Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

UNSUR-UNSUR DRAMA

“Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas pribadi pada mata Pelajaran Seni Budaya
dengan guru pembimbing Istiareni S.Pd”

Kelas XII SAINS

Disusun Oleh:

Rafa’atul Jannah

SMA NW SUKARARA
Taun Pelajaran 2020/2021
Kata Pengantar
Assalamu’aikumm waramatullah wabarakatuh
Puji dan sukur kehadirat Allah swt., yang mana berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan penuisan Makalah ‘UNSUR-UNSUR DRAMA’’ yang penulis susun untuk memenuhi
tugas mata pelajaran Seni Budaya. Tak lupa pula sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada
Nabi junjungan alam yakni Nabi Muhammad saw., dan juga kepada keluarga, para sahabat, para
kerabat dan pengikut-pengikut Beliau.
Penulis mengakui dalam makalah ini mungkin masih banyak terjadi kekuragan dan kesalahan
sehingga hasilnya jauh dari kata sempurna. Penulis sangat berharap kepada semua pihak kiranya
memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Besar harapan penulis dengan terselesaikannya makalah ini dapat menadi bahan tambahan bagi
penilaian guru bidang studi Seni Budaya dan mudah-mudahan isi dari makalah penulis ini dapat di
ambil manfaatnya oleh semua pihak yang membaca makalah ini. Ucapan terimakasih penulis
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini
sehingga dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di
bidang studi Seni Budaya.
Terima Kasih

Sukarara, 29 Oktober 2020

Penulis

i
Daftar Isi
Sampul

Kata Pengantar......................................................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................................................ii

Bab I: Pendahuluan

A. Latar Belakang........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1

C. Tujuan ....................................................................................................................................1

Bab II: Pembahasan

A. Pengertian Drama.......................................................................................................................2

B. Unsur-Unsur Drama...................................................................................................................2

C. Contoh Drama dan unsur-unsur yang terkandung dalamnya...............................................9

Bab III: Penutup

Kesimpulan dan Saran.................................................................................................................14

Daftar Pustaka.............................................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Sebagai suatu genre sastra, drama mempunyai kekhususan dibanding dengan genre puisi
ataupun genre fiksi. Kesan dan kesadaran terhadap drama lebih difokuskan kepada bentuk karya yang
bereaksi lansung secara konkret. Kekhususan drama disebabkan tujuan drama ditulis pengarangnya
tidak hanya berhenti sampai pada tahap pembeberan peristiwa untuk dinikmati secara artistik
imajinatif oleh para pembacanya, namun mestinditeruskan untuk kemungkinan dapat dipertontonkan
dalam suatu penampilan gerak dan perilaku konkret yang dapat disaksikan. Kekhususan drama inilah
yang kemudian menyebabkan pengertian drama sebagai suatu genre sastra lebih terfokus sebagai
suatu karya sastra yang lebih berorientasi pada seni pertunjukkan, dibandingkan seebagai genre sastra.
Kata drama sendiri berasal dari kata Yunani draomai (Harymawan, 1988: 1) yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak, beraksi, dan sebagainya. Jadi, drama berarti perbuatan atau tindakan. Di dalam
sebuah drama juga terdapat unsur-unsur yang membangun salah satunya yaitu unsur intrinsik. Jika
dibandingkan sengan fiksi, maka unsur intrinsik drama dapat dikatakn kurang sempurna karena di
dalam drama tidak ditemukan adanya unsur pencerita, sebagaimana terdapat dalam fiksi. Alur di
dalam drama lebih dapat ditelusuri melalui motivasi yang merupakan alasan untuk munculnya suatu
peristiwa. Motivasi di dalam drama menjadi penting, karena aspek ini sudah menjadi perhatian
pengarang sewaktu karya drama ditulis. Meskipun di dalam menulis pengaang dapat mempergunakan
kebebasan daya cipta yang dimilikinya, ia tetap harus memikirkan kemungkinan dapat
terjadinyam laku (action) di pentas. Faktorlaku  merupakan wujud lakon, dan mptivasilah yang
merupakan landasannya. Aspek inilah yang menyebabkan mengapa drama mempunyai sedikit
keterbatasan dibandingkan fiksi.
        Namun walaupun drama mempunyai sedikit keterbatasan dibandingkan fiksi, tidaklah berarti
bahwa dengan hilangnya unsur pemaparan dan pembeberan, drama menjadi karya yang terbatas sama
sekali. Justru pada aspek ini jugalah letak kekuatan karya drama. Membandingkan unsur intrinsik
drama dengan unsur intrinsik fiksi bukan bertujuan untuk melihat kelemahan dan keunggulan masing-
masing unsur, melainkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih menyeluruh.

