Anda di halaman 1dari 2

Non-Probability Sampling

Non probability sampling merupakan cara pemilihan sampel yang lebih praktis dan mudah
dilakukan daripada probability sampling karenanya dalam penelitian klinis lebih sering
digunakan daripada probability sampling. Namun perlu diingat, karena semua prosedur
statistika berdasarkan asumsi umum bahwa sampel diambil secara probability samplinh
(khususnya random sampling), maka kesahihan sampel non probability sampling terletak
pada berapa benar karakteristik sampel yang dipilih dengan cara lain akan menyerupai
karakteristik sampel bila pemilihan dilakukan dengan cara probability sampling. 4

Consecutive sampling, convienent sampling dan judgemental sampling merupakan 3 jenis


non probability sampling yang paling sering digunakan dan diuraikan di bawah:

a. Consecutive sampling

Pada consecutive sampling, semua subyek yang dating berurutan dan memenuhi kriteria
pemilihan dimasukan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.
Consecutive sampling ini merupakan jenis non probability sampling yang paling baik, dan
seringkali merupakan cara termudah. Faktanya sebagian besar penelitian klinis (termasuk uji
klinis) pemilihan subyeknya dilakukan dengan teknik ini. 4

Agar hasil pemilihan subyek dengan consecutive sampling dapat menyerupai hasil dengan
probability sampling, maka jangka waktu pemilihan pasien atau subyek penelitian harus tidak
terlalu pendek, terutama untuk penyakit yang dipengaruhi oleh musim. Contohnya,
pengambilan pasien demam berdarah dengue pada bulan-bulan Agustus-September mungkin
tidak mewakili karakteristik pasien demam berdarah dengue pada umumnya, oleh karena
puncak insidens penyakit ini biasanya terjadi antara bulan April-Juni dan karakteristik pasien
pada puncak insidens biasanya tidak sama dengan pada bulan-bulan lain. Untuk jenis
penyakit yang tidak dipengaruhi oleh musim hal tersebut dapat diabaikan. 4

b. Convinient sampling

Cara ini merupakan cara termudah untuk menarik sampel, namun juga sekaligus merupakan
cara yang paling lemah. Pada cara ini sampel diambil tanpa sistematika tertentu sehingga
jarang dapat dianggap dapat mewakili populasi terjangkau, apalagi populasi target penelitian.
4
Contoh : Ingin diketahui kadar hemoglobin pasien penyakit jantung bawaan (PJB).
Ditetapkan besar sampel 40. Peneliti, suatu hari mengambil 8 kasus di poliklinik jantung.
Kemudian ia cuti, dan waktu masuk kembali, kalau tidak rapat atau memberi kuliah ia
mengumpulkan lagi pasien sampai mencapai 40.Cara ini mudah, namun subyek terpilih tidak
mewakili pasien PJB yang berobat di poliklinik tersebut. Dalam keadaan tertentu, bila
variabilitas nilai pada subyek penelitian tidak berbeda besar, maka hasil yang diperoleh dapat
dianggap representative untuk populasi target, misalnya pada penelitian untuk memperoleh
nilai-nilai normal (contoh :ukuran ginjal pada bayi baru lahir, dimensi ruang jantung dengan
cara ekokardiografi pada orang dewasa normal). 4

c. Judgemental sampling atau purposive sampling

Pada judgemental sampling atau purposive sampling ini peneliti memilih responden
berdasarkan pada pertimbangan subyektif dan praktis, bahwa responden tersebut dapat
memberikan informasi yang memadai untuk menjawab pertanyaan penelitian. 4

Contohnya untuk meneliti pendapat ibu-ibu tentang pemberian ASI dan susu formula, dipilih
ibu-ibu yang pernah memberikan ASI dan pernah pula memberikan susu formula pada
bayinya, atau ibu yang pendidikannya cukup sehingga dapat memberikan keterangan yang
lebih akurat. Cara tersebut mempunyai kelemahan yang lebih kurang sama dengan cara
convinient sampling. 4

Anda mungkin juga menyukai