Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HUBUNGAN PENGGUNAAN APD MASKER, KEBIASAAN

MEROKOK DAN VOLUME KERTAS BEKAS DENGAN ISPA

Dosen pengempuh : Endah Fitriasari S.kep.,M.Kep

DISUSUN OLEH :

Nama : Ahmad sahril kalean

Nim : 1420119010

Prodi : Keperawatn

Kelas : Pagi ambon

Semester : 3 ganjil

YAYASAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIkes MALUKU


HUSADA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1
TAHUN AJARAN 2021\2022
Abstrak

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit saluran pernapasan atas
atau bawah yang disebabkan agen infeksius.ISPA paling banyak terjadi di wilayah kerja
puskesmas Jekulo Kabupaten Kudus dengan 4603 kasus kejadian. Berbagai faktor yang dapat
menyebabkan kejadian ISPA terus meningkat kasusnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaan APD
masker, kebiasaan merokok, dan volume kertas dengan kejadian ISPA pada pekerja di sentra
pengepakan kertas bekas Desa Terban Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus.Jenis penelitian
adalah Cross sectional dengan populasi penelitian adalah seluruh pekerja laki-laki di sentra
pengepakan kertas bekas Desa Terban dan sampel penelitian 67 responden.Pengumpulan data
dilakukan dengan kuesioner, lembar observasi serta pengukuran volume kertas. Hasil
penelitian ini ada hubungan antara penggunaan APD masker (p=0,018), kebiasaan merokok
(p=0,000), dan volume kertas bekas (p=0,000) dengan kejadian ISPA. Saran bagi pekerja agar
menggunakan alat pelindung diri saat bekerja, menerapkan PHBS, tidak merokok, dan rutin
periksa kesehatan.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nantikan syafa’atnya di akhirat.
Tidak lupa, saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah dengan judul
“Hubungan penggunaan APD Masker, Kebiasaan Merokok dan Volume Kertas Bekas
dengan ISPA”.
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yaitu khususnya kepada dosen
mata kuliah yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah saya dapat diterima , sekian dan terima kasih.

Ambon , 9 Februari 2020

Ahmad sahril kalean


Daftar Isi

HALAMAN JUDUL ……………………………. i

KATA PENGANTAR …………………………. ii

DAFTAR ISI ………………………………… …iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………… 4

 A. Latar Belakang ……………………………………….…5


 B. Rumusan Masalah ……………………………………….6
 C. Tujuan Penulisan ………………………………………..6
 D. Manfaat Penulisan ………………………………………6

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………….. 6

 A. populasi…………………………………… ………………....7
 B. intervensi…………………………………….. ………………8
 C. comparation …………………………………………………..8
 D. outcome ………………………………. ………………..……8
 E. time……………………………………………………………8

