gangguan bipolar tipe I, keluarga terdekat dari individu yang


menderita gangguan ini memiliki risiko tujuh hingga sepuluh persen untuk
menderita gangguan yang sama. Faktor psikososial yang diketahui sering
memicu timbulnya gangguan mood ini, di antaranya tekanan lingkungan sosial,
gangguan tidur, atau kejadian traumatis lainnya.

• Fase Premorbid Skizofrenia


Deteksi awal fase premorbid merupakan hal yang sulit dilakukan. Indikator
premorbid dari psikosis, diantaranya adalah riwayat psikiatri keluarga, riwayat
prenatal,dan komplikasi obstetrik dan defisit neurologis. Faktor premorbid lain
adalah pribadi yang terlalu pemalu dan menarik diri, hubungan sosial yang
kurang baik dan menunjukkan perilaku antisosial. Kondisi biasanya akan
diperparah dengan kejadian pahit seperti kegagalan dalam pekerjaan, asmara,
pendidikan, maupun lingkungan.8

10
2.4 Gejala dan Diagnosis
• ADHD
Gejala ADHD mulai terlihat sebelum usia 12 tahun dan harus muncul
ada setidaknya dalam dua setting yaitu sekolah dan rumah, serta harus ada bukti
yang jelas adanya gangguan terhadap fungsi akademik, sosial, ataupun
pekerjaan. Meskipun semua anak akan menampilkan perilaku hiperaktif dan
impulsif, tetapi yang menggalami gangguan perilaku ADHD akan lebih parah dan
akan terjadi dengan frekuensi yang lebih besar dibandingkan anak-anak tanpa
ADHD.5
Inatensi bila didapatkan enam atau lebih gejala inatensi untuk anak-anak
sampai usia 16 tahun, atau lima atau lebih untuk dewasa usia 17 tahun atau lebih;
gejala inatensi ditemukan sekurang-kurangnya 6 bulan dan mereka memiliki
perkembangan mental yang kurang:
• Sering gagal untuk memberikan perhatian pada detail atau membuat kesalahan
dengan ceroboh dalam pekerjaan sekolah, pekerjaan atau aktivitas lain
• Sering memiliki kesulitan untuk memusatkan perhatian pada pekerjaan atau
aktivitas bermain
• Sering terlihat tidak mendengar pada saat pembicaraan berlangsung
• Sering tidak mengikuti instruksi dan salah dalam menyelesaikan pekerjaan sekolah,
tugas atau kewajiban di tempat bekerja (kehilangan fokus, mengesampingkan
pekerjaan)
• Sering mengalami kesulitan dalam mengorganisir pekerjaan dan aktivitas
• Sering menghindar, tidak menyukai atau malas untuk mengerjakan pekerjaan yang
membutuhkan kerja pada waktu yang lama (seperti pekerjaan sekolah atau
pekerjaan rumah)
• Sering kehilangan barang yang digunakan untuk suatu pekerjaan dan aktivitas
(misalnya alat tulis, buku, pensil, dompet, kunci, kacamata, kertas, telepon
genggam)
• Sering merasa kebingungan

11
• Sering melupakan aktivitas sehari-hari.11
Hiperaktivitas dan impulsivitas bila didapatkan enam atau lebih gejala
hiperaktivitas-impulsivitas untuk anak-anak sampai usia 16 tahun, atau lima atau
lebih untuk dewasa usia 17 tahun atau lebih; gejala hiperaktivitas-impulsivitas
ditemukan sekurang-kurangnya 6 bulan dan mereka memiliki perkembangan mental
yang kurang, antara lain:
• Sering merasa gelisah dengan mengetuk kaki atau tangan atau menggeliat di kursi
• Sering meninggalkan kursi pada situasi yang mengharuskan duduk
• Sering berlari kesana kemari di situasi yang tidak tepat (pada dewasa atau remaja
dapat dikatakan tidak mudah merasa lelah)
• Sering tidak dapat bermain atau mengambil posisi tenang atau diam pada waktu
luang
• Seringkali beraktivitas seperti sedang mengendarai motor
• Sering berbicara berlebihan
• Sering melontarkan jawaban sebelum pertanyaan selesai diajukan
• Sering memiliki kesulitan dalam menunggu gilirannya
• Sering memotong atau memaksakan pada orang lain (misalnya pada percakapan
atau pada permainan).11
Sebagai tambahan, beberapa kondisi dibawah ini yang harus ada:
• Beberapa gejala inatensi dan hiperaktif- impulsif timbul pada usia sebelum 12 tahun
• Beberapa gejala timbul pada dua atau lebih kondisi (misalnya di rumah, sekolah
atau pekerjaan; dengan teman atau rekan kerja; di lain aktivitas)
• Terdapat penemuan gejala yang mempengaruhi kualitas dari fungsi sosial,
akademik atau pekerjaan
• Gejala tidak timbul dikarenakan terdapat skizofrenia atau kelainan psikotik lain.
Gejala tidak dapat dijelaskan dengan gangguan mental lain (seperti gangguan
mood, gangguan kecemasan, gangguan disasosiasi, atau gangguan personalitas).
Berdasarkan tipe dari gejala, terdapat tiga jenis ADHD yang dapat
timbul:
• Tipe Kombinasi: Jika memenuhi gejala dari kedua kriteria inatensi dan hiperaktif-

