Arne Olander, seorang ilmuan fisika yang berasal dari Swedia, menemukan shape
memory effect pada paduan AuCd sekitar tahun 1932. Paduan tersebut mampu berdeformasi
ketika suhu dingin dan ketika dipanaskan kembali mampu kembali ke bentuk semula. Paduan
logam yang memiliki shape memory effect (SME) dinamakan shape memory alloy. Tidak
sampai tahun 1962, Bueler dan rekan kerjanya memnemukan efek dalam nickeltitanium
equiatomic (Ni-Ti), penelitian tersebut pada metalurgi dan penggunaan potensial praktis
mulai dilakukan sungguh-sungguh. Dalam waktu 10 tahun, jumlah produk komersial berada
di pasar, dan pemahaman tentang shape memory effect mulai dikembangkan. Studi mengenai
shape memory alloy (SMA) terus meningkat semenjak itu, dan lebih banyak produk yang
menggunakan material tersebut masuk ke pasar tiap tahunnya.
Beberapa material jenis ini antara lain adalah nitinol, nikel dan titanium serta
paduannya. Material kelompok ini dapat mengkonversi energi panas secara langsung menjadi
usaha. Misalnya smart shape memory alloy dapat diprogram untuk mengadopsi bentuk
tertentu ketika alloy mencapai suhu yang diinginkan (misalnya 1000C). Alloy yang sama ini
kemudian dapat dideformasi secara mekanis untuk mengadopsi bentuk yang berbeda ketika
berada dalam suhu yang tidak diinginkan (misalnya 300C). Ketika alloy dipanaskan di atas
suhu transisi kritis, material akan mengingat bentuk sebelumnya dan merestorasi diri.
Shape memory alloy (umumnya paduan Ni-Ti) memiliki kekuatan luluh yang lebih
rendah daripada baja, tetapi beberapa komposisi memiliki kekuatan luluh yang lebih tinggi
dari plastik atau aluminium. Stres untuk Ni Ti bisa mencapai 500 MPa. Selain itu, material
SMA memiliki sifat ketahanan korosi yang baik, regangannya dapat dipulihkan, serta
ketahanan dari pergeseran dislokasi. Transformasinya terjadi pada range temperature yang
sempit.
Salah satu keuntungan menggunakan shape memory alloy adalah tingkat tinggi
regangan plastik yang dapat dipulihkan yang dapat diinduksi. Strain maksimum yang dapat
dipulihkan bahan-bahan ini dapat bertahan tanpa kerusakan permanen hingga 8% untuk
beberapa paduan. Ini dibandingkan dengan regangan maksimum 0,5% untuk baja
konvensional.
Shape Memory Alloy biasanya dibuat melalui pengecoran, lalu lanjut menggunakan
mesin pelelehan dengan cara busur vakum atau induksi. Teknik tersebut merupakan teknik
special yang digunakan untuk menyimpan pengotor di dalam paduan dalam jumlah sedikit
dan memastikan logam telah tercampur rata. Ingot yang terbentuk kemudian di hot rolled
menjadi bentuk yang lebih panjang lalu di draw untuk diubah menjadi kabel (wire). Salah
satu factor yang mempengaruhi SME adalah terjadinya Pseudoelasticity, yaitu fasa
martensite yang dibentuk melalui penekanan pada logam saat fasa austenite. Fasa martensite
ini mampu tahan terhadap regangan tinggi.
https://www.asminternational.org/documents/10192/22533690/06182G_Sample_BuyNow.pd
f/417224c4-b008-444e-a8ff-f0ad8d7540d3