B.   Rumusan Masalah
Adanya permainan bola voli yang sering dimainkan maka menimbulkan pertanyaan diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan drama ?
2. Apa saja unsur-unsur dari drama ?
3. Bagaimana cara menganalisis contoh drama dan unsur-unsur yang terkandung
didalamya?

C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan drama
2. Mengetahui apa saja unsur-unsur dari drama
3. Mengetahui bagaimana cara menganalisis contoh drama dan unsur-unsur yang terkandung
didalamnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak. Jadi
drama bisa berarti perbuatan atau tindakan.
Drama / teater adalah salah satu sastra yang amat popular hingga sekarang. Bahkan di zaman ini
telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang teater. Contohnya sinetron, film layar lebar,
dan pertunjukan-pertunjukan lain yang menggambarkan kehidupan makhluk hidup Adapun
istilah lain drama berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan
Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam
istilah yang lebih ketat, sebuah drama adalah lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya
arti penting – meskipun mungkin berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia – tapi tidak bertujuan
mengagungkan tragedi. Bagaimanapun juga, dalam jagat modern, istilah drama sering diperluas
sehingga mencakup semua lakon serius, termasuk didalamnya tragedi dan lakon absurd.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat
percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga
dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk kesusastraan, cara penyajian
drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya. Novel, cerpen dan balada masing-masing
menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan
merupakan karya sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog, mungkin ada semacam
penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan pedoman oleh sutradara. Oleh
para ahli, dialog dan tokoh itu disebut hauptext atau teks utama, petunjuk pementasannya disebut
nebentext atau tek sampingan.
.
B. Unsur-Unsur Drama
1. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri
(Nurgiyantoro, 2002). Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya
sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur
intrinsik sebuah drama adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita.
Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah drana berwujud. Atau
sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai
jika kita membaca sebuah naskah drama. Unsur yang dimaksud untuk menyebut sebagian saja,
misalnya: 1) judul; 2) tema; 3) plot atau alur ; 4) tokoh cerita dan perwatakan; 5) dialog; 6)
konflik; 7)latar; 8) amanat; dan 9) bahasa.
a. Judul
Judul adalah kepala karangan atau nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku
yang dapat menyiratkan isi buku tersebut. Judul suatu karya (buku) drama juga merupakan
kunci untuk melihat keseluruhan makna drama. Judul isi karangan selalu berkaitan erat.

2
Drama sebagai karya sastra dan merupakan cabang sini tergolong sebagai karya fiksi.
Sugiarta dalam Sudjarwadi (2004) menjelaskan, judul pada karya fiksi bersifat manasuka,
dapat diambil dari nama salah satu tempat atau tokoh dalam cerita, dengan syarat sebaiknya
melambangkan isi cerita untuk menarik perhatian.
Judul karangan seringkali berfungsi menunjukan unsur-unsur tertentu dari karya sastra,
misalnya :
1. Dapat menunjukan tokoh utama
2. Dapat menunjukan alur atau waktu
3. Dapat menunjukan objek yang dikemukakan dalam suatu cerita
4. Dapat mengidentifikasi keadaan atau suasana cerita
5. Dapat mengandung beberapa pengertian
b. Tema
Tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak
pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya  Tema dikembangkan dan
ditulis pengarang dengan bahasa yang indah sehingga menghasilkan karya sastra atau
drama. Tema merupakan ide pusat atau pikiran pusat, arti dan tujuan cerita, pokok pikiran
dalam karya sastra, gagasan sentral yang menjadi dasar cerita dan dapat menjadi sumber
konflik-konflik.
Jika dikaitkan dengan dunia pengarang, tema adalah pokok pikiran didalam dunia
pengarang. Setiap karya sastra (fiksi) telah mengandung atau menawarkan tema. Tema
mengikat pengembangan cerita. Tema juga sebagai premis artinya rumusan inti sari yang
merupakan landasan untuk menentukan tujuan dan arah cerita. Menurut Nurgiyantoro
(1995), tema dibagi dua, yaitu tema mayor ( tema pokok cerita yang menjadi dasar karya
sastra itu) dan tema minor (tema tambahan yang menguatkan tema mayor).

c. Plot atau alur


Menurut Sudjarwadi (2005), plot atau alur dalam drama tidak jauh berbeda dengan plot
atau alur dalam prosa fiksi. Dalam drama juga mengenal tahapan plot yang dimulai dari
tahapan permulaan, tahapan pertikaian, tahapan perumitan, tahapan puncak, tahapan
peleraian, dan tahapan akhir. Hanya saja dalam drama plot atau alur itu dibagi menjadi
babak-babak dan adegan-adegan.
Babak adalah bagian dari plot atau alur dalam sebuah drama yang ditandai oleh
perubahan setting atau latar. Sedangkan adegan merupan babak yang ditandai oleh
perubahan jumlah tokoh ataupun perubahan yang dibicarakan.

