Makalah Geriatri
Makalah Geriatri
Di susun oleh:
Pembimbing:
JAKARTA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
akan pembuatan gigi tiruan akibat besarnya risiko kehilangan gigi. Hilangnya
seluruh gigi atau sebagian mempunyai efek yang sama terhadap kecacatan hidup.
Lanjut usia adalah seseorang yang berumur lebih dari 60 tahun atau lebih. Seiring
dengan proses menua, terjadi perubahan struktur dan fungsi, baik yang disebabkan
secara fisiologis maupun patologis, yang kadang kala sulit dibedakan. 1 Lansia
merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu
yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari.
Seseorang tergolong lansia apabila telah mencapai usia 60 tahun ke atas. 2 Proses
menua adalah proses yang fisiologis yang akan dialami pada setiap orang.
Dampak dari proses menua ini adalah kemunduran fisik yang akan menimbulkan
masalah kesehatan umum yang akan mengganggu kualitas hidup lansia. Secara
baik secara fisik, biologis, mental, dan sosial ekonomi. Proses penuaan
perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada jaringan dan organ tubuh. Hal
lebih mudah terganggu kesehatanya, baik kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa.3
Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering ditemukan pada
lansia adalah kehilangan gigi sebagian maupun seluruhnya. Hal ini disebabkan
adanya perubahan-perubahan fisiologis dalam rongga mulut. Hilangnya gigi dapat
menimbulkan efek pada rongga mulut. Akan tetapi, kesadaran yang muncul untuk
kecemasan saat berada di praktek dokter gigi, dan pertimbangan biaya. Faktor-
kondisi edentulous cenderung hindari makanan berserat dan lebih suka makanan
yang kaya lemak jenuh dan kolesterol. Apalagi kesehatan mulut dan kesehatan
umum yang buruk saling terkaitan terutama karena faktor risiko umum.
penyakit jantung iskemik dan penyakit pernapasan kronis. Kehilangan gigi juga
TINJAUAN PUSTAKA
berarti orang tua, dan iatreia yang berarti penanganan terhadap penyakit.
usia lanjut yang berusia lebih dari 60 tahun serta mempunyai ciri khas
berbeda dengan penderita dewasa muda lainnya, baik dari segi konsep
tahun.
3. Lansia Resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
5. Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
3. Karakteristik yang ketiga adalah gejala dan tanda penyakit yang tidak
lain.
A. Imobilisasi
menyebabkan imobilisasi.9
B. Instabilitas
jantung, dll. Faktor risiko ekstrinsik contohnya adalah alas kaki tidak
akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera jaringan lunak, sampai patah
C. Inkontinensia
D. Insomnia
dilaporkan oleh lansia yaitu sulit untuk masuk kedalam proses tidur,
tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, jika terbangun sulit untuk
tidur kembali, terbangun dini hari, lesu setelah bangun di pagi hari.10
E. Depresi
Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang
berkepajangan.10
F. Infeksi
Pada lanjut usia terdapat beberapa penyakit sekaligus, menurunnya
tanda infeksi secara dini. Ciri utama pada semua penyakit infeksi
sering tidak dijumpai pada usia lanjut, malah suhu badan yang rendah
G. Defisiensi Imun
Daya tahan tubuh menurun bisa disebabkan oleh proses menua disertai
pada geriatri disebabkan oleh degenerasi dari organ korti, dan ditandai
gangguan pendengaran dengan frekuensi tinggi. Pada pasien juga
berkomunikasi.
I. Gangguan intelektual
terganggunya aktivitas.9
J. Impaction
isi usus menjadi tertahan, kotoran dalam usus menjadi keras dan kering
dan pada keadaan yang berat dapat terjadi penyumbatan didalam usus
A. Imobilisasi
B. Instabilitas
sepatu atau sandal yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih
licin.6,10
C. Inkotinensia
dehidrasi.10
D. Insomnia
3-4 jam sebelum tidur, santai mendekati waktu tidur, , hindari minum
minuman berkafein saat sore hari, batasi asupan cairan setelah jam
membaca.10
E. Depresi
dari kehidupannya.11
Penyakit infeksi yang banyak diderita oleh lansia dapat dicegah atau
meningkat.12
H. Gangguan Intelektual
beberapa faktor penyebab sulit buang air besar, salah satunya adalah
tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma. Maka dari itu, penting bagi
otot sudah mengalami penurunan fungsi, maka fungsi otot akan sulit
mudah stres dan depresi. Selain itu, mengadakan pelatihan atau terapi
1. Promosi
2. Pencegahan preventif
panjang.
