DI SUSUN OLEH :
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah
ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang ASUHAN
KEPERAWATAN OSTEOARTRITIS yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran
dan kritiknya. Terima kasih.
1.2 Patofisiologi
Pada osteoporosis mineralisasi tulang adalah normal, tetapi total bone
massanya menurun. Osteopororsis yang terjadi secara alamiah karena berlanjutnya
usia ini disebut osteoporosis primer. Osteoporosis primer dibagi menjadi 2 macam :
a. Osteoporosis primer Post menopause (tipe I) sebagai akibat menurunnya hormon
estrogen yang lebih memperberat terjadinya proses resorpsi tulang.
b. Osteoporosis primer senelis (tipe II) yang disebabkan oleh penurunan bone mass
saja akibat umurnya bertambah.
Pathways
Normal
Penurunan faali
ASEM lemas
Gangguan rasa
Adaptasi lingkungan
nyaman nyeri
kurang
Disfungsi skelet
Risiko injuri
1.3 Etiologi
Ada 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu :
• Pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa pertumbuhan dan
meningkatnya pengurangan massa tulang setelah menopause.
Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak sampai usia 40
tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun. Walaupun demikian tulang yang
hidup tidak pernah beristirahat dan akan selalu mengadakan remodelling dan
memperbaharui cadangan mineralnya sepanjang garis beban mekanik. Proses-proses
yang mengganggu remodelling tulang inilah yang menyebabkan osteoporosis.
• Gangguan pengaturan metabolisme kalsium dan fosfat.
Gangguan metabolisme kalsium dan fosfat dapat dapat terjadi karena
kurangnya asupan kalsium, sedangkan menurut RDA konsumsi kalsium untuk remaja
dewasa muda 1200mg, dewasa 800mg, wanita pasca menopause 1000 – 1500mgmg,
sdangkan pada lansia tidak terbatas walaupun secara normal pada lansia dibutuhkan
300-500mg. oleh karena pada lansia asupan kalsium kurang dan ekskresi kalsium yang
lebih cepat dari ginjal ke urin, menyebabkan lemahnya penyerapan kalsium.
Selain itu, ada pula factor risiko yang dapat mencetuskan timbulnya penyakit
osteoporosis yaitu :
Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
- usia, lebih sering terjadi pada lansia
- jenis kelamin, tiga kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria. Perbedaan
ini mungkin disebabkan oleh factor hormonal dan rangka tulang yang lebih kecil
- Ras, kulit putih mempunyai risiko paling tinggi
- Riwayat keluarga/keturunan, pada keluarga yang mempunyai riwayat osteoporosis,
anak-anak yang dilahirkan juga cenderung mempunyai penyakit yang sama
- Bentuk tubuh, adanya kerangka tubuh yang lemah dan scoliosis vertebra
menyebabkan penyakit ini. Keadaan ini terutam trejadi pada wanita antara usia 50-
60tahundengan densitas tulang yang rendah dan diatas usia 70tahun
Factor risiko yang dapat diubah :
- Merokok
- Defisisensi vitamin dan gizi (antara lain protein), kandungan garam pada makanan,
peminum alcohol dan kopi yang berat. Nikotin dalam rokok menyebabkan
melemahnya daya serap sel terhadap kalsiumdari darah ke tulang sehingga
pembentukan tulang oleh osteoblast menjadi melemah. Mengkonsumsi kopi lebih
dari 3 cangkir perhari menyebabkan tubuh selalu ingin berkemih. Keadaan tersebut
menyebabkan banyak kalsium terbuang bersama air kencing.
- Gaya hidup, aktivitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan
penyangga berat badan merupakan stimulus penting bagi resorspi tulang. Beban
fisik yang terintegrasi merupakan penentu dari puncak massa tulang.
- Gangguan makan (anoreksia nervosa)
- Menopause dini, menurunnya kadar estrogen menyebabkan resorpsi tulang menjadi
lebih cepat sehingga akan terjadi penurunan massa tulang yang banyak.