3
d. Tokoh cerita dan perwatakan
Tokoh cerita adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam berbagai peristiwa
cerita. Tokoh cerita dapat berupa manusia, binatang, makhluk lain seperti malaikat, dewi-
dewi, bidadari, setan atau iblis, jin, setan, sikuman, roh, dan benda-benda yang diinsankan.
Tokoh dalam karya sastra memiliki perwatakan. Adanya watak yang berbeda-beda
menyebabkan timbulnya peristiwa atau konflik yang membuat cerita semakin menarik.
Berdasarkan segi peran atau tingkat pentingnya tokoh dalam suatu cerita dibedakan menjadi
dua bagian. Yaitu central character (tokoh utama) dan peripheral character (tokoh
tambahan). Ada dua macam tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama
adalah tokoh yang diutamakan penderitaannya dalam suatu karya sastra (drama).

Ada tiga kriteria untuk menentukan tokoh utama, yaitu :


1. Mencari tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh lain.
2. Mencari tokoh yang paling banyak membutuhkan waktu penceritaan
3. Melihat intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa yang membangun cerita (tema)
Berdasarkan fungsinya dalam drama, tokoh cerita ada empat macam, yaitu tokoh
protagonis, antagonis, tritagonis, dan peran pembantu. Ada pula pendapat lain, bahwa ada
tiga macam tokoh cerita, yaitu tokoh utama, tokoh pendamping, dan tokoh tambahan.
Berdasarkan wataknya, tokoh cerita dibedakan menjadi dau jenis, yaitu flat character (tidak
mengalami perubahan) dan round character (mengalami perubahan).

e. Teknik Dialog

Teknik dialog sangat penting di dalam drama. Dialog merupakan ciri khas suatu karya
drama. Adanya teknik dialog secara visual membedakan karya drama dengan yang lain,
yaitu puisi dan prosa. Dialog ada juga di dalam puisi dan prosa, tetapi tidak semutlak di
dalam drama. Dialog di dalam drama tidak boleh diabaikan karena pada dasarnya drama
merupakan dialog para tokoh cerita. Dialog adalah percakapan tokoh cerita. Dalam struktur
lakon, dialog dapat ditinjau dari segi estetis dan segi teknis. Dari segi estetis, dialog
merupakan faktor literer dan filosofis yang mempengaruhi struktur keindahan lakon. Dari
segi teknis, dialog biasanya diberi catatan pengucapan yang ditulis dalam tanda kurung.
Dialog melancarkan cerita atau lakon. Dialog mencerminkan pikiran tokoh cerita. Dialog
mengungkapkan watak para tokoh cerita. Dialog merupakan hubungan tokoh yang satu
dengan tokoh yang lain. Dialog berfungsi menghubungkan tokoh yang satu dengan tokoh
yang lain. Dialog juga berfungsi menggerakan cerita dan melihat watak atau kepribadian
tokoh cerita.

4
Ada dua macam tenik dialog, yaitu monolog dan konversi (percakapan). Ada juga teknik
dialog dalam bentuk prolog dan epilog. Prolog berarti pembukaan atau peristiwa
pendahuluan yang diucapakan pemeran utama dalam sandiwara. Epilog berarti bagian
penutup pada karya drama untuk menyampaikan atau menafsirkan maksud karya drama
tersebut.

f. Konflik

Konflik adalah pertentangan. Tokoh cerita dapat mengalami konflik, baik konflik dengan
diri sendiri, dengan orang / pihak lain, maupun dengan lingkungan alam. Seperti halnya
biasa, tokoh cerita dalam drama juga mengalami konflik. Konflik dapat membentuk
rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan kausalitet. Konflik di dalam karya drama
dapat menimbulkan atau menambah nilai estetik. Tanpa konflik antar tokoh cerita, suatu
karya drama terasa monoton, akibatnya pembaca atau penonton drama menjadi bosan.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa konflik dibagi menjadi dua bagian, yaitu konflik
eksternal dan internal. Ada juga pendapat lain yang menyatakan bahwa konflik ada tiga
macam, yaitu konflik mental (batin), konflik sosial, dan konflik fisik. Konflik mental (batin)
adalah konflik atau pertentangan antara seseorang dengan batin atau wataknya. Konflik
sosial adalah konflik antara seseorang dengan masyarakatnya, atau dengan orang / pihak
lain. Konflik fisik adalah konflik antara seseorang dengan kekuatan diluar dirinya, misalnya
dengan alam yang ganas, cuaca buruk, lingkungan yang kumuh, pergaulan yang salah.
Konflik merupakan kunci untuk menemukan alur cerita. Dengan adanya konflik, maka
cerita dapat berlangsung. Konflik berkaitan dengan unsure intriksik yang lain, seperti tokoh,
tema latar, dan tipe drama. Konflik dapat menggambarkan adanya tipe drama.