gigi karies, gigi goyang sampai kehilangan gigi. Kondisi mukosa mulut
lansia juga dapat mengalami suatu kelainan. Perubahan-perubahan yang
terjadi seperti kehilangan gigi dan indra pengecap menurun. Hal ini
memberikan dampak pada lansia, dimana sel epitel pada mukosa mulut
lambat. Perubahan fisiologis yang terjadi pada jaringan keras gigi sesuai
neuralgia.18, 19
Lansia berisiko terhadap masalah kesehatan mulut karena
penyakit. Kondisi oral hygiene pada lansia semakin buruk karena lansia
pada umumnya tidak memiliki gigi (edentulous), dan gigi yang masih
pencernaan, penurunan saliva yang terkait usia dan pengobatan seperti anti
penderita mengeluh giginya terlihat lebih panjang. Hal ini terjadi karena
tinggi dan rendah dapat juga mengalami resesi gingival. Resesi gingiva
permukaan akar yang semula tertutup oleh gingiva. Permukaan akar yang
gingiva.22
dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktifitas suatu jasad renik
dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Karies gigi yang disebut
tersebut rusak dan menyebabkan lubang pada gigi.23 Karies gigi bersama
jaringan tulang yang keluar dari permukaan tulang. Secara khas keadaan
dasarnya adalah kontinu dengan tulang asli. Secara klinis berupa tonjolan
rahang. Etiologi eksostosis tulang oral masih belum diketahui secara pasti
autosomal, gesekan gigi, dan bahkan faktor nutrisi telah diduga memiliki
memperbaiki keadaan tulang rahang agar dapat jadi lebih baik untuk
estetik salah satu metode yang dapat digunakan dalam kasus eksostosis
keadaan tulang alveolar rahang agar dapat jadi lebih baik untuk
kalsifikasi bulat atau oval yang terdefinisi dengan baik pada akar gigi.
dan tori seluruhnya terdiri dari tulang padat tetapi ketika besar dan
nodular, terdiri dari tulang kanselus dikelilingi oleh tulang kortikal. Biopsi
dilakukan alveolektomi agar plat gigi tiruan dapat menempel dengan kuat.
Tidak semua pasien yang ingin memasang gigi tiruan perlu dilakukan
kalsifikasi bulat atau oval yang terdefinisi dengan baik pada akar gigi.
dan tori seluruhnya terdiri dari tulang padat tetapi ketika besar dan
nodular, terdiri dari tulang kanselus dikelilingi oleh tulang kortikal. Biopsi
halus di sepanjang aspek wajah alveolus rahang atas dan / atau rahang
bawah. Umumnya ditemukan muncul di daerah molar. Pada palpasi,
lebar tetapi warnanya utuh dan normal. Ulserasi dapat dilihat sebagai
eksostosis)
sel dan peningkatan jaringan fibrosa. Salah satu masalah yang muncul
pada lansia adalah karies pada akar gigi, yang kebanyakan disebabkan
rongga mulut yang paling sering diderita lansia adalah karies, kehilangan
kebutuhan perawatan gigi dan mulut pada lansia. 32 Menurut World Health
tinggal, dukungan sosial dan jaringan sosial. Hasil penelitian Ratmini dan
baik, maka status kebersihan mulut juga akan menjadi baik. Sebaliknya,
bila pengetahuan memelihara kebersihan mulut kurang baik, maka status
salah satu kondisi kronik yang paling banyak dijumpai pada lansia. Salah
satu alasan yang paling menonjol adalah bahwa orang tua menganggap
disfungsi oral merupakan bagian dari proses alamiah dan konsekuensi usia
berupa menurunnya interaksi sosial, rasa sejahtera, harga diri dan perasaan
berguna.35
semakin baik pula kualitas hidupnya. Hal ini didukung oleh penelitian
hubungan yang kuat antara kesehatan mulut dengan kualitas hidup pada
mulut juga menurun dan organ tubuh juga semakin rentan terhadap
kerusakan oleh karena lebih banyak digunakan atau difungsikan.
Sedangkan penelitian oleh Dahl, Wan, Holst, dan Ohrm dengan hasil
I. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
1. Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan rasa tidak nyaman yang disebabkan oleh
karena gigi tiruan longgar. Gigi tiruan tersebut di tukang gigi kurang lebih
memiliki kebiasaan buruk memakai gigi tiruan di malam hari ketika tidur
dan melapisi gigi tiruan dengan pasta gigi di bagian dasar sebelum
menggunakannya. Pasien memiliki kebiasaan mengunyah satu sisi karena
gigi tiruan longgar. Pasien menyikat gigi sebelum dan sesudah bangun
tidur, saat mandi dan sebelum solat. Pasien kadang merasa hilang rasa
Keterangan
Parameter Skrinning Jawaban Skor
Nilai
Apakah pasien datang ke
Tidak
rumah sakit karena jatuh?