- Penggunaan obat-obatan tertentu seperti diuretic, glukokortikoid, antikonvulsan,
hormone tiroid berlebihan, dan kortikosteroid.
1.4 Epidemologi
Penyakit ini 2-4 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Dari seluruh klien, satu diantara tiga wanita yang berusia diatas 60 tahun dan satu
diantara enam pria yang berusia diatas 75tahun akan mengalami patah tulang akibat
kelainan ini. Namun tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita
osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah
menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam. Menurut penelitian, 24% dari
wanita umur 40-59tahun sudah mengalami osteoporosis dan 62% wanita berumur 60-
70tahun mengalami osteoporosis
Di Indonesia prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun
untuk wanita sebanyak 18-36% sedangkan pria 20-27%, untuk umur diatas 70 tahun
untuk wanita 53,6% sedangkan pria 38%.Dan menurut yayasan osteoporosis
internasional, lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang diseluruh dunia
kemungkinan terjadi di Asia pada 2050, mereka yang terserang rata-rata berusia diatas
50 tahun.Sedangkan menurut Depkes, 2006, dua dari lima orang di Indonesia memiliki
resiko terkena penyakit osteoporosis.
Hasil penelitian Persatuan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) tahun 2006
menemukan bahwa sebanyak 38% pasien yang datang untuk memeriksakan densitas
tulang mereka di Makmal Terpadu FKUI Jakarta ternyata terdeteksi menderita
osteoporosis sebanyak 14,7% sedangkan di Surabaya sebanyak 26% pasien dinyatakan
positif osteoporosis.
1.6 Klasifikasi
• Osteoporosis primer
- Tipe 1 adalah tipe yang terjadi pada wanita pascamenopause
- Tipe 2 adalah tipe yang terjadi pada orang usia lanjut baik pria maupun wanita
• Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit-penyakit tulang erosif
misalnya mieloma multiple, hipertirodisme, hiperparatiroidisme dan akibat obat-
obatan yang toksik untuk tulang (misalnya ; glukokortikoid). Jenis ini ditemukan pada
kurang lebih 2-3 juta klien.
• Osteoporosis Idiopatik
Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan ditemukan pada :
- Usia kanak-kanak (juvenile)
- Usia remaja (adolesen)
- Wanita pra-menopause
- Pria usia pertengahan
1.7 Penatalaksanaan
• Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup, dengan
peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi
terhadap demineralisasi tulang
• Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan estrogen dan
progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah
tulang yang diakibatkan.
• Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis
termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat
• Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri
punggung
1.8 Komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh
dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur
kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah
trokhanter, dan fraktur colles pada pergelangan tangan.
1.9 Prognosis
Kondisi kronis merupakan salah satu penyebab utama kecacatan pada pria
dan wanita. Kompresi fraktur pada tulang belakang menyebabkan rasa tidak
nyaman dan mengganggu pernafasan
2. Pemeriksaan fisik
a. Sistem pernafasan
Terjadi perubahan pernafasan pada kasus kiposis berat, karena penekanan
pada fungsional paru.
b. Sistem kardiovaskuler
c. Sistem persyarafan
Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari
dan halus merupakan indikasi adanya fraktur satu atau lebih fraktur kompresi
vertebral.
d. Sistem perkemihan
e. Sistem Pencernaan
Pembatasan pergerakan dan deformitas spinal mungkin menyebabkan
konstipasi, abdominal distance.
f. Sistem musklooskletal
Inspeksi dan palpasi pada daerah columna vertebralis, penderita dengan
osteoporosis seirng menunjukkan kiposis atau gibbus (dowager’s hump) dan
penurunan tinggi badan dan berat badan. Adanya perubahan gaya berjalan,
deformitas tulang, leg-length inequality, nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering
terjadi adalah antara vertebrae thorakalis 8 dan lumbalis 3.