12
impulsif terlihat pada 6 bulan terakhir.
• Tipe predominan Inatensi: Jika memenuhi gejala dari kriteria inatensi, namun tidak
pada hiperaktif-impulsif pada 6 bulan terakhir.
• Tipe predominan hiperaktif-impulsif: Jika memenuhi gejala dari kriteria hiperaktif-
impulsif namun tidak pada inatensi pada 6 bulan terakhir.
• Karena gejala dapat berubah-ubah, maka jenis juga dapat berubah-ubah seiring
waktu.11

• Gangguan Bipolar
• Gangguan Bipolar 1
Untuk diagnosia gangguan bipolar I, perlu untuk memenuhi kriteria
berikut untuk episode mania. Episode mania mungkin telah didahului oleh dan dapat
diikuti oleh episode hipomania atau depresi berat:

A. Episode Mania
a. Periode yang berbeda dari suasana normal yang tidak normal dan terus menerus
meningkat, ekspansif, atau mudah tersinggung dan aktivitas dan energi yang
tidak disengaja dan terus-menerus meningkat, yang berlangsung minimal 1
minggu dan paling banyak, hampir setiap hari (atau durasi jika perlu dirawat di
rumah sakit).
b. Selama periode gangguan mood dan peningkatan energi atau aktivitas, tiga (atau
lebih) dari gejala berikut (empat jika mood hanya mudah tersinggung) hadir
pada tingkat signifikan dan merupakan perubahan yang nyata dari perilaku yang
biasa:
1. Harga diri meningkat atau berlebihan.
2. Berkurangnya kebutuhan tidur (misalnya terasa beristirahat setelah tidur
hanya 3 jam).
3. Lebih banyak bicara dari biasanya atau tekanan untuk terus berbicara.
4. Gagasan flight atau pengalaman subyektif bahwa pikiran sedang berlomba.

5. Distractibility (yaitu perhatian terlalu mudah tertarik ke rangsangan

13
eksternal yang tidak penting atau tidak relevan), seperti yang dilaporkan
atau diamati.

6. Peningkatan aktivitas yang diarahkan pada tujuan (baik secara sosial, di


tempat kerja atau di sekolah, atau seksual) atau agitasi motorik (aktivitas
tanpa tujuan).
7. Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas yang memiliki potensi konsekuensi
menyakitkan yang tinggi (misalnya, terlibat dalam pembelian eceran yang
tidak terbatas, ketidaksopanan seks, atau investasi bisnis yang bodoh).
c. Gangguan mood cukup parah sehingga menyebabkan kerusakan yang ditandai
pada fungsi sosial atau pekerjaan atau memerlukan rawat inap untuk mencegah
bahaya pada diri sendiri atau orang lain, atau ada ciri-ciri psikotik.
d. Episode ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya, penyalah
gunaan obat) atau kondisi medis lainnya.
Catatan: Kriteria a-d merupakan episode mania. Setidaknya satu episode mania
seumur hidup diperlukan untuk diagnosis gangguan bipolar I.