Riwayat Salah satu
Jika tidak, apakah pasien 0
Jatuh jawaban ya = 6
mengalami jatuh dalam 2 Tidak
bulan terakhir ini?
Apakah pasien delirium?
(tidak dapat membuat
keputusan, pola piker tidak Tidak
terorganisir, gangguan daya
Salah satu
ingat)
Status Mental Apakah pasien disorientasi? jawaban 14
(salah menyebutkan waktu, Tidak ya = 14
tempat, atau orang)
Apakah pasien mengalami
agitasi? (ketakutan, gelisah, Ya
dan cemas)
Apakah pasien memakai
Ya
kacamata?
Apakah pasien mengeluh ada
Ya Salah satu
Penglihatan penglihatan buram? 1
Apakah pasien mempunyai jawaban ya = 1
Skor Risiko
0–5 Rendah
6 – 16 Sedang
17 – 30 Tinggi
Kesimpulan:
Berdasarkan skala risiko jatuh Ontario Modified Stratify pasien atas nama Onih
Rohani memiliki skor risiko jatuh sedang, oleh karena total skor yang diperoleh
adalah 15.
Kesimpulan :
Berdasarkan Penilaian ADL (Activity Daily Learning) pasien atas nama Onih
Rohani memiliki skor penilaian ADL adalah lansia mandiri, oleh karena total skor
IV. RUJUKAN
Periodonsia ( 3 )
Penyakit mulut ( 1 )
Bedah mulut ( 2 )
Konservasi ( 4 )
Prostodonsia ( 5 )
Lain-lain : - ( - )
V. RENCANA PERAWATAN
Pasien dirujuk ke bagian periodonsia untuk dilakukan pembersihan
pencabutan sisa akar gigi 23,37. Lalu dirujuk ke bagian penyakit mulut
prostodonsia untuk dilakukan pembuatan gigi tiruan baru. Serta tidak lupa
OSCAR
Faktor Penilaian Alat ukur
Kondisi kesehatan rongga mulut
pasien geriatri :
Gigi geligi: Missing teeth
gigi 18, 17, 16, 15, 14, 22,
24, 25, 27, 36, 46, 47, 48;
sisa akar gigi 23 dan 37; dan
karies dentin gigi 38.
Protesa : pasien pernah
memakai gigi tiruan, saat ini
terasa longgar
Periodonsium : terdapat
- Pemeriksaan intra
resesi gingiva pada regio
oral
O Oral 26, 35, 34, 32, 31, 41, 42,
- Pemeriksaan
43, 45.
radiografi
Mukosa oral tampak
eritema pada mukosa
palatum durum yang
tertutup oleh plat akrilik.
Kalkulus pada RA dan RB
Resesi gingiva kelas III
pada RA dan RB
Crowding gigi anterior RB
Saliva hiposalivasi (laju
saliva tidak terstimulasi ->
0.2ml/menit)
S Systemic - Pasien tidak memiliki riwayat - Anamnesis
penyakit sistemik. - Pemeriksaan
- Saat ini pasien tidak sedang
mengkonsumsi obat-obatan yang penunjang
rutin.
- Berdasarkan penilaian ADL
pasien termasuk lansia mandiri
dan mampu merawat diri
sendiri.
- Pada penilaian risiko jatuh
termasuk tingkat risiko jatuh - Pemeriksaan ADL
C Capability sedang. - Pemeriksaan
- Kebersihan rongga mulut pasien risiko jatuh
sedang karena hasil
pemeriksaan intra oral masih
terdapat kalkulus pada RA dan
RB dan terdapat sisa akar gigi
23 dan 37.
Pasien mampu mengambil
keputusan untuk menentukan
A Autonomy alternatif perawatan yang akan Wawancara
dilakukan.
PEMBAHASAN
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas.10 Lansia merupakan kelompok usia dengan berbagai masalah kesehatan, baik
secara umum maupun rongga mulut.32 Pasien lanjut usia mempunyai ciri-ciri:
masalah nutrisi.10
Klinik Integrasi I Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Moestopo (Beragama) datang dengan keluhan rasa tidak nyaman yang
disebabkan oleh karena gigi tiruan longgar. Gigi tiruan tersebut di tukang gigi
kurang lebih 1 tahun yang lalu setelah 1 minggu pencabutan di dokter gigi. Pasien
memiliki kebiasaan buruk memakai gigi tiruan di malam hari ketika tidur dan
melapisi gigi tiruan dengan pasta gigi di bagian dasar sebelum menggunakannya.
Pasien memiliki kebiasaan mengunyah satu sisi karena gigi tiruan longgar. Pasien
menyikat gigi sebelum dan sesudah bangun tidur, saat mandi dan sebelum solat.