g. Latar

Latar merupakan unsur struktural yang sangat penting. Latar di dalam lakon atau crita
drama harus mendukung para tokoh cerita dan tindakannya. Pengarang tentu membuat latar
membuat latar yang tepat demi keberj\hasilan dan keindahan struktur drama. Penggunaan
latar yang berhasil juga menentukan keberhasilan suatu karya drama. Penyaji latar yang
tepat dapat menciptakan warna kedaerahan yang kuat sehingga dapat menghidupkan carita.
Latar adalah lingkungan tempat berlangsungnya peristiwa yang dapat dilihat, termasuk di
dalamnya aspek waktu, iklim, dan periode sejarah. Latar mendukung dan menguatkan
tindakan tokoh-tokoh cerita. Latar memberikan pijakan cerita dan kesan realistis kepada
terjadi (Nurgiyantoro, 1995).

5
Unsur-unsur latar yaitu:
1. letak geografis
2. kedudukan / pekerjaan sehari-hari tokoh cerita
3. waktu terjadinya peristiwa
4. lingkungan tokoh cerita
Aspek latar berdasarkan fungsinya mencakup:
1. tempat terjadinya peristiwa
2. lingkungan kehidupan
3. sistem kehidupan
4. alat-alat atau benda-benda
5. waktu terjadinya peristiwa

h. Amanat

Menurut Akhmad Saliman (1996 : 67) amanat adalah segala sesuatu yang ingin
disampaikan pengarang, yang ingin ditanakannya secara tidak langsung ke dalam benak para
penonton dramanya.
Harimurti Kridalaksana (183) berpendapat amanat merupakan keseluruhan makna
konsep, makna wacana, isi konsep, makna wacana, dan perasaan yang hendak disampaikan
untuk dimengerti dan diterima orang lain yang digagas atau ditujunya.
Amanat di dalam drama ada yang langsung tersurat, tetapi pada umumnya sengaja
disembunyikan secara tersirat oleh penulis naskah drama yang bersangkutan. Hanya
pentonton yang profesional aja yang mampu menemukan amanat implisit tersebut.

i. Bahasa

Menurut Akhmad Saliman (1996 : 68), bahasa yang digunakan dalam drama sengaja
dipilih pengarang dengan titik berat fungsinya sebagai sarana komunikasi.
Setiap penulis drama mempunyai gaya sendiri dalam mengolah kosa kata sebagai
sarana untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Selain berkaitan dengan pemilihan
kosa kata, bahasa juga berkaitan dengan pemilihan gaya bahasa (style).
Bahasa yang dipilih pengarang untuk kemudian dipakai dalam naskah drama tulisannya
pada umumnya adalah bahasa yang mudah dimengerti (bersifat komunikatif), yakni ragam
bahasa yang dipakai dalam kehidupan kesehatian. Bahasa yang berkaitan dengan situasi
lingkungan, sosial budyaa, dan pendidikan.

6
Bahasa yang dipakai dipilih sedemikian rupa dengan tujuan untuk menghidupkan cerita
drama, dan menghidupkan dialog-dialog yang terjadi di antara para tokoh ceritanya. Demi
pertimbangan komunikatif ini seorang pengarang drama tidak jarang sengaja mengabaikan
aturan aturan yang ada dalam tata bahasa baku.

2. Unsur Ekstrinsik
Menurut  Tjahyono (1985), unsur ekstrinsik karya sastra adalah hal-hal yang berada di luar
struktur karya sastra, namun amat mempengaruhi karya sastra tersebut. Misalnya faktor-faktor
sosial politik saat karya tersebut diciptakan, faktor ekonomi, faktor latar belakang kehidupan
pengarang, dan sebagainya. Mengutip pernyataan Wellek dan Warren, Tjahyono menjelaskan
pengkajian terhadap unsur ekstrinsik karya sastra mencakup empat hal. Salah satunya adalah
mengkaji hubungan sastra dengan aspek-aspek politik, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan.
Bahwa situasi sosial politik ataupun realita budaya tertentu akan sangat berpengaruh terhadap
karya sastra tersebut.
Unsur yang membangun karya sastra berdasarkan pendekatan struktural meliputi unsur
intrinsik dan ekstrinsik. Pembahasan kali ini akan dikhususkan pada unsur ekstrinsik karya
sastra, khususnya prosa.
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak
langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara lebih spesifik
dapat dikatakan bahwa unsur ekstrinsik berperan sebagai unsur yang mempengaruhi bagun
sebuah cerita. Oleh karena itu, unsur esktrinsik karya sastra harus tetap dipandang sebagai
sesuatu yang penting.
Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik pun terdiri atas beberapa unsur. Menurut
Wellek & Warren (1956), bagian yang termasuk unsur ekstrinsik tersebut adalah sebagai
berikut:
 Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan

hidup yang semuanya itu mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya.