B. Episode Hipomania
a. Periode yang berbeda dari suasana normal yang tidak normal dan terus- menerus
meningkat, ekspansif, atau mudah tersinggung dan aktivitas dan energi yang
tidak normal dan terus-menerus meningkat, berlangsung paling tidak 4 hari
berturut-turut dan sebagian besar hari, hampir setiap hari.
b. Selama periode gangguan mood dan peningkatan energi atau aktivitas, tiga (atau
lebih) dari gejala berikut empat (jika mood hanya mudah tersinggung) hadir
pada tingkat signifikan dan merupakan perubahan yang nyata dari perilaku yang
biasa:
1. Harga diri meningkat atau berlebihan.
2. Berkurangnya kebutuhan tidur (misalnya terasa telah beristirahat setelah
tidur hanya 3 jam).
3. Lebih banyak bicara dari biasanya atau tekanan untuk terus berbicara.
4. Gagasan flight atau pengalaman subyektif bahwa pikiran sedang berlomba.

14
5. Distractibility (yaitu perhatian terlalu mudah tertarik ke rangsangan
eksternal yang tidak penting atau tidak relevan), seperti yang dilaporkan
atau diamati.

6. Peningkatan aktivitas yang diarahkan pada tujuan (baik secara sosial, di


tempat kerja atau di sekolah, atau seksual) atau agitasi motorik (aktivitas
tanpa tujuan).
7. Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas yang memiliki potensi konsekuensi
menyakitkan yang tinggi (misalnya, terlibat dalam pembelian eceran yang
tidak terbatas, ketidaksopanan seks, atau investasi bisnis yang bodoh).
c. Episode ini terkait dengan perubahan fungsi yang tidak jelas yang tidak seperti
karakteristik individu jika tidak bergejala.
d. Gangguan dalam mood dan perubahan fungsi dapat diamati oleh orang lain.
e. Episode ini tidak cukup parah untuk menyebabkan kerusakan yang ditandai
pada fungsi sosial atau pekerjaan atau memerlukan rawat inap. Jika ada fitur
psikotik, episode tersebut menurut definisi mania.
f. Episode ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya, penyalah
gunaan obat) atau kondisi medis lainnya. Episode hipomania lengkap yang
muncul selama pengobatan antidepresan (misalnya, pengobatan terapi
elektrokonvulsif) namun berlanjut pada tingkat sindrom sepenuhnya di luar efek
fisiologis pengobatan tersebut adalah bukti yang cukup untuk diagnosis episode
hipomania. Namun, hati-hati diindikasikan sehingga satu atau dua gejala
(terutama pada mudah tersinggung, gelisah, atau agitasi setelah penggunaan
antidepresan) tidak dianggap memadai untuk diagnosis episode hipomania, atau
juga indikasi diatesis bipolar.

Catatan: Kriteria a-f merupakan episode hipomania. Episode hipomania umum terjadi
pada kelainan bipolar I namun tidak diperlukan untuk diagnosis gangguan bipolar I.

C. Depresi Berat
a. Lima (atau lebih) dari gejala berikut telah hadir selama periode 2 minggu yang

15
sama dan merupakan perubahan dari fungsi sebelumnya. Setidaknya salah satu
gejalanya adalah (1) tekanan pada mood atau (2) kehilangan minat atau
kesenangan. Catatan: tidak disertakan gejala yang jelas terkait dengan kondisi
medis lainnya.

1. Suasana hati yang tertekan hampir setiap hari, seperti yang ditunjukkan
oleh laporan subjektif (misalnya, terasa sedih, kosong, atau putus asa) atau
pengamatan yang dilakukan oleh orang lain (misalnya, tampak menangis).
Catatan: Pada anak-anak dan remaja, bisa jadi mood yang mudah
tersinggung.
2. Kurang minat atau kesenangan dalam hampir semua aktivitas sepanjang
hari atau setiap hari.
3. Penurunan berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau
kenaikan berat badan (misalnya perubahan lebih dari 5% berat badan
dalam sebulan), atau penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir
setiap hari. Catatan: pada anak-anak, pertimbangan kegagalan untuk
membuat kenaikan berat badan yang diharapkan.
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh
orang lain, bukan hanya perasaan subjektif dari kegelisahan atau perasaan
lambat).
6. Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
7. Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak
patut (yang mungkin delusi) hampir setiap hari (tidak hanya menyalahkan
diri sendiri atau bersalah karena sakit).
8. Berkurangnya kemampuan berpikir atau berkonsentrasi, atau ragu-ragu,
hampir setiap hari (baik dengan akun subyektif atau seperti yang diamati
oleh orang lain).
9. Gagasan berulang tentang kematian (tidak hanya takut mati), ide bunuh
diri berulang tanpa rencana tertentu, atau usaha bunuh diri atau rencana
spesifik untuk melakukan bunuh diri.