Pasien kadang merasa hilang rasa pada lidah. Pasien memiliki riwayat obat
Dari hasil penilaian OSCAR pada pasien ini, keadaan oral pada pasien ini
menunjukkan bahwa pasien memiliki kebersihan rongga mulut yang sedang. Hasil
pemeriksaan klinis rongga mulut pasien terdapat kehilangan gigi 18, 17, 16, 15,
14, 22, 24, 25, 27, 36, 46, 47, 48; sisa akar gigi 23 dan 37; dan karies dentin gigi
38. Pasien pernah memakai gigi tiruan namun saat ini terasa longgar. Terdapat
resesi gingiva pada regio 26, 35, 34, 32, 31, 41, 42, 43, 45. Mukosa oral tampak
eritema pada mukosa palatum durum yang tertutup oleh plat akrilik. Kalkulus
pada RA dan RB, crowding gigi anterior RB serta laju aliran saliva normal.
perubahan integritas gigi dan mukosa akibat penyakit. Kondisi oral hygiene pada
lansia semakin buruk karena lansia pada umumnya tidak memiliki gigi
(edentulous), dan gigi yang masih tersisa umumnya memiliki penyakit atau telah
busuk, dan membran periodontal yang melemah membuatnya rentan infeksi gigi
palsu yang terkadang tidak terpasang dengan baik sehingga menimbulkan nyeri
Selain itu, resesi gingiva meningkat insidennya antara usia penderita dan
keparahan yang terjadi. Demikian pula dengan standar kebersihan rongga mulut
penderita yang tinggi dan rendah dapat juga mengalami resesi gingival. Resesi
permukaan akar yang semula tertutup oleh gingiva. Permukaan akar yang terbuka
juga memudahkan terjadinya erosi maupun abrasi pada sementum maupun dentin
bermakna antara kesehatan mulut lansia dengan kualitas hidup, karena lansia
usianya.3 Status kebersihan mulut yang buruk dapat dipengaruhi oleh pengetahuan
tentang kebersihan mulut individu itu sendiri. Cara hidup sehat dalam memelihara
kesehatan mulut terbentuk dari pengetahuan yang baik, maka status kebersihan
kebersihan mulut kurang baik, maka status kebersihan mulut juga akan menjadi
buruk sehingga cenderung berisiko mudah terserang karies dan penyakit mulut.
Akibat dari penyakit oral yang memberikan dampak kepada kualitas hidup
sejahtera, harga diri dan perasaan berguna.34 Penelitian oleh Herliyanti, Siagian,
kesehatan gigi dan mulut juga menurun dan organ tubuh juga semakin rentan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
V.2. Saran
pasien lansia.
melepaskan gigi tiruan pada malam hari serta membersihkannya serta rajin
DAFTAR PUSTAKA
1. Wijayanti W. Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Geriatri di RSUP Dr.
Diponegoro; 2014.
4. Razak PA, Richard KM, Thankachan RP, Hafiz KA, Kumar KN, Sameer KM.
5. Petersen PE, Yamamoto T. Improving the oral health of older people: the
approach of the WHO Global Oral Health Programme. Community Dent Oral
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-
lansia.pdf
Unila.2013;1(3):117-125
10. Safitri N. Masalah Kesehatan pada Lansia. (2018).
http://yankes.kemkes.go.id/read-masalah-kesehatan-pada-lansia-4884.html
11. Maramis MM. Depresi Pada Lanjut Usia. Jurnal Widya Medika Surabaya. 2014;
2(1): 39-50.
12. Fatmah. Respons Imunitas yang Rendah pada Tubuh Manusia Usia Lanjut.
14. Sari ADK, Wirjatmadi B. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Konstipasi
Pada Lansia di Kota Madiun. Media Gizi Indonesia. 2016; 11(1): 40-47.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2008-suyantog2a-184-
18. Nur’aenyNanan, Sari Kartika Indah. Profil Lesi Mulut pada Kelompok
2016; 9: 44.
25(1): 1-9.
23. Bebe Ziyaan Azdzahiy, Susanto Henry Setyawan, Martini. Faktor Risiko
Kejadian Karies pada Gigi Orang Dewasa Usia 20-39 Tahun di Kelurahan
27. Citra lestari, Bali Medical Journal (Bali Med J) 2018; 7(3): 736-740.
29. Sawair FA, Shayyab MH. Prevalence and clinical characteristics of tori
30(12): 1557-1562.
30. Senjaya Asep Arifin. Gigi Lansia. Jurnal Skala Husada. 2016; 13: 73
31. Pedersen Poul Holm, Walls Angus W, Ship Jonathan A. Textbook of
677.
174.
Hubungan Antara Status Kesehatan Mulut dan Kualitas Hidup Pada Lanjut