  Keadaan psikologis, baik psikologis pengarang, psikologis pembaca, maupun penerapan

prinsip psikologis dalam karya.


  Keadaan lingkungan pengarang, seperti ekonomi, sosial, dan politik.

  Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni, agama, dan sebagainya.

 Latar belakang kehidupan pengarang sebagai bagian dari unsur ekstrinsik sangat
mempengaruhi karya sastra. Misalnya, pengarang yang berlatar belakang budaya daerah

7
tertentu, secara disadari atau tidak, akan memasukkan unsur budaya tersebut ke dalam karya
sastra.
Menurut Malinowski, yang termasuk unsur budaya adalah bahasa, sistem teknologi,
sistem mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian. Unsur-
usnru tersebut menjadi pendukung karya sastra. Sebagai contoh, novel Siti Nurbaya sangat
kental dengan budaya Minangkabau. Hal ini sesuai dengan latar belakang pengarangnya,
Marah Rusli, yang berasal dari daerah Minangkabau. Begitu pula novel Upacara karya Korrie
Layun Rampan yang dilatarbelakangi budaya Dayak Kalimantan karena pengarangnya berasal
dari daerah Kalimantan.
Begitu pula dalam Novel Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis, kita akan
menemukan unsur intrinsik berupa nilai-nilai budaya. Terutama, yang berkaitan dengan
sistem mata pencaharian, sistem teknologi, religi, dan kesenian. Mata pencaharian yang
ditekuni para tokoh dalam novel tersebut sebagai pencari damar dan rotan di hutan. Alat yang
digunakan masih tradisional.
Selain budaya, latar belakang keagamaan atau religiusitas pengarang juga dapat
memengaruhi karya sastra. Misalnya, Achdiat Kartamihardja dalam novel Atheis dan
Manifesto Khalifatullah, Danarto dalam novel Kubah, atau Habiburahman El-Shirazi dalam
Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih.

Latar belakang kehidupan pengarang juga menjadi penting dalam memengaruhi karya
sastra. Sastrawan yang hidup di perdesaan akan selalu menggambarkan kehidupan masyarakat
desa dengan segala permasalahannya. Misalnya, dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya
Ahmad Tohari.

Dengan demikian, unsur ekstrinsik tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
bangunan karya sastra. Unsur ekatrinsik memberikan warna dan rasa terhadap karya sastra
yang pada akhirnya dapat diinterpretasikan sebagai makna. Unsur-unsur ektrinsik yang
mempengaruhi karya dapat juga dijadikan potret realitas objektif pada saat karya tersebut
lahir. Sehingga, kita sebagai pembaca dapat memahami keadaan masyarakat dan suasana
psikologis pengarang pada saat itu.

8
C. Contoh Drama dan unsur-unsur yang terkandung dalamnya
MENGANALISIS DRAMA
“SAKIT ANEH SANG BAGINDA”

Narator      : Disebuah negeri timur tengah, berdirilah sebuah kerajaan yang sangat besar dan megah.
Tanahnya subur dan berlimpah ruah hasilnya, membuat rakyatnya hidup rukun dan sejahtera.
Apalagi kerjaan itu dipimpin oleh seorang raja yang tampan dan gagah berani, membuat
negeri itu aman dan damai.

Adegan 1

Baginda     : (Sambil meletakan sendoknya dalam piringya lalu menarik nafas panjang dalam-dalam
dengan tatapan matanya, yang sayup memperhatikan hidangan yang disiapkan).
Permaisuriku….?

Permaisuri : ”Ada apa bagindaku…..?

Baginda     :“Begini permaisuriku, perutku terasa kering dan mual-mual, rasanya mau muntah sehingga
selera makanku menjadi hilang”

Permaisuri  : “Ma’af bagindaku, mungkin masakannya kurang enak ya?”

Baginda      : “Tidak permaisuriku, makananya sudah enak sekali.”


  
Pemaisuri :(Permaisuri tidak putus asa, lau memanggil dayangnya). “Dayang….dayang, kemarilah….!

Dayang       : (Dengan tergesa-gesa sambil membungkukan badan). “permaisuri memanggil hamba….?”

Pemaisuri    : “Ambilkan masakan jamur untuk baginda!”

Dayang                        : “ Baiklah, hamba segera melaksanakan tittah paduka.” (sambil membawa


makanan), “ini makanan untuk paduka, permaisuri”

Permaisuri : “Kembalilah danyangku. Paduka cobalah makan ini mungkin bias mengembalikan selerah
makan baginda.”