16
b. Gejalanya menyebabkan gangguan atau penurunan signifikan secara klinis di
area kerja sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya.
c. Episode ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat atau kondisi medis
lainnya. Catatan: Kriteria a-c merupakan episode depresi berat. Epidemi depresi berat
sering terjadi pada kelainan bipolar I namun tidak diperlukan untuk diagnosis
gangguan bipolar I.
Catatan: Tanggapan terhadap kerugian yang signifikan (misalnya, kehilangan,
kehancuran finansial, kerugian akibat bencana alam, penyakit medis serius atau
cacat) dapat mencakup perasaan sedih, ruminasi tentang kehilangan, susah tidur,
nafsu makan yang buruk, dan penurunan berat badan. Dalam Kriteria A, yang
mungkin menyerupai episode depresi. Meskipun gejala seperti itu dapat dimengerti
atau dianggap sesuai dengan kerugian, adanya episode depresi berat selain respons
normal terhadap kerugian yang signifikan juga harus dipertimbangkan secara hati-
hati. Keputusan ini mau tidak mau memerlukan penilaian klinis berdasarkan sejarah
individu dan norma budaya untuk ekspresi kesusahan dalam konteks kerugian.
Kriteria telah terpenuhi setidaknya satu episode mania (Kriteria a-d di atas).
Terjadinya episode mania dan depresi berat tidak lebih baik dijelaskan oleh
gangguan schizoafektif, skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan delusional,
atau spektrum skizofrenia spesifik dan tidak ditentukan lainnya dan gangguan
psikotik lainnya.

• Gangguan Bipolar II
Untuk diagnosa gangguan bipolar II, perlu untuk memenuhi kriteria berikut
untuk episode hipomania, episode depresi berat yang tengah terjadi maupun yang
telah lama dialami.
A. Episode Hipomania

a. Periode yang berbeda dari suasana normal yang tidak normal dan terus-
menerus meningkat, ekspansif, atau mudah tersinggung dan aktivitas dan
energi yang tidak normal dan terus-menerus meningkat, berlangsung paling
tidak 4 hari berturut-turut dan sebagian besar hari, hampir setiap hari.

17
b. Selama periode gangguan mood dan peningkatan energi atau aktivitas, tiga
(atau lebih) dari gejala berikut (empat jika mood hanya mudah tersinggung)
hadir pada tingkat signifikan dan merupakan perubahan yang nyata dari
perilaku yang biasa :
1. Harga diri meningkat atau membesar.
2. Berkurangnya kebutuhan tidur (misalnya terasa beristirahat setelah tidur
hanya 3 jam).
3. Lebih banyak bicara dari biasanya atau tekanan untuk terus berbicara.
4. Gagasan flight atau pengalaman subyektif bahwa pikiran sedang
berlomba.
5. Distractibility (yaitu, perhatian terlalu mudah ditarik ke rangsangan
eksternal yang tidak penting atau tidak relevan), seperti yang dilaporkan
atau diamati.
6. Meningkatkan aktivitas yang diarahkan pada tujuan (baik secara sosial, di
tempat kerja atau di sekolah, atau seksual) atau agitasi motorik (aktivitas
tanpa tujuan).
7. Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas yang memiliki potensi
konsekuensi menyakitkan yang tinggi (misalnya, terlibat dalam pembelian
eceran yang tidak terbatas, ketidaksopanan seks, atau investasi bisnis yang
bodoh).
c. Episode ini terkait dengan perubahan fungsi yang tidak jelas yang tidak
seperti karakteristik individu jika tidak bergejala.
d. Gangguan dalam mood dan perubahan fungsi dapat diamati oleh orang lain.
e. Episode ini tidak cukup parah untuk menyebabkan kerusakan yang ditandai
pada fungsi sosial atau pekerjaan atau memerlukan rawat inap. Jika ada fitur
psikotik, episode tersebut, menurut definisi mania.
f. Episode ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya,
penyalah gunaan obat) atau kondisi medis lainnya. Episode hipomania
lengkap yang muncul selama pengobatan antidepresan (misalnya,
pengobatan terapi elektrokonvulsif) namun berlanjut pada tingkat sindrom