BAB III PENUTUP ……………………………………………………….9

 A. Simpulan ……………………………………………………….. 9
 B. saran……………………………………………………………....9
 C. kritik………………………………………………………………9

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………...11


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut


yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari
hidung hingga alveoli, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA
masih merupakan masalah kesehatan utama yang banyak ditemukan di
Indonesia. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian karena ISPA
terutama pada bayi dan balita. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
merupakan penyakit yang sangat sering dijumpai dan merupakan penyebab
kematian paling tinggi pada anak balita. Kejadian ISPA dipengaruhi oleh
banyak faktor terutama status gizi. Peneliti ingin mengetahui seberapa besar
hubungan status gizi dengan frekuensi ISPA.
World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka
kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun
pada usia balita. Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu
menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita.
Berdasarkan prevalensi ISPA tahun 2012 di Indonesia telah mencapai 25%
dengan rentang kejadian yaitu sekitar 17,5 % - 41,4 % dengan 16 provinsi
diantaranya mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Selain itu ISPA
juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit.
Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2013
menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi
terbesar di Indonesia dengan persentase 32,10% dari seluruh kematian
balita), sedangkan di Jateng 28 % (2012), 27,2 % tahun 2013 (DepKes, 2013).
Dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA pada
balita, ditandai dengan adanya batuk dan atau kesukaran bernapas disertai
adanya peningkatan frekwensi napas (napas cepat) sesuai golongan umur.
Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan atas dua kelompok yaitu
umur kurang dari 2 bulan dan umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. ISPA
yang disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap kejadian
ISPA pada balita adalah gizi yang kurang, status imunisasi yang tidak
lengkap,membedong bayi (menyelimuti yang berlebihan), tidak mendapat ASI
yang memadai, defisiensi vitamin A, kepadatan tempat tinggal, polusi udara
akibat asap dapur, orang tua perokok dan keadaan rumah yang tidak sehat
(Depkes, 2013). Faktor - faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian ISPA
diantaranya yaitu status gizi, dimana status gizi yang kurang muncul sebagai
faktor resiko yang penting terjadinya ISPA. Balita dengan gizi yang kurang
akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan balita dengan gizi normal
karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi sendiri akan
menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan
kekurangan gizi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang diteliti
adalah apakah ada hubungan antara hubungan penggunaan APD masker,
kebiasaan merokok, dan volume kertas bekas dengan kejadian ISPA pada
pekerja pengepak kertas bekas Desa Terban Kecamatan Jekulo Kabupaten
Kudus
C. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Memenuhi ulangan akhir semester
2. Mengetahui dampak dari penggunaan APD masker dan volume kertas
bekas, serta dengan kejadian ISPA pada pekerja ngepak kertas bekas.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang bisa saya dapat dari penyususan makalah ini ialah:
1. Menambah wawasan saya mengenai apa itu ISPA, faktor-faktor
penyebabnya, dan pengaruh terhadap pekerja ngepak kertas bekas.
2. Serta bagaimana cara menuyusun makalah yang baik dan benar
walaupun tidak sesempurna makalah yang lain serta saya dapat
meyelesaikan uas yang diberikan dosen bersangkutan kepada saya.
Adapun makalah yang saya buat ini bisa saya pelajari dirumah sebagai
salah satu mata kuliah bagi jurusan saya.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 67 pekerja pengepak kertas bekas di
sentra pengepakan kertas bekas di Desa Terban, analisis univariat mengenai distribusi
umur dan lama bekerja responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas pekerja pengepak kertas bekas
berumur 34,5 tahun. Rata-rata lama bekerja responden sebagai pekerja pengepak kertas
bekas adalah 7,25 tahun
Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Umur dan Lama Bekerja
Karakteristik
No. Mean Median Modus
Responden
1. Umur 34,5 32 25
2. Lama Bekerja 7,25 5 5
.
Tabel 2. Distribusi Kejadian ISPA, Penggunaan APD Masker, Kebiasaan Merokok, dan
Volume
Kertas Bekas Pada
Penggunaan
Variabel APDPekerjaTidak
Pengepak
PakaiKertas BekasJumlah
Kategori %
Masker Pakai
Perokok Berat
Kebiasaan Merokok
Perokok Ringan
≥ 310 m3
Volume Kertas
< 310 m3