3. Manifestasi radiologi
a. Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun yang
dapat dilihat pada vertebrae spinalis. Dinding depat corpus vertebral bisanya
merupakan lokalisasi yang paling berat. Penipisan cortex dan hilangnya
trabeculla transversal merupakankelainan yang sering didapat. Lemahnya corpus
vertebrae menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nuklieus pulposus
ke dalam ruang intervertebralis dan menyebabkan deformitas mbiconcave.
b. Ct-Scan, dengan alat ini dapat diukur densitas tualgn secara kunatitatif yang
mempunyai nilai penting dalam dignostik dan follow up terapi. Vertebral mineral
di atas 110 mg/cm3 biasanya tidakmenimbulkan fraktur vertebrae atau
penonjolan, sedangkan dibawah 65 mg/cm3 hampir semua penderita mengalami
fraktur.
4. Pemeriksaan laboratorium
a. Kadar Ca., P dan alkali posfatase tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
b. Kadar HPT (pada post menopause kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi estrogen
merangsang pembentukan Ct)
c. Kadar 1,25-(OH)2-D3 dan absorbsi CA menurun.
d. Ekskresi fosfat dan hydroksyproline terganggu sehingga meningkat kadarnya.
2.Diagnosa
a. Gangguan rasa nyaman nyeriy b.d dampak sekunder dari fraktur vertebrae
b. Perubahah mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder terhadap
perubahan skletal (kiposis), nyeri sekunder atau frkatur baru.
c. Risiko injury (cedera) berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skletal
dan ketidakseimbangan tubuh
3.Asuhan Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeriy b.d dampak sekunder dari fraktur vertebrae
Tujuan ;
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri berkurang
Kriteria :
- Klien akan mengekspresikan perasaan nyerinya
- Klien dapat tenang dan istirahat yang cukup
- Klien dapat mandiri dalam perawatan dan penanganannya secara sederhana
INTERVENSI RASIONAL
- Pantau tingkat nyeri pada punggung, - Tulang dalam peningkatan jumlah
terlokalisisr atau nyeri menyebar pada trabekuler, pembatasan gerak spinal.
abdomen atau pinggang
- Ajarkan pada klien tentang alternatif - Laternatif lain untuk mengatasi nyeri
lain untuk mengatasi dan mengurangi pengaturan posisi, kompres hangat dan
rasa nyerinya. sebagainya.
- Kaji obat-obatan untuk mengatasi - Keyakinan klien tidak dapat mentolelir
nyeri akanb obat yang adequaty atau tidak
adequat untuk mengatasi nyerinya.
- Rencanakan pada klien tentang - Kelelahan dan keletihan dapat
periode istirahat adequat dengan menurunkan minat untuk aktivitas sehari-
berbaring dengan posisi terlentang hari.
selam kurang lebih 15 menit
b.Perubahah mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder terhadap
perubahan skletal (kiposis), nyeri sekunder atau frkatur baru.
Tujuan :
Setelah diberi tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien mampu
melakukan mobilitas fisik.
Kriteria :
- Klien dapat meningkatkan mobilitas fisik
- Klien mampu melakukan ADL secara independent
INTERVENSI RASIONAL
- Kaji tingkat kemampuan klien yang - Dasar untuk memberikan alternatif dan
masih ada latihan gerak yang sesuai dengan
kemampuannya.
- Rencanakan tentang pemberian - Latihan akan meningkatkan pergrakan
program latihan : otot dan stimulasi sirkulasi darah.
¤ bantu klien jika diperlukan latihan
INTERVENSI RASIONAL
- Ciptakan lingkungan yang bebas - Menciptkan lingkungan yang aman
dari bahaya : danmengurangi resiko terjadinya
¤ Tempatkan klien pada tetmpat kecelakaan.
tidur rendah
¤ Amati lantai yang
membahayakan klien
¤ Berikanpenerangan yang
cukup
¤ Tempatkan klien pada ruangan
yang tertutup dan mudah
untuk diobservasi
¤ Ajarkan klien tentang - Ambulasi yang dilakukan tergesa-gesa
pentingnya menggunakan alat dapat menyebabkan mudah jatuh.
pengaman di ruangan
- Berikan support ambulasi sesuai
dengan kebutuhan :
¤ Kaji kebutuhan untuk berjalan