18
sepenuhnya di luar efek fisiologis pengobatan tersebut adalah bukti yang
cukup untuk diagnosis episode hipomania. Namun, hati-hati diindikasikan
sehingga satu atau dua gejala (terutama pada mudah tersinggung, gelisah,
atau agitasi setelah penggunaan antidepresan) tidak dianggap memadai untuk
diagnosis episode hipomania, atau juga indikasi diatesis bipolar.

B. Episode Depresi Berat


a. Lima (atau lebih) dari gejala berikut telah hadir selama periode 2 minggu yang
sama dan merupakan perubahan dari fungsi sebelumnya. Setidaknya salah satu
gejalanya adalah (1) tertekannya mood atau (2) kehilangan minat atau
kesenangan. Catatan: tidak disertakan gejala yang jelas-jelas terkait dengan
kondisi medis lainnya.
1. Suasana hati yang tertekan hampir setiap hari, seperti yang ditunjukkan
oleh laporan subyektif (misalnya, terasa sedih, kosong, atau putus asa)
atau pengamatan yang dilakukan oleh orang lain (misalnya, tampak
penuh air mata). Catatan: Pada anak-anak dan remaja, bisa jadi mood
yang mudah tersinggung.
2. Kurang minat atau kesenangan dalam hampir semua aktivitas sepanjang
hari atau setiap hari.
3. Penurunan berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau
kenaikan berat badan (misalnya Perubahan lebih dari 5% berat badan
dalam sebulan), atau penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir
setiap hari. Catatan: pada anak-anak, pertimbangan kegagalan untuk
membuat kenaikan berat badan yang diharapkan.
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh
orang lain, bukan hanya perasaan subyektif dari kegelisahan atau
perasaan lambat).
6. Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
7. Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak
patut (yang mungkin delusi) hampir setiap hari (tidak hanya

19
menyalahkan diri sendiri atau bersalah karena sakit).
8. Berkurangnya kemampuan berpikir atau berkonsentrasi, atau ragu-ragu,
hampir setiap hari (baik dengan akun subyektif atau seperti yang diamati oleh
orang lain).
9. Gagasan berulang tentang kematian (tidak hanya takut mati), ide bunuh diri
berulang tanpa rencana tertentu, atau usaha bunuh diri atau rencana spesifik
untuk melakukan bunuh diri.

b. Gejalanya menyebabkan gangguan atau penurunan signifikan secara klinis di area


kerja sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya.
c. Episode ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat atau kondisi medis
lainnya.
Catatan: Kriteria a-c merupakan episode depresi berat. Epidemi depresi berat
sering terjadi pada kelainan bipolar I namun tidak diperlukan untuk diagnosis
gangguan bipolar I.
Catatan: Tanggapan terhadap kerugian yang signifikan (misalnya,
kehilangan, kehancuran finansial, kerugian akibat bencana alam, penyakit medis
serius atau cacat) dapat mencakup perasaan sedih, ruminasi tentang kehilangan,
susah tidur, nafsu makan yang buruk, dan penurunan berat badan. Dalam Kriteria
a, yang mungkin menyerupai episode depresi. Meskipun gejala seperti itu dapat
dimengerti atau dianggap sesuai dengan kerugian, adanya episode depresi berat
selain respons normal terhadap kerugian yang signifikan juga harus
dipertimbangkan secara hati- hati. Keputusan ini mau tidak mau memerlukan
penilaian klinis berdasarkan sejarah individu dan norma budaya untuk ekspresi
kesusahan dalam konteks kerugian.
Kriteria telah dipenuhi setidaknya satu episode hipomania (Kriteria a-f di
atas) dan setidaknya satu episode depresi berat (Kriteria a-c di atas). Belum pernah
ada episode mania. Terjadinya episode hipomania dan episode depresi berat tidak
lebih baik dijelaskan oleh gangguan skizofrenia, gangguan skizofreniform,
gangguan delusional, atau spektrum skizofrenia spesifik dan tidak ditentukan
lainnya dan gangguan psikotik lainnya. Gejala depresi atau ketidakpastian yang

20
disebabkan oleh pergantian yang sering terjadi antara periode depresi dan
hipomania menyebabkan gangguan atau penurunan signifikan secara klinis di area
kerja sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya.