Baginda      : (Mengambil satu sendok nasi lalu mencicipinya kemudian)”hoak…hoak…hoak.” (sampai


muntah)

Permaisuri  : (Dengan tergesa-gesah). “dayang…..dayang…tolong panggilkan tabib kerajaan!”

Dayang     : “Ia permaisuri (dengan tergesa-gesa dayang keluar dari ruangan itu dan memanggil tabib.
Kemudian dalam waktu yang singkat, dayang kembali dengan seorang tabib kerajaan).

Tabib          : “ Ampun permaisuri, adakah yang bisa hambah perbuat?”

Permaisuri   : “Begini tabib, hampir sebulan ini selera makan baginda terganggu.”

Tabib         : “Hamba mohon ampun baginda, ijinkan hamba memeriksa keadaan baginda. (tabib mendekati
baginda dan langsung memeriksanya).

Permaisuri     : “Bagaimana keadaannya tabib?”

9
Tabib        : “Mohon ampun paduka, hamba tidak dapat menemukan penyakit dalam diri baginda, sekali
lagi ma’af permaisuri.”

Permaisuri  : (Menggeleng-gelengkan kepalanya), “bagaimana ini tabib, apakah tidak ada jalan lain lagi
untuk mengetahui penyakit baginda raja?

Tabib         : “Mohon amapun permaisuri, hamba sarankan kalau bisa memanggil abunawas yang mungkin
bisa menyembuhkan penyakit baginda raja.

Narator : Pergilah tabib menemui abunawas dan berceritalah mereka tentang penyakit aneh sang baginda
raja. Apakah baginda raja dapat disembuhkan? Apakah abunawas mampu melakukan yang
terbaik unttu baginda raja? Saksikan

Adegan II

Tabib        : “ Abunawas” (sambil menundukkan kepala). “salam sejahtera baginda raja”

Baginda     : Apakah kamu yang bernama abunawas?

Abunawas   : “ Mohon ampun baginda, hamba yang bernama abunawas”

Baginda      : “ Apakah kamu bisa mengobati penyakitku ini?

Abunawas   : “ Ampun baginda raja, hamba sudah mendengar semua dari tabib kerajaan tentang apa yang
paduka derita.”

Baginda    : “ Menurutmu, adakah obat yang bisa menyembuhkan penyakitku ini?”

Abunawas   : “ Ada paduka yang mulia.”

Baginda      : (Sambil berdiri dengan wajah yang berseri- seri ). “Obat apakah itu abunawas?

Abunawas   :“ Hamba punya saran, di hutan tutupan ada kijang berbulu putih yang dagingnya sagat lezat.”

Baginda     : “ Lalu?”

Abunawas  : “ Syaratnya, Baginda harus menangkap sendiri kijang berbuluh putih itu, apakah baginda
sanggup?”

Baginda      :“ Baiklah abunawas, saya sanggup dan besok pagi kita berangkat.” (tanpa ragu-ragu).

Narator      : Kemudian pulanglah abunawas ke rumahnya yang letaknya tidak jauh dari singgasana.
Abunawas pulang untuk mempersiapkan semua perlengkapan yang akan dibawah. Hari yang
ditunggu-tunggu telah tiba. Baginda, abunawas dan prajurit kerajaan sudah siap di depan
singgasana untuk melakukan perjalanan.

Adegan III

Baginda        : “ Abunawas, apakah semua perlengkapan sudah disiapkan?”

Abunawas     : “ Bagaimana prajurit, apakah perlengkapan dari singgasana sudah disiapkan?”

Prajurit 1,11  : “Ampun baginda semuanya sudah siap.”

Baginda       : “ Kita berangkat sekarang.”

10
Narator  : Rombongan paduka berangkat dengan membawa perlengkapan berburu, tetapi abunawas
sengaja membawa nasih putih, air putih, garam, dan asam. Perjalanan cukup panjang dan
melelahkan namun, untuk mencapai tujuan, merekapun dengan bersemangat melanjutkan
perjalanannya. Maka tibalah mereka di tengah-tengah hutan.

Adegan IV

Baginda  : “ Abunawas, selama perjalanan sampai di tengah hutan ini, tidak satupun binatang yang kita
temukan.”

Abunawas : “ Memang betul paduka yang mulia, di sini ada semak-semak duri.”

Baginda    : “ Kalau disini hanya semak-semak duri, lalu di mana kijang berbulu putih itu?”

Abunawas  : (Diam sejenak sambil tersenyum). “Begini baginda raja, konon kabar kijang berbulu putih itu
muncul secara tiba-tiba.”

Baginda      : (Sambil mengusap keringat dan menghela napas panjang). Oh begitu ya abunawas?

Abunawas   :“ Ya baginda raja. Kalau begitu, kita istirahat dulu sambil mencari sumber air.”