univariat dari variabel resiko bebas diperoleh mengenai


Saluran pernapasan dari hidung sampai bronchus dilapisi oleh membran mukosa bersilia,
udara yang masuk melalui udara.
Tabel 3. Analisis Hubungan Penggunaan APD Masker, Kebiasaan Merokok, dan
Volume Kertas dengan Kejadian ISPA
Variabel P value OR CI (95 %)
Penggunaan APD
0,018 4,812 1,433 – 16,160
Masker
Kebiasaan Merokok 0,000 8,242 2,587 – 26,258
Volume Kertas Bekas 0,000 154,167 24,005 – 990,086
Berdasarkan analisis bivariat antara variabel kebiasaan merokok dengan kejadian
ISPA menunjukkan p value lebih kecil dari 0,000 (0,000<0,05) yang berarti bahwa ada
hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadia ISPA pada pekerja. Hasil observasi yang
telah dilakukan sebagian besar pekerja merokok saat bekerja karena hal tersebut sudah
terbiasa dilakukan.Ada beberapa pekerja yang sebelumnya bukan perokok namun setelah
menjadi pekerja pengepak kertas bekas mereka merokok walaupun intensitas merokoknya
ringan.Hal ini terjadi karena ajakan dari temannya.Rokok yang mereka konsumsi bervariasi.
B. Intervensi
Berdasarkan analisis bivariat antara varia-
bel penggunaan APD masker dengan kejadian ISPA menunjukkan p value lebih kecil dari
0,05 (0,018<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara penggunaan APD masker dengan
kejadia ISPA pada pekerja. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan,
sebagain responden tidak memakai masker dengan alasan tidak nyaman, sudah terbiasa tidak
memakai serta ribet ketika digunakan saat bekerja terlebih lagi semua responden merokok
saat bekerja.
Penggunaan alat pelindung diri termasuk masker sudah diatur dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.8/Men/ VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri
bahwa pekerja yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan APD sesuai
dengan potensi yang ada.
C. Comparation
Perebedaan yang mecolok dari penilitian yang lainya ialah dalam kasus ini
menggunakan metode penilitan studi observasional dengandesaincrosssectional.Variabel
D. Outcome
Bisa diambil kesimpulan dari hasil penilitian Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan mengenai hubungan penggunaan APD masker, kebiasaan merokok, dan
volume kertas bekas dengan kejadian ISPA pada pekerja pengepak kertas bekas Desa
Terban Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus hasil menunjukkan 59,7 % responden
mengalami ISPA dengan hubungan yang bermakna antara variabel penggunaan APD
masker (p value=0,018), kebiasaan merokok (p value=0,000), dan volume kertas bekas (p
value=0,000).
E. Time
Data ataupun waktu penilitian tahun 2011 menunjukkan 774 kasus ISPA dari 9
kecamatan di kabupaten Kudus dengan kejadian terbanyak di wilayah kerja puksesmas
Jekulo. Berdasarkan SIMPUS Jekulo 2015, penyakit gangguan pernapasan masih
menduduki peringkat pertama dengan 4603 kasus kejadian. Gangguan pernapasan yang
terjadi di puskesmas Jekulo ini tersebar merata di seluruh desa cakupan wilayah kerjanya
yaitu desa Klaling, Pladen, Bulung Kulon, Sidomulyo, Gondoharum dan Terban.
BAB 3
PENUTUP

SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan penggunaan APD
masker, kebiasaan merokok, dan volume kertas bekas dengan kejadian ISPA pada pekerja
pengepak kertas bekas Desa Terban Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus hasil menunjukkan
59,7 % responden mengalami ISPA dengan hubungan yang bermakna antara variabel
penggunaan APD masker (p value=0,018), kebiasaan merokok (p value=0,000), dan volume
kertas bekas (p value=0,000).

SARAN

agar kedepannya memakai metode penilitian yang efektif dalam peengambilan sampe
ataupun responden

yang diteliliti

KRITIK

dalam metode penilitian yang digunakan responden yang diambil datanya masih kurang
akurat dan juga hasil yang diperoleh kurang memuaskan serta langkah langkah yang diambil
dalam meanggulangi masalah yang ada akurang efektif tapi cukup membantu untuk
mengurangi masalah yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Journal of Current Pharmaceutical Research, 2 (3): 1 – 3.

Rosiana, A.M. 2013. Hubungan antara Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis
Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Unnes Journal of
Public Health, 2(1): 1-9.

Sholikhah, A.M & Sudarmaji. 2015. Hubungan Karakteristik Pekerja dan Kadar Debu Total
Dengan Keluhan Pernapasan Pada Pekerja Industri Kayu X di Kabupaten Lumajang.
Prespektif Jurnal Kesehatan Lingkungan, 1 (1): 1 – 12.

Yusnabeti, R.A.W & Luciana, R. 2010. PM 10 dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pekerja
Industri Mebel. Makara Kesehatan, 14 (1): 25 – 30.

Ahyanti, M & Duarsa, ABS. 2013. Hubungan Merokok dengan Kejadian ISPA Pada
Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjungkarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 7 (2): 47 – 53.

Ardianto, Y. D. & Yudhastuti, R. 2012. Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada
Pekerja Pabrik. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 6 (5): 230 – 233.

Hikmawati, R & Martiana, T. 2013. Hubungan Karakteristik dan Perilaku Pekerja dengan
Gejala ISPA di Pabrik Asam Fosfat Dept. Produksi III PT. Petrokimia Gresik. The
Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 2 (2): 130-136.

Mukono. 2008. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Kesehatan.


Airlangga University Press: Surabaya.

Rohilla, A., dkk. 2013. Upper Respiratory Tract Infections: An Overview.


International

Anda mungkin juga menyukai