• Cyclothymic Disorder
a. Selama minimal 2 tahun (setidaknya 1 tahun pada anak-anak dan remaja) telah
terjadi banyak periode dengan gejala hipomania yang tidak memenuhi kriteria
episode hipomania dan banyak periode dengan gejala depresi yang tidak memenuhi
kriteria untuk episode depresi berat.

b. Selama periode 2 tahun di atas (1 tahun pada anak-anak dan remaja), periode
hipomania dan depresi telah ada setidaknya separuh waktu dan individu tersebut
tidak memiliki gejala lebih dari 2 bulan pada satu waktu.
c. Kriteria episode depresi, mania, atau hipomania utama belum pernah terpenuhi.
d. Gejala pada Kriteria A tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan
schizoafektif, skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan delusional, atau
spektrum skizofrenia spesifik atau tidak ditentukan lainnya dan gangguan psikotik
lainnya.
e. Gejalanya tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya,
penyalahgunaan obat-obatan) atau kondisi medis lainnya (misalnya,
hipertiroidisme).
f. Gejalanya menyebabkan gangguan atau penurunan signifikan secara klinis di area
kerja sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya

• Fase Premorbid pada Skizofrenia

Fase premorbid lazimnya dimulai saat penderita berusia remaja. Saat sedang
dalam fase premorbid, seseorang akan mulai berfantasi dalam batas yang wajar dan
normal, baik fantasi indah maupun yang sebaliknya. Sayangnya, masyarakat awam
sering mengasosiasikan fase awal ini dengan gangguan makhluk halus (ketempelan).
Gejala ini dapat berlangsung selama beberapa hari atau sampai beberapa bulan. Pada
salah satu studi, gejala psikosis muncul rata-rata 2,5 tahun setelah fase premorbid,

21
dan diagnosis skizofrenia ditegakkan rata-rata 2 tahun setelah onset psikosis.9
Dalam anamnesis, didapatkan riwayat premorbid: sering berhubungan
dengan hukum, terdapat gangguan kepribadian , mempunyai lingkungan sosial yang
tidak sesuai dengan harapannya , depriviasi sosioekonimik, isolasi sosial, terdapat
peristiwa yang tidak menyenangkan yang membuat defensif.

2.5 Tatalaksana
• ADHD
Kesalahpahaman yang umum tentang ADHD adalah bahwa terapi
farmakologi akan menghilangkan semua gejala hiperaktif dan impulsif bermasalah.
terapi farmakologi ADHD memiliki sejarah panjang, dengan laporan dari obat-
obatan yang digunakan untuk mengobati gangguan setidaknya sejak 1937. Obat
yang paling umum yang digunakan untuk orang yang didiagnosis dengan ADHD
adalah methylphenidate, dexaphetamine, atmoxetine dan lisdexamphetamine.
methylphenidate menjadi obat ADHD yang paling sering diresepkan.

Penggunaan obat ADHD dalam jangka waktu panjang maka nantinya akan
berdampak pada anak-anak, sehingga alternatif lainnya untuk menangani anak
ADHD dengan menggunakan pendekatan konseling. Orban; Rapport; Friedman &
Kofler 2014 menjelaskan program pelatihan kognitif adalah dirancang untuk
meningkatkan satu atau lebih fungsi eksekutif atau kemampuan perhatian dan
digunakan berbasis komputer atau latihan otomatis melibatkan pengulangan yang
luas, praktek, dan umpan balik. Kebanyakan program digunakan platform pelatihan
adaptif, dimana tingkat kesulitan masing-masing tugas ini telah disesuaikan secara
dinamis berdasarkan kinerja anak-anak. Pelatihan adaptif diharapkan untuk terus
ditargetkan sehingga lebih kuat dalam meningkatkan kemampuan anak-anak .