Baginda       : “ Baiklah abunawas.”

Prajurit 1   : “ Mohon ampun paduka, tidak jauh dari sini ada sumber mata air.”

Abunawas    : “ Oh benar paduka. Lebih baik kita segera ke sana.”

Narator     : Lalu dengan langkah pasti, paduka bersama abunawas, dan prajurit-prajuritnya bergegas
menuju sumber mata air dan tidak lama kemudian mereka tiba di sumber mata air tersebut.

Adegan V

Baginda     : (Menghela napas panjang). “ oh indah sekali abunawas keadaan alam ini, airnya sangat jernih
yang membuatku tidak tahan lagi untuk meminumnya. Dengan air ini, benar-benar
menghilangkan dahagaku.”

Abunawas   : “Betul paduka, airnya sangat jernih.”

Prajurit 1,2 : “Mohon ampun paduka, ijinkan hamba meminta paduka untuk beristirahat di sini
(menunjukkan tempat yang disediakan).”

Baginda       :“Terima kasih prajuritku.” (berjalan menuju tempat istirahat)

Abunawas  : “Ampun baginda, ijinkan hamba untuk mencari ikan di muara itu. (sambil menuju ke arah
muara yang tidak jauh dari peristirahatan mereka).”

Baginda      : “Oh silakan abunawas, kebetulan perutku sudah lapar.”

Abunawas   : “mohon ampun baginda, hamba dan prajurit segera mencari ikan di sana.”

Narator      : Lalu abunawas bersama prajurit menuju ke muara. Saksikan apakah mereka benar-benar
menemukan ikan di muara?

Adegan VI

Prajurit 2   : “Abunawas, lihatlah ternyata di muara ini banyak sekali ikannya dan sungguh menakjutkan.”

11
Abunawas : “Oh betul sekali prajurit, jika kita bisa menangkapnya maka kita akan menikmatinya sampai
puas. (sambil menancapkan sebilah bambu yang sudah diruncing ke arah ikan-ikan di
muara).”

Narrator    : Berkali-kali abunawas menancapkan bambu ke arah ikan, sehingga ia mendapat beberapa ikan
yang sangat besar. Lalu abunawas bersama prajurit bergegas menuju ke tempat baginda
beristirahat, sambil membawa ikan hasil tangkapan mereka.

Prajurit 1 : “Mohon ampun baginda, abunawas dan prajurit sudah datang dan membawa beberapa ikan
hasil tangkapan.”

Baginda   :“Oh ikannya besar sekali, rupanya mereka pandai menangkap ikan.”

Abunawas dan prajurit: (dengan wajah tersenyum, tibalah mereka di tempat peristirahatan baginda raja).

Abunawas   : “Mohon ampun baginda raja, imilah ikan tangkapan kami.”

Baginda      : “kalau begitu bakarlah ikan-ikan itu.”

Abunawas   : “Baiklah baginda, hamba akan melakukan perintah.” (sambil tersenyum).

Narator    : Bergegaslah abunawas membakar ikan hasil tangkapan mereka dengan hati gembira,
abumawas mengkipas bara api sehingga aroma ikan-ikan itu tercium hidung baginda raja.
Setelah ikan-ikan itu matang, abunawas membuka bungkusan bekal yang dibawanya.

Adegan VII

Abunawas   : (Sambil menyungguhkan ikan bakar yang lezat itu kehadapan baginda raja ). “ampun
baginda, ijinkan hamba mempersilakan paduka menikmati ikan-ikan bakar ini.”

Baginda       : “Terimah kasih abunawas.”

Narrator     : Ternyata baginda raja sangat menikmati masakan-masakan yang sudah disiapkan abunawas
bersama prajuritnya.

Adegan VIII

Baginda       : “Abunawas, ikannya enak sekali seperti makanan ini akan saya habiskan.”

Abunawas  : “Ampun baginda raja, dengan makanan ini apakah selera makan baginda sudah pulih
kembali?”

Baginda    : “Ya, rasanya selera makanku sudah pulih. Kalau begitu lanjutkan perjalanan mencari kijang
berbulu putih itu.”

Abunawas   : “Ampun baginda raja, sebenarnya kijang berbulu putih itu tidak ada.”

Baginda      : “lalu, bagaimana kita harus mendapatkan obat unttuk penyakitku ini?”

Abunawas  : “Mohon ampun baginda, baginda tidak perlu mencari obat lagi, karena selera makan baginda
sudah pulih kembali.”

Baginda : “Kamu benar-benar abunawas, penyakit anehku sudah sembuh. Bagaimana ini bisa terjadi?”

Abunawas  : “Menurut hamba, sebenarnya baginda tidak menderita penyakit apapun karena selama ini
ketika makan, perut baginda belum terasa lapar apa lagi baginda tidak banyak bergerak.”