• Gangguan Bipolar

Terdapat beberapa cara untuk mengobati gangguan bipolar, seperti:


1. Program pengobatan harian, memberikan dukungan dan konseling untuk
mengendalikan gejala yang dialami.

22
2. Medikasi, berupa obat penstabil suasana hati (mood), antipsikotik, antidepresan,
anticemas, dan antikonvulsan.
3. Perawatan lanjutan, penderita yang melewatkan perawatan akan berisiko tinggi
mengalami gejala kambuh. Penderita perlu untuk tetap menjalani perawatan
meskipun dalam kondisi yang membaik sekalipun.
4. Rawat inap, diperlukan jika penderita berpotensi membahayakan dirinya atau
orang lain,memiliki keinginan bunuh diri, atau merasa terlepas dari realita
(psikosis). Rawat inap akan membantu menstabilkan suasana hati penderita serta
menjaga agar penderita lebih tenang dan merasa aman ketika mengalami kejadian
mania atau depresi.
5. Terapi elektrokonvulsif, dapat dilakukan jika penderita tidak mendapatkan efek
dari medikasi, tidak dapat mengonsumsi obat-obatan yang diberikan, atau berisiko
tinggi untuk melakukan bunuh diri. Terapi ini meliputi pemberian aliran listrik ke
otak yang dapat memicu kejang-kejang dalam durasi yang singkat. Terapi ini dapat
mengubah zat-zat kimia di otak dan membalikkan gejala-gejala dari gangguan
mental yang dialami.
6. Psikoterapi, membantu penderita untuk menghadapi depresi yang dialami dan
membantu meningkatkan hubungan interpersonal penderita. Jenis psikoterapi yang
biasa diberikan dapat berupa:
a. Terapi ritme interpersonal dan sosial (interpersonal and social rythm therapy),
membantu mengatur dan menyeimbangkan ritme sehari-hari, seperti pola tidur,
makan, dan sebagainya. Rutinitas yang konsisten dapat membantu memperbaiki
suasana hati.
b. Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy), untuk mengidentifikasi
keyakinan dan perilaku yang tidak sehat dan negatif serta menggantinya dengan
yang sehat dan positif. Terapi ini juga dapat membantu penderita untuk
mengidentifikasi apa yang memicu gangguan bipolar dan menerapkan cara-cara
yang efektif untuk menghadapi stres karena gangguan yang dialami.
c. Psikoedukasi, mempelajari kondisi yang dialami penderita untuk dapat
mengidentifikasi masalah serta membuat rencana untuk mencegah kambuhnya

23
gangguan yang dialami.
d. Terapi keluarga, memberi dukungan dan komunikasi keluarga yang dapat
membantu agar penderita tetap pada jalur perawatan yang baik dan benar, serta
membantu anggota keluarga lebih menyadari tanda-tanda munculnya gangguan.

• Fase premorbid Skizofrenia

Sumber: Schizophr Bull, Volume 41, Issue 4, July 2015, Pages 795–800,
https://doi.org/10.1093/schbul/sbv050

Gejala risiko klinis dikontraskan dengan risiko keluarga untuk psikosis


dengan menggambarkan kemungkinan konversi ke psikosis yang lebih besar terjadi
pada kelompok risiko klinis oleh panah kuning yang lebih besar. Intervensi di atas
garis untuk kelompok risiko klinis dimulai sekitar akhir sekolah dasar yang

24
mencerminkan periode paling awal bahwa gejala premorbid biasanya dilaporkan,
sedangkan yang di bawah garis dimulai selama kehamilan yang lebih
mencerminkan pendekatan pencegahan primer. Karena sebaik-baiknya intervensi
premorbid skizofrenia adalah dilakukan sejak masih dalam kandungan ibu.

2.6 Prognosis

• ADHD
Prognosis dari ADHD ini umumnya baik, terutama bila pasien cepat
didiagnosis sehingga segera mendapatkan terapi.15
• Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar mempunyai prognosis yang relatif baik terutama untuk
gangguan bipolar yang bentuk klasik. Perjalanan penyakit gangguan bipolar
sangat bervariasi dan biasanya kronik. Kekambuhan yang terjadi akan
mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, perkawinan bahkan meningkatkan risiko
bunuh diri.14
• Fase Premorbid Skizofrenia
Bila premorbid mempunyai masalah emosional/stress, prognosisnya lebih
buruk.

25
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesipulan
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan, bahwa ADHD, gangguan bipolar, dan skizofrenia terutama saat masih
fase premorbid banyaklah kesamaan dan sangat susah dibedakan. Oleh karena itu,
perbandingan dapat dilihat secara teliti dari definisi dan klasifikasi, epidemiologi,
etio-patomekanisme, gejala dan diagnosis berdasarkan PPDGJ III ataupun DSM 5.
Penatalaksanaan pun secara garis besar dari non-medikamentosa sama, namun dari
medikamentosa atau farmakoterapi utama berbeda. Prognosis untuk ADHD,
gangguan bipolar, dan skizofrenia dengan fase premorbid yang bukan gangguan
emosial secara umum baik.

3.2. Saran
Berdasarkan uraian diatas disarankan agar dapat mengetahui,memahami, dan
mampu membedakan definisi dan klasifikasi, epidemiologi, etio-patomekanisme,
gejala dan diagnosis untuk pentatalaksanaan yang tepat sehingga berakhir dengan
progonosis yang baik. Diharapkan juga penulisan referat terbaru mengenai
perbandingan tiap-tiap penyakit psikiatrik lain dapat dibuat untuk menambah
wawasan, ilmu pengetahuan dan keterampilan klinis.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.
2. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & sadock's synopsis of psychiatry: behavioral
sciences/clinical psychiatry. Edisi 10. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2010.
3. Departemen Kesehatan. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di
Indonesia iii. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2004.
4. Willy F.Maramis, Albert A.Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2.
Surabaya: Airlangga University Press, 2009; p.38
5. Hartiningsih, Nuligar. 2013. Play Therapy Untuk Meningkatkan Konsentrasi Pada
Anak Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD). Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan. 1 (2), 2301-8267. De Graaf-Peters VB, Haddens-Algra M. Ontogeny of
the human central nervous system: What is happening when? J Earl Hum
Dev.2006;82:257-66.
6. American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual
of mental disorder (Edisi kelima). Washington, DC: American Psychiatric
Association.
7. Muhyi, A. (2011). Prevalensi penderita skizofrenia paranoid dengan gejala depresi
di RSJ dr. Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2010. Karya Tulis Ilmiah strata satu,
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
8. Townsend, M. C, 2009,Psychiatric Mental Healt Nursing : Concepts of Care in
Evidence-BasedPractice(6th ed.), Philadelphia : F.A. Davis.
9. Yudhantara,Surya & Ratri Istiqomah. (2018). Sinopsis Skizofrenia untuk
Mahasiswa Kedokteran Indonesia. UB Press: Malang.
10. Jennifer dkk. 2014. ADHD: Implications for School Counselors. Georgia School
Counselors Association Journal. 21 (1), EJ1084428.
11. Center Disease Control and Prevention. Symptoms and diagnosis adhd [Internet].
2015 [diakses tanggal 13 April 2015]. Tersedia dari:
http://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/diagno sis.html#ref

27
12. Arnsten T. Toward a new understanding of attention-deficit hyperactivity disorder
pathophysiology: an important role for prefrontal cortex dysfunction. CNS Drugs.
2009;23(1):33–41.
13. Brennan AR, Arnsten AFT. Neuronal mechanisms underlying attention deficit
hyperactivity disorder: the influence of arousal on prefrontal cortical function.
Ann N Y Acad Sci. 2008;1129:236–45.
14. Yatham LN, Kennedy SH, Schaffer A, Parikh SV, Beauliu S, O’Donovan C,
McQueen G, McIntyre RS, Sharma V, Ravindran, Young LT, Young AH, Alda M,
Milev R, Vieta E, Calebrese JR, Berk M, Ha K, Kapczinski F, 2009. Canadian
Network for Mood and Anxiety Treatment (CANMAT) and International Society
for Bipolar Disorder collaborative update of CANMAT guidelines for management
of patient with bipolar disorder: update 2009. Bipolar Disord. May; 11:225-255.
15. Montauk SL. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder.
http://www.emedicine.com. Last update : Juny 2005. Accessed: August 2 nd 2006.

28

Anda mungkin juga menyukai