12
Baginda     : “Kamu benar-benar cerdik abunawas, kalau begitu lain waktu kita berburu lagi.”

Abunawas  :(sambil tertawa terbahak-bahak)“ha…..ha….ha……ha…….”

Narator   : Demikianlah kisah cerita “ SAKIT ANEH SANG BAGINDA” yang membuat kita semakin
penasaran untuk mencari tahu apakah kijang berbulu putih itu benar-benar ada? sebagai akhir
kata “saya ingin menyampaikan mohon ma’af  bila ada kata-kata dan kalimat yang kurang
menyenang di hati para pembaca.”

“TERIMA KASIH”
1) judul; 2) tema; 3) plot atau alur ; 4) tokoh cerita dan perwatakan; 5) dialog; 6)
konflik; dan 7)latar
A. Judul : Abunawas Yang Cerdik
B. Tema : Sakit Aneh Sang Baginda
C. Plot atau Alur :
(Tahapan Alur Drama)
1. Pemaparan atau eksposisi : disebuah negeri timur tengah. Disebuah
kerajaan yang sangat besar dan megah.
2. Komplikasi : tabib yang menemukan adanya penyakit pada sang baginda
3. Klimaks : abunawas mempunyai obat yang bisa menyembuhkan penyakit
baginda yaitu berburu kijang beebulu putih.
4. Penyelesaian/katastrota : baginda tidak memiliki penyakit, dia hanya
kurang bergerak.
Alur     : Maju, karena dalam cerita tidak ada pengulangan kebelakang

D. Tokoh Dan Penokohan :


Perwatakan Batin
1. Baginda : Tidak nudah putus asa
2. permaisuri : Tidak nudah putus asa, mengurus baginda yang sedang sakit.
3. Dayang-dayang : Selalu setia melayani baginda dan permaisuri
4. Tabib : Bijasana dalam memberi jalan keluar untuk menyembuhkan
baginda raja.
5. Prajurit : Setia menemani baginda raja disaat berburu
6. Abunawas : Pintar, cerdik, dan bijaksana
E. Dialog : Ada didalam cerita drama diatas
F. Konflik : Konfliknya terjadi ketika sang Baginda mulai merasakan sakit, yaitu selera
makan nya menjaadi hilang.
G. Latar :
1. Tempat
a. Disebuah negeri timur tengah. Disebuah kerajaan yang sangat besar
dan megah.
b. Di tengah hutan
c. Di pinggir sebuah muara

2. Waktu
a. Pada pagi hari
b. Pada siang hari
H. Amanat : Agar tidak boleh memprediksikan sesuatu yang tidak kita ketahui kebenarannya,
dan harus saling tolong-menolong kepada sesama yang membutuhkan bantuan kita.
 
I. Bahasa : Didalam video menggunakan bahasa jawa, tetapi penulis menggunakan bahasa
indonesia didalam teks (makalah)

13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan Dan Saran

            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Drama / teater adalah salah satu sastra yang amat

popular hingga sekarang. Bahkan di zaman ini telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang

teater. Contohnya sinetron, film layar lebar, dan pertunjukan-pertunjukan lain yang menggambarkan

kehidupan makhluk hidup. Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan

dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang

sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk kesusastraan, cara penyajian drama

berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya.

            Unsur-unsur yang terdapat dalam drama seperti tema, alur, tokoh dan penokohan, latar atau

setting, dan amanat. Kesemuanya itu termasuk ke dalam unsur intrinsik drama atau unsur yang tidak

tampak. Secara garis besar  jika dibandingkan dengan fiksi, maka unsur intrinsik drama dikatakan

kuranng sempurna. Tapi bukan berarti drama menjadi karya yang terbatas sama sekali. Unsur-unsur

yang terdapat dalam drama tersebut justru membangun drama yang ada.        

14
DAFTAR PUSTAKA

Hasanuddin, W.S. 2009. Drama Karya dalam Dua Dimensi Kajian Teori Sejarah dan Analisis. Bandung:
Angkasa.
Wiyanto, Asul. 2002. Terampil Bermain Drama. Jakarta: Grasindo.
www.google.com. 2011. “Unsur-Unsur Drama atau
Teater”.http://www.google.co.id/#hl=id&biw=836&bih=331&q=makalah+tentang+unsur-
unsur+drama+atau+teater&aq=f&aqi=&aql=&oq=&fp=1102bc494991dbbe. Di akses tanggal 9 maret
2011

www.google. 2011. “Seni Teater”. http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_Teater. Diakses tanggal 9 maret 2011

www.google. 2011. “Drama dan Teater”.file:///C:/Users/Hp/Downloads/Drama%20dan%20Teater.htm.


Diakses tanggal 10 maret 2011

15

Anda mungkin juga menyukai